IMPLEMENTASI GMP (Good Manufacturing Practice) PADA PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEDIRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI GMP (Good Manufacturing Practice) PADA PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEDIRI"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI GMP (Good Manufacturing Practice) PADA PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEDIRI Doris Eka Fajariyanto, Darimiyya Hidayati, dan Millatul Ulya Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Korespondensi : Jl.Raya Telang PO BOX 2 Kamal-bangkalan. vhadjhar_new@yahoo.com ABSTRAK Mutu kakao Indonesia pada saat ini mengalami penurunan dimata dunia. Sebagian besar biji kakao yang diterima dari Indonesia, dalam keadaan mouldy (berjamur atau bulukan). Biji kakao Indonesia rentan dengan serangan cocoa pod borer yaitu sejenis hama yang akan memakan biji kakao atau nib. Tidak adanya pengendali mutu pada proses pengolahan tersebut dapat mengurangi mutu pada biji kakao kering. GMP merupakan suatu pedoman bagi industri terutama industri yang terkait dengan pangan untuk meningkatkan mutu hasil produksinya terutama terkait dengan keamanan dan keselamatan konsumen yang mengkonsumsi atau menggunakan produk-produknya. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun dan mengimplementasikan GMP pada proses produksi pengolahan biji kakao kering. Metode penelitian ini dimulai dari pengumpulan data yang berasal dari survey serta observasi dengan mengumpulkan data primer dan sekunder kemudian mengkonsultasikan kepada para ahli dan dianalisa. Selanjutnya pembuatan dokumen GMP dan diimplementasikan. Pada penelitian ini parameter yang digunakan adalah kadar air dan ph. Hasil penelitian, didapatkan bahwa beberapa tahapan proses mengalami perbaikan seperti pada penerimaan bahan baku sebaiknya dilakukan uji petik/sortasi, fermentasi harus dilakukan pengukuran ph dan mengatur pembalikan serta ketebalan, pengeringan dan penyimpanan juga harus dilakukan dengan baik. Keywords : kakao, GMP PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan dan juga salah satu komoditas ekspor utama sektor pertanian di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana (20,2%) dengan persentasi 13,6%. Namun mutu kakao Indonesia pada saat ini mengalami penurunan dimata dunia. Sebagian besar biji kakao yang diterima dari Indonesia, dalam keadaan Mouldy (berjamur atau bulukan). Disamping itu, biji kakao Indonesia tersebut, rentan dengan serangan Cocoa Pod Borer yaitu sejenis hama yang akan memakan biji kakao atau Nib (Weiner, 2005). Menurut Fajarianto (2010), proses produksi yang telah dilakukan tidak sesuai dengan standart operasional prosedur yang ditetapkan, diantaranya pada proses fermentasi, pengeringan dan penyimpanan. Tidak adanya pengendali mutu pada proses pengolahan tersebut dapat mengurangi mutu pada biji kakao kering. Salah satu alat pengendali mutu adalah GMP (Good Manufacturing Practise). GMP merupakan suatu pedoman bagi industri terutama industri yang terkait dengan pangan untuk meningkatkan mutu hasil produksinya terutama terkait dengan keamanan dan keselamatan konsumen yang mengkonsumsi atau menggunakan produk-produknya. PT. Perkebunan Nusantara XII Kediri selama ini belum menerapkan sistem manajemen mutu, standart kualitas biji kakao kering yang dihasilkan hanya dianalisis mutunya dan dibandingkan dengan menggunakan SNI. Dengan demikian, perlu adanya penelitian yang mengkaji tentang penerapan GMP terutama pada produk biji kakao kering di PT. Perkebunan Nusantara XII Kediri untuk peningkatan mutu produk dalam menjamin keamanan produk biji kakao kering sehingga memenuhi standar SNI.

2 METODE PENELITIAN Tahapan Penelitian Tahapan-tahapan dalam penelitian ini dilaksanakan mulai dari survey dilakukan ke lapang untuk pengumpulan data untuk dilakukan analisa ph dan kadar air pada proses fermentasi, pengeringan dan penyimpanan. Kemudian dilakukan konsultasi kepada para ahli untuk dianalisa. Selanjutnya pembuatan dokumen GMP dan diimplementasikan. Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah : a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari pihak pertama. Data primer diperoleh dari kuisioner yang diberikan kepada para ahli yaitu Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Dinas Pertanian maupun Akademisi yang ahli dibidangnya. b. Data Sekunder, yaitu yaitu penggunaan data yang diperoleh dari pihak ke tiga, yang digunakan sebagai referensi dan gambaran terutama yang berkenaan dengan penanganan pasca panen kopi. Parameter Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan parameter, diantaranya : 1. ph pada proses fermentasi 2. Kadar air yang pada proses pengeringan dan penyimpanan. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Produksi Biji Kakao Kering Proses pengolahan biji kakao kering yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XII Kediri dapat dilihat pada Gambar 1. Panen Di Kebun Penerimaan Biji Kakao Fermentasi Pencucian Pengeringan Tempering Sortasi Pengemasan Penyimpanan Gambar 1. Proses Pengolahan Biji Kakao Kering

