3. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

3. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGELOLAAN TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU PONCAN KOTA SIBOLGA, SUMATERA UTARA 1

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian

3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Jenis dan Sumber Data

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

Gambar 2 Tahapan Studi

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

BAB III METODE PENELITIAN

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN

STRATEGI KONSERVATIF DALAM PENGELOLAAN WISATA BAHARI DI PULAU MAPUR, KABUPATEN BINTAN, KEPULAUAN RIAU 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan 2010)

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

Gambar 3 Lokasi penelitian.

IV. METODE PENELITIAN

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

Strategi Pengelolaan Wisata Pantai Cemara Kembar Kabupaten Serdang Bedagai

3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 29

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

KAJIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PULAU TIKUS BENGKULU

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

3. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis Data dan Informasi 3.3 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung. Perameter yang diamati dalam penelitian adalah jenis-jenis

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

IV. METODE PENELITIAN

KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG SEBAGAI EKOWISATA BAHARI DI PULAU DODOLA KABUPATEN PULAU MOROTAI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

3. METODE PENELITIAN

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI LESTARI INDAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SUMATERA UTARA

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB III METODE PENELITIAN

PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA SELAM DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA, JAWA TENGAH. Agus Indarjo

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

Transkripsi:

22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Mei sampai Oktober 2009. Lokasi penelitian dan pengamatan dilakukan di Pulau Poncan Besar dan Pulau Poncan Kecil Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Gambar 3 Peta lokasi penelitian. Lokasi penelitian terletak di Perairan Teluk Tapian Nauli di daerah Kota Sibolga Provinsi Sumetara Utara. Ruang lingkup penelitian terdapat di Pulau Poncan Besar dan Pulau Poncan Kecil. Stasiun pengamatan terdiri dari 3 (tiga) titik stasiun untuk masing-masing Pulau Poncan. Diasumsikan masing-masing stasiun pengamatan menggambarkan keterwakilan dari lokasi penelitian.dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) untuk memplot masing-masing titik pengamatan penelitian (Gambar 3).

23 Pemilihan lokasi penelitian mengacu pada penelitian Sitanggang (2006), sebagai pertimbangan dalam pengembangan daerah pariwisata di pesisir Kota Sibolga (Gambar 4). Gambar 4 Peta daerah pengembangan pariwisata di Sibolga. Sumber : Citra IKONOS (dalam Sitanggang, 2006) 3.2. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan lapangan atau observasi. Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung di lapangan melalui pengukuran, pengamatan terhadap parameter lingkungan dan kondisi terumbu karang, serta wawancara terhadap masyarakat nelayan, pengunjung, pengelola wisata, pemerintah daerah perguruan tinggi dan LSM dengan berpedoman pada kuisioner. Data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari instansi terkait sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.

24 3.2.1. Data primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan lapangan, adapun data primer secara khusus terdiri dari : 1. Data ekologis a). Parameter biologi : data terdiri dari kondisi terumbu karang dan ikan karang. Metode yang digunakan untuk pengambilan data biota pengisi habitat dasar adalah metode transek garis (Line Intercept Transect). Cara yang dilakukan yaitu dengan membentangkan transek garis (roll meter) sepanjang 50 m dengan melakukan ulangan sebanyak 3 (tiga) kali pada kedalaman antara 3-5 m. Pengamatan biota pengisi habitat dasar didasarkan pada bentuk pertumbuhan (life form) yang memiliki kode-kode tertentu (English et al. 994). Pengambilan data ikan karang menggunakan metode Underwater Fish Visual Census (UVC). Kemudian pencatat ikan karang mencatat seluruh spesies dan jumlah ikan yang ditemukan dengan berenang sepanjang transek garis 50 m dengan lebar area pengamatan 2,5 m ke kiri dan ke kanan transek garis. b). Oseanografi kawasan : data diperoleh melalui hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan antara lain : kecerahan, salinitas, suhu permukaan, kecepatan arus, kedalaman, panjang dan lebar pantai, material dasar dan tipe pantai, gelombang serta kerusakan terumbu karang. 2. Data sosial dan ekonomi a). Sumberdaya manusia : data diperoleh melalui wawancara terhadap reponden yang terdiri dari pemerintah, masyarakaat nelayan, pengunjung, pengelola wisata (PT. Sibolga Marine Resort) dan lembaga swadaya masyarakat. b). Nilai ekonomi terumbu karang : merupakan data nilai pemanfaatan terumbu karang yang terdiri dari manfaat langsung, manfaat tidak langsung serta manfaat pilihan. c) Sosial ekonomi masyarakat nelayan : data terdiri dari komposisi umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan serta pengeluaran masyarakat nelayan. Data diperoleh melalui wawancara terhadap masyarakat nelayan. Kegiatan wawancara ini bertujuan memperoleh informasi lebih lanjut tentang kawasan penelitian. Pencatatan data dilakukan dengan penggunaan kuisioner dengan wawancara secara langsung dengan masyarakat sekitar Pulau Poncan yang berada di

