Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry
|
|
- Surya Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8 serta doxorubicin 1 µm. Penentuan nilai konsentrasi pada flow cytometry berdasarkan daya penghambatan yang dimungkinkan pada uji sel hidup dan rataan tengah dari range konsentrasi perlakuan. Uji Sitotoksik Pengujian sitotoksik pada umunya menggunakan uji MTT untuk menentukan efektivitas suatu sampel pada sel T47D dengan parameter nilai IC 50. Kultur sel T47D yang telah tumbuh dan berkembang sangat banyak dipanen dan sel dipindahan dengan konsentrasi 5x10 4 sel/sumur ke dalam wadah 96-sumur (Nunclon). Kultur sel diinkubasi selama 24 jam untuk adaptasi. Tiap sumuran kultur sel ditambahkan DMSO, media, dan sampel sebanyak 1 μl dengan konsentrasi berbeda, lalu inkubasi kembali selama 24 jam. Media kultur yang mengandung sampel dibuang dan dicuci dengan larutan PBS, kemudian dalam kondisi gelap ditambahkan 100 μl media kultur yang mengandung MTT [3- (4,5-dimetiltiazol -2-il)-2,5 difeniltetrazolium bromida]. Wadah diinkubasi kembali selama 2-4 jam pada suhu 37 C. Sel yang hidup akan bereaksi dengan MTT membentuk kristal formazan berwarna ungu. Setelah 2-4 jam, media yang mengandung MTT dibuang (diambil secara hati-hati menggunakan mikropipet) kemudian ditambahkan 100 μl DMSO untuk melarutkan kristal formazan. Wadah digoyang di atas shaker selama 10 menit kemudian dibaca absorbannya dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 515 nm. Data yang ditunjukkan dalam absorban dan dihitung persen sel hidup, kemudian dianalisis dengan menghitung konsentrasi media hambatan dari 50% proliferasi sel (IC 50 ) dengan Microsot Excel (Arung et al. 2009). Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry Kultur sel dimasukkan pada wadah 24- sumur dengan konsentrasi 25x10 4 sel/sumur dan inkubasi selama 24 jam. Media kultur dalam wadah 24-sumur dibuang dan diganti dengan media kultur baru serta sampel 5 ul, DMSO atau hanya media saja, Sel hasil perlakuan ditampung dalam tabung flow cytometer dan disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit, kemudian supernatannya dibuang. Sel difiksasi dengan 500 µl etanol 70% dingin, disimpan dalam suhu 4 o C selama 15 menit dan disentrifugasi kembali selama 5 menit, kemudian supernatannya dibuang kembali. Pelet sel disuspensikan dengan 900 µl PBS dan 100 µl Propidium Iodida (Sigma P3566), pewarna analisis kandungan DNA, lalu dihomogenkan. Sel yang telah tersuspensi diinkubasi dalam gelap selama 30 menit dan dianalisis siklus sel dengan flow cytometry (Arung et al. 2009). Analisis Statistik Data yang diperoleh berupa absorban masing-masing sumur dikonversi ke dalam persen sel hidup menggunakan rumus: absorban sampel absorban media = x 100% absorban normal absorban media Nilai IC 50 dilihat dari uji sel hidup dengan metode MTT dan dikalkulasikan menggunakan analisis regresi linear pada Microsoft Excel. Analisis statistik untuk perbandingan antara sel yang diberi perlakuan dan tidak diberi perlakuan dilakukan uji statistiknya menggunakan uji T. Analisis data untuk uji T dilakukan menggunakan Microsoft Excel. Jika rataan normal lebih besar dari rataan sampel dengan p 0,05 maka terjadi perbedaan yang dianggap statistik signifikan (Walpole 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Hasil uji sitotoksik dengan metode MTT secara visual dapat dilihat pada Gambar 9. Sel kanker normal tanpa perlakuan pada gambar ditunjukkan dengan warna ungu pekat dan kontrol positif (doxorubicin) berwarna ungu yang sangat pudar. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam sel normal telah terjadi reduksi garam tetrazolium menjadi kristal formazan ungu, sedangkan pemberian doxorubicin tidak memperlihatkan hal tersebut yang menunjukkan sel telah mati. Perlakuan dengan sampel daun sukun, baik ekstrak dan senyawa memperlihatkan warna yang bervariasi. Sampel yang memiliki potensi penghambatan sel T47D oleh ekstrak daun sukun adalah ekstrak heksana, terlihat dengan warna ungu yang sangat pudar hampir bening. Ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, dan ekstrak butanol secara visual tidak menunjukkan efek sitotoksiknya dan pada Gambar 9 memperlihatkan warna ungu yang bervariasi pula pada tiap konsentrasi dan tiap pengulangan. Hasil sitotoksik senyawa flavonoid daun sukun yang berpotensi menghambat sel T47D adalah AC-3-1 dengan perubahan warna larutan ungu pudar (Lampiran 5). Wadah kultur sel senyawa, warna ungu yang terlihat pada sampel