3 Identifikasi Gmp Pada Pengolahan Biji Kakao Kering Proses Produksi Proses Penerimaan Bahan Baku Proses pengolahan biji kakao kering yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XII Kediri dimulai dari proses penerimaan bahan baku dan langsung dilakukan penimbangan untuk mengetahui beratnya, pada proses penerimaan bahan baku tidak dilakukan pemisahan antara biji-biji kakao yang baik dan buruk. Untuk mendapatkan hasil biji kakao yang memiliki mutu baik dan seragam diperlukan suatu tahapan proses yang harus ditambahkan sebelum dilakukan proses fermentasi yaitu proses uji petik / sortasi. Proses Fermentasi Proses selanjutnya adalah proses fermentasi. Proses fermentasi dilakukan selama empat (4) hari dengan suhu hingga mencapai 48 C s/d 50 C. Pada setiap hari (24 jam) dilakukan pembalikan. Untuk pembalikan dilakukan pergantian kotak fermentasi. Pada proses pembalikan biji kakao langsung dipindahkan tanpa mengatur posisi dari pembalikan. Pada posisi pembalikan seharusnya biji kakao dibalik secara merata. Pembalikan diatur dengan berbagai lapisan (atas,tengah,bawah), supaya biji kakao dapat lebih merata dan terfermentasi sempurna (Susanto, 1993). Proses fermentasi juga perlu ditambah dengan parameter ph, dikarenakan ph (keasaman) sangatlah mempengaruhi proses fermentasi. Jumlah dan tebal lapisan biji pada proses fermentasi juga harus diperhatikan. Proses Pencucian Setelah proses fermentasi selesai dilakukan proses pencucian. Pada proses ini dilakukan hanya setengah bersih. Biji yang tidak dicuci kenampakannya akan kurang menarik. Sedangkan biji yang mengalami pencucian bersih, kulit biji menjadi rapuh sehingga mengakibatkan jumlah biji banyak yang pecah dan mengurangi rendemen/berat (Susanto. 1993). Oleh karena itu disarankan untuk melakukan pencucian setengah bersih untuk memperbaiki kenampakan, mempercepat pengeringan dan mencegah penurunan rendemen biji. Proses Pengeringan Tahapan selanjutnya adalah proses pengeringan (pengeringan kombinasi). Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, hal ini dilakukan dengan pertimbangan nilai ekonomi. Selain itu pengeringan juga dilakukan dengan menggunakan mesin drier. Biji kakao pada proses pengeringan dengan sinar matahari hanya diratakan pada lantai jemur tanpa mengatur kapasitas dari lantai penjemuran. Biji kakao pada saat penjemuran harus diatur secara merata, kapasitas dari jemuran biji kakao sebaiknya 15 kg/m 2 (Susanto. 1993). Setelah itu dilakukan pengeringan dengan mesin drier. Biji kakao diletakkan dan diratakan diatas bak drier. Standar dari ketebalan bak drier adalah ± 20 cm. Pada pengeringan ini menggunakan suhu sekitar 70 C hingga kadar air mencapai 7,5 %. Sebaiknya pengeringan pada mesin drier juga diatur suhunya. Pengeringan dilakukan selama 12 jam dengan suhu awal selama 6 jam pertama sebesar 70 C, selanjutnya pada 4 jam kedua sebesar 60 C, kemudian pada 2 jam berikutnya sampai kering sebesar 55 C sampai kadar air mencapai 7 % (Susanto. 1993). Proses Tempering Proses tempering bertujuan untuk meratakan kadar air dalam biji agar biji tidak mudah pecah. Pada proses ini disarankan hanya dilakukan selama 3 jam saja, selanjutnya langsung dikemas pada karung untuk menjaga mutu kakao. Proses Penyimpanan Pada proses penyimpanan tidak ada perlakuan khusus terhadap jenis karung. Karung goni dan sak dimasukkan dan disimpan pada satu gudang, hanya dipisahkan berdasar kan jenis mutunya. Seharusnya pada gudang tersebut dikelompokkan juga berdasarkan jenis karung yang digunakan. Pada gudang tersebut penumpukan yang baik adalah maksimal 62,5 kg/karung, 1 kavling berisi 48 karung (3000 kg).