25 Kecamatan Sibolga Kota dan lembaga-lembaga yang terkait dengan pengembangan dan pengambil kebijakan di wilayah penelitian dan juga wawancara terhadap pengunjung. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling dan insedentil sampling. Adapun jenis dan jumlah responden dapt dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis responden dan Jumlah responden yang akan di wawancara Jenis Responden Jumlah Responden (orang) Teknik Sampling Pemerintah 5 Purposive Masyarakat (nelayan) 20 Purposive / Insedentil Pengelola wisata 5 Purposive Pengunjung 20 Purposive / Insedentil Perguruan Tinggi 8 Purposive Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 2 Purposive Total 60 Pertimbangan menggunakan metode purposive sampling karena metode pengambilan sampel ini dengan sengaja memilih responden berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan, yaitu dengan ketentuan peran serta (partisipasi) masyarakat dalam kegiatan ekowisata bahari yang ada. Pertimbangan lain adalah kemudahan dalam melakukan wawancara dan kesediaan responden dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian. 3.2.2. Data sekunder Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran berbagai pustaka yang ada dan berbagai laporan yang diperoleh dari beberapa instansi antara lain : Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan, Dinas Pariwisata, BAPPEDA, TNI-AL, Dinas Perhubungan, Kimpraswil, Biro Pusat Statistik, sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan seperti laporan hasil penelitian dan publikasi lainnya serta peta-peta yang tersedia. Adapun data sekunder yang terdiri geofisik yaitu iklim, pasang surut dan topografi. Data sosial ekonomi masyarakat antara lain kependudukan, sarana dan prasarana, pendikan dan mata pencaharian, serta data pendukung lainnya. 3.3. Alat dan Bahan Penelitian Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

26 1. Parameter biologi Alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan terumbu karang dan ikan karang adalah peralatan SCUBA (Self Containing Underwater Breathing Aparrarus) diving, roll meter, GPS (Global Positioning System), alat tulis bawah air (sabak dan pensil), kamera underwater. 2. Parameter fisika dan kimia perairan Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan beberapa parameter kualitas air antara lain parameter fisika dan kimia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Parameter fisika dan kimia perairan Parameter Satuan Alat yang digunakan Kecerahan % Secchi disk Salinitas 0 / 00 Refraktometer Suhu permukaan o C Termometer Kecepatan Arus cm/det Floating dredge Panjang Pantai m Roll Meter Lebar Pantai m Roll Meter 3. Parameter sosial ekonomi Alat dan bahan yang digunakan untuk pengumpulan data sosial ekonomi antara lain kamera, alat tulis, dan kuisioner. 3.4. Analisis Data 3.4.1. Persentasi penutupan karang Persen penutupan karang berdasarkan pada kategori dan persentasi karang hidup (life form), semakin tinggi persen penutupan karang hidup maka kondisi ekosistem terumbu karang semakin baik, dan semakin penting pula untuk dilindungi. Data persen penutupan karang hidup yang diperoleh berdasarkan metode line intersep transect dihitung berdasarkan persamaan yakni : Ni Dimana : Ni = Persen penutupan karang (%) li = Panjang total life form / jenis ke-i (m) L = Panjang transek (50 m) Data kondisi penutupan terumbu karang yang diperoleh dari persamaan di atas kemudian dikatrgorikan berdasarkan Gomez dan Yap (1988) yaitu :

