Kata Kunci: model Student Facilitator and Explaining (SFE), keterampilan berkomunikasi, pembelajaran IPS

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL)

PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITAMATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGOMUNIKASIKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BANGUN DATAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI MODEL SCRAMBLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI PENERPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR BUMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING

Kata kunci: metode Storytelling, keterampilan menyimak, dongeng. 1) Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Program Studi PGSD FKIP UNS

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MODEL KOOPERATIF METODE TALKING STICK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONCEPT SENTENCE

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP UANG PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KEGIATAN JUAL BELI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

Yunita Fitri Anggraeni 1), Kartono 2), Idam Ragil Widianto Atmojo 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, AND REVIEW (SQ3R)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PERSUASI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA VIDEO

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MASALAH SOSIAL MELALUI STRATEGI LEARNING CELL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING

PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT SIFAT CAHAYA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DENGAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN HIPOTESIS MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI TEKNIK EXAMPLES NON EXAMPLES

PENGGUNAAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEGAK BERSAMBUNG

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYATAKAN LAMBANG BILANGAN ROMAWI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutarmi 36 A, Surakarta

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL)

MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN

1) Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2), 3), Dosen Prodi PGSD FKIP UNS

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DALAM MATEMATIKA MELALUI METODE NUMBER SENSE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PECAHAN

PENERAPAN TEKNIK LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MENGENAL SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HYPNOTEACHING

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL LEARNING CYCLE (PEMBELAJARAN BERSIKLUS) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MENGHARGAI KEPUTUSAN BERSAMA DALAM PEMBELAJARAN PKN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

UPAYA MENINGKATKAN PENERAPAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL THE POWER OF TWO

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE MIND MAPPING

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN ISI BACAAN

Is Us Zainab Arrahmah 1), Suharno 2), Sadiman 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta. 1

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN I MENDAK DELANGGU KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN CONCEPT MAP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG JENIS- JENIS TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS EKSPERIMEN

PENGGUNAAN MEDIA KIT IPA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MENDONGENG

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASI PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERGERAKAN NASIONAL

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick

PENERAPAN MODEL LATIHAN DASAR TEATER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA INDAH GEGURITAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE

PENGGUNAAN MEDIA DIORAMA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI

Kata Kunci: keterampilan berbicara, model Problem Based Learning (PBL). 1) Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS

PENGGUNAAN MULTIMEDIA DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MENGENAL AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL WORD SQUARE

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS V SDN KEMETUL SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG MENGGUNAKAN MEDIA EDUTAINMENT

PENGGUNAAN MEDIA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MENGHARGAI KEPUTUSAN BERSAMA DALAM PEMBELAJARAN PKN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN

PENGGUNAAN MODEL PICTURE AND PICTURE

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PECAHAN CAMPURAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN TEKNIK SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA SISWA KELAS III

