45 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Sentra Penanaman Anggrek Dendrobium Bunga Potong di Indonesia Dendrobium merupakan salah satu genus dalam famili Orchidaceae yang dapat tumbuh di dataran rendah dan medium, mudah dirawat, mudah tumbuh dan mudah berbunga dibandingkan dengan anggrek jenis lainnya. Anggrek Dendrobium dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bila ditumbuhkan pada lingkungan atau tempat yang memiliki syarat tumbuh, yaitu intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan berkisar antara 55-65 persen, suhu siang antara 27-30 C dan suhu malam berkisar antara 21-24 C, dengan sirkulasi udara yang baik, kelembaban relatif tinggi yaitu berkisar antara 60-80 persen. Sentra produksi tanaman anggrek Dendrobium di Indonesia terutama berada di Bogor, Tangerang Selatan, Jawa Tengah, Sumatra, Irian Jaya dan Jawa Timur. Bunga anggrek Dendrobium bunga potong merupakan tanaman hias unggulan yang banyak diusahakan di Kecamatan Serpong Kota Tangerang Selatan dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Kedua wilayah tersebut termasuk sentra produksi anggrek terbesar di Indonesia. Kondisi agroklimat di wilayah penelitian sangat mendukung untuk pertumbuhan anggrek Dendrobium. Daerah sentra produksi dan luas tanam anggrek di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Daerah Sentra Produksi dan Luas Tanam Anggrek di Indonesia 2012 Kabupaten /Kota Kecamatan Luas areal tanam (Ha) Produksi (tangkai) Keterangan Tangerang Selatan Serpong 40.250 462.000 Anggrek Dendrobium Tangerang Selatan Setu 6.550 300.000 Anggrek Dendrobium Tangerang Selatan Pamulang 209.500 4.886.400 Anggrek tanah Medan Tembung, Denai, 16.500 884.000 Anggrek Helvetia, Marelan potong Batu Batu, Bumiaji 48.065 63.219 Anggrek Sumber : Dirjen Hortikultura, 2012
46 Selain itu menurut Data Statistik Daerah (2012) menyebutkan bahwa selain padi, Provinsi Banten juga memiliki komoditas tanaman unggulan yaitu tanaman anggrek dengan tingkat produksi tertinggi ketiga di Indonesia (Tabel 7). Sentra tanaman anggrek sebagai komoditas unggulan tersebut berada di Kota Tangerang Selatan. Tabel 7. Komoditas Tanaman Unggulan Provinsi Banten Tahun 2010-2011 Tanaman Satuan 2010 2011 Anggrek Tangkai 2.189.988 3.673.559 Melinjo Ton 36.642 30.409 Aren Ton 1.708 1.708 Melon Ton 750 802 Durian Ton 8.759 26.291 Sumber : Statistik Daerah Provinsi Banten, 2012 Sentra produksi untuk wilayah Jawa Barat, yaitu di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Sentra produksi anggrek nasional di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 8. Sedangkan sentra pemasaran tanaman anggrek Dendrobium di dalam negeri terutama di sekitar Jabodetabek dan hampir sebagian wilayah Indonesia. Tabel 8. Sentra Produksi Anggrek Nasional di Jawa Barat 2012 No. Komoditas Kabupaten/Kota Produksi Kecamatan (tangkai) Utama 1. Anggrek Bogor 1.878.403 Gunung Sindur Karawang 553.422 Cikampek Cirebon 160.950 Sawangan Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat, 2012 5.2 Sejarah Keberadaan Usahatani Anggrek Dendrobium Bunga Potong Keberadaan usaha bunga potong ini pada awalnya diusahakan pada tahun 1985-1989 yaitu sejak berdirinya PT PAGI (Papayarwana Agro Indonesia) yang lokasinya berada di Kecamatan Serpong. Pada saat ini Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah mencanangkan Kecamatan Serpong sebagai ikon daerah sentra anggrek Dendrobium, sedangkan Kecamatan Pamulang sebagai ikon daerah sentra bunga anggrek potong jenis Vanda Douglas, serta Kecamatan