4 Mesin Dan Peralatan Produksi Kotak Fermentasi Pada proses fermentasi didapatkan suhu akhir adalah 48 C s/d 50 C. Untuk sirkulasi udara dapat diatur dengan adanya lubang-lubang pada kotak fermentasi. Lubang-lubang pada kotak fermentasi berdiameter 1 cm dan jarak antara lubang 5-10 cm. Oleh karena itu, kotak fermentasi harus selalu dibersihkan jika sudah pernah terpakai. Dikhawatirkan lubang-lubang pada kotak fermentasi akan tertutup biji kakao (biji kakao yang terselip). Pengukur Kadar Air (Aqua Boy) Alat ini digunakan untuk mengetahui nilai kadar air dari biji kakao yang telah selesai proses pengeringan atau biji kakao yang sudah siap dikemas. Pada akhir pengeringan dilakukan pengukuran nilai kadar air menggunakan alat aqua boy. Setelah dilakukan pengecekan pada alat, ternyata alat ukur yang digunakan (Aqua boy) sudah habis masa berlakunya dan perlu dilakukan pengkalibrasian alat supaya alat dapat berfungsi normal lagi sesuai standart kalibrasi. Tenaga Kerja Pada proses fermentasi para pekerja diharuskan berada diluar kotak fermentasi supaya tidak menginjak-injak biji kakao yang terfermentasi) pembalikan dilakukan dengan pelan-pelan dan hatihati. Pada proses pembalikan dengan menggunakan alat sekrop dapat merusak biji kakao. Pembalikan di lantai jemur cukup dilakukan dengan menggoyang-goyangkan alas lantai jemur supaya biji kakao tidak pecah. Pada lantai jemur sebaiknya dilapisi alat (anyaman bambu/goni) supaya memudahkan dalam pembalikan serta terhindar dari kotoran. Pada proses pembalikan para pekerja tidak boleh melakukan pembalikan langsung di atas bak drier (naik diatas tumpukan kakao). Pembalikan harus dilakukan di luar kotak drier, hal ini supaya tidak menginjak-nginjak biji kakao kering yang dapat mengakibatkan biji kakao pecah. Bangunan Pada gudang diberi suatu alas plastik dan kayu dengan jarak yang baik adalah berjarak dari lantai ± 10 cm dan jarak dari dinding ± 20 cm serta jarak tumpukan karung dari plafon minimum 100 cm sehingga karung tidak menyentuh lantai secara langsung (Susanto 1993). Sedangkan jarak yang digunakan pada penyimpanan kakao di PT. Perkebunan Nusantara XII Kediri hanya berjarak dari lantai ± 5 cm. Kelembaban yang disarankan juga berkisar antara 55%-65% serta dengan suhu: 25 C- 32 C. PROSEDUR OPERASI STANDAR Untuk dapat mengimplementasikan GMP dengan benar semua prosedur harus didokumentasikan dengan baik. Sistem dokumentasi dapat dituangkan dalam suatu Prosedur Operasi Standar. Untuk pengolahan biji kakao kering adalah sebagai berikut: Proses Penerimaan Biji Kakao Tujuan dari proses penerimaan biji kakao adalah untuk mengetahui berat kakao yang dikirim oleh afdeling (kebun) ke pabrik. Prosedur proses penerimaan biji kakao adalah sebagai berikut : 1. Menimbang biji kakao dengan timbangan 2. Mencatat berat biji kakao 3. Melakukan uji petik / sortasi Proses Fermentasi Tujuan dari proses fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak tumbuh sehingga perubahan-perubahan di dalam biji kakao akan mudah terjadi, seperti warna keping biji, peningkatan aroma dan rasa, dan untuk melepaskan pulp. Prosedur proses fermentasi adalah sebagai berikut : 1. Memasukkan dan meratakan biji kakao ke dalam kotak fermentasi (minimal banyaknya biji kakao sebanyak 100 kg). 2. Menutup biji kakao dengan karung goni yang sudah diberi air (lembab). 3. Melakukan pembalikan pada biji-biji kakao agar fermentasi biji merata setiap 24 jam, dengan ketentuan lapisan atas dibalik sehingga lapisan atas berada dibawah, begitu seterusnya.

