ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK VANDA DOUGLAS DI KECAMATAN PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN AGIL SETYAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK VANDA DOUGLAS DI KECAMATAN PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN AGIL SETYAWAN"

Transkripsi

1 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK VANDA DOUGLAS DI KECAMATAN PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN AGIL SETYAWAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016 Agil Setyawan NIM H

4

5 ABSTRAK AGIL SETYAWAN. Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI. Produksi dan permintaan Anggrek Vanda douglas yang meningkat merupakan peluang agribisnis Anggrek Vanda douglas yang menjanjikan. Namun fluktuasi harga menyebabkan ketidakpastian dan risiko yang dihadapi baik oleh petani maupun pedagang sebagai lembaga pemasaran. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis saluran pemasaran, lembaga pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar berdasarkan marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Pengambilan sampel dilakukan dengan dua cara yaitu teknik purposive sampling dilakukan pada 30 petani responden dan snowball sampling pada lembaga pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang. Lembaga pemasaran yang terlibat antara lain petani, pedagang pengumpul desa, pedagang besar dan pedagang pengecer. Jumlah Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang yang dijual pada bulan April sampai Juni 2015 adalah sebanyak tangkai. Saluran pemasaran IV mendapatkan nilai persentase marjin pemasaran persen. Saluran pemasaran IV juga mendapatkan nilai farmer s share tertinggi dengan nilai persen. Sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran tertinggi terdapat pada saluran pemasaran IV dengan nilai Kata kunci : Anggrek Vanda douglas, efisiensi pemasaran ABSTRACT AGIL SETYAWAN. Vanda douglas Orchid Marketing Analysis in Pamulang District Tangerang Selatan Regency. Supervised by ANNA FARIYANTI. The increasing production and demand for Vanda douglas Orchid was a very promising agribusiness opportunity. However, price fluctuations of Vanda douglas Orchid caused uncertainties and risks which were faced by both farmers and retailers as marketing agents. The purpose of this research was to analyze marketing channels, marketing institutions, marketing functions, market structure, market conduct and market performance based on marketing margin, farmer s share and profit ratio to marketing cost. The data collection methods were purposive sampling method applied on 30 farmers and snowball sampling method applied on several marketing agents. The results showed that there were five kinds of Vanda douglas Orchid marketing channels in Pamulang District. The marketing agents involved in marketing channels were farmers, village traders, wholesalers and retailers. There were stalks of Vanda douglas Orchid that were sold in Pamulang District. Marketing channel IV got the low margin, i.e percent and marketing channel IV also got the high farmer s share, i.e percent. While the highest profit ratio to marketing cost was on marketing channel IV, i.e Keywords : Vanda douglas Orchid, marketing efficiency

6

7 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK VANDA DOUGLAS DI KECAMATAN PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN AGIL SETYAWAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian di lapangan yang dilaksanakan sejak bulan Juni sampai Agustus Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan, arahan dan doa dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, Yanti Nuraeni Muflikh, SP, MAgribuss selaku dosen pembimbing akademik, Siti Jahroh, PhD selaku dosen penguji akademik dan Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama serta jajaran staf dan dosen di Departemen Agribisnis yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran hingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Di samping itu juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Niman, Pak Midin, Pak Abdullah, Pak Taja selaku ketua kelompok tani yang ada di Kecamatan Pamulang yang telah memberikan arahan, informasi dan saran kepada penulis dalam proses penelitian. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada papah, bunda, mba Febri, mas Budi, mba Novi, Zella Aulia, teman-teman agribisnis 48, teman-teman HIPMA periode 2013 dan 2014 dan Agus Tiawan selaku pembahas seminar skripsi. serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini atas segala dukungan semangat, doa dan bantuan yang telah diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2016 Agil Setyawan

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xv DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN xvi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 6 Kajian Penelitian Pemasaran 6 Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran 6 Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran 7 Analisis Struktur Pasar 8 Analisis Perilaku Pasar 8 Analisis Keragaan Pasar 10 KERANGKA PEMIKIRAN 11 Kerangka Pemikiran Teoritis 11 Pemasaran 11 Saluran dan Lembaga Pemasaran 12 Fungsi-Fungsi Pemasaran 13 Struktur Pasar 14 Perilaku dan Keragaan Pasar 14 Ukuran Efisiensi Pemasaran 15 Kerangka Pemikiran Operasional 17 METODE PENELITIAN 19 Lokasi dan Waktu Penelitian 19 Jenis dan Sumber Data 19 Metode Pengumpulan Data Responden 19 Metode Pengolahan dan Analisis Data 20 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 22 Keadaan Umum Wilayah dan Penduduk 22 Karakteristik Petani Responden 24 Karakteristik Lembaga Pemasaran 26