2 9 Sampel Ekstrak Etanol Heksan EtAC Butanol Konsentrasi (dari atas ke bawah) dari tinggi ke rendaah Doxorubicin Konsentrasi (dari kiri ke kanan) dari tinggi ke rendah Normal DMSO Blanko Gambar 9 Hasil uji sitotoksik dengan metode MTT-assay secara kualitatif. senyawa tersebar rata pada semua konsentrasi kecuali pada senyawa AC-3-1. Penentuan utama hasil uji sitotoksik adalah untuk menghitung nilai IC 50 dari penggunaan metode MTT-assay. Sebelum perhitungan nilai IC 50, penggunaan DMSO dalam melarutkan sampel harus dilihat pengaruhnya terhadap perlakuan normal dengan menggunakan analisis statistik (uji T). Hasil uji T dari perbandingan nilai absorban normal dan DMSO menunjukkan bahwa DMSO yang memiliki sifat semipolar tidak berpengaruh signifikan terhadap perlakuan normal dengan nilai p=0.24, jika p 0.05 terdapat beda yang signifikan pada pelarut dan dapat mempengaruhi kerja dari sampel secara utuh (Walpole 1993). Nilai absorban perlakuan sampel daun sukun dari tiga kali ulangan dengan konsentrasi yang berseri dirata-ratakan, kemudian dihitung persen sel hidupnya. Tabel 1 menunjukkan persen sel hidup ekstrak daun sukun dan yang berpotensi terbaik untuk sitotoksisitas adalah ekstrak heksana. Pada konsentrasi 62.5 µg/ml ekstrak heksana mampu mendekati 50% penghambatan sel T47D sebesar 43.91% atau persen sel hidup sebesar 56.09%. Ekstrak lainnya, seperti ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, dan ekstrak butanol belum mampu memperlihatkan Tabel 1 Hasil uji sitotoksik ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) terhadap sel T47D Sampel Konsentrasi Rata-rata Persen Sel hidup IC 50 (µg/ml) (µg/ml) Ekstrak Etanol ± Ekstrak Heksana ± Ekstrak Etil Asetat ± Ekstrak Butanol ±
3 10 penghambatan 50% proliferasi sel. Pada konsentrasi 500 µg/ml. ekstrak etanol hanya mampu menghambat 20.30%. ekstrak etil asetat 30.51%. dan ekstrak butanol 29.18%. Ekstrak etanol merupakan tahapan awal proses ekstraksi dan purifikasi sampel (Lampiran 3) sehingga sampel masih ekstrak kasar dan belum menunjukkan spesifikasi dalam membantu penghambatan sel T47D. Persentase sel hidup pada masing-masing konsentrasi dikonversikan dalam persamaan linear untuk mendapatkan nilai IC 50. Nilai IC 50 yang tertera pada Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak heksana dengan kemampuan penghambatan mendekati 50% proliferasi sel memperoleh konsentrasi penghambatan ± µg/ml. Ekstrak etanol dan ekstrak butanol terlihat memiliki nilai IC 50 yang tinggi dan berada di luar rentang konsentrasi perlakuan (31.25 µg/ml-500 µg/ml) yang menunjukkan ekstrak tersebut tidak toksik. Kemampuan ekstrak etil asetat dibandingkan dengan ekstrak etanol dan ekstrak butanol diduga masih memiliki kemampuan sebagai sitotoksik dilihat dari daya hambat proliferasi selnya mendekati 50%. walaupun konsentrasi yang diperoleh ± µg/ml. Sehingga pada penelitian ini. ekstrak heksana pada sampel ekstrak daun sukun memiliki potensi tinggi dalam menghambat sel T47D. Identifikasi tanaman sukun telah dilakukan sampai pada pemurnian senyawa. Penelitian yang dilakukan Syah (2005). pada bagian daun sukun diidentifikasi terdapat sekitar tujuh senyawa. Salah satunya terdapat senyawa AC-5-1. senyawa AC-3-1. dan senyawa siklokomunol. Senyawa daun sukun tersebut berasal dari hasil isolasi ekstrak etil asetat yang mempunyai turunan flavonoid tergeranilasi jenis dihidrokhalkon dan prenilflavon (Syah Indraswati & Mulyati 2009). Ketiga senyawa ini dipilih dalam penelitian karena memiliki aktivitas biologis sebagai antitumor/antikanker. Selain itu. senyawa siklokomunol telah diidentifikasi memiliki efek sitotoksik pada sel leukimia (Syah 2005). Persen sel hidup pada Tabel 2 menunjukkan bahwa senyawa AC-5-1 memiliki kemampuan penghambatan pada konsentrasi 500 µm dengan persen sel hidup sebesar 46.51% atau penghambatan proliferasi sel sebesar 53.49%. Senyawa AC- 3-1 memperoleh persen penghambatan proliferasi sel 74.39% dengan persen sel hidup sebesar 25.61% pada konsentrasi perlakuan 125 µm. Sedangkan. senyawa siklokomunol pada konsentrasi perlakuan 250 µm mampu menghambat 54.72% proliferasi sel dengan persen sel hidup sebesar 45.28%. Persen sel hidup yang diperoleh tersebut dikonversikan untuk memperoleh konsentrasi penghambatan. Nilai IC 50 yang ditunjukkan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa senyawa AC-3-1 memberikan potensi konsentrasi penghambatan tertinggi sebesar ± Tabel 2. Hasil uji sitotoksik senyawa flavonoid daun sukun (Artocarpus altilis) terhadap sel T47D Sampel Konsentrasi Rata-rata Persen Sel hidup IC 50 (µm) (µm) Senyawa AC ± Senyawa AC ± Senyawa Siklokomunol ± Kontrol positif: Doxorubicin ±
