Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) a. www.aquaportail.com b. Dok. Pribadi c. Mandegani et.al (2016) Rumput laut segar Penanganan Rumput Laut Pasca Panen Penanganan rumput laut pasca panen sangat perlu diperhatikan sejak dipanen hingga dikeringkan atau diolah, karena akan berpengaruh terhadap mutu yang dihasilkan. Umumnya setelah dipanen, rumput laut dikeringkan, baik dengan cara digantung maupun diletakkan di atas para-para (bilah-bilah bambu/kayu yang dirancang seperti dudukan dan diletakkan di atas tanah) atau di atas terpal yang dihamparkan di atas pasir. Pemanenan Kegiatan pemanenan diawali dengan cara melepaskan tali jalur yang berisikan rumput laut siap panen. Rumput laut tersebut diangkut ke tepi pantai kemudian dirontokan dengan jalan memasang dua patok kayu dalam satu lubang kemudian kedua ujung patok atas direntangkan sehingga membentuk huruf Y. Setelah itu dua sampai tiga ujung dari tali jalur yang berisikan rumput laut hasil panen tersebut dimasukkan ke antara kedua patok tersebut dan ditarik sehingga rumput laut rontok dan siap untuk dijemur. Hal ini akan menimbulkan luka yang cukup banyak pada rumput laut tersebut sehingga dapat memberikan dampak yang kurang baik dimana pada luka tersebut akan mengakibatkan keluarnya air termasuk karagenan yang terkandung dalam rumput laut 3
tersebut. Oleh sebab itu pemanenan yang baik adalah meminimalkan luka pada rumput laut dari setiap hasil panen tersebut (Akma, S, & Ilham, 2008). Sebagai bahan baku pengolahan, rumput laut harus dipanen pada umur yang tepat. Untuk rumput laut jenis Gracillaria, pemanenan dilakukan setelah berumur 3 bulan, dan jenis Eucheuma / Kappaphycus dipanen setelah berumur 1,5 bulan atau lebih dengan memetik seluruh atau sebagian thallus (DKP, 2003). Menurut (Aslan, 1998) bahwa pemanenan dilakukan bila rumput laut telah mencapai berat tertentu, yakni sekitar empat kali berat awal (dalam waktu pemeliharaan 1,5 4 bulan). Untuk jenis Kappaphycus dapat mencapai berat sekitar 500-600 g, sudah dapat dipanen. Masa panen juga tergantung dari metode dan perawatan yang dilakukan setelah bibit ditanam. (Fahrul, 2006) menyatakan bahwa kualitas rumput laut selain dipengaruhi oleh teknik budidaya juga dipengaruhi oleh umur panen, cara panen, dan keadaan cuaca pada saat panen. Rumput laut siap dipanen pada umur 1-1,5 bulan setelah ditanam. Rumput laut sebaiknya dipanen pada pagi hari, pada saat cuaca cerah. Untuk jenis Kappaphycus sp rumput laut dipanen dengan melepas bentangan tali yang digunakan untuk mengikat rumput laut. Rumput laut kemudian dicuci dengan air laut untuk membersihkan lumpur atau kotoran lain yang menempel. Setelah itu dilepaskan dari tali pengikatnya, dibersihkan dari benda-benda asing seperti tali rafia, koral, kekerangan, potongan kayu dan kotoran lainnya, kemudian baru dijemur. Sedangkan untuk jenis Sargassum sp sebagai penghasil alginat yang masih diambil dari alam, sebaiknya panen dilakukan setelah berumur 4 bulan dengan cara memotong thallusnya. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan alat pemotong berupa pisau dan diambil thallusnya sepanjang 30 cm dari ujung thallus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila panjang thallus kurang dari 40 cm, maka alginat yang dihasilkan memiliki komponen antara manuronat dan guluronat lebih besar dari satu, sifat tekstur gelnya lebih kenyal dan sangat baik untuk digunakan sebagai bahan kosmetik. Sebaliknya apabila panjang thallusnya lebih dari 40 cm. maka alginat yang dihasikan memiliki ratio antara manuronat dan guluronat kurang dari 1 (DKP, 2003). 4
