CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

dokumen-dokumen yang mirip
Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2013 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 Februari 2009

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : -

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

PROSEDUR TETAP UJI KOMBINASI DENGAN AGEN KEMOTERAPI

PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME)

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN APOPTOSIS DENGAN METODE DOUBLE STAINING

Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2014 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 April 2012

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN EKSPRESI PROTEIN DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

PROTOKOL IN VITRO NO. JENIS PROTOKOL SUMBER TGL. DIBUAT 1 PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM 2 PEMBUATAN MEDIA KULTUR LENGKAP (MK) 28/02/08

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian

BAB 4 METODE PENELITIAN

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA

Aktivitas Sitototoksik Fraksi Polar Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Sel T47D

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa

UJI SITOTOKSIK EKSTRAK N-HEKSAN DAUN BOTTO -BOTTO (Chromolaena odorata L.) TERHADAP CELL LINE KANKER KOLON WiDr

dan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan

EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TANJUNG (Mimusopsi cortex) TERHADAP SEL T47D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI ANTIKARSINOGENESIS IN VIVO

BAB VI PEMBAHASAN. Rimpang temu putih yang sudah dipotong kecil-kecil didestilasi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian utama di dunia setelah penyakit jantung (Baratawidjaya & Rengganis,

BAB III METODE PENELITIAN

EKSTRAK ETANOL AKAR DAN DAUN DARI TANAMAN Calotropis gigantea AKTIF MENGHAMBAT PERTUMBUHAN SEL KANKER KOLON WiDr SECARA IN VITRO.

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR, SEMIPOLAR, DAN NON POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK PETROLEUM ETER BIJI JALI ( Coix lacryma jobi, L. ) DAN HERBA BANDOTAN ( Ageratum conyzoides ) PADA SEL HELA SECARA IN VITRO

III. METODOLOGI PENELITIAN

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 21 Mei 2015 Mengganti nomor : - Tanggal : -

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK n-heksana DAN EKSTRAK METANOL HERBA PACAR AIR (Impatiens balsamina Linn) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D

BAB III METODE PENELITIAN

SITOTOKSISITAS FRAKSI PROTEIN DAUN MIMBA

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12-

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL BIJI SRIKAYA (Annona squamosa L.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yuliandriani Wannur ( )

UJI SITOTOKSISITAS SENYAWA HASIL ISOLASI AKAR PASAK BUMI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013 di

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

Abstract. Abstrak. Pendahuluan. Isparnaning, et al, Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Daun Arcangelisia flava...

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

I. PENDAHULUAN. (medicinal mushroom) adalah Ganoderma lucidum. Jamur ini telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Utami, et al, Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Terpurifikasi Arcangelisia flava...

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides terhadap Sel Kanker Kolon Widr secara In Vitro

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Uji Sitotoksisitas Senyawa Golongan Poliketida terhadap Sel HeLa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel

POTENSI SITOTOKSIK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata L) TERHADAP SEL HeLa. CYTOTOXIC EFFECTS OF Physallis angulata PLANT On HeLa CELL LINE

SITOTOKSISITAS EKSTRAK ETANOL Aloe vera TERHADAP SEL FIBROBLAS SEBAGAI BAHAN MEDIKAMEN SALURAN AKAR SECARA IN VITRO

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 14 Mei 2014 Mengganti nomor : - Tanggal : -

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL UMBI UBI JALAR UNGU DAN UMBI UBI JALAR ORANYE (Ipomoea batatas L.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

UJI ANTIKANKER EKSTRAK METANOL JAMUR YANG DIISOLASI DARI TANAH DAERAH WONOGIRI TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 SECARA IN VITRO SKRIPSI

EFEK SITOTOKSIK DAN PENGHAMBATAN KINETIKA PROLIFERASI FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOLIK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL HeLa

Efek Sitotoksik dan Pemacuan Apoptosis Fraksi Petroleum Eter ekstrak... (Yeni Listyowati, dkk) 1

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

I. PENDAHULUAN. Ganoderma spp. sebagai jamur dengan genus paling besar. Menurut Bhosle (2010),

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB IV METODE PENELITIAN. identifikasi, sedangkan penelitian eksperimental meliputi uji toksisitas dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan Ekstrak Bligo (mengacu Sugito 2010)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Hal. 1 dari 7 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Sendy Junedi Dyaningtyas Dewi Muthi Ikawati Edy Meiyanto Tanggal 26 April 2010 26 April 2010 PROSEDUR TETAP UJI SITOTOKSIK METODE MTT DAFTAR ISI HALAMAN DAFTAR ISI 1 A. RIWAYAT REVISI DOKUMEN 2 B. TUJUAN 2 C. PENDAHULUAN 2 D. OPERASIONAL 3

