BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada


HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

IV. METODE PENELITIAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

ICASEPS WORKING PAPER No. 72

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TATANIAGA BERAS

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

7. KINERJA RANTAI PASOK

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

IV. METODE PENELITIAN

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pasar Ciroyom Bermartabat terletak di pusat Kota Bandung dengan alamat Jalan Ciroyom-Rajawali. Pasar Ciroyom memiliki 3 lantai yang terdiri atas 262 unit kios dan 2.039 unit lapak/los. Pengelolaan Pasar Ciroyom difungsikan 1 x 24 jam, yaitu : 1. Pada malam hari (pukul 21.00 4.00) sebagai Pasar Grosir (Induk) yang melayani 42 pasar lainnya yang ada di wilayah Jawa Barat. 2. Pada siang hari (pukul 08.00 18.00) sebagai pasar eceran yang melayani kebutuhan masyarakat sehari-hari 4.1.2 Sejarah dan Perkembangan Keberadaan Pasar Ciroyom di Kota Bandung sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, khususnya oleh masyarakat Jawa Barat. Pasar Ciroyom dibangun oleh Pengembang PT. Anugrah Parahyangan Jaya diatas tanah seluas 19.627 m 2, bersetifikat Hak Guna Bangun diatas Hak Pengelolaan atas nama Pemerintah Kota Bandung dengan sistem Build Operate and Transfer (BOT) selama 20 tahun. Pada saat ini Pasar Ciroyom telah menampung kurang lebih 1.500 orang pedagang tradisional yang telah menekuni usahanya rata-rata diatas 10 tahun. 4.1.3 Sarana dan Prasarana Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lokasi penelitian, prasarana dan sarana untuk pemasaran ikan di Pasar Ciroyom belum memenuhi persyaratan kebersihan dan kesehatan, sebagai contoh bangunan los pasar yang sangat kotor dan becek serta fasilitas-fasilitas untuk menyimpan ikan tidak cukup bersih dan tidak memenuhi standar kebersihan yang juga akan berpengaruh terhadap mutu 23

24 ikan. Selain itu para pedagang juga kurang memperhatikan kelancaran sanitasi aliran pembuangan. Seperti diketahui, ikan mempunyai sifat mudah rusak (perishable) yang memerlukan penanganan khusus untuk menjaga mutu dan kesegaran sampai di tangan konsumen. Namun cara pengawetan ikan pedagang Pasar Ciroyom masih dilakukan secara tradisional seperti penggunaan es balok bukan es curai maupun cold storage dalam mempertahankan kesegaran ikan. 4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Pedagang Besar Jumlah total keseluruhan pedagang ikan di Pasar Ciroyom adalah sebanyak 180 orang, dari jumlah tersebut diambil sampel respoden sebanyak 10% dari jumlah populasi maka didapat 18 sampel. Karakteristik pedagang besar yang diamati dari penelitian ini diantaranya adalah pengalaman bekerja dan umur pedagang. 4.2.1.1 Karakteristik Pedagang Besar Berdasarkan Pengalaman Bekerja Berdasarkan data responden yang didapat dari kegiatan wawancara, maka didapat presentase pengalaman bekerja pedagang sebagai berikut : Tabel 2. Pengalaman Bekerja Pedagang Besar Pengalaman Bekerja Jumlah Presentase 2 8 tahun 3 orang 16,67 % 9 14 tahun 5 orang 27,77 % 15 20 tahun 3 orang 16,67 % 21 26 tahun 3 orang 16,67 % 27 33 tahun 4 orang 22,22 % Pengalaman bekerja pedagang ikan Pasar Ciroyom ini sangat bervariasi mulai dari 2 sampai 33 tahun dan yang terbanyak mempunyai pengalaman bekerja

25 antara 9 sampai 14 tahun sebanyak 27,77%, kemudian sebanyak 22,22% adalah pedagang ikan yang mempunyai pengalaman antara 27 sampai 33 tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa pengalaman merupakan hal yang cukup penting untuk bertahan dalam kegiatan persaingan antar sesama pedagang di Pasar Ciroyom. 4.2.1.2 Karakteristik Pedagang Besar Berdasarkan Usia Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi para pedagang dalam mengambil keputusan. Usia juga mempengaruhi kemampuan fisik dalam melakukan aktifitas dan cara berpikir seseorang serta merespon terhadap teknologi baru dan menjamin mutu keterampilan pedagang dalam mengelola usahanya. Tabel 3. memperlihatkan usia pada responden pedagang besar. Tabel 3. Usia Pedagang besar Umur Jumlah Presentase 21 27 tahun 1 orang 5,56 % 28 35 tahun 4 orang 22,22 % 36 43 tahun 11 orang 61,11 % 44 50 tahun 2 orang 11,11 % Sebanyak 11 orang (61,11%) pedagang dari total sampel responden pedagang besar berusia antara 36 sampai 43 tahun. Selanjutnya sebanyak 4 orang pedagang berusia antara 28 sampai 35 tahun (22%), kemudian sebanyak 2 orang berusia antara 44 sampai 50 tahun dan sisanya berusia antara 21 sampai 27 tahun (5,56%). Dari data tersebut terlihat bahwa pedagang yang produktif adalah pedagang yang berusia antara 21 sampai 35 tahun. Pedagang dengan usia produktif akan lebih cepat menerima atau merespon hal-hal baru dan lebih berani dalam mengambil resiko kegagalan dalam berusaha dan kurang memiliki pengalaman. Sedangkan pedagang yang berusia berkisar antara 44 sampai 50

