ADE (Analisis Data Eksplorasi)

dokumen-dokumen yang mirip
ADE (Analisis Data Eksplorasi)

PENYAJIAN DATA. Etih Sudarnika Laboratorium Epidemiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB

REGRESI LINIER. b. Variabel tak bebas atau variabel respon -> variabel yang terjadi karena variabel bebas. Dapat dinyatakan dengan Y.

Regresi Linier Sederhana dan Korelasi. Pertemuan ke 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

STK 211 Metode statistika. Agus Mohamad Soleh

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk

METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN

TKS 4209 PENELITIAN DAN STATISTIKA 4/1/2015

MA2081 Statistika Dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Metode Statistika STK211/ 3(2-3)

Metode Statistika STK211/ 3(2-3)

Korelasi Linier Berganda

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan

Kuliah 4. Ukuran Penyebaran Data

Statistika Deskriptif

STATISTIKA 2 IT

Catatan Kuliah. Analisis Data. Orang Cerdas Belajar Statistika. disusun oleh. Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Materi-1 Statistika, data, penyajian data, Ukuran Pusat dan Sebaran Data. Nurratri Kurnia Sari, M. Pd

DESKRIPSI MATA KULIAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

STK 211 Metode statistika. Materi 2 Statistika Deskriptif

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Tentang MA5283 Statistika BAB 1 STATISTIKA DESKRIPTIF MA5283 STATISTIKA. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Orang Cerdas Belajar Statistika

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

Linier Regression. Statistik (MAM 4137) Ledhyane I. Harlyan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

KORELASI LINIER BERGANDA. Debrina Puspita Andriani /

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

MA2082 BIOSTATISTIKA Orang Biologi Tidak Anti Statistika

STATISTIKA DESKRIPTIF. Wenny Maulina, S.Si., M.Si

3.1 Transformasi Untuk Kesimetrikan Data

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Plot jenis pengamatan pencilan.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

PENGANTAR STATISTIK JR113. Drs. Setiawan, M.Pd. Pepen Permana, S.Pd. Deutschabteilung UPI Pertemuan 3

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

KORELASI LINIER BERGANDA

BAB Ι PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan menggunakan metode tertentu. Menurut Sugiyono (2009:3),

STATISTIKA DASAR MAF Dosen: Dr. Lutfi Rohman Wenny Maulina, M.Si

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG

BAB III METODE PENELITIAN

Mengolah dan Menganalisis Data

Korelasi Bivariat dan Regresi Linier Sederhana.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Regresi pertama kali dipergunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir francis

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STATISTIKA. Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll.

Pengantar Statistik. Nanang Erma Gunawan

Distribusi Frekuensi

STK511 Analisis Statistika. Bagus Sartono

KEGIATAN BELAJAR ANALISIS DATA SECARA DESKRIPTIF UNTUK DATA NUMERIK. Dr. Heru Santoso Wahito Nugroho, CPMC

LOGO.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

PENGKONSTRUKSIAN GRAFIK PENGENDALI BERDASAR BOXPLOT BIVARIAT

Tabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0 o dan arah rotasi HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DATA DALAM STATISTIK

Metode Penelitian Kuantitatif Aswad Analisis Deskriptif

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR

STATISTIK PENDIDIKAN

STAND N AR R K OMP M E P T E EN E S N I:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu penelitian, hubungan suatu variabel dependent atau

BAB III REGRESI TERSENSOR (TOBIT) Model regresi yang didasarkan pada variabel terikat tersensor disebut

Ledhyane I. Harlyan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya 2013

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

Resume Regresi Linear dan Korelasi

Standar Kompetensi. Sesudah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa. menggunakan statistika secara tepat dalam kegiatan penelitian ilmiah.

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

di masa yang akan datang dilihat dari aspek demografi dan kepuasannya. PENDAHULUAN

Materi UAS: 1. Indeks 2. Trend Linear dan Non Linear 3. Regresi dan korelasi sederhana

BAB 2 LANDASAN TEORI. berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan Sir Francis Galton pada

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : STATISTIKA DASAR (3 SKS) KODE MATA KULIAH : MT308

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MA2082 BIOSTATISTIKA Orang Biologi Tidak Anti Statistika

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

REGRESI LINEAR SEDERHANA

King s Learning Be Smart Without Limits NAMA : KELAS :

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 2 Review Statistika Dasar

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh

* Menetapkan model peramalan dimasa yang akan datang, baik ramal-an jangka pendek maupun jangka panjang.