47 Gunung Sindur juga sebagai daerah sentra produksi bunga anggrek Dendrobium bunga potong Kabupaten Bogor. Sebagian besar petani anggrek di kedua wilayah tersebut dahulu pernah menjadi plasma PT. PAGI, dan setelah beberapa tahun perusahaan berjalan, telah terjadi kesalahan dalam menjalankan manajemen perusahaan, sehingga perusahaan tersebut mengalami kerugian dan pada akhirnya tutup. Meskipun keberadaan PT. PAGI tidak ada lagi, sebagian petani yang dahulunya pernah menjadi plasma masih mengusahakan anggrek Dendrobium bunga potong. Sebagai pertimbangan utamanya bahwa usaha anggrek Dendrobium bunga potong masih mempunyai prospek usaha untuk dikembangkan lebih lanjut dan menjadi sumber mata pencaharian utama hingga saat ini. Secara umum bunga anggrek Dendrobium bunga potong yang banyak diusahakan di daerah penelitian adalah varietas yang berwarna putih peninggalan PT. PAGI. Umur produktif tanaman anggrek bunga potong adalah dua tahun hingga enam tahun. Pada tahun kedua sampai tahun ketiga tanaman anggrek Dendrobium bunga potong mampu berproduksi bunga potong sebesar 20 persen, selanjutnya pada tahun ketiga hingga tahun keempat masa produksi puncak (100%), kemudian mulai pada tahun kelima sampai tahun keenam mulai mengalami penurunan hingga 40 persen. Setelah umur lima tahun tanaman anggrek potong harus diganti dengan tanaman yang baru, karena tanaman sudah tidak mampu lagi menghasilkan produksi bunga dengan kualitas yang memenuhi standar kualitas bunga potong. Namun hampir keseluruhan petani yang mengusahakan bunga anggrek Dendrobium bunga potong di daerah penelitian dalam menggunakan bibit yang sesuai standar mutu untuk produksi masih sangat terbatas. Mereka membeli bibit hanya sekali, selanjutnya bibit tersebut digunakan secara terus menerus tanpa ada upaya memperbaharui dari bibit yang digunakan. Tanpa dilakukan pembaharuan dengan bibit yang baru akan menyebabkan penurunan kualitas genetik secara drastis (untuk varietas tertentu). Penyebab sebagian besar petani anggrek Dendrobium bunga potong tidak melakukan pembaharuan bibit, karena terbatasnya ketersediaan varietas bibit unggul, dan seandainya tersedia harganya sangat mahal karena berasal dari impor.
48 Varietas tanaman bunga anggrek Dendrobium bunga potong yang diusahakan, hingga saat ini meskipun mengalami beberapa kali penanaman dan mengalami penurunan produktivitas, tetapi secara umum karakteristik tanaman sebagai tanaman anggrek bunga potong yang diusahakan oleh petani mempunyai kelebihan yaitu masih mampu menghasilkan produksi bunga yang memenuhi standar kualitas bunga potong klas M sampai S, karakter tanaman kuat (tidak rentan), rajin berbunga, bunga tebal sehingga masa kesegarannya cukup lama, dan mampu memunculkan jumlah kuntum diatas 15 kuntum bunga, dan hal tersebut merupakan salah satu faktor petani masih memilih mengusahakan varietas putih. Selain itu pilihan warna yang dapat bertahan lama dan paling sering diminta konsumen adalah warna putih. Hampir 100 persen anggrek Dendrobium bunga potong yang mampu dihasilkan oleh petani di Kecamatan Gunung Sindur dan Kecamatan Serpong dijual ke pedagang pengumpul lokal. Seluruh pedagang pengumpul memasarkan anggrek Dendrobium bunga potong produksi petani ke Pasar Bunga Rawabelong. Sebagai pertimbangannya adalah Pasar Bunga Rawa Belong merupakan pusat promosi dan pemasaran bunga potong terbesar di Indonesia. Beragam produk bunga potong dan tanaman hias produksi dari pekebun daerah dan pasar mancanegara masuk ke pasar bunga yang terletak di DKI Jakarta. Pasar Rawa Belong beroperasi hampir 24 jam sehari. Kegiatan utamanya sebagai pasar grosir para pedagang dari berbagai daerah. Pada siang hingga sore hari fungsi pasar berubah menjadi pusat retail atau eceran. Selanjutnya dalam jangka panjang, pusat promosi ini akan melakukan penyempurnaan manajemen pengelolaan yang terintegrasi sehingga lebih efektif dan efisien dalam pemberian layanan kepada masyarakat. 5.3 Varietas Anggrek Dendrobium Bunga Potong Meskipun jenis dan varietas Dendrobium sangat banyak, tetapi tidak semua nya bisa dimanfaatkan sebagai bunga potong. Sampai saat ini varietas Sonia dan warna-warna putih tetap menjadi primadona. Persentase pengembangan untuk jenis Sonia sebesar 65-70 persen dan untuk jenis putih sebesar 25 persen, serta untuk jenis warna ungu sebesar 5 persen (Eka Karya, 2012). Untuk jenis Sonia