26 tahun atau lebih tua usianya akan lebih matang dalam mengelola usaha dan lebih berhati-hati dalam menentukan suatu pilihan. Apabila dilihat dari segi fisik, pedagang dengan usia lebih tua cenderung mengurangi kegiatan yang berhubungan dengan fisik karena aktifitas yang dilakukan sudah lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang masih produktif. 4.2.2 Konsumen Pada penelitian ini jumlah responden pada tingkat konsumen yang diwawancarai adalah sebanyak 18 orang. Jenis pembeli atau konsumen ikan laut di Pasar Ciroyom didominasi oleh pedagang pengecer yang menjual kembali ikannya di pasar-pasar tradisional yakni sebanyak 3 orang, pedagang pengecer yang menjual kembali ikan laut dalam bentuk olahan sebanyak 4 orang dan sisanya sebanyak 11 orang merupakan konsumen yang membeli ikan untuk dikonsumsi sendiri. Tabel 4 memperlihatkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 15 orang (83,33%) dan selebihnya pria sebanyak 3 orang (16,67%). Hal ini sangat beralasan karena biasanya wanita lebih sering berbelanja atau karena di dalam suatu keluarga, ibu atau seorang istri yang menyiapkan makanan bagi seluruh anggota keluarga serta sebagai pengambil keputusan dalam pembelian bahan makanan. Tabel 4. Jenis Kelamin Konsumen Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase Wanita 15 orang 83,33 % Pria 3 orang 16, 67 % Jumlah 18 orang 100,00 % Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan gizi dan preferensi masyarakat terhadap ikan laut.

27 4.2.2.1 Karakteristik Konsumen Bersdasarkan Pendidikan Tabel 5 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan formal responden konsumen Pasar Ciroyom cukup bervariasi mulai dari tamat pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan menamatkan kuliah hingga menjadi sarjana. Tabel 5. Tingkat Pendidikan Konsumen Pendidikan Jumlah Presentase SD dan SMP 8 orang 44,44 % SMA/sederajat 5 orang 27,78 % Diploma dan S1 5 orang 27,78 % Tingkat pendidikan umumnya yang dicapai responden adalah SD dan SMP yaitu sebanyak 8 orang (44,44%) dari total keseluruhan responden, kemudian dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat sebanyak 5 orang (27,78%) dan selebihnya adalah berpendidikan Diploma-S1 sebanyak 5 orang (27,78%). Dari pemaparan diatas terlihat jelas bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden penentu pola konsumsi dalam rumah tangga mempunyai pendidikan yang rendah yang akan mengakibatkan tingkat konsumsi ikan laut menjadi rendah dikarenakan pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai seseorang maka orang tersebut akan lebih memperhatikan manfaat dari mengkonsumsi ikan laut dikarenakan pengetahuan yang dimilikinya. 4.2.2.2 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendapatan Pendapatan suatu keluarga akan menentukan daya beli keluarga tersebut baik untuk pangan maupun non pangan. Semakin besar pendapatan, berarti semakin tinggi daya beli keluarga tersebut. Tingkat pendidikan yang telah ditamatkan seseorang biasanya akan berpengaruh terhadap pekerjaan dan tingkat pendapatan yang diperoleh oleh orang tersebut. Tabel 6 memperlihatkan tingkat pendapatan konsumen Pasar Ciroyom.

28 Tabel 6. Tingkat Pendapatan Konsumen Pendapatan Jumlah Presentase Rp 2.000.000 9 orang 50 % Rp 2.000.000 Rp 5.000.000 3 orang 16,67 % Rp 5.000.000 6 orang 33,33 % Sumber : Data primer Diolah (2013) Dari hasil wawancara dengan responden maka didapat data mengenai pendapatan konsumen yang sangat bervariasi, maka penulis menggolongkan pendapatan menjadi tiga tingkatan yaitu pendapatan rendah (< Rp 2.000.000), pendapatan sedang (Rp 2.000.000 Rp 5.000.000), pendapatan tinggi ( Rp 5.000.000). Dari tabel 6 terlihat umumnya pendapatan konsumen adalah kurang dari Rp 2.000.000 yaitu sebanyak 9 orang (50 %) dari total keseluruhan responden. Selanjutnya diikuti pendapatan lebih dari Rp 5.000.000 sebanyak 6 orang (33,33%) dan yang sisanya sebanyak 3 orang (16,67%) mempunyai pendapatan antara Rp 2.000.000 sampai Rp 5.000.000. Berdasarkan data diatas menunjukan umumnya konsumen ikan laut yang ditemui termasuk kelas sosial kebawah. 4.2.2.3 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi Dari hasil wawancara dengan konsumen yang membeli ikan laut di Pasar Ciroyom, maka diketahui tingkat pengetahuan gizi responden adalah sebagai berikut : Tabel 7. Tingkat Pengetahuan Gizi Konsumen Tingkat Pengetahuan Gizi Jumlah Presentase Rendah 7 orang 38,89 % Sedang 7 orang 38,89 % Tinggi 4 orang 22,22 % Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa konsumen dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah berjumlah 7 orang (38,89%), konsumen dengan