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH PADA PEMBELAJARAN IPA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA LANCAR KALIMAT SEDERHANA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, AND REVIEW (SQ3R)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI PADA PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA SEKOLAH DASAR Wiwit Nur Ismiati 1), Jenny Indrastoeti S P 2), Joko Daryanto 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta e-mail: 1) wiwitnuris07@gmail.com 2) yenny_pgsd@yahoo.co.id 3) jokodaryanto@fkip.uns.ac.id Abstract: The purpose of this research is to improve the communicate skill in learning social sciences by applying Student Facilitator And Explaining (SFE) model in fifth grade student of SDN Tegalayu No. 96 Surakarta in academic year 2016/2017. The approachment of this research in classroom action research which consists of three cycles. Each cycle consists of two confluence and four phases, they are: planning, action implementation, observation, and reflection. The subject and data resources were teacher and student which consist of 27 students. The data collection techniques used observation, interview, and documentation. The validaty data techniques used triangulation of teknik and triangulation of data. The research data analysis used interactive model Miles and Huberman which consists of data collection, data reduction, data display, and conclusion drawing. The result of the research shows that the implemented of Student Facilitator and Explaining (SFE) models can improve the communicate skill. It can be proved by the increase of the communicate skill s score in each cycle. In precycle, the average score of the communicate skill is 52,2, increased to 63,45 in first cycle, increased to 72,79 in second cycle, and then increased to 79,4 in the third cycle. It can be concluded that the applied of Student Facilitator and Explaining (SFE) models can improve communicate skill in the fourth grade of SDN Tegalayu No. 96 Surakarta academic year 2016/2017. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) pada siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Pada setiap siklus terdiri dari dua pertemuan dan empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dan sumber data adalah guru dan siswa yang berjumlah 27 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik uji validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan model interaktif Miles & Huberman yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai keterampilan berkomunikasi setiap setiap siklus, yaitu pada pratindakan hanya 52,5, meningkat menjadi 63,45 pada siklus I, meningkat menjadi 72,79 pada siklus II, dan meningkat menjadi 79,4 pada siklus III. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Kata Kunci: model Student Facilitator and Explaining (SFE), keterampilan berkomunikasi, pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang paling banyak bersangkutan dengan kehidupan sehari-hari. Pada jenjang sekolah dasar, pendidikan IPS merupakan salah satu sarana pembelajaran bertujuan membina siswa menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara (Sumaatmadja, 2007: 1.10). Keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran IPS ada empat, yaitu keterampilan meneliti, keterampilan berpikir, keterampilan partisipasi sosial, dan keterampilan berkomunikasi. Semua keterampilan IPS a- kan memberi kontribusi dalam proses inkuiri sebagai pendekatan utama dalam pembelajaran IPS (Sapriya, 2009: 51). Keterampilan berkomunikasi adalah kemampuan mengungkapkan hasil pengamatan atau pengetahuan yang dimiliki kepada o- rang lain, baik secara lisan maupun tulisan (Bundu, 2006: 26). Komunikasi sangat diperlukan karena semua orang merasa perlu untuk mengomunikasikan ide, perasaan dan kebutuhannya kepada orang lain. Selain itu dalam pembelajaran akan lebih efektif apabila antara guru dan siswa mampu berkomunikasi 1) Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2) 3) Dosen PGSD FKIP UNS

dengan baik, artinya diantara keduanya terjadi kesamaan paham sehingga tujuan pembelajaran tersebut tercapai. Siswa yang memiliki keterampilan berkomunikasi akan lebih mudah mengungkapkan pendapatnya. Siswa yang mampu mengungkapkan pendapatnya terhadap materi maka siswa tersebut memahami materi tersebut. Sehingga keterampilan berkomunikasi pada siswa sangat penting dan perlu ditingkatkan. Kenyataan saat ini di kelas V SDN Tegalayu No. 96 masih ditemui kondisi seperti di atas. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa pada tanggal 24 Maret 2017 diketahui bahwa dalam pembelajaran siswa belum berani dan masih kesulitan mengungkapkan pendapatnya secara lisan, sehingga mereka cenderung pasif dan kurang lancar dalam mengungkapkan pendapat. Bahkan ada siswa yang hanya diam saja saat diminta menyampaikan pendapat ataupun saat diberi pertanyaan oleh guru. Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil pengamatan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan pada tanggal 25 Maret 2017. Hasil pengamatan keterampilan berkomunikasi menunjukkan nilai rata-rata keterampilan berkomunikasi siswa sebesar 52,5. Dari 27 siswa di kelas V SDN Tegalayu No. 96 yang mendapat nilai kategori terampil ada 3 siswa atau 11,1% dari jumlah siswa. Sedangkan yang mendapat nilai kategori cukup terampil sebanyak 13 siswa atau 48,1% dari jumlah siswa. Untuk yang mendapat nilai kategori kurang terampil sebanyak 9 siswa atau 33,3% dari jumlah siswa, dan yang mendapat nilai kategori tidak terampil ada 2 siswa atau 7,4% dari jumlah siswa. Dengan demikian, hasil tersebut menunjukkan bahwa keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 Surakarta tahun ajaran 2016/2017 termasuk dalam katergori rendah. Rendahnya kualitas keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS ini disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab tersebut dikarenakan faktor yang datang dari siswa dan guru. Faktor dari siswa yaitu siswa tidak tertarik mendengarkan materi pelajaran sehingga kurang memahami materi yang akan mereka disampaikan dan siswa berperasaan malu dan takut jika pendapatnya salah. Sedangkan faktor dari guru adalah guru kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pendapat maupun pengetahuannya. Proses pembelajaran yang seperti i- tu akan memasung kemampuan dan kreativitas siswa, sehingga hasil belajar siswa rendah. Jika hal tersebut terjadi secara terus menerus akan berdampak siswa tidak lulus atau tidak naik kelas. Dampak ini secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi psikologis siswa, siswa akan semakin tidak percaya diri. Salah satu alternatif pemecahan masalah diatas yang bisa dilakukan oleh guru a- dalah meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE). Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) merupakan rangkaian penyajian ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka, memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah didengar kepada teman-temannya, dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa (Huda, 2013: 228). Sehingga secara tidak langsung dapat melatih siswa menyampaikan ide atau gagasan yang dia miliki kepada o- rang lain. Model pembelajaran ini juga membuat materi yang disampaikan lebih jelas dan konkret, sehingga demikian model ini akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Shoimin (2016: 183) bahwa model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) ini menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi yang berujung pada peningkatan kualitas pembelajaran. Selain itu juga model ini sangat cocok dipilih guru untuk mendorong peserta didik menguasai beberapa keterampilan salah satunya yaitu berbicara yang merupakan salah satu cara manusia untuk menguasai keterampilan berkomunikasi. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Pada Pembelajaran IPS. Adapun rumusan masalah penelitian ini