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Mata Kuliah: Statistik Inferensial

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang

Transkripsi:

3 3 DATA BERPASANGAN & PERSAMAAN GARIS LURUS 1. GARIS RESISTEN 2. PROSES ITERASI DALAM GARIS RESISTEN D10F-3003 / 4 (3-1) SKS ADE (Analisis Data Eksplorasi) Tim Teaching ADE

DATA BERPASANGAN & PERSAMAAN GARIS LURUS Berbagai metode telah dikembangkan untuk menjelaskan hubungan antara dua peubah Y dan X melalui persamaan garis lurus: Persoalan ini muncul bila kita memiliki data berpasangan (x i,y i ) yang merupakan hasil pengamatan terhadap dua ciri sekaligus. Perubahan yang terjadi pada Y sehubungan dengan berubahnya nilai X menjadi inti persoalan dalam banyak masalah penelitian. Page 2

DATA BERPASANGAN & PERSAMAAN GARIS LURUS Untuk X yang bersifat kategori (nominal atau ordinal), perbedaan karakteristik Y dapat dilihat melalui box-plot. Untuk X berupa hasil pengukuran dan bersifat kontinu, kita dapat merumuskan pola hubungan Y dan X secara lebih kuantitatif dalam bentuk persamaan garis, sehingga dapat dilihat besarnya perubahan Y untuk setiap perubahan nilai X. Bahkan dengan adanya persamaan garis dapat dilakukan interpolasi atau menduga nilai Y untuk X tertentu yang tidak diamati tetapi masih berada dalam selang X yang diteliti. Page 3

DATA BERPASANGAN & PERSAMAAN GARIS LURUS Langkah awal dalam penelusuran pola hubungan Y dengan X adalah melalui scatter plot (x i,y i ). Beberapa kemungkinan tampilan yang nampak: Titik-titik memencar di sekitar garis lurus tertentu, Titik-titik berpencar mengikuti suatu kurva, Titik-titik berpencar tak beraturan Sebagian besar dari titik-titik membentuk pola garis atau kurva, dengan beberapa penyimpangan dari pola utamanya. Page 4

DATA BERPASANGAN & PERSAMAAN GARIS LURUS Jika berdasarkan pencaran titik terlihat adanya suatu pola garis lurus tertentu, pertanyaan yang muncul adalah: APAKAH BENAR POLA TERSEBUT MERUPAKAN GARIS LURUS? Untuk memeriksa apakah pola tersebut lurus atau lengkung, diperlukan paling sedikit i tiga titik ii yang dapat mewakili seluruh titik-titik yang ada. Dengan menghubungkan ketiga titik tersebut dengan dua penggalan garis, masing-masing menghubungkan dua titik yang berdekatan, pola garis lurus itu dapat diperiksa. Page 5

DATA BERPASANGAN & PERSAMAAN GARIS LURUS Pemeriksaan: Jika rasio koefisien b kedua penggalan garis tersebut, sangat jauh dari nilai 1, maka hal tsb. menunjukkan adanya pola lengkung. Jika semua titik-titik (x i,yy i ) mengumpul di sekitar garis lurus, maka perhitungan koefisien a dan b dapat dilakukan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Draper dan Smith, 1981) yang merupakan metode baku dalam analisis regresi Teknik eksplorasi data sangat berguna sebagai pendahulu bagi analisis regresi terutama dalam keadaan beberapa pengamatan berada di luar pola utamanya atau kelurusannya tidak terlalu jelas terlihat di dalam scatter plot nya. Page 6

GARIS RESISTEN Pembahasan pola hubungan antara Y dan X disini, lebih mentikberatkan pada bentuk dan arti hubungan itu sendiri. Prosedur perhitungan yang ditempuh adalah sbb. : 1. Urutkan data (x i,y i ) menurut besarnya nilai X. 2. Bagilah kumpulan pasangan (x i,y i ) yang telah diurutkan menjadi tiga bagian yang kurang lebih sama banyaknya, sehingga membentuk kelompok B (bawah), T (tengah) dan A (atas). Aturan sederhana untuk pembagiannya adalah sbb: Page 7

GARIS RESISTEN Aturan pembagian 1/3 data: Pertigaan atas dan bawah masing-masing harus mengandung paling banyak sepertiga dari seluruh titik. Pertigaan atas dan bawah masing-masing harus mempunyai rentang kurang dari setengah rentang keseluruhan X. Bila ada beberapab titik yang sama harganya, maka titik-titik tersebut harus dimasukkan ke dalam kelompok yang sama. Selama masih memenuhi ketiga aturan di atas, masukkan sebanyak mungkin titik-titik pada pertigaan atas dan bawah (karena kedua bagian ini merupakan bagian terpenting). ti Page 8