29 tingkat pengetahuan gizi sedang sebanyak 7 orang (38,89%) dan konsumen dengan tingkat pengetahuan gizi tinggi sebanyak 4 orang (22,22%). Hal ini menunjukan bahwa konsumen yang membeli ikan laut adalah konsumen dengan tingkat pengetahuan gizi rendah sampai sedang. 4.2.2.4 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Preferensi Berdasarkan wawancara dengan responden, diketahui bahwa mayoritas konsumen menyukai ikan laut yakni sebanyak 16 orang (88,89%) dari jumlah responden keseluruhan dan selebihnya tidak menyukai ikan laut sebanyak 2 orang (11,11%) karena ikan laut menyebabkan alergi. Untuk lebih jelasnya informasi dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Laut Preferensi Jumlah Presentase Suka 16 orang 88,89 % Tidak Suka 2 orang 11,11 % 4.3 Keragaan Pemasaran Ikan Laut di Pasar Ciroyom 4.3.1 Pola Saluran Pemasaran Saluran pemasaran adalah sebuah sistem yang terbentuk dari sejumlah lembaga-lembaga pemasaran yang dilalui suatu barang dari daerah produsen sampai ke konsumen. Dalam melakukan aktifitas, lembaga-lembaga tersebut melaksanakan sejumlah fungsi-fungsi pemasaran. Saluran pemasaran ikan laut yang terbentuk di Pasar Ciroyom Bandung terdiri dari 2 saluran, yaitu : 1. Saluran pemasaran I : Nelayan supplier pedagang besar pedagang pengecer konsumen. 2. Saluran pemasaran II : Nelayan supplier pedagang besar konsumen Dalam sistem pemasaran ikan laut di Kota Bandung yang dipasarkan berasal dari nelayan luar daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur dikarenakan

30 wilayah Kota Bandung merupakan dataran tinggi dan bukan sebagai wilayah produsen hasil laut. Ikan luar daerah adalah ikan yang didatangkan oleh para pedagang dari daerah produsen ikan melalui jalan darat untuk dijual di Pasar Ciroyom Bandung. Skema alur perdagangan ikan laut menunjukan jalur distribusi seperti yang terlihat pada gambar 5. nelayan Supplier Pedagang besar Pasar Ciroyom Bandung Pedagang Pengecer Konsumen Konsumen Gambar 5. Jalur Distribusi Ikan Laut dari Luar Bandung Sumber : Data Primer 4.3.2 Fungsi-fungsi Pemasaran dan Pelaku Pemasaran Terdapat beberapa fungsi pemasaran dalam kegiatan pendistribusian komoditi pemasaran hasil laut kepada konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran yang terlibat meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi pelancar seperti yang terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pelaksanaan Fungsi-fungsi Pemasaran oleh Lembaga Pemasaran Ikan Laut di Kota Bandung

31 Fungsi Pemasaran Supplier Lembaga Pemasaran Pedagang Besar Pedagang Pengecer Pertukaran - Pembelian + + + - Penjualan + + + Pengadaan secara fisik - Pengangkutan + + - Penyimpanan + + + Pelancar - Permodalan + + + - Penanggulangan Resiko + + + - Sortasi + + + - Informasi pasar + + + Keterangan : + = melakukan fungsi pemasaran Sumber :Data Primer = tidak melakukan fungsi pemasaran Kegiatan pemasaran memerlukan pelaku pemasaran sebagai media untuk menyalurkan produk kepada konsumen akhir. Pelaku pemasaran ikan laut di Kota Bandung terdiri dari : 1. Nelayan Nelayan yang menyalurkan hasil tangkapannya sampai ke Kota Bandung berasal dari berbagai daerah seperti Tegal, Pekalongan, Pemalang dan Indramayu. Nelayan dalam melaksanakan fungsi pemasaran hanya terdiri dari satu jenis, yaitu menjual ikan hasil tangkapan ke supplier dan tengkulak maka nelayan hanya melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan saja. Perbedaannya adalah apabila nelayan menjual kepada supplier lewat TPI dengan sistem lelang sedangkan apabila nelayan menjual hasil tangkapan kepada tengkulak tidak lewat TPI melainkan nelayan yang mendatangi tengkulak dengan harga yang ditentukan oleh tengkulak. 2. Supplier Supplier merupakan lembaga pemasaran yang berhubungan langsung dengan nelayan. Supplier membeli ikan dari nelayan melalui TPI daerah setempat dengan sistem lelang. Adanya kesepakatan harga pada kegiatan pelelangan