27 a. 75-100 % : Sangat baik c. 25-50 % : Sedang b. 50-75 % : Baik d. 0-25 % : Rusak 3.4.2. Kelimpahan ikan karang Analisis kelimpahan ikan karang yang terdapat pada perairan Pulau Poncan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Odum (1993), yaitu : Kelimpahan Ikan = ind/m2 Dimana : Xi = Jumlah individu ikan karang pada stasiun ke-i (ind) L = Luas stasiun pengamatan (250 m 2 ) 3.5. Analisis Matriks Kesesuaian untuk Snorkling, Selam dan Analisis Indeks Kesesuaian Wisata 3.5.1. Matriks kesesuaian untuk snorkling Kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkling mempertimbangkan tujuh (7) parameter dengan empat (4) klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata snorkling antara lain kecerahan perairan, tutupan karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang dan lebar hamaparan datar karang (Yulianda, 2007), (Tabel 4) Tabel 4 Matriks kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkling. No. Parameter Bobot S1 1. Kecerahan perairan (%) 5 100 3 2. Tutupan komunitas karang 5 > 75 3 S2 80 < 100 > 50 75 2 S3 20 - < 50 N 1 < 20 0 2 25 50 1 < 25 0 3. Jenis lifeform 3 > 12 3 < 7-12 2 4-7 1 < 4 0 4. Jenis ikan 3 > 50 3 30 50 2 10 - >30 1 > 10 0 karang 5. Kecepatan arus >15 >30 1 0 15 3 2 1 > 50 0 (cm/det) 30 50 6. Kedalaman > 10 terumbu karang 1 1 3 3 > 3 6 2 >6-10 1 0 (m) < 1 7. Lebar > 100 - hamparan datar 1 > 500 3 2 20-100 1 < 20 0 500 karang (m) Sumber : Yulianda (2007)

28 3.5.2. Matriks kesesuaian untuk selam Wisata bahari di kelompokkan ke dalam dua kategori yaitu wisata selam, wisata snorkling. Menurut Yulianda (2007), kesesuaian wisata bahari dalam kategori wisata selam mempertimbangkan enam (6) parameter dengan empat (4) klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata bahari kategori wisata selam antara lain kecerahan perairan, tutupan komunitas karang (karang keras, karang lunak dan biota lain), jenis 1ifeform, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu karang (Tabel 5). Tabel 5 Matriks kesesuaian wisata bahari kategori wisata selam No Parameter Bobot S1 S2 1. Kecerahan perairan (%) 5 > 80 3 50 80 2 2. Tutupan komunitas karang 5 > 75 3 > 50 75 S3 20 - < 50 N 1 < 20 0 2 25 50 1 < 25 0 3. Jenis lifeform 3 > 12 3 < 7-12 2 4-7 1 < 4 0 4. Jenis ikan 3 > 100 3 50 100 2 20 - >50 1 < 20 0 karang 5. Kecepatan >15 >30 1 0 15 3 2 1 > 50 0 arus (cm/det) 30 50 6. Kedalaman >15-20 > 30 terumbu >20 1 6 15 3 2 1 0 karang (m) 30 3 < 6 < 3 Sumber : Yulianda (2007) 3.5.3. Indeks kesesuaian wisata (IKW) Analisa indeks kesesuaian wisata (IKW) merupakan lanjutan dari matriks kesesuaian snorkling dan matriks kesesuaian selam. Rumus yang digunakan untuk indeks kesesuaian wisata (Yulianda, 2007). Keterangan: IKW = [Ni/Nmaks] x 100% Ni = Nilai parameter ke-i Nmaks= Nilai maksimum dari suatu kategori wisata S1 = Sangat sesuai, dengan IKW 83-100 % S2 = Sesuai, dengan IKW 50 - < 83 % S3 = Sesuai bersyarat, dengan IKW 17 - < 50 % N = Tidak sesuai, dengan IKW < 17%

29 3.6. Analisis Daya Dukung Kawasan Menurut Yulianda (2007), konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan dua hal, yaitu (1) kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dan manusia, dan (2) standar keaslian sumberdaya alam. Analisis daya dukung ditujukan para pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, sehingga perlu adanya penentuan daya dukung kawasan. Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam dengan menggunakan konsep daya dukung kawasan (DDK). Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung dikawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia, dapat dilihat pada rumus: DDK Keterangan: DDK K Lp Lt Wt Wp = Daya dukung kawasan (orang) = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang) = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (m) = Unit area untuk kategori tertentu (m) = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam) = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam) Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan pada (Tabel 6). Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam menolerir pengunjung sehingga keaslian tetap terjaga. Setiap melakukan kegiatan ekowisata, setiap pengunjung akan memerlukan ruang gerak yang cukup luas untuk melakukan aktivitas seperti diving (menyelam) dan snorkling untuk menikmati keindahan pesona alam bawah laut, sehingga perlu adanya prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata (Tabel 7).