GARIS RESISTEN 3. Carilah titik yang mewakili setiap kelompok (gunakan Me), sehingga nilai Me X dan Me Y dari masing-masing g kelompok sebagai koordinat titik-titik tersebut, yaitu : (x B,y B ), (x T,y T ) dan (x A,y A ). Titik-titik ini belum tentu berupa titik pengamatan, karena penentuan median X dan Y dilakukan secara terpisah. 4. Hitung koefisien b berdasarkan dua titik yang mewakili bagian A dan B, sehingga mencerminkan rentang nilai X yang paling besar, melalui: 5. Hitung koefisien a, sehingga diharapkan garis tersebut melalui titik (x T,y T ), yaitu melalui perumusan sbb: Page 9

GARIS RESISTEN Akan tetapi untuk menghindari nila a terlalu dipengaruhi oleh nilai pengamatan dalam kelompok T, maka digunakan ketiga titik sebagai patokan, dan nilai a ditentukan sebagai rata-rata dari ketiganya, sehingga didapat : a B = y B b x B a T = y T bx T a A = y A bx A, Selanjutnya menghasilkan : a =(a B + a T + a A )/3 Adapun persamaan taksiran regresinya adalah : Ŷ = a + bx Persamaan garis yang didapat dengan cara di atas, disebut GARIS RESISTEN (Tukey, 1977). Page 10

CONTOH Data berikut menunjukkan Berat Badan (kg) dan Lingkar Dada (cm) kerbau jantan yang tidak dikebiri pada saat gigi seri belum ada, yang telah diteliti oleh Putra (1985) dalam tesis S2 di Fak. Pasca Sarjana IPB. Data dalam Tabel 1. ini telah disusun berdasarkan Lingkar Dada, sehingga membentuk tiga kelompok, yaitu kelompok B (bawah), T (tengah) dan A (atas). Page 11

CONTOH Tabel 1. Berat Badan (Y) dan Lingkar Dada (X) kerbau jantan yang tidak dikebiri (gigi seri belum ada) Kelompok B T A X Y X Y X Y 149 245 161 260 169 350 150 200 161 275 169 335 153 200 162 295 170 345 154 200 163 310 170 335 155 265 164 280 170 340 156 220 164 330 170 320 156 265 165 330 172 345 156 225 166 300 173 350 157 265 167 325 175 325 158 270 168 295 175 340 159 255 168 305 176 365 160 275 168 300 176 345 160 305 168 315 177 360 160 290 Median X 156 165 172 Median Y 260 300 345 Page 12

PLOT DATA TABEL 1. 400 300 BERAT BADAN 200 100 140 150 160 170 180 LINGKAR DADA Page 13

INTERPRETASI Berdasarkan pencaran titik pada Gambar 1, nampak adanya suatu pola garis lurus tertentu Dengan tahapan untuk memperoleh garis resisten, didapat koefisien b adalah sbb. : b = (345 260) / (172 156) = 5,3 a = [ (260+300+345) 5,3 (156+165+172) ] / 3 = 569,3 Sehingga persamaan garis resisten yang diperoleh adalah sbb: Ŷ = 569,3 + 5,3 X Page 14

GARIS RESISTEN Untuk pemeriksaan kelengkungan garis, dapat dilihat dari rasio kelengkungan dua penggalan garis berikut: Penggalan garis sebelah kiri (yang menghubungkan titik B dengan T) adalah : b B = 40/9 = 4,4 Penggalan garis sebelah kanan (yang menghubungkan titik T dengan A) adalah : b A = 45/7 = 6,4 Rasio kelengkungan = b A /b B = 1,45. Nilai rasio ini tidak memberikan indikasi cukup kuat akan adanya kelengkungan, g hal ini dapat pula dilihat dari scatter plot pada Gambar 1. Page 15

GARIS RESISTEN Selanjutnya masihkah perlu untuk memeriksa ketepatan model tersebut terhadap data yang dimiliki? Proses ini dapat pula diartikan sebagai cara penguraian komponen data menjadi : Data = dugaan + residu, atau Y i = (a + bx i ) + (Y i a bx i ) Ketepatan model disini sangat dipengaruhi oleh asumsi keaditifan dan komponen taksirannya merupakan persamaan garis lurus. Page 16

GARIS RESISTEN Komponen residu (Y Ŷ) dapat digunakan untuk memeriksa berbagai ketidakcocokan antara data dengan model, melalui antara lain : 1. Plot antara sisa dengan X atau dengan nilai taksiran, untuk memeriksa apakah keseluruhan keragaman Y telah dapat diterangkan oleh keragaman X, atau untuk memeriksa apakah rentang penyebaran residu dipengaruhi oleh besarnya nilai dugaan? (Keheterogenan Varians). 2. Diagram dahan-daun atau box-plot dari nilai residu dapat digunakan untuk memeriksa kesimetrikan bentuk sebarannya, yang akan diperlukan dalam tahap konfirmasi model atau uji hipotesis dalam analisis statistika parametrik. Page 17