32 menunjukan fungsi penjualan ketikan supplier datang untuk membeli ikan laut. Supplier juga melakukan fungsi informasi dengan mengamati perkembangan harga yang terjadi untuk menentukan harga jual dan harga beli dimana harga erat sekali kaitannta dengan ketersediaan produk. Dalam kegiatannya menyalurkan ikan laut ke pedagang besar, supplier melakukan aktivitas pengangkutan yang selama proses tersebut supplier menghadapi resiko penyusutan dan kerusakan pada ikan. Resiko kerusakan yang ditanggung supplier menunjukan fungsi penanggungan resiko. Terdapat hubungan kerjasama yang baik antara pihak supplier dan pedagang besar, dimana satu sama lain sering mengadakan hubungan lewat telepon. Apabila masing-masing pihak membutuhkan jenis ikan laut dalam jumlah tertentu dapat saling menghubungi untuk mempermudah dan memperlancar pembelian. Selain itu dalam kegiatan pembayaran terdapat sistem kepercayaan yaitu dengan cara membayar ikan setelah pedagang besar selesai memasarkan produk yang telah disalurkan oleh supplier. 3. Pedagang Besar Pedagang besar adalah pedagang yang membeli ikan laut dalam jumlah besar yang dalam satu kali pembeliannya mencapai nominal satu kuintal bahkan terkadang lebih. Pedagang besar biasanya telah mempunyai supplier tetap yang setiap hari menyalurkan ikan yang berasal dari tempat pelelangan. Biasanya pedagang besar ini mengambil ikan dari daerah sekitar Jawa Tengah seperti Tegal, Pekalongan, Lamongan, Pemalang, Batang dan Jawa Barat seperti Indramayu. Pedagang besar fungsinya hampir menyerupai supplier, perbedaannya pedagang besar tidak melakukan fungsi pengangkutan dikarenakan kegiatan pengangkutan telah ditanggung oleh pihak supplier. Pedagang besar menyalurkan produknya kepada pedagang pengecer dan konsumen. Sedangkan informasi pasar dilakukan oleh pedagang besar dengan mengikuti dan mengetahui informasi pasar terbaru baik itu dari sesama pedagang besar, supplier ataupun pedagang pengecer. 4. Pedagang Pengecer Pedagang pengecer adalah lembaga pemasaran yang umumnya menjual produk langsung kepada konsumen dan biasanya mendapatkan produk hanya dari

33 salah satu lembaga pemasaran saja. Pedagang pengecer ikan laut mengambil produk dari pedagang besar dalam jumlah relatif kecil untuk kemudian dijual kembali ke konsumen. Pedagang pengecer melakukan fungsi pembelian dan penjualan. Kegiatan pembelian dilakukan pedagang pengecer kepada pedagang besar. Kegiatan penjualan dilakukan pedagang pengecer kepada konsumen akhir. Terdapat dua jenis pedagang pengecer yang ditemui di lokasi penelitian yaitu pedagang pengecer yang menjual ikan segar kepada konsumen dan pedagang pengecer yang menjual ikan yang sudah diolah kepada konsumen. Pelaksanaan fungsi pemasaran yang dilakukan diantaranya adalah fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan dan fungsi pelancar berupa penanggulangan resiko, informasi, permodalan dan sortasi. Proses pengangkutan ikan laut dilakukan oleh pedagang pengecer. Pedagang pengecer hanya berfungsi untuk menyalurkan ikan laut kepada konsumen (end user). Dalam penentuan harga, pengecer harus mengetahui dan mengikuti informasi pasar. Harga pasar biasanya dipengaruhi oleh volume ketersediaan ikan laut di pasaran dan biaya operasional yang telah dikeluarkan. 4.3.3 Volume Produksi Volume produksi yang dihasilkan oleh nelayan sangat bervariasi. Pada musim penangkapan umumnya nelayan selalu memperoleh ikan setiap kali penangkapan. Hal sebaliknya terjadi pada saat musim paceklik, terkadang nelayan tidak memperoleh hasil sama sekali. Pada bulan Juni sampai bulan Agustus volume ikan meningkat drastis. Hal tersebut menyebabkan harga ikan laut di pasaran menjadi jatuh. Berlimpahnya jumlah ikan dikarenakan terjadinya angin musim timur dengan keadaan perairan yang tenang, hujan jarang terjadi dan ombak relatif kecil. Pada bulan Desember sampai bulan Febuari terjadi angin musim barat, ombak sangat besar disertai dengan angin dan hujan yang sangat kencang yang mengakibatkan para nelayan enggan untuk melaut. Hal tersebut mengakibatkan kelangkaan ikan laut di pasaran yang menyebabkan harga ikan laut menjadi mahal.

34 4.3.4 Analisis Struktur Pasar Struktur pasar adalah sifat-sifat atau karakteristik pasar. Analisis struktur pasar dilihat dengan mengetahui sifat produk, kondisi keluar masuk pasar serta informasi pasar. 4.3.4.1 Sifat Produk Produk ikan laut di Pasar Ciroyom mulai dari nelayan sampai ke tangan pedagang pengecer bersifat heterogen. Perbedaannya meliputi jenis ikan, ukuran ikan yang dijual dan perlakuan terhadap ikan itu sendiri, contohnya adalah terdapat pedagang yang menjual ikan segar dan juga terdapat pedagang yang menjual ikan laut beku. Dalam penentuan pembeliannya, konsumen tidak tergantung kepada siapa yang menjual ikan laut melainkan pada tingkat harga komoditas tersebut. 4.3.4.2 Kemudahan Keluar Masuk Pasar Kondisi keluar masuk pasar berkaitan dengan kemampuan lembaga pemasaran untuk memasuki dan meninggalkan pasar. Hal ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya hambatan untuk memasuki pasar diantaranya adalah tinggi rendahnya modal yang dimiliki untuk bertindak sebagai pesaing dalam rangka memasuki pasar dan keterikatan antara lembaga pemasaran atau hubungan dengan lembaga pemasaran. Tanpa adanya modal yang memadai maka keberlanjutan usaha pemasaran ikan laut akan berakhir. Hambatan yang dirasakan oleh supplier untuk memasuki pasar adalah persaingan antar sesama supplier untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan nelayan. Para supplier juga harus bersaing dengan cara berani menawar lebih tinggi pada saat pelalangan ikan berlangsung. Disamping itu supplier harus menanggung biaya transportasi serta penyediaan oksigen dikarenakan jarak dari supplier ke pedagang besar yang cukup jauh. Hambatan yang dialami oleh pedagang besar diantaranya adalah ketersediaan modal yang cukup besar karena pembelian ikan yang dilakukan biasanya dengan jumlah yang cukup besar. Disamping itu untuk menjaga