30 Tabel 6 Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) Jenis kegiatan pengunjung (orang) Unit area (Lt) Keterangan Snorkling 1 250 m 2 Setiap 1 orang dalam 50 m x 5 m Selam 2 1000 m 2 Setiap 2 orang dalam 100m x 10m Sumber : Yulianda (2007) Tabel 7 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata Jenis kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp-(jam) Total waktu 1 hari Wt-(jam) Snorkling 3 6 Selam 2 8 Sumber : Yulianda (2007) 3.7. Analisis Kerusakan Terumbu Karang Menghitung kerusakan terumbu karang untuk masing-masing tingkat penyebab kerusakannya berdasarkan jumlah stasiun yang terdapat kerusakannya terhadap jumlah stasiun dalam suatu lokasi penelitian. Tingkat kerusakan terumbu karang untuk penyebab kerusakan (x), dihitung dengan menggunakan rumus: (CRITC COREMAP LIPI, 2006) Jumlah stasiun dalam suatu lokasi yang memiliki tingkat kerusakan yang disebabkan kerusakan X 100 % Jumlah seluruh stasiun dalam lokasi penelitian dari 0 3. Tingkat kerusakan untuk setiap penyebab kerusakan memiliki nilai berkisar Keterangan : 0 = tidak ada kerusakan 1 = kerusakan rendah ( 1-5 % ) 2 = kerusakan sedang ( 6-25 % ) 3 = kerusakan tinggi (> 25 % ) 3.8. Analisis Ekonomi Terumbu Karang Analisis ini ditujukan untuk melihat nilai ekonomi terumbu karang di Pulau Poncan. Analisis ekonomi dilakukan dengan mengetahui total nilai ekonomi (TEV) berdasarkan nilai pemanfaatan yaitu manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung serta manfaat pilihan dari terumbu karang. dengan menggunakan rumus (Barton, 1994) : TEV = UV atau TEV = DUV + IUV + OV

31 Keterangan : TEV = Total Economic Value UV = Use Value DUV = Direct Use Value IUV = Indirect Use Value OV = Option Value 3.9. Analisis Deskriptif Pengembangan Ekowisata Analisis data strategi pengembangan ekowisata ini bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data kualitatif yang diperoleh mengenai baik buruknya dari suatu atraksi alam, atraksi budaya, akomodasi, aksesibilitas dan transportasi, informasi wisata, fasilitas kesehatan, sumberdaya manusia, air, energi dan limbah, sumber pembiayaan, data dan informasi pengunjung, organisasi dan kelembagaan diklasifikasikan menjadi data kuantitatif. Data kualitatif yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif yang tersajikan dalam bentuk tabel, gambar atau grafik. 3.10. Analisis SWOT Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistemastis untuk merumuskan strategi (Rangkuti, 1997). Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui atau melihat kondisi sebuah objek wisata secara sistematik atas faktor-faktor kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) dari faktor internal serta peluang (Opportunities) dan ancaman (Threaths) dari faktor eksternal yang dihadapi. Analisis ini didasarkan asumsi bahwa strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan kesempatan yang dimiliki serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang digunakan terhadap faktor-faktor internal dan faktor eksternal, sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating. Dalam menganalisis data yang dilakukan akan melibatkan peran serta masyarakat dan instansi terkait, sehingga analisis SWOT yang dihasilkan tidak bersifat subjektif akan tetapi bersifat objektif.