4 µm. dibandingkan dengan dua senyawa lainnya. yaitu senyawa AC-5-1 dan senyawa siklokomunol. Ketiga senyawa memiliki potensi menghambat 50% proliferasi sel pada rentang konsentrasi perlakuan yang berbeda. Kemampuan konsentrasi penghambatan yang berbeda disebabkan karena keanekaragaman senyawa flavonoid dari adanya pola terprenilasi atau tergeranilasi sehingga membentuk senyawa yang lebih kompleks (Syah 2005). Nilai IC 50 yang diperoleh dituliskan nilai standar deviasi yang menjelaskan bahwa terjadinya keragaman data. Jika nilai standar deviasi besar maka keragaman data semakin tinggi (Walpole 1993). Standar deviasi terbesar yang menandakan semakin ragamnya data pada ekstrak dilihat dari absorban (Lampiran 6) ditunjukkan oleh ekstrak etil asetat. Keragaman tersebut dapat disebabkan oleh faktor waktu inkubasi kultur sel yang kurang optimal sehingga sampel yang diujikan belum berpotensi menghambat sel T47D. Hasil sampel yang diuji jika dibandingkan dengan doxorubicin sebagai kontrol positif. senyawa AC-3-1 masih jauh seratus kalinya dari IC 50 yang diperoleh doxorubicin. yaitu 0.53 ± 0.05 µm. Morfologi Sel Setelah Perlakuan Berdasarkan hasil uji sitotoksik dengan uji MTT menunjukkan sel yang potensi sebagai sitotoksik adalah ekstrak heksana. ekstrak etilasetat. senyawa AC-5-1. senyawa AC3-1. dan senyawa siklokomunol. Sampel daun sukun yang berpotensi menghambat sel T47D mengakibatkan terjadinya perubahan morfologi sel dibandingkan normal. Penghambatan proliferasi sel tersebut dimungkinkan karena sel mati. baik dapat terjadi secara apoptosis maupun nekrosis. Perubahan ciri morfologi sel karena obat kanker ditunjukkan dengan sel yang mengkerut. nukleus yang rusak karena terjadinya fragmentasi DNA dan sel yang tidak beraturan dalam ukuran. Morfologi kematian sel secara nekrosis ditunjukkan dengan sel yang membengkak. rusaknya dinding sel dan lisis sampai terjadi inflamasi (Gewies 2003). Sel T47D yang diberikan perlakuan selama 24 jam dilihat morfologi selnya menggunakan mikroskop inverted pada perbesaran 10 x 10. Sel yang diambil gambarnya merupakan salah satu contoh dari tiga ulangan pada konsentrasi perlakuan 100 µg/ml untuk ekstrak. 100 µm untuk senyawa. dan 1 µm untuk doxorubicin. Morfologi sel normal memperlihatkan pertumbuhan yang cepat. menutupi dan menempel semua bagian permukaan tempat tumbuh (satu lapisan). serta bentuknya hampir menyerupai jaringan (Gambar 10a). Jika dibandingkan dengan doxorubicin sebagai kontrol positif memberikan perubahan morfologi sel yang sangat nyata. Hal tersebut terlihat bahwa morfologi sel yang ditunjukkan pada Gambar 10b. yaitu sel yang telah mengapung pada media tumbuh. Jika dilihat lebih dekat pada morfologi selnya yang ditunjukkan oleh tanda panah merah. terlihat bentuk sel yang tidak beraturan dan sel telah lepas dari ikatannya. Apabila dilakukan pewarnaan khusus DAPI pada sel akan terlihat bentuk sel dengan kondisi DNA yang mengalami apoptosis dan nekrosis yang ditunjukkan dengan rusaknya membran plasma (Darzynkiewicz et al. 1992). Ekstrak heksana memperlihatkan morfologi sel yang menyerupai morfologi sel dari perlakuan doxorubicin. Morfologi sel yang terjadi pada perlakuan ekstrak heksana (Gambar 11a) adalah sel yang mengapung pada media tumbuh dan terlepasnya ikatan antar sel. Bentuk sel yang tidak beraturan yang telah mengalami kematian ditunjukkan oleh panah warna merah. Ekstrak etil asetat menunjukkan perubahan yang berbeda dengan ekstrak heksana. Gambar 11b memperlihatkan morfologi sel yang sebagaian besar sel telah terlepas ikatan antar selnya. tetapi belum mengapung secara sempurna pada media a b Gambar 10 Sel T47D setelah 24 jam perlakuan: (a) perlakuan normal; (b) kontrol positif (doxorubicin). tanda panah merah potongan sel normal dan sel yang diberi perlakuan kontrol positif.