35 hubungan baik kepada supplier maka pedagang besar harus siap memasarkan ikan walaupun jumlahnya sedang melimpah di pasaran. Sedangkan pada tingkat pedagang pengecer tidak terdapat hambatan yang begitu berarti dalam memasuki pasar. Hambatan yang paling besar adalah modal namun jumlahnya relatif kecil karena pembelian ikan laut yang dilakukan dalam jumlah kecil. 4.3.4.3 Informasi Pasar Infomasi pasar menjadi hal yang sangat penting bagi lembaga-lembaga pemasaran jika menginginkan terjadinya efisiensi dalam mekanisme pasar. Informasi pasar yang diidentifikasi berupa informasi harga pasar ikan laut. Informasi pasar membantu terciptanya kondisi keseimbangan permintaan dan penawaran untuk menghindari terjadinya kelebihan komoditi di pasar yang akan mengakibatkan fluktuasi harga komoditi tersebut. Supplier memerlukan informasi tentang kemungkinan jumlah permintaan dan harga dari produk sebagai dasar untuk membuat keputusan tentang harga jual yang ditetapkan. Informasi harga bagi pedagang besar diperoleh secara langsung dari supplier yang berada diatasnya maupun dari sesama pedagang besar. Supplier ikan laut biasanya menjual ikan laut hasil lelang dengan nelayan kepada pedagang besar langganan yang berjumlah lebih dari satu. Pedagang besar yang berani untuk membayar ikan dengan harga yang lebih tinggi akan mendapatkan stok ikan yang lebih banyak dari pedagang yang membeli ikan dengan harga lebih murah dari supplier yang sama. Selain itu apabila saat volume ikan laut sedang melimpah maka pedagang besar langganan harus siap menerima dan menjual ikan dari supplier tersebut, yang apabila hal tersebut tidak dilakukan maka supplier tidak mau lagi untuk menyalurkan ikan laut ke pedagang besar tersebut. Bentuk kerjasama yang telah dipaparkan diatas akan membuat ruang gerak bagi pedagang besar menjadi sempit. Berdasarkan hasil analisis sifat produk, kemudahan keluar masuk pasar dan informasi pasar maka dapat disimpulkan bahwa struktur pasar ikan laut Ciroyom bersifat oligopoli. Struktur pasar bersifat oligopoli atau pasar yang tidak

36 bersaing sempurna karena berdasarkan ciri-ciri yaitu, keadaan produk yang heterogen dan terdapat hambatan yang kuat untuk memasuki pasar. 4.3.5 Perilaku Pasar Prilaku pasar menunjukan tingkah laku lembaga pemasaran pada struktur pasar tertentu dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Prilaku pasar dalam penelitian ini ditinjau dari praktek pembelian dan penjualan, proses penentuan atau pembentukan harga, praktek dalam pembayaran harga serta kerjasama antar lembaga pemasaran. 4.3.5.1 Praktek Penentuan Harga Penentuan harga jual ikan laut di tingkat nelayan ditentukan dari kesepakatan hasil lelang di TPI setempat. Hal ini menunjukan bahwa nelayan merupakan pihak yang paling lemah diantara mata rantai pemasaran ikan laut karena nelayan merupakan pihak penerima harga (price taker) dan tidak memiliki kekuatan dalam tawar menawar. Kekuatan pembentukan harga berada pada pelaku pemasaran yang berada diatasnya pada setiap tingkat pemasaran. Penentuan harga di tingkat supplier dilakukan bersama-sama pedagang besar melalui proses tawar menawar. Demikian pula penentuan harga ikan laut pada tingkat pedagang pengecer merupakan hasil dari kegiatan tawar menawar dengan pedagang besar atas dasar permintaan dan penawaran pasar. Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa praktek penentuan harga yang terjadi pada kegiatan pemasaran ikan laut ini mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competition). Pada pasar persaingan tidak sempurna, pedagang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga yang terjadi. 4.3.5.2 Praktek Pembayaran Harga Sistem pembayaran harga ikan laut yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran sangat tergantung pada tingkat kepercayaan dan perjanjian antara

37 kedua belah pihak. Adapun sistem pembayaran yang dilakukan dibagi menjadi dua cara yaitu : 1. Sistem Pembayaran Tunai Sistem pembayaran tunai artinya begitu ikan laut diterima, langsung dibayarkan sesuai dengan harga yang telah disepakati bersama. Sistem pembayaran jenis ini biasa terjadi pada pedagang besar yang terdapat di Pasar Ciroyom kepada supplier, pedagang pengecer kepada pedagang besar serta oleh konsumen kepada pedagang pengecer. 2. Sistem Pembayaran Konsinyasi Sistem pembayaran konsinyasi biasanya dilakukan pedangang besar yang terdapat di Pasar Ciroyom kepada supplier. Pada sistem ini, pedagang besar yang membeli ikan dari supplier akan membayar setelah ikan tersebut dipasarkan. Hal tersebut terjadi karena telah dilandasi saling percaya dan pedagang tersebut merupakan pelanggan tetap yang membeli ikan dengan jumlah besar kepada supplier. 4.3.5.3 Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran Kerjasama dalam pendistribusian ikan laut dari produsen sampai ke konsumen telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses tersebut. Kerjasama didasarkan pada lamanya mereka melakukan hubungan dagang dan rasa saling percaya yang terbentuk diantara berbagai lembaga pemasaran tersebut. Kerjasama antara supplier dan pedagang besar bersifat saling menguntungkan, dimana satu sama lain sering mengadakan hubungan komunikasi lewat telepon. Apabila pedagang besar membutuhkan jenis ikan laut dalam jumlah tertentu dapat saling menghubungi untuk memperlancar dan mempermudah pembelian. Selain itu supplier juga menyediakan sarana penunjang yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelian seperti kotak atau tong tempat penyimpanan ikan. Pedagang besar yang membutuhkan sarana penunjang tersebut diwajibkan membayar dengan ketentuan yang ada.