5 4. Mengukur suhu pada setiap hari. Hari 1 (12 jam) : 25 C s/d 27 C, Hari 2 (24 jam) : 32 C s/d 35 C Hari 3 (24 jam) : 42 C s/d 48 C, Hari 4 (24 jam) : 48 C s/d 50 C, jika suhu sudah mencapai 48 C s/d 50 C maka proses fermentasi dihentikan. Pengukuran ph juga penting untuk dilakukan supaya menjaga kadar keasaman pada biji kakao. ph kakao tidak boleh kurang dari 3,5. Proses Pencucian Tujuan proses pencucian adalah menghentikan proses fermentasi dan memperbaiki kenampakan biji. proses pencucian dilakukan setengah bersih, dengan cara membasahi biji kako hasil fermentasi. Prosedur proses fermentasi adalah sebagai berikut : 1. Menyiramkan air secukupnya pada biji-biji kakao di kotak fermentasi yang terakhir. 2. Menuntaskan biji kakao untuk mengurangi air pada permukaan biji kakao basah, selain itu juga untuk menghentikan proses fermentasi dan membersihkan pulp. Proses Pengeringan Tujuan proses pengeringan adalah untuk menurunkan kandungan air biji basah. Pengeringan biji kakao dilakukan menjadi 2 tahap, yaitu Sun drier dan Cacao drier. a. Proses Pengeringan dengan Sinar Matahari Kakao yang sudah selesai difermentasi dan dicuci kemudian diletakkan pada lantai jemur. Lama penjemuran yang selama 1 hari. Prosedur proses pengeringan sun drier adalah sebagai berikut: 1. Meletakkan biji kakao kering dilantai jemur. 2. Meratakan biji kakao supaya biji kakao terkena sinar matahari dengan merata (15 kg/m 2 ). 3. Pengeringan dilakukan selama 1 hari (tergantung cuaca). 4. Melakukan pembalikan setiap 2 jam supaya pengeringan merata. Pada lantai jemur diberi lapisan seperti papan berongga atau goni untuk memudahkan pembalikan serta biji tidak pecah dan terhindar dari berbagai kotoran. b. Proses Pengeringan dengan Mesin (Proses Drier) Proses ini dilakukan setelah proses penjemuran (jika penjemuran tidak maksimal). Selain itu pada proses ini dilakukan jika kakao mengalami penumpukan (sebelum proses sortasi), sehingga kakao yang sudah kering tidak mengalami penambahan kadar air, dan tidak ditumbuhi jamur. Prosedur proses pengeringan cacao drier adalah sebagai berikut : 1. Menyalakan mesin cacao drier. 2. Meletakkan biji kakao pada bak mesin drier. 3. Meratakan biji kakao supaya biji kakao panas merata (± 20 cm). 4. Pengeringan dilakukan selama 12 jam dengan suhu sebagai berikut : 6 jam pertama : 70 C 4 jam kedua : 60 C 2 jam berikutnya sampai kering : 55 C sampai kadar air mencapai 7 %. 5. Melakukan pembalikan setiap 2 jam supaya pengeringan merata. Pada waktu melakukan pembalikan, tidak boleh masuk kedalam bak karena dapat mengakibatkan biji kakao pecah serta pembalikan dilakukan secara hati-hati dan pelan-pelan. Proses Tempering / Conditioning Tujuan proses tempering adalah untuk meratakan kadar air dalam biji agar biji tidak mudah pecah. Prosedur proses tempering adalah sebagai berikut : 1. Mendiamkan biji kakao kering pada bak mesin cacao drier selama 3-5 jam. 2. Mengemas biji kakao kering kedalam sak/karung. Proses Sortasi Tujuan proses sortasi adalah untuk memisahkan mutu biji kakao kering, biji pipih, pecahan kulit, biji berkecambah, dan benda asing lainnya. Prosedur proses sortasi adalah sebagai berikut : 1. Meletakkan biji kakao kering diatas meja sortasi. 2. Memisahkan biji kakao kering menurut jenis mutunya.

6 Proses Pengemasan Pengemasan dibedakan menjadi dua, menurut standar mutunya yaitu untuk mutu superior (Kualitas 1) dikemas dalam karung goni, dan untuk mutu Kualitas 2, Prongkol, Bp1, Kepek, Kulit dan Kotoran dikemas pada karung plastik biasa. Kapasitas semua jenis karung adalah 62,5 kg. Tujuan proses pengemasan adalah untuk menjaga mutu kakao dari serangan hama dan kotoran serta dapat memudahkan untuk pengangkutan. Prosedur proses sortasi adalah sebagai berikut : 1. Menimbang berat biji kakao sesuai ukuran. 2. Memasukkan biji kakao kering kedalam tempat pengemas (Karung). 3. Menyegel karung yang berisi biji kakao kering. 4. Memberikan identitas/label pada karung (nama komoditi, jenis mutu dan identitas produsen). Proses Penyimpanan Penyimpanan pada gudang yang berlantai semen dilakukan perlakuan khusus, yaitu dilakukan dengan pemberian stapel dan penutupan dengan plastik agar udara tidak masuk, dan kadar air tidak naik. Tujuan proses penyimpanan adalah untuk menjaga mutu kakao dari serangan hama dan kotoran sambil menunggu pengangkutan untuk pemasaran. Prosedur proses penyimpanan adalah sebagai berikut : 1. Mengelompokkan jenis karung pengemas (karung goni dan sak). 2. Menumpuk karung berdasarkan jenis mutunya, maksimal 62,5 kg/karung, 1 kavling berisi 48 karung (3000 kg). 3. Memberi alas plastik dan kayu sehingga karung goni tidak menyentuh lantai langsung (jarak dari lantai ± 10 cm dan jarak dari dinding ± 20 cm serta jarak tumpukan karung dari plafon minimum 100 cm). 4. Kelembaban : 55%-65%, suhu: 25 C-32 C 5. Melakukan Fumigasi untuk mencegah serangan hama. Fumigasi dilakukan dengan cara penyungkupan rapat dengan plastik lembaran dan diberi guling pemberat/guling pasir bagi sungkup yang berhubungan dengan lantai dan diberi stepel, Fumigasi menggunakan larutan : Phostoxin Degensch. 6. Gudang penyimpanan kakao kering khusus untuk penyimpanan kakao kering, jangan menaruh barang-barang lain yang berbahaya dan dapat mempengaruhi kakao kering. PENERAPAN GMP Uji Petik dan Sortasi Dari hasil penelitian yang dilakukan pada proses pengolahan biji kakao kering terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi mutu atau hasil dari pengolahan biji kakao tersebut. Pada proses penerimaan biji kakao dari kebun setelah ditambahkan dan dilakukan proses uji petik / sortasi didapatkan hasil pengolahan yang seragam serta dapat mempengaruhi jumlah rendement pada akhir proses. Perbandingan nilai rendemen sebelum dan sesudah penerapan GMP (Good Manufacturing Practice) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Nilai Rendemen sebelum dan sesudah penerapan GMP Perlakuan Ulangan Sebelum GMP Sesudah GMP 1 34,5 37,3 2 34,6 38,1 3 34,4 38,6 4 35,3 37,4 5 34,5 38,2 Rata-Rata 34,7 % 37,9 % Pada proses sortasi akhir diketahui rendement dari pengolahan mengalami peningkatan serta keseragaman mutu. Hal tersebut dipengaruhi pada saat proses penerimaan telah dilakukan proses uji