5 12 a mengalami kematian. Perubahan morfologi sel dalam satu sumur yang tidak merata dapat disebabkan kurangnya waktu inkubasi sehingga sampel belum efektif dalam menghambat proliferasi sel T47D. Faktor ketelitian dalam pengerjaan kultur sel dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya keragaman antar morfologi sel suatu sampel. b Gambar 11 Sel T47D yang diberi perlakuan ekstrak: (a) perlakuan ekstrak heksana; (b) perlakuan ekstrak etil asetat. tanda panah merah adalah potongan sel yang diberi perlakuan ekstrak heksana. tumbuh. Bentuk sel yang ditunjukkan oleh kotak berwarna merah memperlihatkan sel dengan bentuk yang tidak beraturan seperti terjadi pengerutan membran plasma. Morfologi sel ketiga senyawa secara visual pada perbesaran 10 x 10 memperlihatkan bentuk gambar yang hampir mirip. Senyawa AC-5-1 (Gambar 12a) menggambarkan sebagian sel yang masih hidup. ditunjukkan oleh kotak berwarna hijau. Sel hidup pada gambar masih membentuk satu lapisan. walaupun ikatan antar sel tidak padat. Lekukannya menunjukkan sel akan mulai melepaskan ikatan antar sel. Bentuk sel tidak beraturan yang ditunjukkan oleh kotak warna merah memperlihatkan sel mati. Morfologi sel senyawa AC-3-1 memberikan perubahan morfologi yang sama dengan senyawa AC-5-1 karena senyawa flavonoid satu ini memiliki jenis dan struktur yang menyerupai senyawa AC-5-1. Perubahan yang terjadi (Gambar 12b). yaitu sebagian sel akan mengapung. terlepas ikatan dengan sel lainnya. dan bentuk membran plasma yang tidak beraturan. Ciri morfologi tersebut menjadi ciri sel mengalami kematian (kotak warna merah). Di sisi lain pada permukaan sel tumbuh terdapat morfologi sel yang membentuk satu lapisan yang menunjukkan sel masih hidup (kotak warna hijau). Perubahan morfologi sel yang terjadi pada sel T47D yang diberi perlakuan senyawa siklokomunol (Gambar 12c) adalah dominan sel melakukan pemisahan dirinya dari sel lain. Sel yang berwarna kuning merupakan ciri sel c b Gambar 12 Sel T47D yang diberi perlakuan senyawa: (a) perlakuan senyawa AC-5-1; (b) perlakuan senyawa AC-3-1; (c) perlakuan siklokomunol. tanda panah merah adalah potongan sel yang menunjukkan sel mati dan tanda panah hijau adalah sel hidup. a
6 13 Analisis Induksi Apoptosis Penentuan sitotoksisitas suatu sel T47D oleh daun sukun dengan menggunakan metode MTT-assay hanya menjelaskan kemampuan sampel dalam menghambat pertumbuhan sel T47D dengan parameter nilai IC 50. Perubahan morfologi sel untuk mengetahui penghambatan yang terjadi terlihat hanya dengan bentuk sel yang mengapung pada media. sel yang telah terlepas ikatan antar selnya. dan bentuk sel yang tidak beraturan. serta mengkerut menjadi indikasi sel telah mati. Penghambatan dengan parameter nilai IC 50 dan ciri perubahan morfologi sel belum menjelaskan penyebab sel mengalami kematian yang diharapkan pada penelitian ini. yaitu sampel dapat menginduksi apoptosis. Oleh karena itu. pengujian dengan analisis flow cytometry dilakukan untuk memberikan penjelasan kematian sel yang terjadi melalui induksi apoptosis. Analisis siklus sel dengan flow cytometry memperlihatkan persen populasi sel pada setiap fase yang direpresentasikan dengan histogram. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah persentase populasi sel di fase apoptosis (daerah H) dengan adanya kandungan DNA dari populasi sel tersebut yang telah terfragmentasi karena proses apoptosis. Akumulasi persen populasi sel dari suatu analisis siklus sel pada flow cytometry dihitung berdasarkan jumlah kandungan DNA yang terdeteksi dari suatu populasi sel dalam media uji. Populasi sel pada fase sub-g1 merupakan populasi sel yang memiliki kandungan DNA terfragmentasi karena adanya sampel yang bekerja menginduksi apoptosis. (Rabinovitch 1990 & Arung et al. 2009). Gambar 13 memperlihatkan histogram distribusi analisis siklus sel untuk semua perlakuan dan Tabel 3 merupakan persentase distribusi siklus sel dari Gambar 13. Histogram yang ditampilkan merupakan salah satu analisis dari tiga analisis yang dilakukan pengujiannya dengan flow cytometry. Sel T47D yang diberi perlakuan normal menunjukkan akumulasi populasi sel tertinggi pada fase G1(daerah I) dengan persentase 85.93%. Hal yang sama terlihat pada kontrol negatif. DMSO yang menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap normal dan sampel. Pada kontrol positif. yaitu doxorubicin menunjukkan terjadinya akumulasi populasi sel pada fase kematian apoptosis yang diperlihatkan dengan bentuk histogram di daerah apoptosis (daerah H). Gambar 13 Analisis siklus sel T47D dengan flow cytometry berupa histogram, (H) sel apoptosis; (I) fase G1; (J) fase S; (K) fase G2/M.