38 4.3.6 Analisis Efisiensi Pemasaran Suatu kegiatan pemasaran dikatakan efisien apabila pihak-pihak yang terlibat dalam aktifitas pemasaran memperoleh kepuasan akibat aktivitas yang dilakukan. Cara untuk mengetahui efisiensi pemasaran adalah dengan menggunakan analisis margin pemasaran dan indikator berupa fisherman s share. Margin pemasaran adalah selisih harga antara harga yang dibayar oleh konsumen akhir dengan harga yang diteruma oleh produsen (nelayan). Dengan demikian, margin pemasaran dapat memberikan gambaran mengenai jumlah penerimaan yang diperoleh lembaga pemasaran. Terdapat 2 pola saluran pemasaran ikan laut yaitu : 1. Saluran pemasaran I : Nelayan supplier pedagang besar pedagang pengecer konsumen. 2. Saluran pemasaran II : Nelayan supplier pedagang besar konsumen Analisis margin pemasaran menekankan keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran tiap saluran. Margin pemasaran pada setiap pelaku pemasaran dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Analisis Margin Pemasaran tiap Saluran Uraian Saluran I Saluran II Supplier Harga jual per-kg 17.000 15.000 Pedagang Besar Harga jual per-kg 22.000 18.000 Harga beli per-kg 17.000 15.000 Margin pemasaran 5.000 3.000 Biaya pemasaran 1.170 350 Keuntungan pemasaran 3.830 2.650 Pedagang Pengecer Harga jual per-kg 24.000 - Harga beli per-kg 22.000 - Margin pemasaran 2.000 - Fisherman s share 70,83% 83,33%

39 Saluran pemasaran I terdiri atas supplier, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen akhir. Margin pemasaran antara supplier dan pedagang besar adalah Rp 5.000/kg. Hal ini menunjukan harga jual antara supplier dan pedagang besar cukup tinggi mengingat dalam satu kali pembelian ikan jumlahnya sampai 3 kuintal. Sedangkan pada tingkat pedagang pengecer margin pemasaran hanya sebesar Rp 2.000/kg. hal tersebut menunjukan bahwa pedagang pengecer tidak terlalu besar mendapatkan keuntungan sebab volume pembelian ikan dari pedagang besar tidak terlalu banyak. Saluran pemasaran II terdiri atas supplier, pedagang besar dan konsumen akhir. Margin pemasaran antara supplier dan pedagang besar adalah Rp 4.000/kg, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan saluran I. Konsumen akhir mendapatkan harga yang lebih murah karena membeli ikan laut langsung dari pedagang besar. Lebih besarnya margin pemasaran pada saluran pemasaran I disebabkan karena lebih panjangnya rantai pemasaran atau semakin banyaknya pihak yang terlibat dalam penyaluran produk dari produsen ke pedagang pengecer. Kondisi ini mengakibatkan biaya pemasaran menjadi lebih tinggi dan keuntungan yang diambil oleh pelaku-pelaku pasar juga akan semakin besar. Keadaan ini pada akhirnya mengakibatkan semakin besarnya margin pemasaran. Fisherman s share, bagian yang diterima nelayan pada saluran pertama adalah sebesar 70,83% sedangkan pada saluran kedua sebesar 83,33%. Besarnya bagian yang diterima oleh nelayan karena panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui. Hal ini senada dengan pendapat Limbong dan Panggabean (1988), yaitu bagian yang diterima oleh nelayan (fisherman s share) akan lebih sedikit bila jumlah pedagang perantara bertambah banyak.