32 3.10.1. Analisis matriks internal faktor evaluation (IFE) dan eksternal faktor evaluation (EF.E) Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh kawasan ekowisata dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki oleh sebuah kawasan ekowisata dengan cara mendaftarkan semua ancaman dan peluang. Hasil dari kedua identifikasi faktor-faktor tersebut menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang selanjutnya akan diberikan bobot dan peringkat (rating). 3.10.2. Penentuan bobot setiap variabel Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal. Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 (David, 2002), yaitu: 1 : Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 : Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal 4 : Jika indikator horizontal sangat penting dibandingkan indikator vertikal. Bentuk pembobotan faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 8 dan bentuk pembobotan faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8 Penilaian bobot faktor strategis internal Faktor Strategis Internal A B C... N Total A B C... N Total Sumber : David (2002) Tabel 9 Penilaian bobot faktor strategis eksternal Faktor Strategis Eksternal A B C... N Total A B C... N Total Sumber : David (2002)

33 3.10.3. Penentuan peringkat (rating) Penentuan peringkat (rating) merupakan pengukuran terhadap pengaruh masing-masing variabel yang menggunakan nilai peringkat dengan skala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategis dimiliki objek wisata (Rangkuti, 1997). Skala penilaian peringkat untuk matriks Internal Faktor Evaluation (IFE): 1 = Kekuatan yang kecil 3 = Kekuatan yang besar 2 = Kekuatan sedang 4 = Kekuatan yang sangat besar Skala penilaian rating faktor strategis kelemahan, merupakan kebalikan dan faktor strategis kekuatan, di mana: 1 = Kelemahan yang sangat berarti 3 = Kelemahan yang kurang berarti 2 = Kelemahan yang cukup berarti 4 = Kelemahan yang tidak berarti Pemberian nilai peringkat untuk matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) untuk faktor peluang: 1 = Peluang rendah, respon kurang 3 = Peluang tinggi, respon diatas rata-rata 2 =Peluang sedang, respon rata-rata 4 = Peluang sangat tinggi, respon superior Pemberian nilai peringkat untuk matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) untuk faktor ancaman merupakan kebalikan dan faktor peluang: 1 = Ancaman sangat besar 3 = Ancaman sedang 2 = Ancaman besar 4 = Ancaman kecil Kemudian nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan berkisar antara 1 sampai dengan 4 dengan rata-rata 2.5. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2.5 hal tersebut menyatakan bahwa kondisi internal lemah. Jika berada diatas 2.5 maka menunjukkan kondisi internal adalah kuat. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 10.

34 Tabel 10 Matrik IFE Faktor Strategis Internal Bobot Rating Kekuatan 1... 2.... 10 Kelemahan 1... 2.... 10 Total Sumber : Rangkuti (1997) Matriks EFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dengan melakukan klasifikasi terhadap peluang dan ancaman. Total skor pembobotan EFE berkisar antara 1 sampai dengan 4 dengan rata-rata 2.5. Jika total skor pembobotan EFE dibawah 2.5 hal tersebut menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah. Jika berada diatas 2.5 maka menunjukkan kondisi eksternal adalah kuat. Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Matrik EFE Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Peluang 1... 2.... 10 Ancaman 1... 2.... 10 Total Sumber : Rangkuti (1997) Keterkaitan faktor internal dan eksternal tersebut digambarkan dalam bentuk matriks SWOT (Tabel 12). Matriks SWOT ini dapat disusun beberapa strategi alternatif untuk menangani kelemahan dan ancaman.

35 Tabel 12 Matrik SWOT EFE IFE STRENGHTS (S) S1 S2 Dst WEAKNESS (W) W1 W2 Dst OPPORTUNITIES (O) O1 O2 Dst THREATS (T) T1 T2 Dst Sumber : David (2002) STRATEGI S-O (Strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang) STRATEGI S-T (Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman) STRATEGI W-O (Strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang) STRATEGI W-T (Strategi meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman) 3.10.4. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan menentukan rangking prioritas strategi dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang untuk pengembangan kawasan ekowisata di Pulau Poncan. Jumlah skor diperoleh dari penjumlahan semua skor dari setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai yang terkecil dan semua yang ada (Tabel 13). Tabel 13 Rangking alternatif rencana strategi No Unsur SWOT Keterkaitan Jumlah Rangking STRATEGI S-O 1 SO1 S1,S2,..., Sn O1,O2,...,On 2 SO2 S1,S2,...,Sn O1,O2,...,On STRATEGI S-T 3 ST1 S1,S2,...,Sn T1,T2,...,Tn 4 ST2 S1,S2,...,Sn T1,T2,...,Tn STRATEGI W-O 5 WO1 W1,W2,...,Wn O1,O2,...,On 6 WO2 W1,W2,...,Wn O1,O2,...,On STRATEGI W-T 7 WT1 W1,W2,...,Wn T1,T2,...,Tn 8 WT2 W1,W2,...,Wn T1,T2,...,Tn