Kegiatan panen rumput laut dapat saudara amati pada link yang tertera ini https://youtu.be/1oxmwrq79ja Kegiatan panen rumput laut Pengeringan Pengeringan rumput laut harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya proses fermentasi terutama pada jenis Kappaphycus karena akan menurunkan mutu karaginan yang dihasilkannya. Pengeringan rumput laut sebaiknya dilakukan ditempat terbuka jauh dari pemukiman penduduk dekat dengan pantai atau tempat budidaya sehingga cukup mendapat sinar matahari. Pengeringan sebaiknya menggunakan alas atau tidak langsung di atas tanah, pasir atau pematang. Pengeringan dapat dilakukan selama 2-3 hari atau kadar air mencapai standar kekeringan untuk rumput laut yang telah ditetapkan SNI yaitu untuk jenis Eucheuma 32 %, Gracilaria 25% dan untuk Sargassum dan Turbinaria sebesar 20%. Pengeringan rumput laut dapat dilakukan dengan cara digantung, diletakkan di atas para-para, atau di atas terpal. Segera setelah kering rumput laut dibersihkan dari kristal-kristal garam yang berwarna putih yang melekat pada permukaan rumput laut. Adanya kristal garam yang bersifat higroskopis dapat berakibat menurunnya kadar air rumput laut selama penyimpanan. Yang perlu diperhatikan adalah selama pengeringan rumput laut tidak 5
boleh kena air hujan karena dapat menyebabkan menurunnya mutu rumput laut yang dihasilkan. Saudara dapat mengamati model penjemuran digantung dengan mengunjungi situs https://youtu.be/dvkfqtybv4g dan model penjemuran di atas terpal pada gambar di bawah ini. Pengeringan rumput laut di atas terpal Pengemasan dan penyimpanan Rumput laut yang telah kering dikemas dengan menggunakan kemasan berupa karung plastik atau goni yang bersih dan bebas dari bahan yang berbahaya. Oleh karena rumput laut merupakan bahan yang bersifat mengembang, maka untuk pengemasannya diperlukan alat pengepres hidrolik sehingga diperoleh kemasan yang berbentuk persegi empat dengan isi kemasan yang padat dan volume kemasan yang cukup kecil. Berat kemasan sebaiknya tidak lebih dari 50 kg, sehingga mudah untuk diangkat. Setelah dikemas rumput laut kemudian diberi label yang memuat nama rumput laut serta berat masing-masing kemasan. Setelah dikemas rumput laut dapat langsung dikirim untuk dijual atau disimpan dalam gudang yang bersih dan tidak lembab. Lantai gudang tempat penyimpanan sebaiknya diberi pallet kayu. Penempatan rumput laut dalam gudang diatur sedemikian rupa sehingga tidak 6
menyentuh dinding gudang (DKP, 2003). Gambar di bawah ini memperlihatkan proses pengemasan rumput laut kering dalam karung nilon. Pengemasan rumput laut kering (www. Rumputlautindonesia.blogspot.com) Pemanfaatan Rumput Laut dalam Industri Pangan dan Non Pangan (Concon, 2012) menyebutkan bahwa sekitar 80% rumput laut Indonesia hanya diekspor sebagai bahan baku primer (raw material) dalam bentuk rumput laut kering dengan harga relatif rendah, dan hanya 20% saja yang diolah di dalam negeri. Hal ini menyebabkan nilai tambah yang dihasilkan oleh produk rumput laut cenderung minim. Padahal rumput laut merupakan komoditas yang mampu menghasilkan nilai tambah yang cukup tinggi apabila telah melalui proses pengolahan. Sebagai gambaran, harga rumput laut kering di pasar internasional hanya 2 dollar AS per kilogram, padahal rumput laut olahan dapat dihargai 20 dollar AS per kilogram. Kondisi ini dapat menjadikan tantangan bagi produsen dan pengolah rumput laut Indonesia untuk dapat memanfaatkan hasil panen dengan cara mengolahnya sendiri baik untuk industry pangan maupun non pangan. Pemanfaatan rumput laut dalam industri pangan Rumput laut merupakan bahan baku pangan yang sangat baik bagi pencernaan manusia karena kandungan seratnya yang tinggi. Mengkonsumsi bahan pangan berserat dapat mencegah timbulnya berbagai penyakit seperti kanker usus besar, kardiovaskuler, mencegah obesitas serta efektif dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah. (Matanjun, et al. 2009) melaporkan bahwa kandungan serat larut air K. Alvarezii jauh 7