Hal. 2 dari 7 A. RIWAYAT REVISI DOKUMEN No Tanggal Dibuat oleh Diperiksa oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh Dokumen - Endah P Septi Riris Istighfari J Edy Meiyanto Supervisor Pimpinan Isi Menggunakan format lama Belum ada penomoran dokumen Belum ada gambar tentang prosedur kerja dan contoh perhitungan IC 50 No Tanggal Dibuat oleh Diperiksa oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh Dokumen -02-26 Februari Sendy Junedi Adam Muthi Edy Meiyanto 010-00 2009 Hermawan Ikawati Supervisor Pimpinan Isi Menggunakan format baru Sudah ada penomoran dokumen Sudah dicantumkan gambar tentang prosedur kerja dan contoh perhitungan IC 50-03- 26 April 2010 Sendy Junedi Dyaningtyas Dewi Muthi Edy Meiyanto 009-01 Ikawati Supervisor Pimpinan Isi Menggunakan penomoran baru, lama inkubasi setelah panen minimal 4 jam, pemisahan tahapan cara kerja B. TUJUAN Memberikan panduan secara bertahap dan detail mengenai uji sitotoksik dengan metode MTT. C. PENDAHULUAN Dalam pengembangan obat antikanker baru sebagai agen-agen kemoterapi kanker, evaluasi preklinik merupakan salah satu hal yang penting untuk mengetahui potensi aktivitas neoplastiknya. Evaluasi ini tidak hanya digunakan untuk obat-obat antikanker, tetapi juga untuk obat-obat lainnya, kosmetik, zat tambahan makanan, pestisida dan lainnya. Evaluasi yang telah terstandarisasi untuk menentukan apakah suatu material mengandung bahan yang berbahaya (toksik) secara biologis disebut uji sitotoksisitas. Syarat yang harus dipenuhi untuk sistem uji sitotoksisitas diantaranya adalah sistem pengujian harus dapat menghasilkan kurva dosis-respon yang reprodusibel dengan variabilitas yang rendah, kriteria respon harus menunjukan hubungan linier dengan jumlah sel serta informasi yang didapat dari kurva dosis-respon harus sejalan dengan efek yang muncul pada in vivo. Salah satu metode yang umum digunakan untuk menetapkan jumlah sel adalah metode MTT. Prinsip dari metode MTT adalah terjadinya reduksi garam kuning tetrazolium MTT (3-(4,5- dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromid) oleh sistem reduktase. Suksinat tetrazolium yang termasuk dalam rantai respirasi dalam mitokondria sel-sel yang hidup membentuk kristal formazan berwarna ungu dan tidak larut air. Penambahan reagen stopper (bersifat detergenik) akan melarutkan kristal berwarna ini

Hal. 3 dari 7 yang kemudian diukur absorbansinya menggunakan ELISA reader. Intensitas warna ungu yang terbentuk proporsional dengan jumlah sel hidup. Sehingga jika intensitas warna ungu semakin besar, maka berarti jumlah sel hidup semakin banyak. D. OPERASIONAL 1. Alat: Mikropipet 200, 1000 μl Tabung reaksi kecil Rak tabung kecil 96-well plate Conical tube ELISA reader 2. Bahan: PBS MK (DMEM/RPMI) DMSO MTT 5mg/mL PBS (50 mg MTT and 10 ml PBS) SDS 10% dalam 0,1 N HCl (larutan stopper) Aluminium foil 3. Penanaman Sel 1. Ambil sel dari inkubator CO2, amati kondisi sel. Gunakan kultur sel dalam kondisi 80% konfluen untuk dipanen. 2. Lakukan panen sel sesuai Protokol Panen Sel - 3. Lakukan perhitungan sel sesuai Protokol Perhitungan Sel Jumlah sel yang dibutuhkan untuk uji sitotoksik dengan metode MTT adalah 5x10 4 sel/sumuran. 4. Transfer sel ke dalam sumuran, masing-masing 100 μl. Setiap kali mengisi 12 sumuran, resuspensi kembali sel agar tetap homogen. 5. Sisakan 3 sumuran kosong (jangan diisi sel). Untuk kontrol media. 6. Amati keadaan sel di mikroskop inverted untuk melihat distribusi sel dan dokumentasikan. 7. Inkubasi sel di dalam inkubator selama minimal 4 jam (agar sel attach kembali setelah panen). 8. Perlakuan sel dengan sampel dilakukan setelah sel kembali dalam keadaan normal 4. Perlakuan Sampel pada Sel - Jika sel belum attach, maksimal waktu inkubasi adalah 24 jam Selalu amati kondisi sel sebelum perlakuan. 1. Cek kondisi sel, jika sudah siap buat seri konsentrasi Lihat Protokol Preparasi Sampel.