7 14 Tabel 3 Distribusi sel T47D pada fase-fase siklus sel setelah perlakuan. Perlakuan Konsentrasi Apoptosis (daerah H) G1 (daerah I) S (daerah J) G2/M (daerah K) Normal DMSO 1% Doxorubicin 1 µm Ekstrak etanol 100 µg/ml Ekstrak heksana 100 µg/ml Ekstrak etil asetat 100 µg/ml Ekstrak butanol 100 µg/ml AC µm AC µm Siklokomunol 100 µm Persentase populasi sel pada saat apoptosis untuk doxorubicin adalah 75.9%. Sampel ekstrak daun sukun yang berpotensi dalam menginduksi apoptosis adalah ekstrak heksana dan ekstrak etil asetat. Persentase populasi sel tidak hanya terakumulasi dominan pada fase apoptosis. distribusi fase siklus sel lain pun terlihat bentuk histogramnya. Akumulasi populasi sel pada perlakuan ekstrak etanol terjadi pada fase G1 dan mengalami penurunan populasi pada fase berikutnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol mengalami penghambatan setelah fase G1. Akumulasi populasi sel pada perlakuan ekstrak butanol terjadi pada fase S. Perlakuan senyawa flavonoid daun sukun terhadap sel T47D mengalami akumulasi persen populasi sel terbesar pada fase G1. Potensi dalam menginduksi apoptosis dari ketiga senyawa tidak terlalu besar. Potensi apoptosis terbaik terjadi pada senyawa siklokomunol. Pada ketiga perlakuan senyawa. penyebaran populasi sel pada setiap fase tidak merata. Persen populasi mengalami peningkatan dan penurunan pada setiap tahapan fasenya. Penyebaran jumlah populasi sel pada analisis siklus sel flow cytometry dengan perlakuan sampel daun sukun mengalami keragaman disebabkan terjadinya perbedaan pertumbuhan dan perkembangan. serta terdapatnya sistem pengontrolan checkpoint pada fase G1. fase G2. dan fase M (Campbell et al. 2002). Analisis siklus sel dengan flow cytometry yang dilakukan tiga kali ulangan untuk semua sampel pada fase apoptosis menunjukkan hasil yang berbeda signifikan dibandingkan dengan normal. Ekstrak daun sukun yang terdiri atas ekstrak etanol. ekstrak heksana. ekstrak etil asetat. dan ekstrak butanol pada konsentrasi 100 µg/ml menghasilkan ratarata persentase populasi sel pada fase apoptosis tertinggi diperoleh ekstrak etil asetat sebesar ± 4.15%. Persen populasi sel yang mengalami apoptosis tertinggi untuk senyawa flavonoid daun sukun pada konsentrasi 100 µm ditunjukkan oleh senyawa AC-5-1 sebesar ± 13.64%. Apabila dibandingkan dengan persen apoptosis kontrol positif. yaitu doxorubicin ± 9.70%. maka ekstrak etil asetat dan senyawa AC-5-1 merupakan sampel yang berpotensi untuk menginduksi sel dalam melakukan apoptosis dan mengurangi kelangsungan hidup sel T47D (Gambar 14). Tahapan uji dan pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak dan senyawa flavonoid daun sukun memiliki potensi sitotoksik melalui induksi apoptosis pada sel T47D. Ekstrak yang memiliki potensi sebagai sitotoksik melalui uji MTT adalah ekstrak heksana. Hal tersebut dibuktikan pada pengamatan morfologi sel yaitu sel yang mengapung pada media. bentuk sel yang mengkerut dan tidak beraturan yang diindikasikan sel mengalami kematian. Kematian sel secara apoptosis dengan perlakuan ekstrak heksana dilihat pada ratarata analisis flow cytometry sebesar ± 7.65%. Hasil terbaik analisis tersebut diperoleh oleh ekstrak etilasetat. meskipun potensi IC 50 ekstrak etilasetat tidak sebaik ekstrak heksana. Senyawa AC-3-1 merupakan senyawa yang berpotensi terbaik dalam uji sitotoksik. akan tetapi tidak memberikan hasil yang terbaik dalam persentase apoptosis pada flow cytometry. Persentase apoptosis tertinggi diinduksi oleh senyawa AC-5-1. Perbedaan hasil dari tahapan pengujian dapat disebabkan oleh pengerjaan kultur sel. Sistem pengontrolan dalam kultur sel tidak dapat diamati secara kontinyu karena sistem kerja sel hidup kanker yang tidak bisa
SITOTOKSISITAS EKSTRAK DAN SENYAWA FLAVONOID DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) TERHADAP SEL T47D MELALUI INDUKSI APOPTOSIS EUIS NURHAYATI
SITOTOKSISITAS EKSTRAK DAN SENYAWA FLAVONOID DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) TERHADAP SEL T47D MELALUI INDUKSI APOPTOSIS EUIS NURHAYATI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciDokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2013 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 Februari 2009
Hal. 1 dari 8 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Herwandhani Putri Edy Meiyanto Tanggal 23 April 2013 PROTOKOL UJI SITOTOKSIK
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)
Lampiran 1 Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Lampiran 2 Gambar tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Lampiran 3 Gambar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