7 petik / sortasi. Pada proses fermentasi dan pengeringan dengan mempertimbangkan proses pembalikan yang baik, maka biji kakao tidak mudah pecah dan dapat meningkatkan jumlah rendement pada akhir pengolahan. Proses Fermentasi Pada proses fermentasi pengukuran suhu pada tiap hari dapat mengontrol perkembangan suhu yang terjadi pada proses fermentasi. Dengan pengecekan suhu setiap hari dapat mengatur tinggi atau rendahnya suhu. Pada indikator ph setelah dilakukan pengukuran jumlah ph tidak melebihi dari 3,5. Pembalikan pada proses fermentasi dapat mempengaruhi jumlah aerasi yang terdapat pada proses fermentasi. Aerasi yang cukup dapat mempengaruhi kualitas dari proses fermentasi dapat berjalan secara baik. Proses Pengeringan Pada proses pengeringan terjadi perbedaan nilai pada kadar air antara pengukuran menggunakan alat aqua boy dengan metode oven. Setelah dilakukan pengecekan alat, ternyata pada alat ukur aqua boy sudah habis masa kerjanya (kadaluarsa). Penentuan dan pengukuran nilai kadar air pada biji kakao merupakan salah satu tolak ukur proses pengeringan agar diperoleh mutu hasil yang baik. Oleh karena itu alat pengukur kadar air (aqua boy) harus dilakukan pengkalibrasian setiap masa aktifnya (sebelum kadaluarsa). Proses Penyimpanan Sebelum dilakukan penyimpanan perlu dipastikan bahwa biji kakao kering yang akan disimpan didalam gudang harus memiliki nilai kadar air dibawah 7,5%. Penerapan pada tahapan ini dilakukan dengan mengemas biji kakao kering kedalam karung yang bersih berdasarkan mutu dan jenisnya. Penyimpanan biji kakao kering diberi landasan kayu serta tidak menempel pada dinding untuk menghindari peningkatan kadar air karena kelembaban lantai dan dinding. Serangan jamur dan hama pada biji kakao kering selama penyimpanan merupakan penyebab penurunan mutu biji kakao kering. Untuk itu pada waktu penyimpanan yang dilakukan digudang diberikan fumigasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dalam penyusunan dokumen GMP (Good Manufacturing Practice), perlu dilakukan beberapa perbaikan proses yang dilakukan, yaitu pada penerimaan bahan baku sebaiknya dilakukan uji petik / sortasi, fermentasi harus dilakukan pengukuran ph dan mengatur pembalikan serta ketebalan, pengeringan dan penyimpanan juga harus dilakukan dengan baik. 2. Implementasi GMP (Good Manufacturing Practice) dapat memperbaiki kualitas proses produksi yaitu meningkatnya rendemen, ph dan suhu pada fermentasi terkontrol, serta kadar air pada penyimpanan kenaikan tidak terlalu tinggi. Saran Dari penelitian ini saran yang dapat diberikan adalah untuk meningkatkan mutu produk biji kakao kering perlu adanya penerapan GMP pada perusahaan, sehingga produk yang dihasilkan mampu meningkatkan dan mempertahankan mutu hasil produksi. DAFTAR PUSTAKA Afrianti LH Cara Mengawetkan Makanan, ( rakyat.com, diakses 9 September 2010). Badan Standarisasi Nasional, Standar Nasional Indonesia (SNI) (Biji Kakao, Bubuk Kakao dan Lemak Kakao). Badan Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta. Fajarianto DE Analisa Kesetimbangan Massa (Mass Balance) Pada Produksi Biji Kakao Kering Di PT. Perkebunan Nusantara XII Kediri [Laporan praktek kerja lapang yang tidak dipublikasi]. Universitas Trunojoyo Madura. Guehi S. dkk Effect of Turning Beans and Fermentation Method on the Acidity and Physical Quality of Raw Cocoa Beans. Advance Journal of Food Science and Technology 2(3):