adalah apakah penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tegalayu No. 96 Surakarta yang terletak di Jl. Sinuhun No. 24, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Pelaksanaannya dilakukan pada tahun ajaran 2016/ 2017 yang berlangsung selama 7 bulan, terhitung mulai bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Juli 2017. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dan empat tahapan. Tahapan-tahapannya yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 semester 2 (dua) tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 27 siswa. Siswa terdiri 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Sumber data di dapat dalam penelitian ini berupa sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu siswa yang berupa nilai hasil pengamatan keterampilan berkomunikasi. Sumber data sekunder yaitu guru yang berupa hasil wawancara guru dan siswa serta observasi kinerja guru. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik uji validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data dalam penelitian ini a- dalah model interaktif Miles & Huberman meliputi tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila 80% atau minimal 22 siswa mendapat nilai 75-100 dalam kategori Terampil. HASIL Siklus I penelitian ini dilakukan setelah observasi guna mengetahui kondisi awal keterampilan berkomunikasi siswa. Data nilai keterampilan berkomunikasi pada prasiklus dapat dilihat pada Table 1 berikut: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berkomunikasi Siswa pada Kondisi Awal Interval f xi fixi Persentase (%) 18,5-28,4 2 23,4 44,8 7,41 28,5-38,4 4 33,4 133,6 14,81 38,5-48,4 4 43,4 173,6 14,81 48,5-58,4 5 53,4 267 18,52 58,5-68,4 8 63,4 507,2 29,63 68,5-78,4 4 73,4 293,6 14,81 Jumlah 27 100 Nilai rata-rata = 52,5 Ketuntasan klasikal = 11,11% Nilai Tertinggi = 76,2 Nilai Terendah = 18,5 Data nilai pratindakan keterampilan berkomunikasi siswa pada tabel 1 hanya 3 siswa yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 11,11%. Dari nilai pratindakan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan berkomunikasi siswa masih rendah. Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE). Setelah dilakukan tindakan, keterampilan berkomunikasi siswa mengalami peningkatan dibandingkan kondisi prasiklus. Nilai rata-rata keterampilan berkomunikasi pada siklus I yaitu 63,45. Siswa yang mendapat kategori terampil ( 75) sebanyak 9 siswa (33, 33%). Sedangkan 18 siswa (66,67%) mendapat nilai dibawah kategori terampil. Hasil nilai keterampilan berkomunikasi siswa secara lengkap dapat dilihat pada Table 2 berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berkomunikasi Siswa Siklus I Interval fi xi fixi Persentase (%) 42,8-49,7 4 46,25 187,2 14,81 49,8-56,7 5 53,25 266,25 18,52 56,8-63,7 5 60,25 301,25 18,52 63,7-70,7 4 67,25 269 14,81 70,8-77,7 6 74,25 445,5 22,22 77,8-84,7 3 81,25 243,75 11,11 Jumlah 27 100 Nilai rata-rata = 63,45 Ketuntasan klasikal = 33,33% Nilai Tertinggi = 80,9 Nilai Terendah = 42,8

Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan siklus I, terjadi peningkatan nilai keterampilan berkomunikasi siswa jika dibandingkan dengan pratindakan. Ketuntasan klasikal pada siklus I meningkat menjadi 33,33% atau sebanyak 9 siswa yang tuntas kategori terampil. Akan tetapi ketuntasan tersebut belum mencapai indikator kinerja penelitian yaitu 80%, sehingga dilanjutkan ke siklus II. Pelaksanaan siklus II merupakan refleksi dari pelaksanaan siklus I, pada siklus II nilai rata-rata keterampilan berkomunikasi siswa menunjukkan adanya peningkatan. Hasil secara lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Siswa Siklus II Interval fi xi fixi Persentase (%) 47,8-55,7 2 51,75 103,5 7,41 55,8-63,7 4 59,75 239 14,81 63,8-71,7 4 67,75 271 14,81 71,7-79,7 10 75,75 757,5 37,04 79,8-87,7 6 83,75 502,5 22,22 87,8-95,7 1 91,75 91,75 3,70 Jumlah 27 100 Nilai rata-rata = 72,79 Ketuntasan klasikal = 62,96% Nilai Tertinggi = 90,5 Nilai Terendah = 47,8 Nilai keterampilan berkomunikasi pada siklus II setelah dianalisis hasilnya dapat disimpulkan bahwa mengalami peningkatan lagi jika dibandingkan dengan siklus I. Nilai rata-rata keterampilan berkomunikasi pada siklus II adalah 72,79 dengan jumlah siswa yang mencapai kategori terampil sebanyak 17 siswa dengan persentase 62,96%. Namun ketuntasan tersebut belum mencapai indikator kinerja penelitian yaitu 80%, maka dilanjutkan ke siklus III. Pembelajaran pada siklus III adalah hasil refleksi dari pelaksanaan siklus II. Pada siklus III telah dilakukan perbaikan-perbaikan, sehingga membuat kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Nilai rata-rata keterampilan berkomunikasi siswa juga menunjukkan peningkatan yang diharapkan. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini: Table 4. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Siswa Siklus III Interval fi xi fixi Persentase (%) 59,5-65,4 2 62,45 124,9 7,41 65,5-71,4 1 68,45 68,45 3,70 71,5-77,4 6 74,45 446,7 22,22 77,5-83,4 12 80,45 965,4 44,44 83,5-89,4 3 86,45 259,35 11,11 89,5-95,4 3 92,45 277,35 11,11 Jumlah 27 100 Nilai rata-rata = 79,4 Ketuntasan klasikal = 88,89% Nilai Tertinggi = 92,85 Nilai Terendah = 59,55 Table 4 menunjukkan hasil keterampilan berkomunikasi siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 pada siklus III. Diketahui telah mengalami peningkatan dari siklus II dan telah mencapai indikator kinerja yang diharapkan (80%). Nilai rata-rata keterampilan berkomunikasi yang diperoleh yaitu 79,4 dengan jumlah siswa yang mencapai kategori terampil adalah 24 siswa (88,89%). Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Berdasarkan hasil pengamatan dan a- nalisis data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan peningkatan hasil pengamatan aktivitas belajar siswa antar siklus. Adapun hasil perbandingan peningkatan keterampilan berkomunikasi antar siklus dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Perbandingan Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa Antarsiklus Keterangan Siklus I Siklus II Siklus III Nilai Terendah 18,5 42,8 47,8 59,55 Nilai Tertinggi 76,2 80,9 90,5 92,85 Rata-rata 52,2 63,45 72,79 79,4 Pratindakan Ketuntasan Klasikal (%) 11,11 33,33 62,96 88,89

Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan klasikal keterampilan berkomunikasi siswa pada pratindakan mengalami peningkatan sebesar 22,22% pada siklus I, kemudian meningkat kembali pada siklus II sebesar 29,63%, dan masih mengalami peningkatan pada siklus III sebesar 25,93%. PEMBAHASAN Pada pratindakan guru belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE). Data yang diperoleh melalui wawancara dengan guru dan perwakilan siswa kelas V menunjukkan bahwa kualitas proses pembelajaran IPS dan keterampilan berkomunikasi siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 Surakarta tahun ajaran 2016/2017 masih termasuk rendah. Hasil wawancara menyatakan bahwa siswa jarang dibiasakan berkomunikasi atau mengungkapkan pendapatnya di depan kelas. hal tersebut membuat siswa yang tidak berani dan pemalu semakin tidak mau mengungkapkan pendapatnya, padahal kelas V masih banyak yang belum berani mengungkapkan pendapatnya. Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil pengamatan keterampilan berkomunikasi dan pengamatan aktivitas belajar siswa. Hasil pengamatan keterampilan diketahui siswa yang terampil hanya 3 siswa atau 11,11%, sedangkan 24 siswa atau 88,89% belum terampil. Sehingga dapat dikatakan keterampilan berkomunikasi siswa masih sangat rendah. Sedangkan hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukkan rendahnya kualitas proses pembelajaran pada pratindakan karena guru terlalu banyak menjelaskan. Selain itu walaupun guru banyak tanya jawab, tetapi banyak juga siswa yang tidak aktif merespon pertanyaan dari guru. Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada pratindakan, maka diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi yang dilakukan untuk memperbaiki rendahnya keterampilan berkomunikasi dan pelaksanaan pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 tahun ajaran 2016/2017 dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE). Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak tiga siklus yang setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Hasil keterampilan berkomunikasi siswa pada siklus I belum mencapai target yang diharapkan, tetapi sudah meningkat dibandingkan pada pratindakan. Apalagi dengan kualitas proses pembelajarannya, proses pembelajaran sudah dapat memberikan kesempatan setiap siswa mengomunikasikan pendapatnya, sehingga siswa sudah mulai belajar mengungkapkan pendapatnya walaupun hasilnya belum baik. Pada siklus I ini siswa yang masuk kategori meningkat menjadi 9 siswa atau 33,33%. Terdapat beberapa masalah pada siklus I diantaranya yaitu siswa masih kurang pada indikator kejelasan, penyampaian, komunikasi verbal, komunikasi nonverbal, dan ketepatan. Mereka masih menggunakan tatanan kalimat yang kurang baik, kurang serius saat menyampaikan, artikulasi kurang jelas, tergesa-gesa dalam berkomunikasi, dan isi materi yang disampaikan tidak lengkap. Hal ini karena pada dasarnya siswa jarang dibiasakan mengungkapkan pendapatnya pada saat pembelajaran. Untuk mengatasinya maka penerapan model Student Facilitator and Explaining (SFE) yang memberi kesempatan setiap siswa mengomunikasikan pengetahuan dan pendapatnya pada teman satu kelompok lebih ditekankan lagi. Pencapaian aktivitas siswa pada siklus I ini masih terbilang rendah. Siswa belum berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Selain itu siswa yang berada dalam kelompok masih kurang bisa dikendalikan, siswa ramai sendiri saat tahap guru memberikan materi pada salah satu perwakilan kelompok yang maju ke depan. Hal ini membuat siswa yang maju ke depan untuk mendapat materi kurang konsentrasi mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini diatasi guru dengan memberikan LKS individu yang berisi tugas meringkas materi yang sudah dikomunikasikan oleh temannya. Selain itu pada pencapaian kinerja guru masih terdapat permasalahan juga. Permasalahannya yaitu guru belum menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Selain itu guru belum memberikan contoh tentang cara mengomunikasikan yang baik. Berdasarkan hasil tindakan pada siklus II diperoleh peningkatan yang cukup ba-