6 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman uji dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UMS dengan cara mencocokkan tanaman pada kunci-kunci determinasi
Lebih terperinciCANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : -
Hal. 1 dari 8 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC Paraf Nama Sendy Junedi Adam Hermawan Muthi Ikawati Edy Meiyanto Tanggal
Lebih terperinciCANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM
Hal. 1 dari 7 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Dyaningtyas Dewi PP Rifki Febriansah Adam Hermawan Edy Meiyanto Tanggal 20
Lebih terperinciPROSEDUR TETAP UJI KOMBINASI DENGAN AGEN KEMOTERAPI
Halaman 1 dari 7 FARMASI UGM Dokumen nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Aditya Fitriasari
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.)
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 2. Gambar daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) a Keterangan: a. Gambar daun poguntano b. Gambar simplisia daun poguntano
Lebih terperinciCANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM
Hal. 1 dari 8 Dokumen nomor : 0301301 Tanggal : Mengganti nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental 4.2. Tempat Penelitian 1. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Biologi
Lebih terperinciCANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM
Hal. 1 dari 5 Dokumen nomor : 0301101 Tanggal : Mengganti nomor : 0201100 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf
Lebih terperinciSitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa
Tugas Akhir SB 091351 Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa Ika Puspita Ningrum 1507100059 DOSEN PEMBIMBING: Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si N. D. Kuswytasari,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Struktur flavonoid (Middelton et al. 2009).
2 yang memiliki bioaktivitas sebagai sitotoksik dan penghambatannya diduga dapat menginduksi apoptosis. Manfaat penelitiannya, yaitu daun sukun dapat digunakan sebagai obat kanker payudara secara alami.
Lebih terperinciCANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM
Hal. 1 dari 5 Dokumen nomor : 0301501 Tanggal : Mengganti nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf
Lebih terperinciPROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME)
Halaman 1 dari 5 FARMASI UGM Dokumen nomor : CCRC0201500 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC
Lebih terperinciCANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FARMASI UGM
Halaman 1 dari 7 FARMASI UGM Dokumen nomor : 0201400 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Aditya Fitriasari
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek sitotoksik kitosan terhadap berbagai jenis sel kanker yang dilakukan secara eksperimental di dalam laboratorium. Sel kanker yang digunakan
Lebih terperinciPROSEDUR TETAP PENGAMATAN APOPTOSIS DENGAN METODE DOUBLE STAINING
Halaman 1 dari 5 FARMASI UGM Dokumen nomor : 0201100 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Aditya Fitriasari
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratoris in vitro. B. Sampel Penelitian Subjek penelitian ini adalah Human Dermal Fibroblast,
Lebih terperinciAKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI
AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI Oleh: ADI CHRISTANTO K 100 080 030 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciUji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro
SIDANG TUGAS AKHIR Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro Hani Tenia Fadjri 1506 100 017 DOSEN PEMBIMBING: Awik Puji Dyah Nurhayati,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor selama 3 bulan, terhitung
Lebih terperinciAKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR, SEMIPOLAR, DAN NON POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI
AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR, SEMIPOLAR, DAN NON POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI Oleh: ITSNA FAJARWATI K100 100 031 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air
Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam
Lebih terperinciDokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2014 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 April 2012
Hal. 1 dari 7 Dokumen nomor : 0301402 Tanggal : 23 April 2014 Mengganti nomor : 0301401 Tanggal : 26 April 2012 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor
Lebih terperinciIII. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN. iii HALAMAN PERSEMBAHAN. iv HALAMAN DEKLARASI.... v KATA PENGANTAR.... vi DAFTAR ISI.. viii DAFTAR GAMBAR.. x DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR LAMPIRAN..
