Dewi Fatimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Pecahan 329 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI METODE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS VI SEMESTER II TAHUN 2014/2015 SDN KAYEN KABUPATEN TRENGGALEK Oleh: Dewi Fatimah SDN Kayen Kabupaten Trenggalek Abstrak. Penelitian tindakan Kelas VI ini dilakukan dengan tujuan untukvmendapatkan gambaran obyektif tentang peningkatan prestasi belajar matematika materi Pecahan melalui metode think pair share pada siswa kelas VI SDN Kayen Kabupaten Trenggalek Semester II Tahun 2014/2015. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI SDN Kayen dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 6 siswa. Instrumen yang digunakan adalah fomat pengamatan dan format penilaian. Berdasarkan langkah-langkah yang diterapkan ke dalam 2 siklus pada penelitian tindakan ini dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode thik pare share dapat meningkatkan prestasi belajarsiswa kelas VI SDN Kayen pada pembelajaran matematika materi pecahan yaitu dengan meningkatnya prestasi belajar siswa pada pra siklus nilai rata-rata siswa 65,00 dengan prosnetase ketuntasan 50,00 meningkat pada siklus I menjadi 78,83 dengan ketuntasan 66,67% dan eningkat pada siklus II menjadi 90,00 dengan ketuntasan belajar 100%. Dengan demikian maka penelitian ini berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Kata Kunci: Think Pare Share, Matematika, Pecahan Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia melalui proses transformasi pendidikan yaitu membudayakan dan memberadabkan manusia (Dimyati, 2006). Melalui proses pendidikan manusia berupaya mengembangkan kepribadian dan kemampuannya (Wijaya,1992). Inovasi model dan evaluasi pembelajaran sangat penting dalam hal mentransformasikan ilmu, namun hal tersebut tidak dapat terpenuhi karena banyaknya siswa yang ditampung melebihi kapasitas yang ditentukan sehingga umumnya guru hanya menggunakan metode ceramah saja. Proses pendidikan nantinya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Lebih lanjut dijelaskan secara operasional bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai merupakan penguasaan, pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh siswa lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka-angka yang diberikan oleh guru. (Balai Pustaka, 1995: 343). Menurut Abdullah (1985: 12) prestasi belajar merupakan indikator kualitas dari pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Di sisi lain prestasi belajar siswa merupakan, hasil suatu sistem pendidikan sehingga tingkat keberhasilannya ditentukan oleh elemen-elemen dalam sistem itu sendiri, seperti motivasi siswa sebagai raw input dan peranan guru sebagai instrument input. Bertolak dari pengertian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa prestasi belajar mernpunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan bahkan kualitas pendidikan ditentukan/dicerminkan antara lain oleh siswa pada mata pelajaran yang telah dipela-
330 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017 jari di sekolah. Oleh karena itu prestasi belajar penekanannya pada hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau aktivitas. prestasi belajar adalah merupakan hasil pendidikan yang diperoleh siswa setelah melewati proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu (misalnya MA selam 3 tahun). Kenyataan di lapangan, tidak jarang ditemukan peserta didik yang memandang bahwa matematika sebagai bidang studi yang sulit. Namun semua orang harus mempelajarinya karena matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sesungguhnya persoalan adanya berbagai kesulitan tentang matematika yang dialami bukan terletak pada nama matematika atau berhitung, tetapi terletak pada materi yang harus diajarkan dan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus mampu memilih suatu metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi matematika. Siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam latihan/praktik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Praktik secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. Pembelajaran ini salah satunya dapat dilaksanakan dengan cara mengusahakan agar siswa sebanyak mungkin menjawab pertaanyaan-pertanyaan atau memberikan respon terhadap pertanyaan guru, sedangkan siswa lainnya menulis jawaban-jawaban dan menanggapinya dengan lisan. Sehingga dalam pembelajaran ada komunikasi timbal balik antara guru dan siswa. Banyak dijumpai