Hal. 4 dari 7 sampel untuk perlakuan Buat peta perlakuan terlebih dahulu 2. Ambil plate dari inkubator CO2 untuk di bawa ke LAF. - 3. Buang media sel (balikkan plate 180 ) di atas tempat - buangan dengan jarak 10 cm, kemudian tekan plate secara perlahan di atas tisu makan untuk meniriskan sisa cairan. 4. Masukkan 100 μl PBS ke dalam semua sumuran yang - terisi sel, kemudian buang PBS dengan cara membalik plate seperti point 3 Tiriskan sisa cairan dengan tisu. 5. Masukkan seri konsentrasi sampel ke dalam sumuran (triplo). Dimulai dari konsentrasi sampel paling rendah sesuai peta perlakuan 6. Inkubasi di dalam inkubator CO2. Lama inkubasi - tergantung pada efek perlakuan terhadap sel. Jika dalam waktu 24 jam belum terlihat efek sitotoksik, inkubasi kembali selama 24 jam (waktu inkubasi total: 24-48 jam). 5. MTT dan Stopper 1. Menjelang akhir waktu inkubasi, dokumentasikan kondisi sel untuk setiap perlakuan Semua kelompok perlakuan difoto kecuali kontrol media 2. Siapkan reaagen MTT untuk perlakuan (0,5 mg/ml) Stok MTT dibuat dengan cara: dengan cara ambil 1 ml stok MTT dalam PBS (5mg/mL), encerkan dengan MK ad 10 ml (untuk 1 buah 96 well plate). timbang 50 mg serbuk MTT, larutkan dalam PBS ad 10 ml. Simpan dalam freezer tertutup aluminium foil Gunakan sarung tangan saat menggunakan reagen MTT (bersifat 3. Buang media sel, cuci PBS (seperti pada point 3 perlakuan sampel pada sel), dan tambahkan reagen MTT 100 μl ke setiap sumuran, termasuk kontrol media (tanpa sel). 4. Inkubasi sel selama 2-4 jam di dalam inkubator CO2. - 5. Periksa kondisi sel dengan mikroskop inverted. Jika formazan telah jelas terbentuk, tambahkan stopper 100 μl SDS 10% dalam 0,1 N HCl. karsinogen). Inkubasi dilakukan sampai terbentuk formazan Pekerjaan tidak perlu dilakukan di dalam LAF hood. 6. Bungkus plate dengan kertas atau alumunium foil dan Plate yang telah dibungkus jangan

Hal. 5 dari 7 inkubasikan di tempat gelap pada temperatur kamar selama semalam 7 Setiap selesai melakukan pekerjaan, lakukan sanitasi seperti pada Protokol Persiapan Kerja In Vitro di Laboratorium. diletakkan di inkubator. 6. ELISA Reader 1. Hidupkan ELISA reader, tunggu proses progressing hingga selesai. Cek apakah kertas print masih ada 2. Buka pembungkus plate dan tutup plate. Masukkan ke Pastikan posisi plate pada ELISA dalam ELISA reader Baca absorbansi masing-masing redaer tidak terbalik. sumuran dengan ELISA reader dengan λ=550-600 nm (595 nm, tekan tombol START). 3. Matikan kembali ELISA reader. Simpan dan tempel kertas hasil ELISA pada LOG BOOK. Setiap kali pembacaan di ELISA reader, catat di buku catatan pemakaian ELISA READER. 4. Buat grafik absorbansi (setelah dikurangi kontrol media) vs konsentrasi. 5. Hitung prosentase sel hidup dan analisis harga IC50 dengan Excell (Regresi linear dari log konsentrasi) atau SPSS (Probit/Logit). Segera fotokopi hasil ELISA karena tinta cepat luntur Konsentrasi sampel TIDAK dalam log untuk melihat profil sel hidup. Lihat Cara perhitungan IC50 7. Cara Perhitungan IC50 Pada percobaan diperoleh absorbansi 3 macam kontrol dan senyawa uji meliputi : a. Kontrol sel : berisi media kultur + sel b. Kontrol pelarut : berisi media kultur + sel + DMSO dengan konsentrasi terbesar pada seri konsentrasi) % DMSO terbesar dilihat dari konsentrasi DMSO dalam seri konsentrasi sampel yang paling pekat. c. Kontrol media : berisi media kultur d. Senyawa uji berisi : media kultur + sel + senyawa uji. Langkah-langkah perhitungan IC50 : 1. Lihat apakah absorbansi kontrol pelarut lebih rendah dari kontrol sel atau sama dengan kontrol sel.