Lebih terperinciII. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian
9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri, tabung reaksi, autoklaf Hirayama,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji
Lebih terperinciMengganggu transport elektron pada Mitokondria
Lampiran 1 Kerangka Konsep Penelitian DMBA Karsinogen Sel Hati Fetus Hamster Dmba bereaksi dengan sitokrom P-450 untuk membentuk ikatan kovalen dengan DNA pada sel Kerusakan DNA atau DNA adduct Ekstrak
Lebih terperinciTIPE KEMATIAN SEL HeLa SETELAH PAPARAN EKSTRAK ETANOLIK CURCUMA LONGA
TIPE KEMATIAN SEL HeLa SETELAH PAPARAN EKSTRAK ETANOLIK CURCUMA LONGA Suryani Hutomo, Chandra Kurniawan Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciII. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian
9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah autoklaf (Hirayama), autoklaf konvensional,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, yakni mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2011. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Ilmu
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Rimpang temu putih yang sudah dipotong kecil-kecil didestilasi dengan
40 BAB VI PEMBAASAN 6.1 Isolasi Minyak Atsiri dengan Destilasi Uap Rimpang temu putih yang sudah dipotong kecil-kecil didestilasi dengan menggunakan destilasi uap. Pemotongan sampel dengan ukuran kecil
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Lebih terperinciAnalisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal
6 dari 1 maka volume bakteri yang diinokulasikan sebanyak 50 µl. Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 gram serbuk hasil ekstraksi flaonoid dilarutkan dengan 3 ml kloroform dan
Lebih terperinciAKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI n-heksana : KLOROFORM DARI EKSTRAK METANOL KULIT BATANG MANGROVE (Rhizopora mucronata) PADA SEL KANKER MYELOMA
Majalah Obat Tradisional, 15(2), 51 55, 2010 AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI n-heksana : KLOROFORM DARI EKSTRAK METANOL KULIT BATANG MANGROVE (Rhizopora mucronata) PADA SEL KANKER MYELOMA CYTOTOXIC ACTIVITY
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji
Lebih terperincidan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan
I. PENDAHULUAN Kanker masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia dan menjadi penyebab kematian kelima di Indonesia. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan tiga juta
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian peran vitamin E (alpha tokoferol) terhadap proliferasi kultur primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat
47 LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat Biji Alpukat - Dicuci dibersihkan dari kotoran - Di potong menjadi
Lebih terperinciKoloni bakteri endofit
Lampiran : 1 Isolasi Bakteri Endofit pada tanaman V. varingaefolium Tanaman Vaccinium varingaefolium Diambil bagian akar tanaman Dicuci (menghilangkan kotoran) Dimasukkan ke dalam plastik Dimasukkan ke
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek sitotoksik kitosan terhadap kultur sel HSC-4 dan HAT-7 yang dilakukan secara in vitro. Kedua jenis sel diaktivasi kembali dari cryopreservation
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN D. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan adalah rendang iradiasi yang memiliki waktu penyinaran yang berbeda-beda (11 November 2006, DIPA 14 Juni 2007, dan no label 14 Juni
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi
LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi Bagian akar dan batang (3-5 cm) Dicuci dengan air mengalir selama
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, Viabilitas, dan Abnormalitas Kultur Primer Sel Paru-Paru Fetus Hamster Yang Dipapar Etanol
Lebih terperinciSampel air panas. Pengenceran 10-1
Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri
Lebih terperinciSampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis)
Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis) Str Isolasi dan Karakteristik Bakteri Asam Laktat Isolat Bakteri Asam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyebab kematian dengan urutan ke-2 di dunia dengan persentase sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes, 2014). Data Riset Kesehatan
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Alur Penelitian Kultur Sel dari Penyimpanan Nitrogen Cair Inkubasi selama 48 jam dalam inkubator dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang (WHO, 2008 dalam Jemal et al., 2011). Menurut data dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker berada pada posisi kedua penyebab kematian di negara berkembang (WHO, 2008 dalam Jemal et al., 2011). Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun
Lebih terperinciAKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL BIJI SRIKAYA (Annona squamosa L.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI
AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL BIJI SRIKAYA (Annona squamosa L.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI Oleh: YENNIE RIMBAWAN PUJAYANTHI K 100 080 203 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan perbandingan kondisi fibroblas yang didapat dari dua produsen
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan sel kultur primer fibroblas. Gambar 8 menunjukan perbandingan kondisi fibroblas yang didapat dari dua produsen yang berbeda untuk
Lebih terperinci2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi
3 2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong dan Badan Tenaga Atom
Lebih terperinciAktivitas Sitototoksik Fraksi Polar Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Sel T47D
Aktivitas Sitototoksik Fraksi Polar Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Sel T47D Amalia Suci Medisusyanti 1*, Haryoto 2 1 Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2 Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel
Lebih terperinciMekanisme Molekuler Sitotoksisitas Ekstrak Daun Jati Belanda Terhadap Sel Kanker
Kode/ Nama Rumpun Ilmu : 404/Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal LAPORAN AKHIR PENELITIAN FUNDAMENTAL Mekanisme Molekuler Sitotoksisitas Ekstrak Daun Jati Belanda Terhadap Sel Kanker TIM PENGUSUL Dr.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN A.