40 Berdasarkan analisis margin pemasaran, fisherman s share, struktur pasar dan perilaku pasar maka saluran pemasaran ikan laut di Pasar Ciroyom belum efisien. Hal ini terjadi karena penyebaran margin pemasaran, biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh tidak merata. Belum efisiennya pemasaran yang terjadi juga disebabkan karena banyaknya hambatan dalam memasuki pasar. Hambatan tersebut berupa kebutuhan modal yang cukup besar. Kebutuhan modal yang harus selalu ada sulit dipenuhi karena fluktuasi hasil tangkapan sehingga akan berpengaruh pada hasil pendapatan. Hal tersebut menyebabkan posisi tawar pedagang menjadi lemah yang berarti berbeda dengan syarat berlangsungnya sistem pemasaran yang efisien berdasarkan asumsi pasar persaingan sempurna adalah setiap pelaku pemasaran memiliki kesetaraan dalam posisi tawar dan kemudahan dalam membuat keputusan dalam kegiatan pemasaran. 4.3.8 Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Pedagang besar memulai usahanya dengan membeli ikan kepada supplier yang kemudian akan dikirim menggunakan ekspedisi setiap harinya. Akan tetapi pedagang tidak berjualan setiap hari sepanjang tahun dikarenakan terdapat musim paceklik yang berlangsung selama bulan Desember sampai bulan Febuari, disamping itu pedagang juga tidak berjualan pada hari besar seperti Hari Kemerdekaan, Idul Fitri, Idul Adha dan Tahun Baru. Pedagang besar biasanya mempekerjakan tenaga kerja namun kadang dikerjakan sendiri. Tenaga kerja yang digunakan biasanya berjumlah 1 atau 2 orang dengan biaya sebesar Rp 15.000/orang setiap harinya. Usaha pemasaran tidak terlepas dari biaya. Perhitungan biaya yang dikeluarkan merupakan acuan dalam menentukan harga pokok penjualan dan indikator kelayakan usaha. Biaya meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari biaya transportasi pengangkutan ikan dan es balok, sedangkan biaya tidak tetap meliputi upah tenaga kerja dan modal untuk membeli ikan (Tabel 11).

41 Tabel 11. Biaya Usaha Pemasaran Ikan Laut pada Tingkat Pedagang Besar dalam Waktu 1 Tahun No. Uraian Nilai 1 Biaya 1.1 Biaya Investasi Sewa tempat (1 tahun) 20.000.000 Retribusi Rp 9000 x 365hari 3.285.000 1.2 Biaya Tetap Transportasi Rp 35.000 x 285hari 9.975.000 Es balok Rp 60.000 x 285hari 17.100.000 1.3 Biaya Tidak Tetap Tenaga kerja Rp 30.000 x 285hari 8.550.000 Ikan Tongkol : 300kg Rp 10.000 285 hari 855.000.000 Cumi : 100kg Rp 23.000 285 hari 655.500.000 2 Bawal : 60kg Rp 27.000 285 hari 461.700.000 Bentong : 300kg Rp 16.000 285 hari 1.368.000.000 Tenggiri : 100kg Rp 27.000 285 hari 769.500.000 Total Biaya 4.168.610.000 Penjualan Tongkol : 300kg Rp 16.000 285 hari 1.368.000.000 Cumi : 100kg Rp 25.000 285 hari 712.500.000 Bawal : 60kg Rp 30.000 285 hari 513.000.000 Bentong : 300kg Rp 18.000 285 hari 1.539.000.000 Tenggiri : 100kg Rp 30.000 285 hari 855.000.000 Total Penerimaan 4.987.500.000 3 Kriteria Finansial Keuntungan bersih 818.890.000 B/C Ratio 1.19 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa keuntungan kegiatan usaha pemasaran ikan laut selama 1 tahun di tingkat pedagang besar yaitu sebesar Rp.818.890.000 dan dengan B/C Ratio sebesar 1.19. Hasil rata-rata analisis B/C

42 Ratio dari responden pedagang besar sebanyak 18 orang adalah sebesar 1,22 (lampiran 7). Hal tersebut menunjukan bahwa usaha pemasaran ikan laut layak untuk diusahakan. 4.4 Pola Konsumsi Ikan Laut 4.4.1 Jenis Ikan yang Dijual dan Dikonsumsi Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pedagang besar ikan laut Pasar Ciroyom, jenis ikan yang paling banyak dijual oleh pedagang dan laris di pasaran adalah jenis ikan tongkol (19,58%). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Jenis Ikan yang Paling Banyak Terjual No. Jenis Ikan Volume Penjualan/hari Presentase 1 Tongkol 2030 kg 19,58 % 2 Udang 1450 kg 13,98 % 3 Cumi 1320 kg 12,73 % 4 Kembung 1140 kg 10,99 % 5 Bentong 1060 kg 10,22 % 6 Bandeng 900 kg 8,68 % 7 Tuna 500 kg 4,82 % 8 Tenggiri 390 kg 3,76 % 9 Bawal 330 kg 3,18 % 10 Layur 290 kg 2,79 % 11 Kerapu 260 kg 2,51 % 12 Kakap 250 kg 2,41 % 13 Balakutak 200 kg 1,92 % 14 Teri 100 kg 0,96 % 15 Hiu 100 kg 0,96 % 16 Gurita 50 kg 0,48 %

43 4.4.2 Frekuensi Pembelian dan Frekuensi Konsumsi Ikan Laut Frekuensi pembelian dan frekuensi konsumsi ikan laut merupakan hal yang saling berhubungan. Frekuemsi konsumsi ikan di Kota Bandung pada tahun 2012 adalah 1398 ton pertahun. Besarnya jumlah konsumsi ikan laut dipengaruhi oleh seberapa sering konsumen melakukan pembelian terhadap ikan laut. Gambar 6 menunjukan frekuensi pembelian konsumen dalam waktu satu minggu. 28% 11% 11% 50% tidak pernah 1-2x seminggu 3-4x seminggu 5-7x seminggu Gambar 6. Frekuensi Konsumen Membeli Ikan Laut 4.4.3 Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Ikan Laut Pola konsumsi terbentuk akibat dari konsumsi terhadap pangan yang terjadi secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang. Pola konsumsi pada masing-masing individu berbeda antara satu dengan lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik yang berbeda-beda pada setiap individu. Pada penelitian kali ini akan dianalisis mengenai hubungan antara tingkat konsumsi ikan laut dengan karakteristik pada konsumen seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pengetahuan gizi dan preferensi terhadap ikan laut. Berdasarkan uji statistik menggunakan metode analisis chi-square seperti yang terlihat pada tabel 10 Pada tabel tersebut tampak terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik responden dengan tingkat konsumsi ikan laut dengan derajat kepercayaan 5 persen (α 0.05). hasil output analisis chi-square dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