8 Susanto FX Budidaya dan Pengolahan Hasil Tanaman Kakao. Kanisius.Yogyakarta. Suryani D dan Zulfebriansyah Komoditas Kakao : Potret dan Peluang Pembiayaan. Economic Review. No Weiner Harvey Nasib Biji Kakao Indonesia Di Pier 84, Philadelphia- As. Kedutaan besar republik indonesia. Washington D.C Zahouli G. Irie B Effect of Drying Methods on the Chemical Quality. Traits of Cocoa Raw Material. Advance Journal of Food Science and Technology 2(4):

PENERAPAN TEKNIK MANAJEMEN KUALITAS TERHADAP PENGOLAHAN BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEDIRI

PENERAPAN TEKNIK MANAJEMEN KUALITAS TERHADAP PENGOLAHAN BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEDIRI PENERAPAN TEKNIK MANAJEMEN KUALITAS TERHADAP PENGOLAHAN BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEDIRI Iffan Maflahah, Wahyu Ari Pradana, Muhammad Fakhry Program Studi Teknologi Industri

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT

STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT 1.907,12 Ha Afdeling Kali Wadung 333,93 Ha Afdeling Margo Sugih 592,00 Ha Afdeling

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) a. www.aquaportail.com b. Dok. Pribadi c. Mandegani et.al (2016) Rumput laut

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil penentuan mutu biji kakao yang diperoleh dengan berdasarkan uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil penentuan mutu biji kakao yang diperoleh dengan berdasarkan uji BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Dari hasil penentuan mutu biji kakao yang diperoleh dengan berdasarkan uji visual dan kadar air dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 2 hasil yang di dapat No Jenis

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174 IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG Roswita Sela 14.I1.0174 OUTLINE PROFIL PERUSAHAAN PROSES PRODUKSI SANITASI KESIMPULAN SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Lebih terperinci

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1)

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1) Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur Diany Faila Sophia Hartatri 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penanganan pascapanen

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH LADA

PENGOLAHAN BUAH LADA PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO Biji kakao merupakan biji dari buah tanaman kakao (Theobroma cacao LINN) yang telah difermentasi, dibersihkan dan dikeringkan. Lebih dari 76% kakao yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172 Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih Vileora Putri Christna 14.I1.0172 PROFIL PERUSAHAAN PTPN IX pada awalnya merupakan penggabungan 2 unit kebun Semugih dan Pesantren.

Lebih terperinci

Penangan Pascapanen Kakao di Desa Tarobok Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara

Penangan Pascapanen Kakao di Desa Tarobok Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara VOLUME 4 NO. 2 JUNI 2016 Penangan Pascapanen Kakao di Desa Tarobok Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara Sumantri 1 dan Sri Hastuty, S. 2 Email : sumantri_sp@yahoo.com Universitas Cokroaminoto Palopo

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO 2012, No.908 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 51/Permentan/OT.140/9/2012 TANGGAL 4 September 2012 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO Tanaman kakao berasal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENYIMPANAN KOPI Penyimpanan kopi dilakukan selama 36 hari. Penyimpanan ini digunakan sebagai verifikasi dari model program simulasi pendugaan kadar air biji kopi selama penyimpanan

Lebih terperinci

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGAWETAN KAYU Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGERTIAN Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM. UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI Oleh SITI AZIZAH NIM. 001710201023 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao.

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao. Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao. Tabel 33. Pengawasan proses dan kontrol mutu pengolahan biji kakao Tahapan proses Proses kontrol Nilai Kontrol mutu Bahan baku

Lebih terperinci

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri 1 DIKTAT PENGERINGAN KAYU Oleh: Efrida Basri I. Konsep Dasar Pengeringan Kayu Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan

Lebih terperinci

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan KOPI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BAHAN PENYEGAR Mutu kopi dipengaruhi pengolahan dari awal - pemasaran. Kadar air kopi kering adalah 12-13% 13% Pada kadar air ini : 1. mutu berkecambah

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kadar Air Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air biji kakao serta tidak

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

Manajemen Sortasi dan Pemecahan Buah Kakao (Theobroma cacao L.) di Jawa Tengah. Management of Handling Cocoa Pod (Theobroma cacao L.