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan memberikan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 1999). Pada penelitian
Lebih terperinciUJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA
UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA Nurshalati Tahar 1, Haeria 2, Hamdana 3 Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L) terhadap kultur primer sel otak baby hamster yang dipapar dengan dimetilbenz(α)antrase
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel hepar
Lebih terperinciUJI SITOTOKSISITAS SENYAWA HASIL ISOLASI AKAR PASAK BUMI
UJI SITOTOKSISITAS SENYAWA HASIL ISOLASI AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia, Jack) TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN SEL MIELOMA Nina Salamah Disampaikan dalam seminar Nasional PERHIPBA Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal, (yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum untuk sekelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas
Lebih terperinciAir Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif
75 Lampiran 1. Metode Kerja L.1.1 Bagan kerja Air Panas - Isolasi dan Seleksi Bakteri Pemurnian Bakteri Isolat Murni Bakteri Uji Bakteri Penghasil Selulase Secara Kualitatif Isolat Bakteri Selulolitik
Lebih terperinciLampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons
Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons 96 97 98 Lampiran 2. Pembuatan Larutan untuk Uji Toksisitas terhadap Larva Artemia salina Leach A. Membuat Larutan Stok Diambil 20 mg sampel kemudian dilarutkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia
Lebih terperinciUJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) Nazmy Maulidha*, Aditya Fridayanti, Muhammad Amir Masruhim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:
BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2006 sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang Lampiran 2. Gambar 1. Hewan Teripang segar Gambar 2. Daging Teripang Lampiran 2. (Lanjutan) Gambar 3. Simplisia Teripang Gambar 4. Serbuk simplisia Lampiran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Aktivitas Enzim Alanin Amino Transferase Plasma a. Kurva kalibrasi Persamaan garis hasil pengukuran yaitu : Dengan nilai koefisien relasi (r) = 0,998.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas
Lebih terperinciFAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI
ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker kolon merupakan salah satu penyebab umum kematian yang berasal dari transformasi epitel usus normal polip adenomatosa dan kanker invasive (Palozza et
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium
23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan
Lebih terperinciLampiran 1. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Lampiran 2 Gambar 6. Tumbuhan suruhan (Peperomia pellucida H.B.&K.) Lampiran 3 Gambar 7. Herba suruhan (peperomiae pellucidae herba) Lampiran 4 Gambar 8. Simplisia herba suruhan (Peperomiae
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan meliputi pemberian minyak atsiri jahe gajah dengan konsentrasi
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di
Lebih terperinciMetode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan
4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,
Lebih terperinciEFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TANJUNG (Mimusopsi cortex) TERHADAP SEL T47D
F02 EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TANJUNG (Mimusopsi cortex) TERHADAP SEL T47D Vonna Aulianshah, Poppy Anjelisa Z. Hasibuan dan Aminah Dalimunthe Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (medicinal mushroom) adalah Ganoderma lucidum. Jamur ini telah digunakan
1 I. PENDAHULUAN Jamur makroskopis digolongkan menjadi 4 kategori berdasarkan khasiatnya, yaitu jamur yang dapat dimakan, jamur berkhasiat obat, jamur beracun dan jamur yang belum diketahui khasiatnya.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase kerusakan, viabilitas, dan abnormalitas sel yang dipapar etanol pada kultur sel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal (Herien, 2010). Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperinciDEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN
LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Peremajaan Bacillus Isolasi Bakteri Oportunistik Produksi Antimikrob Penghitungan Sel Bakteri Oportunistik Pengambilan Supernatan Bebas Sel Pemurnian Bakteri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12-
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian tentang Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12- dimetilbenz(α)antrasen
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan, yaitu dengan cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas stensil kemudian di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan alkohol sebagai minuman yang sudah tentu bertentangan dengan ajaran islam saat ini ada kecenderungan meningkat di masyarakat. Penggunaan alkohol terutama
Lebih terperinciBAB III PERCOBAAN DAN HASIL
BAB III PERCOBAAN DAN HASIL III.1 Alat dan Bahan Isolasi senyawa metabolit sekunder dari serbuk kulit akar dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut MeOH pada suhu kamar (maserasi). Pemisahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi
2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan
4.1 Ekstraksi dan Fraksinasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol, maserasi dilakukan 3 24 jam. Tujuan
Lebih terperinci