44 Tabel 13. Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Konsumsi Ikan Laut Karakteristik Responden Hitung Tabel df Keterangan Pendidikan 6,86 5,99 2 Berhubungan Pendapatan 10,25 5,99 2 Berhubungan Pengetahuan Gizi 4,34 5,99 2 Tidak berhubungan Preferensi 0,07 3,84 1 Tidak berhubungan 4.4.3.1 Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd dan Sparks dalam Suparman 2003). Responden dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi biasanya memiliki beberapa pertimbangan untuk mengkonsumsi suatu produk. Hal tersebut biasanya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki responden tersebut terhadap produk tertentu. Tabel 14. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Frekuensi Konsumsi Ikan Laut Frekuensi Konsumsi Tingkat Pendidikan Rendah Sedang Tinggi Jarang 7 4 1 Sering 1 1 4 hitung = 6,86 ; tabel = 5,99 ; df = 2 Berdasarkan hasil analisis uji chi-square, diketahui bahwa tingkat pendidikan merupakan hal yang berhubungan dengan tingkat konsumsi terhadap ikan laut karena hasil dari nilai hitung lebih besar dari tabel. Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan oleh seseorang maka tingkat pengetahuannya terhadap gizi juga semakin tinggi, hal tersebut mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi ikan laut.

45 4.4.3.2 Pendapatan Berikut adalah data frekuensi konsumsi terhadap ikan laut berdasarkan tingkat pendapatan yang dimiliki (Tabel 15). Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa dengan semakin bertambah besar tingkat pendapatan maka frekuensi konsumsi untuk kategori sering juga semakin bertambah besar, begitu pula sebaliknya. Tabel 15. Hubungan Pendapatan dengan Frekuensi Konsumsi Ikan Laut Frekuensi Konsumsi Pendapatan Rendah Sedang Tinggi Jarang 8 3 1 Sering 1 0 5 hitung = 10,25 ; tabel = 5,99 ; df = 2 Pendapatan berdasarkan analisis Chi-square berkaitan dengan konsumsi konsumsi ikan laut dimana didapatkan hasil hitung sebesar 10,25 sedangkan ; tabel sebesar 5,99 dengan df = 2. Hal ini berarti semakin bertambah besar pendapatan rumah tangga konsumen maka tingkat frekuensi konsumsi terhadap ikan laut juga semakin bertambah besar. Semakin tinggi tingkat pendidikan konsumen akan memotivasi konsumen tersebut untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan tingkat ilmunya. Dengan demikian hal tersebut akan berimplementasi terhadap pendapatan yang dihasilkan.

46 4.4.3.3 Tingkat Pengetahuan Gizi Tingkat pengetahuan gizi digolongkan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi, sedangkan frekuensi konsumsi digolongkan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi terhadap ikan laut dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Frekuensi Konsumsi Ikan Laut Frekuensi Konsumsi Tingkat Pengetahuan Gizi Rendah Sedang Tinggi Jarang 6 5 1 Sering 1 2 3 hitung = 4,34 ; tabel = 5,99 ; df = 2 Dari data yang telah diolah maka hasil hitung yang didapat adalah 4,34 sedangkan tabel adalah 5,99. Nilai hitung yang lebih kecil dari nilai tabel menunjukan bahwa tingkat pengetahuan gizi tidak berhubungan dengan frekuensi konsumen dalam mengkonsumsi ikan laut. Hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan karena masih banyak variabel-variabel lain yang berhubungan dengan tingkat konsumsi ikan laut tidak dimasukan. Ikan laut dipandang sebagai bahan makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi, hal ini berkaitan dengan pendidikan konsumen, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan yang pernah ditamatkan maka tingkat pengetahuan terhadap gizi juga menjadi semakin tinggi. Namun tidak menutup kemungkinan konsumen yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang rendah memiliki tingkat konsumsi yang tinggi terhadap ikan laut karena adanya pengaruh lingkungan.

47 4.4.3.4 Preferensi Hasil perhitungan Chi-square antara preferensi atau tingkat kesukaan masyarakat Kota Bandung terhadap ikan laut dengan frekuensi konsumsi ikan laut dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17. Hubungan Preferensi dengan Frekuensi Konsumsi Ikan Laut Frekuensi Konsumsi Preferensi Suka Tidak Suka Jarang 10 2 Sering 6 0 hitung = 0,07 ; tabel = 3,84 ; df = 1 Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan data diatas maka didapat hasil dari hitung adalah 0,07 dan tabel adalah 3,84 dengan df = 1. Hasil hitung yang lebih kecil dibandingkan dengan tabel menunjukan bahwa preferensi tidak berhubungan dengan frekuensi konsumsi. Hal ini bisa terjadi karena mayoritas responden yang diwawancarai adalah mempunyai tingkat pendapatan yang rendah sehingga konsumen lebih memilih mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung protein dengan harga lebih terjangkau seperti telur.