49 telah dikenal lama oleh konsumen anggrek bunga potong dan bertahan hampir 20 tahun. Varietas Sonia merupakan varietas yang paling disukai oleh konsumen. Bunga berwarna ungu dan putih (two tone), cantik, ukuran bunga besar, tebal dan seragam, tangkai bunga tegak, panjang, dan kokoh. Sonia identik dengan two tone (dua warna) tetapi dari segi kemudahan memproduksi bunga untuk jenis Sonia cukup sulit dan produktivitasnya hanya sekitar 6 tangkai/pot/tahun. Varietas dari jenis warna-warna putih merupakan warna utama (main colour) yang dikembangkan untuk anggrek Dendrobium bunga potong. Alasannya karena warna putih dapat dipadu padankan atau dapat dengan mudah masuk dalam rangkaian bunga. Pada prinsipnya keindahan dari sebuah rangkaian membutuhkan keindahan dari elemen-elemen pendukung dari isi yang lainnya (filler), sehingga keindahan bunga betul-betul akan tampak indah dan cantik bila sudah dipadu-padankan dengan yang lain. Warna bunga, ukuran, dan bentuk bunga sangat menentukan peranan. Warna putih adalah warna yang tetap ada dan selalu diperlukan oleh konsumen. Masa produksi 6 tahun, produktivitas tinggi yaitu 10-12 tangkai/tahun, kemudahan untuk memproduksi cukup mudah, sosok tanaman kuat dan tahan. 5.4 Kondisi Sistem Perbenihan Anggrek Dendrobium di Indonesia Kebutuhan benih anggrek nasional selama ini masih sangat tergantung dengan benih impor (40% dipenuhi dari bibit hasil dalam negeri dan 60% berasal dari impor). Sementara berdasarkan hasil survei dengan responden petani anggrek Dendrobium bunga potong bibit yang digunakan 100 persen berasal dari impor. Hal ini disebabkan sampai saat ini industri perbenihan anggrek Dendrobium belum berkembang seperti yang diharapkan yaitu dapat memproduksi bibit baik dalam hal kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas. Sehingga Indonesia belum mampu memproduksi anggrek Dendrobium secara massal dan kontinyu serta berdaya saing di pasar. Pada saat ini beberapa laboratorium pemerintah dan swasta sudah melakukan perbanyakan klonal namun masih memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan benih klon. Masing-masing laboratorium baik yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah masih berjalan masing-masing belum
50 terintegrasi, sehingga masalah dalam proses perbanyakan klonal belum dapat terpecahkan (Ditjen Hortikultura, 2012). Perbanyakan tanaman anggrek dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif melalui persilangan biasa dilakukan dengan tujuan seleksi, yaitu untuk mendapatkan jenis bunga yang sesuai dengan karakter yang dikehendaki. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang sama dengan induknya. Namun apabila perbanyakan vegetatif dilakukan secara konvensional, maka dari tanaman induk hanya diperoleh beberapa tunas anakan. Sedangkan dengan teknologi perbanyakan kultur jaringan secara klonal sangat membantu dalam penyediaan benih anggrek yang sama dengan induknya dalam jumlah banyak (massal) dan seragam dalam waktu yang relatif lebih singkat, serta dapat mendukung program pelepasan varietas baru anggrek. Data statistik volume impor benih anggrek pada tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan sebanyak 881.414 batang, pada tahun 2009 meningkat cukup tajam yaitu sebesar 1.651.030 batang, kemudian pada tahun 2010 meningkat sebesar 2.159.740 batang dan pada tahun 2011 menjadi sebesar 3.213.957 batang. Sedangkan volume ekspor benih anggrek mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 ekspor benih sebesar 187.240 batang, pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 437.700 batang, pada tahun 2010 mengalami peningkatan cukup tajam yaitu sebesar 1.223.370 batang, dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 90.000 batang. Ketersediaan benih anggrek dalam negeri dan impor benih tanaman anggrek dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Ketersediaan Bibit Anggrek Dalam Negeri, Ekspor dan Impor Benih Tanaman Anggrek No. Tahun Dalam Negeri Impor Ekspor 1. 2008 14.436.559 881.414 187.240 2. 2009 15.198.840 1.651.030 437.700 3. 2010 16.929.613 2.159.740 1.223.370 4. Sampai Maret 2011 16.349.400 3.213.957 90.000 Sumber : Ditjen Hortikultura, 2012