ik. Perolehan siklus II mencapai 62,96% atau 17 siswa yang sudah mencapai kategori terampil. Walaupun peningkatan tersebut belum mencapai target yang diharapkan namun sudah meningkatkan kualitas pembelajaran. Siswa sudah mulai berani mengungkapkan pengetahuan dan pendapatnya, selain itu siswa juga sudah mulai bisa dikendalikan oleh guru. Pembelajaran di siklus II ini sudah lebih efektif dibandingkan pada siklus I, sehingga juga mendukung proses berkomunikasi yang dilakukan siswa di setiap kelompoknya masing-masing. Masih ada kendala-kendala yang harus diperbaiki pada siklus II ini. Kendala tersebut adalah dalam aktivitas siswa berkomunikasi di setiap kelompok masih terlihat sepi, artinya tidak ada proses saling menanggapi terhadap apa yang telah dikomunikasikan. Prosesnya hanya menyampaikan dan menerima saja, tidak ada tanggapan dan pertanyaan dari teman yang mendengarkan. Hal ini karena siswa belum berani memberi tanggapan, siswa bingung bagaimana cara menanggapi dan apa yang harus mereka tanggapi serta tanyakan. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan membimbing siswa tentang cara memberi pendapat dan memberi sesi khusus pada setiap kelompok untuk saling menanggapi apa yang telah dikomunikasikan. Kinerja guru pada siklus II ini sudah semakin baik dan mampu membuat aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan tersebut. Siswa terlihat tertarik dalam mengikuti pembelajaran karena guru mendemonstrasikan cara berkomunikasi yang baik sesuai dengan indikator-indikator keterampilan berkomunikasi. Selain itu guru juga menggunakan video dalam pembelajaran, sehingga semakin menambah motivasi siswa mengikuti pembelajaran. Meskipun hasil tindakan pada siklus II sudah mengalami peningkatan, namun indikator kinerja yang telah ditetapkan belum tercapai. Maka dari itu, perlu dilakukan perbaikan pada siklsu III. Perbaikan tersebut terkait dengan hasil refleksi yang diperoleh dari siklus II kemudian diterapkan pada siklus III. Hasil tindakan pada siklus III setelah dilakukan perbaikan menunjukkan bahwa proses pembelajaran mengalami peningkatan yang lebih baik dibandingkan pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan berkomunikasi dilaksanakan dengan kualitas pembelajaran yang baik. Pada siklus III ini berhasil meningkatkan keterampilan berkomunikasi hingga 88,89% atau 24 siswa. Hal ini artinya indikator kinerja telah tercapai, bahkan melebihi indikator kinerja karena indikator kinerja hanya 80%. Peningkatan tersebut dikarenakan telah dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap kelemahan pada siklus-siklus sebelumnya. Pada siklus III ini kinerja guru semakin baik, guru sudah dapat menguasai kelas dan mengendalikan siswa. Pembelajaran yang semula didominasi oleh guru setelah dilakukan tindakan menjadi memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan menjadi guru yaitu memfasilitasi teman-temannya menerima materi. Hal ini membuat aktivitas siswa mengalami peningkatan yang semakin baik pula. Siswa mulai lancar dalam mengomunikasikan pengetahuannya kepada temannya. Penyampaiannya dilakukan dengan tenang dan serius serta dengan pengucapan yang baik tidak terbata-bata lagi. Saat bertanya jawab dengan guru, siswa banyak yang antusias dan memberikan respon pertanyaan yang baik. Perolehan pada siklus III dapat diketahui bahwa indikator kinerja telah ditetapkan telah tercapai. Oleh karena itu, penelitian dapat dikatakan telah berhasil dan tindakan dihentikan pada siklus III. Walaupun demikian, keterampilan berkomunikasi pada siswa perlu dilakukan tindakan lebih lanjut oleh guru kelas V untuk memantau perkembangan belajar siswa. Hal ini karena hasil penelitian menun-jukkan bahwa pada siklus III masih terdapat siswa yang belum mencapai indikator kinerja sebanyak tiga siswa. Berdasarkan observasi dan keterangan yang peneliti peroleh dari guru kelas bahwa ketiga anak tersebut memiliki sifat lamban dalam pembelajaran, apalagi dalam berkomunikasi ketiga anak ini paling tidak pernah dan sulit berbicara baik saat pembelajaran maupun diluar pembelajaran. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan memberikan bimbingan khusus terhadap ketiga siswa tersebut. Peningkatan hasil pada setiap siklus tersebut kemudian dibandingkan dengan ha-