Manajemen Sortasi dan Pemecahan Buah Kakao (Theobroma cacao L.) di Jawa Tengah. Management of Handling Cocoa Pod (Theobroma cacao L. Manajemen Sortasi dan Pemecahan Buah Kakao (Theobroma cacao L.) di Jawa Tengah Management of Handling Cocoa Pod (Theobroma cacao L.) in Central Java Ruswandi Rinaldo, dan M.A. Chozin 1* Departemen Agronomi

Lebih terperinci

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU Mangga merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan dan diusahakan Varietas mangga yang banyak dibudidayaka adalah Mangga Arum Manis, Dermayu dan G Komoditas

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

PASCA PANEN BAWANG MERAH

PASCA PANEN BAWANG MERAH PASCA PANEN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pelayuan dan pengeringan bawang merah

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASKA PANEN KEDELAI A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Gading dan Ghana. Hasil panen dari perkebunan coklat yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Gading dan Ghana. Hasil panen dari perkebunan coklat yang ada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia adalah penghasil kakao terbesar di dunia ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana. Hasil panen dari perkebunan coklat yang ada di Indonesia cukup tinggi

Lebih terperinci

ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL

ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL 1. Pendahuluan Kabupaten Donggala merupakan produsen kakao utama untuk propinsi Sulawesi Tengah. Luas pertanaman kakao

Lebih terperinci

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEKERASAN DAN WAKTU PEMECAHAN DAGING BUAH KAKAO (THEOBROMA CACAO L) 1) MUH. IKHSAN (G 411 9 272) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan OLLY SANNY HUTABARAT 3) ABSTRAK Permasalahan kakao Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2011 PENGARAH : Dr. Ir. Yul Harry Bahar Direktur

Lebih terperinci

KERAGAAN HASIL FERMENTASI MUTU FISIK BIJI KAKAO DI KALIMANTAN BARAT THE PERFORMANCE OF FERMENTATED YIELD OF COCOA BEAN QUALITY IN WEST KALIMANTAN

KERAGAAN HASIL FERMENTASI MUTU FISIK BIJI KAKAO DI KALIMANTAN BARAT THE PERFORMANCE OF FERMENTATED YIELD OF COCOA BEAN QUALITY IN WEST KALIMANTAN Agros Vol.16 No.2, Juli 2014: 278-284 ISSN 1411-0172 KERAGAAN HASIL FERMENTASI MUTU FISIK BIJI KAKAO DI KALIMANTAN BARAT THE PERFORMANCE OF FERMENTATED YIELD OF COCOA BEAN QUALITY IN WEST KALIMANTAN ABSTRACT

Lebih terperinci

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi 11: PANEN DAN

Lebih terperinci

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

STUDI PENGENDALIAN MUTU KACANG TANAH SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI KACANG SHANGHAI PADA PERUSAHAAN PUTRI PANDA TULUNGAGUNG

STUDI PENGENDALIAN MUTU KACANG TANAH SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI KACANG SHANGHAI PADA PERUSAHAAN PUTRI PANDA TULUNGAGUNG STUDI PENGENDALIAN MUTU KACANG TANAH SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI KACANG SHANGHAI PADA PERUSAHAAN PUTRI PANDA TULUNGAGUNG Miftakhurrizal Kurniawan 1, Isna Arofatus Zahrok 2 Jurusan Teknologi Industri Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yakni sebagai penghasil devisa negara, penyedia

Lebih terperinci

Arang Tempurung Kelapa

Arang Tempurung Kelapa Arang Tempurung Kelapa Mengapa harus arang tempurung? Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama minyak tanah, membuat masyarakat mencari alternatif lain untuk keperluan memasak. Salah satu yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan

Lebih terperinci

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut HENDRO KUSUMO Kepala bidang Pertanian, Pangan dan Kesehatan Pusat Perumusan Standar BSN Jakarta, 25 Oktober 2017 SNI Biji

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi Arabika Kopi Arabika (Coffea arabica) adalah kopi yang paling baik mutu cita rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun hijau tua

Lebih terperinci

Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: ISSN

Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: ISSN Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 173-178 ISSN 1411-0172 PENGKAJIAN PENGOLAHAN BIJI KAKAO GAPOKTAN LINTAS SEKAYAM SANGGAU KALIMANTAN BARAT ASSESSMENT OF CACAO SEEDS OF GAPOKTAN AT LINTAS SEKAYAM SANGGAU WEST

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biji kakao merupakan bahan baku utama pembuatan produk cokelat, dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai daerah beriklim tropis. Kakao

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang dan Laboratorium Tanaman I, Politeknik Negeri Lampung. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES (pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Pada abad modern hampir semua orang mengenal cokelat, merupakan bahan makanan yang banyak digemari masyarakat, terutama bagi anak-anak dan remaja. Salah satu keunikan dan keunggulan

Lebih terperinci

BAHAN PENYEGAR. Definisi KAKAO COCOA & CHOCOLATE COKLAT 10/27/2011

BAHAN PENYEGAR. Definisi KAKAO COCOA & CHOCOLATE COKLAT 10/27/2011 KAKAO BAHAN PENYEGAR COKLAT COCOA & CHOCOLATE Definisi Kakao : biji coklat yang belum mengalami pengolahan dan kadar air masih tinggi (>15%) Cocoa : biji coklat yang sudah dikeringkan dengan kadar air