pembelajaran kooperatif di kelas tidak berjalan secara efektif disebabkan oleh banyak hal. Diskusi didominasi oleh salah seorang siswa yang telah mempunyai gambaran tentang apa yang akan dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif membutuhkan persiapan matang. Pertama, siswa harus sudah memiliki gambaran atau pengetahuan awal tentang topik atau materi yang akan dipelajari. Kedua, siswa sudah harus mempunyai ketrampilan bertanya. Keterampilan ini penting sebab pembelajaran kooperatif tidak akan efektif jika siswa tidak mempunyai kompetensi bertanya jawab yang bertujuan untuk membangun pengetahuan. Salah satu metode pendukung pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan adalah metode think pair share. Berdasarkan hasil observasi di Kelas VI, bahwa pembelajaran matematika kurang disenangi oleh siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, materi matematika yang sulit, penggunaan metode yang tidak memperhatikan keaktifan siswa dan kondisi siswa yang merasa jenuh karena proses pembelajarannya masih monoton yang hanya dengan ceramah. Hal ini berakibat pada hasil belajar siswa khususnya pada materi pokok kubus dan balok yang belum mencapai ketuntasan minimal yang di tetapkan sekolah yaitu 70. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Salah satu inovasi pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran think pair share. Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends dalam Tjokrodihardjo, (2003), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu
Dewi Fatimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Pecahan 331 cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut: (1) Langkah 1: Berpikir (thinking); (2) Langkah 2: Berpasangan (pairing); (3) Langkah 3: Berbagi (sharing) Kelebihan TPS (Think-Pair-Share) adalah sebagai berikut: (a) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain; (b) Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana; (c) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok; (d) Interaksi lebih mudah; (e) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya; (f) Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas; (g) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas; (h) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil; (i) Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan; (j) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan; (k) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah; (l) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang; (m) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar. Kelemahan TPS (Think-Pair-Share) adalah sebagai berikut: (1) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas; (2) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas; (3) Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang; (4) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. METODE PENELITIAN Prosedur siklus penelitian yang dilakukan, prosedur penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk
332 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017 melihat apakah ada peningkatan kemampuan bertanya siswa, dengan melihat hasil observasi dari hasil observasi awal siswa dan guru, maka refleksi awal diperlukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan bertanya siswa di dalam kelas. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur: (a) Perencanaan (Planning); (b) Pelaksanaan (Action); (c) Observasi (Observation); (d) Refleksi (Reflection) Pada tahap ini kegiatan penelitian memuat beberapa kegiatan pra tindakan dan kegiatan tindakan pelaksanaan tindakan yaitu: (1) Kegiatan Pra Tindakan, tindakan dilakukan oleh peneliti selaku guru Kelas VI untuk mendata permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung yaitu pada pembelajaran matematika. Studi dokumentasi dilakukan terhadap hasil nilai siswa pada mata pelajaran matematika dari hasil ulangan harian siswa pada pembelajaran sebelumnya, serta rencana pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru Kelas VI; (2) Kegiatan Pelaksanaan Tindakan, meliputi: (a) Perencanaan Tindakan; (b) Pelaksanaan Tindakan; (3) Pengamatan; (4) Refleksi Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VISDN Kayen Kabupaten Trenggalek yang berjumlah 6 siswa. Siswa Kelas VI di SDN Kayen mengalami kesulitan dalam pembelajaran Matematika. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yaitu: (1) Silabus; (2) Rencana Pembelajaran (RP); (3) Lembar Kegiatan Siswa; (4) Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar; (5) Tes tulis. Metode Pengumpulan Data, yaitu dengan menggunakan (1) Tes, skor hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal yang meliputi tes pada tiap akhir siklus (siklus I dan siklus II). Hasil dari tes tersebut akan digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman dan pencapaian prestasi belajar siswa. Data hasil tes tulis siswa juga dianalisis dengan acuan terhadap ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar yang digunkan adalah berdasarkan SKM (Standar Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70; (2) Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: Untuk menilai tes tulis Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: X X N Dengan: X = Nilai rata-rata X = Jumlah semua nilai siswa N = Jumlah siswa Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2006, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 70% atau nilai 70, dan kelas
Dewi Fatimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Pecahan 333 disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 85%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut. p Siswa. yang. tuntasbelajar. x100% Siswa HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus Pada tahap pra siklus peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Metode ini dipilih karena siswa kelas VI SDN Kayen masih kesulitan dalam pembelajaran matematika. Dari hasil penilaian matematika tentang menyederhanakan dan membandingkan pecahan sangat rendah yaitu 66,67 dengan persentase ketuntasan sebesar 50,00%. Untuk itu diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada pembelajaran berikutnya. Siklus I Perencanaan (Planning) Beberapa perencanaan yang dirancang oleh peneliti dalam melaksanakan pemberian tindakan perbaikan kelas adalah sebagai berikut: (a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada think pair share; (b) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika metode tersebut diaplikasikan; (c) Membuat/mempersiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka memperlancar proses pembelajaran tersebut; (d) Mendesain alat evaluasi tes prestasi. Pelaksanaan (Action) Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran dengan matematikan menggunakan think pair sharesebagai berikut: (1) Kegiatan awal, meliputi: (a) Guru meminta siswa untuk berdoa bersama; (b) Guru mengecek kehadiran siswa. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai; (b) Guru mengajukan beberapapermasalahan tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri (think); (c) Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan permasalahan yang diberikan oleh guru tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan (pair); (d) Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan tentang penjumlahan dan pegurangan pecahan melalui kegiatan diskusi kelas (share); (e) Guru bersama siswa membuat kesimpulan. (c) Kegiatan penutup, meliputi: (a) Guru melakukan refleksi; (b) Guru menutup dengan doa. Pengamatan (Observation) Selama pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika di kelas. Pada saat siswa melakukan kegiatan think, maish ada siswa yang ramai sendiri sehingga harus diingatkan oleh guru. pada sat phair ada salah satu siswa yang hanya menulis jawaban dari pasangannya. Refleksi Dari hasil observasi dapat direfelsikan bahwa dengan menerapkan metode think pare share dapat meningkatkan prestasi belajar siswa namun belum optimal. Prestasi belajar siswa pada siklus I hanya 78,33 dengan persentase ketuntasan 66,67%. Untuk mebdapatkan gambaran yang jelas peneliti akan menampilkan tabel prestasi belajar siswa siklus I seperti pada Tabel 1.
334 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017 Tabel 1 Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I No Nilai Frekuensi NXF Persentase Ket 1 100 1 100 16,67 T 2 90 1 90 16,67 T 3 80 2 160 33,33 T 4 70 0 0 0,00 T 5 60 2 120 33,33 TT Jumlah 6 470 Rata-rata 78,33 Siklus Kedua Perencanaan (Planning) Perencanaan tindkan pada siklus II sama dengan siklus I yaitu: (1) Menyusun RPP dengan menggunakan metode think pair share; (2) Menyusun format pengamatan; (3) Menyusun format penilaian; (4) Mempersiapkan reward; (5) Memperbaiki teknik pemberian motivasi kepada siswa. Pelaksanaan (Action) Pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut: (1) Kegiatan awal, meliputi: (a) Guru meminta siswa untuk berdoa bersama; (b) Guru mengecek kehadiran siswa. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai; (b) Guru mengajukan beberapapermasalahan tentang perkalian dan pembagian pecahan, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri (think); (c) Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan permasalahan yang diberikan oleh guru tentang perkalian dan pembagian pecahan. (pair). Pada saat ini guru bertindfak sebagai fasilitator dan motivator. Guru membermikan reward berupa pujian terhadap aktivitas siswa; (d) Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan tentang perkalian dan pembagian pecahan melalui kegiatan diskusi kelas. (share); (e) Guru bersama siswa membuat kesimpulan; (f) Guru memberikan reward. (3) Kegiatan penutup, meliputi: (a) Guru melakukan refleksi; (b) Guru menutup dengan doa Pengamatan (Observation) Pengamatan aktivitas siswa pada siklus II oleh peneliti menujukkan siswa pada saat tahap think semua siswa dapat berpikir secara mandiri. Pada tahap pair, semua siswa dapat bekerjasama dengan pasangannya. Refleksi Berdasarkan hasil pantauan observer maka pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat direfleksikan bahwa kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan sangat baik. Prestasi belajar siswa sudah meningkat sesuai dengan yang direncanakan. Tindakan perbaikan berupa pemberian reward berua pujian dan pin berhasil memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Prestasi belajar siswa pada siklus II adalah 90,00 dengan persentase ketuntasan 100%. Berikut peneliti tampilkan tabel prestasi belajar siswa pada siklus II seperti pada Tabel 2. Dari Gambar 1 tampak bahwa nilai rata-rata pada siswa Kelas VI SDN Kayen pada pra siklus nilai rata-rata siswa 65,00 dengan prosnetase ketuntasan 50,00 meningkat pada siklus I menjadi 78,83 dengan ketuntasan 66,67% dan eningkat pada siklus II menjadi 90,00 dengan ketuntasan belajar 100%. Dengan demikian maka penelitian ini berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari Gambar 1 tampak bahwa nilai ratarata pada siswa Kelas VI SDN Kayen pada pra siklus nilai rata-rata siswa 65,00 dengan persentase ketuntasan 50,00 meningkat pada siklus I menjadi 78,83 dengan ketuntasan 66,67% dan eningkat pada siklus II menjadi 90,00 dengan ketuntasan belajar 100%. Dengan demikian maka penelitian ini berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dewi Fatimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Pecahan 335 Tabel 2 Prestasi belajar Siswa pada Siklus II No Nilai Frekuensi NXF Persentase Ket 1 100 2 200 33,33 T 2 90 2 180 33,33 T 3 80 2 160 33,33 T 4 70 0 0 0,00 T Jumlah 6 540 100 Rata-rata 90,00 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan langkah-langkah yang diterapkan ke dalam 2 siklus pada penelitian tindakan ini dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode thik pare share dapat meningkatkan prestasi belajarsiswa kelas VI SDN Kayen pada pembelajaran matematika materi pecahan yaitu dengan meningkatnya prestasi belajar siswa pada pra siklus nilai rata-rata siswa 65,00 dengan persentase ketuntasan 50,00 meningkat pada siklus I menjadi 78,83 dengan ketuntasan 66,67% dan eningkat pada siklus II menjadi 90,00 dengan ketuntasan belajar 100%. Dengan demikian maka penelitian ini berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Saran Siswa hendaknya dapat mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Think pair share bukan satu-satunya strategi yang harus digunakan dalam proses pembelajaran. Artinya guru perlu mengembangkan strategi belajar dengan teknik lain agar proses belajar siswa lebih variatif. Dengan peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar, maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar secara optimal. Hendaknya pihak sekolah lebih banyak menyediakan media pembelajaran untuk pelajaran Matematika yang bertujuan untuk mempermudah proses pembelajaran. 100.00 90.00 80.00 70.00 65.00 78.33 90.00 100.00 60.00 50.00 40.00 50.00 66.67 rata-rata ketuntasan 30.00 20.00 10.00 0.00 sebelum siklus siklus I siklus II Gambar 1 Nilai Rata-Rata Pada Siswa Kelas VI SDN Kayen
336 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017 DAFTAR RUJUKAN Abdullah, Hamid. 1985. Manusia Bugis Makasar: Suatu Tinjauan Historis Terhadap Pola Tingkah Laku dan Pandangan Hidup Manusia Bugis Makassar. Jakarta: Inti Idayu Press Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. Cece Wijaya & Tabrani Rusyan. 1992. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta Tjokrodihardjo. 2003. Metode Pembelajaran. http//h:/metode-metode-pembelajaran. htm (diakses 12 September 2010).