Hal. 6 dari 7 Jika absorbansi kontrol pelarut sama dengan kontrol sel maka hitung prosentase sel hidup dengan rumus berikut : Prosentase sel hidup = (Absorbansi perlakuan Absorbansi kontrol media) x 100% (Absorbansi kontrol sel Absorbansi kontrol media) Jika absorbansi kontrol pelarut lebih rendah dari absorbansi kontrol sel maka hitung prosentase sel hidup dengan rumus berikut : Prosentase sel hidup = (Absorbansi perlakuan Absorbansi kontrol media) x 100% (Absorbansi kontrol pelarut Absorbansi kontrol media) 2. Buat grafik log konsentrasi vs prosentase sel hidup dengan chart type scatter dan chart subtype compare pairs of values. 3. Cari persamaan regresi linier dari grafik tersebut dengan menambilkan add trendline-regresi linier. 4. Lihat parameter r pada persamaan regresi linier. Jika r lebih besar dari r tabel maka persamaan regresi linier memenuhi standar untuk mencari IC50. 5. Masukan y = 50% pada persamaan regresi linier dan cari x nya kemudian dihitung antilog dari konsentrasi tersebut sehingga diperoleh IC50. Contoh perhitungan: Data Hasil Uji Sitotoksik Ekstrak Etanolik Daun X terhadap Sel Kanker Payudara T47D 1. Kontrol sel dan kontrol media Absorbansi kontrol sel 2. Ekstrak etanolik daun X Rata-rata absorbansi kontrol sel Absorbansi kontrol media Rata-rata absorbansi kontrol media 0.748 0.120 0.745 0.738 0.116 0.122 0.720 0.130 Kadar (μg/ml) Absorbansi* % Sel hidup % Sel hidup ratarata 500 0.596 0.61 0.637 76.99 79.26 83.65 79.97 1.95 400 0.627 0.597 0.603 82.02 77.15 78.13 79.10 1.49 SE

% sel hidup Hal. 7 dari 7 300 0.600 0.600 0.627 77.64 77.64 82.02 66.76 3.14 200 0.612 0.598 0.599 79.59 77.31 77.48 78.13 0.73 100 0.653 0.616 0.598 86.25 80.24 77.31 81.27 2.63 50 0.286 0.285 0.265 26.64 26.48 23.23 25.45 1.11 10 0.181 0.179 0.183 9.58 9.26 9.91 9.58 0.19 * data diperoleh dari replikasi sebanyak tiga kali untuk masing-masing kadar A = 184.2549088 B = -72.67280501 R = -0.935840465 R 2 = 0.875797376 Persamaan : y = -72.067x + 184.255 Dimasukkan pada y nilai 50 %, cari antilog ketemu hasil 70 µg/ml. 120 100 80 60 40 20 0 0 50 100 150 200 250-20 Konsentrasi (ug/ml) Profil efek sitotoksik ekstrak etanolik daun X terhadap sel T47D dengan metode MTT. Sel T47D diletakkan pada 96 well-plate kemudian diperlakukan dengan ekstrak dengan kadar (10; 50; 100; 200; 300; 400; 500) µg/ml dilanjutkan dengan pembacaan dengan ELISA reader pada ג 595 nm setelah inkubasi 24 jam. Sitotoksisitas ekstrak dinyatakan dengan % kehidupan yang ditampilkan sebagai rata-rata ± SD dari tiga eksperimen. Semakin tinggi konsentrasi larutan uji semakin rendah persentase kehidupan yang terjadi