GARIS RESISTEN Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam plot antara residu dengan nilai taksiran atau dengan peubah X adalah : 1. Adanya beberapa nilai residu yang relatif besar dibandingkan dengan yang lainnya. 2. Adanya bentuk kurva antara residu terhadap taksiran Y atau terhadap X, dan 3. Adanya kecenderungan bahwa residu membesar sehubungan dengan nilai taksiran atau dengan peubah X. Jika model yang dipakai sudah tepat, maka pola keragaman Y dapat diterangkan sepenuhnya oleh keragaman X dan sisanya sudah tidak memiliki pola hubungan lagi dengan X. Page 18

PROSES ITERASI DLM GARIS RESISTEN Persamaan garis resisten yang didapat melalui prosedur di atas, memiliki kelemahan dalam penaksiran koefisien a dan b. Kedua nilai ini sering kali bukan taksiran yang paling cocok. Kekurangan ini dapat diperbaiki dengan melakukan iterasi. Proses iterasi melibatkan nilai residu, karena dalam komponen ini masih tersisa informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki nilai taksiran a dan b. Page 19

PROSES ITERASI DLM GARIS RESISTEN Proses iterasi dapat dilakukan sebagai berikut : Tahap pertama : Setelah mendapatkan nilai residu atau r i = Y i Ŷ i, susun pasangan data baru berupa (x i,r i ) dan kembali lakukan penaksiran garis. Jika nilai b nya nol, atau relative kecil sekali, maka proses inii selesai, artinya nilai i taksiran a dan b pada tahap pertama sudah cukup tepat. Dalam prakteknya sering ditemukan bahwa taksiran a dan b yang berasal dari pasangan (x i,r i ) tidak sama dengan nol, meskipun kemungkinan besar memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai taksiran sebelumnya. Seandainya pada tahap awal didapat penaksir a 1 + b 1 X,dengang residu r (1) = Y a 1 b 1 X. Berdasarkan pasangan baru (x,r (1 )) kemudian didapatkan a 1 danb 1, sehingga nilai taksiran yang sudah diperbaiki menjadi : a 2 = a 1 + a 1 dan b 2 = b 1 + b 1 Page 20

PROSES ITERASI DLM GARIS RESISTEN Tahap kedua : Didapat nilai taksiran beserta residunya, sbb. : Ŷ (2) = a 2 + b 2 X dan r (2) = Y Ŷ (2) yang menghasilkan pasangan baru (x, r (2) ) yang dapat dipergunakan untuk proses iterasi selanjutnya. Akan tetapit untuk beberapab kasus tertentu, t t perubahan nilai i tersebut dapat berjalan sangat lambat sekali, atau berfluktuasi karena nilai b selalu berganti tanda dengan besaran yang kurang lebih sama. Page 21

PROSES ITERASI DLM GARIS RESISTEN Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan penyesuaian, yaitu setelah mendapatkan b 2, maka : b 3 = b 2 b 2 [ ( b 2 b 1 ) / ( b 2 b 1 ) ] atau secara umum b n+1 = b n b n [ ( b n b n-1 ) / ( b n b n-1 ) ] Proses iterasi ini dapat dihentikan jika nilai b n+1 sudah cukup kecil. Sebagai patokan, jika nilainya sudah lebih kecil dari 1% kali nilai b awal. Page 22

PROSES ITERASI DLM GARIS RESISTEN Lihat contoh yang lalu : Tahap I : Ŷ = 569,3 + 5,3 X Tahap II : Pasangkan (x,r (1 ) sehingga didapat : X r (1) 156 0,9 165 9,0 172 2,4 b 1 = 3,3 / 16 = 0,20 b 2 = 5,3 + 0,2 = 5,5 Page 23

PROSES ITERASI DLM GARIS RESISTEN Tahap III : r (2) = Y ( 569,3 + 5,5 X) sehingga didapat pasangan: X r (2) 156 32,7 165 41,2 172 32,2 2 b 2 = 0,5 / 16 = 0,03 (sudah < 1 % dari b awal ) b 3 = b 2 b 2 [ ( b 2 b 1 ) / ( b 2 b 1 ) ] = 5,5 + 0,03 = 5,53 Page 24

PROSES ITERASI DLM GARIS RESISTEN Tahap IV : r (3) = Y ( 569,3 + 5,53 X) sehingga didapat pasangan: X r (2) 156 32,7 165 41,2 172 32,22 Sehingga didapat model : Ŷ = 569,3 + 5,53 X + ( 37,47 46,03 37,39) / 3 Atau : Ŷ = 609,59 + 553 5,53 X Page 25