Lebih terperinci

Penanganan Hasil Pertanian

Penanganan Hasil Pertanian Penanganan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi FTP UB Penanganan Hasil Pertanian (1) Penanganan saat panen Penanganan segera setelah panen Penanganan pasca

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN Oleh : drh. Linda Hadju Widyaiswara Madya BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2012 PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN Oleh : drh. Linda Hadju Widyaiswara Madya BALAI PELATIHAN PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

I NYOMAN WATA APHP Ahli Muda, Dinas Perkebunan Provinsi Bali ABSTRAK

I NYOMAN WATA APHP Ahli Muda, Dinas Perkebunan Provinsi Bali ABSTRAK MENINGKATKAN MUTU DAN NILAI TAMBAH PRODUKSI KAKAO DENGAN CARA FERMENTASI BIJI KAKAO (STUDI KASUS PETANI KAKAO DI SUBAK ABIAN SUCI KECAMATAN SELEMADEG TIMUR KABUPATEN TABANAN) I NYOMAN WATA APHP Ahli Muda,

Lebih terperinci

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO Oleh M. Yahya Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Abstrak Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM. UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI Oleh SITI AZIZAH NIM. 001710201023 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

PENERAPAN GMP PADA PENANGANAN PASCA PANEN KOPI RAKYAT UNTUK MENURUNKAN OKRATOKSIN PRODUK KOPI (STUDI KASUS DI SIDOMULYO, JEMBER)

PENERAPAN GMP PADA PENANGANAN PASCA PANEN KOPI RAKYAT UNTUK MENURUNKAN OKRATOKSIN PRODUK KOPI (STUDI KASUS DI SIDOMULYO, JEMBER) 114 Penerapan GMP pada Penanganan...(M.Choiron) PENERAPAN GMP PADA PENANGANAN PASCA PANEN KOPI RAKYAT UNTUK MENURUNKAN OKRATOKSIN PRODUK KOPI (STUDI KASUS DI SIDOMULYO, JEMBER) Miftahul Choiron Jurusan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO. Ketua : Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Herdradjat Natawidjaya

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO. Ketua : Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Herdradjat Natawidjaya PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO Penanggung Jawab

Lebih terperinci

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1 PENDAHULUAN Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun baru saat ini sedang dalam pengembangannya baik oleh perkebunan rakyat maupun oleh perkebunan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) Engkos Koswara Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email : ekoswara.ek@gmail.com

Lebih terperinci

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA Tekad Sitepu Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Pengembangan mesin-mesin pengering tenaga surya dapat membantu untuk

Lebih terperinci

SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum. Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar!

SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum. Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar! SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar! 1. Apa yang anda ketahui tentang GHP... a. Good Agriculture

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN

Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN Sampai saat ini mutu jagung di tingkat petani pada umumnya kurang memenuhi persyaratan kriteria mutu jagung yang baik, karena tingginya kadar

Lebih terperinci

A. BIOLOGI TANAMAN KAKAO

A. BIOLOGI TANAMAN KAKAO II. TINJAUAN PUSTAKA A. BIOLOGI TANAMAN KAKAO Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Daerah yang menjadi daerah utama penanaman kakao adalah hutan hujan tropis di Amerika

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang sangat peting, selain padi dan gandum. Jagung juga berfungsi sebagai sumber makanan dan

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan dari kebun-kebun sempit milik petani yang menjadi salah satu pilar

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan dari kebun-kebun sempit milik petani yang menjadi salah satu pilar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 80% produksi kopi berasal dari perkebunan rakyat yang merupakan kumpulan dari kebun-kebun sempit milik petani yang menjadi salah satu pilar ekspor biji kopi

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER Endri Yani* & Suryadi Fajrin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas Kampus Limau Manis

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

SISTEM KERING DAN SISTEM BASAH DALAM PROSESING BENIH KAPAS (Gossypium hirsutum L.)

SISTEM KERING DAN SISTEM BASAH DALAM PROSESING BENIH KAPAS (Gossypium hirsutum L.) SISTEM KERING DAN SISTEM BASAH DALAM PROSESING BENIH KAPAS (Gossypium hirsutum L.) Oleh : Septyan Adi Pramana, SP Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini masih banyak petani di Indonesia terutama petani padi masih menggunakan cara konvensional dalam memanfaatkan hasil paska panen. Hal ini dapat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI 2012, No.909 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2012 TANGGAL 4 September 2012 PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN COKELAT BUBUK DAN PERMEN COKELAT DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA JENGGAWAH-JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN Oleh: Go Deddy Satria Gunawan 6103008041

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat memiliki potensi cukup besar di bidang perkebunan, karena didukung oleh lahan yang cukup luas dan iklim yang sesuai untuk komoditi perkebunan. Beberapa

Lebih terperinci

BAB X PENGAWASAN MUTU

BAB X PENGAWASAN MUTU BAB X PENGAWASAN MUTU Pengawasan mutu merupakan aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dan jasa perusahaan dapat mempertahanan sebagaimana yang telah direncanakan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi

Lebih terperinci