sil wawancara setelah tindakan terhadap guru dan siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V yaitu Ibu Ethis Suryani diketahui bahwa penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) mampu membuat siswa lebih aktif, sehingga siswa yang semula sulit berkomunikasi menjadi terampil berkomunikasi. Selain itu, model pembelajaran tersebut dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa menjadi tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik serta fokus memperhatikan penjelasan guru dan temannya. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) yang dilakukan secara berulang-ulang membuat siswa memperhatikan indikator-indikator berkomunikasi dengan benar. Maka dari itu, setelah tindakan siswa mampu berkomunikasi atau mengungkapkan ide atau gagasannya dengan lafal yang jelas dan lancar, lalu menggunakan pengucapan yang baik dan ekspresi berkomunikasi yang tepat, serta yang disampaikan lengkap dan benar sesuai dengan topik yang dibahas. Hal ini senada dengan pendapat Kurniasih & Sani (2015: 79) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) adalah model pembelajaran yang melatih siswa untuk dapat mempresentasikan ide atau gagasan pada rekan-rekannya. Kemudian hasil penelitian Sari (2016) juga menyatakan bahwa model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat memudahkan dan mengaktifkan siswa untuk berbicara. Menurut Tarigan (2008: 15) tujuan utama dari berbicara adalah berkomunikasi maka jika siswa dapat berbicara maka dapat pula berkomunikasi. Perbandingan hasil penelitian ini dengan teori-teori di atas, maka diketahui bahwa penelitian ini memiliki solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pembelajaran yaitu keterampilan berkomunikasi. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada kondisi akhir telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan. Maka, penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa pada pembelajaran IPS. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Tegalayu No, 96 Surakarta tahun ajaran 2016/ 2017. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai keterampilan berkomunikasi pada setiap siklusnya, yaitu 52,2 pada pratindakan, terjadi peningkatan menjadi 63,45 pada siklus I, meningkat menjadi 72,79 pada siklus II, dan mengalami peningkatan lagi menjadi 79,4 pada siklus III. Ketuntasan klasikal siswa pada pratindakan sebanyak 3 siswa (11,11%), jumlah siswa yang mencapai kategori terampil mengalami peningkatan menjadi 9 siswa (33,33%) pada siklus I, jum-lah siswa yang mencapai kategori terampil meningkat lagi menjadi 17 siswa (62,96%), dan mengalami peningkatan lagi menjadi 24 siswa (88,89%). Dengan demikian secara klasikal pembelajaran telah mencapai ketuntasan yang ditargetkan. Maka disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Tegalayu No. 96 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. DAFTAR PUSTAKA Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional. Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurniasih, I, & Sani, B. (2015). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena. Sapriya. (2014). Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sari, B. N. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara. Vol 4, No 5. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Shoimin, A. (2016). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzzz Media. Sumaatmadja, N, dkk. (2007). Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. Tarigan, H, G. (2008). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.