14 Gambaran Umum Usahatani Anggrek Vanda douglas 27 HASIL DAN PEMBAHASAN 30 Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran Anggrek Vanda douglas 30 Saluran Pemasaran I 32 Saluran Pemasaran II 33 Saluran Pemasaran III 34 Saluran Pemasaran IV 34 Analisis Fungsi Pemasaran Anggrek Vanda douglas 35 Fungsi Pemasaran pada Petani 35 Fungsi Pemasaran pada Pedagang Pengumpul Desa 36 Fungsi Pemasaran pada Pedagang Besar 37 Fungsi Pemasaran pada Pedagang Pengecer 38 Analisis Struktur Pasar Anggrek Vanda douglas 40 Jumlah Penjual dan Pembeli 40 Hambatan Keluar dan Masuk Pasar 41 Kondisi dan Sifat Produk 41 Informasi Pasar 41 Analisis Perilaku Pasar Anggrek Vanda douglas 42 Praktek Pembelian dan Penjualan 42 Sistem Penentuan Harga 43 Sistem Pembayaran 43 Kerjasama antar Lembaga Pemasaran 44 Analisis Keragaan Pasar Anggrek Vanda douglas 44 Analisis Marjin Pemasaran 44 Analisis Farmer s Share 47 Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran 47 Analisis Efisiensi Pemasaran 48 SIMPULAN DAN SARAN 51 Simpulan 51 Saran 52 DAFTAR PUSTAKA 52 LAMPIRAN 54 RIWAYAT HIDUP 62

15 DAFTAR TABEL 1. Volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun Perkembangan volume penjualan anggrek potong di pasar bunga Rawabelong tahun Karakteristik struktur pasar Sebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Pamulang tahun Sebaran tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Pamulang tahun Sebaran petani responden berdasarkan usia di Kecamatan Pamulang tahun Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Pamulang tahun Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman bertani di Kecamatan Pamulang tahun Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan di Kecamatan Pamulang tahun Sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan di Kecamatan Pamulang tahun Responden menurut jenis lembaga pemasaran Sebaran lembaga pemasaran responden berdasarkan kelompok usia, tingkat pendidikan dan pengalaman usaha Anggrek Vanda douglas tahun Komponen biaya usahatani Anggrek Vanda douglas per tahun per hektar di Kecamatan Pamulang Komponen biaya usahatani Anggrek Vanda douglas per tahun per hektar di Kecamatan Pamulang (lanjutan) Sebaran petani responden dan volume Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Bulan April-Juni Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran di Kecamatan Pamulang tahun Marjin pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang tahun Farmer s share tiap saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang tahun Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang tahun Perbandingan marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang tahun

16 DAFTAR GAMBAR 1. Kurva pembentukan marjin pemasaran Skema kerangka pemikiran operasional Skema alur pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang 31 DAFTAR LAMPIRAN 1. Produksi Anggrek menurut provinsi di Indonesia tahun Produksi Anggrek di Provinsi Banten menurut wilayah tahun Produktivitas dan luas panen tanaman hias di Provinsi Banten tahun Jumlah rumah tangga dan luas tanam anggrek di Kota Tangerang Selatan menurut kecamatan tahun Perbandingan harga rata-rata Anggrek Vanda douglas di tingkat petani dan tingkat pasar tahun Biaya tenaga kerja Biaya pengemasan Biaya pengangkutan Biaya penyipanan Biaya kebersihan Biaya retribusi pasar Biaya pengolahan Dokumentasi 60

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman hias merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional, memberikan sumber pendapatan rumah tangga, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat (Akhir 2014). Tanaman hias juga merupakan salah satu komoditas dari sub sektor hortikultura yang memiliki nilai estetika yang tinggi dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya. Tanaman hias dapat dijadikan produk unggulan pertanian Indonesia jika dapat dikembangkan dengan baik. Tanaman hias mempunyai peluang yang sangat baik di pasar lokal maupun pasar internasional jika dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan volume dan nilai ekspor tanaman hias pada tahun Tabel 1 Volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2014 Komoditi Volume (Ton) Persentase Persentase Nilai (US$) (%) (%) Anggrek Mawar Krisan Tanaman Hias lainnya Total Sumber : Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2015) Tabel 1 menjelaskan bahwa salah satu tanaman hias yang memiliki volume dan nilai ekspor yang tinggi adalah tanaman anggrek. Anggrek memiliki nilai ekspor sebesar US$ atau 3.91 persen pada tahun 2014, angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan bunga mawar yang memiliki nilai ekspor sebesar US$ atau 2.07 persen dan tanaman hias lainnya. Artinya, anggrek merupakan komoditas yang memiliki potensi dan daya saing yang tinggi dengan tanaman hias lainnya di dalam perdagangan internasional. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor anggrek Indonesia diantaranya adalah negara Jepang, Taiwan, Thailand, Singapura, Malaysia, Uni Emirat Arab, Qatar dan Australia. Tanaman anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang mempunyai kelebihan dari jenis tanaman hias lainnya. Selain nilai estetika yang sangat tinggi, kelebihan yang dimiliki anggrek adalah terdapat spektrum pada warna, bentuk, ukuran tekstur dan variasi bunga anggrek. Anggrek merupakan salah satu tanaman hias unggulan Indonesia yang termasuk dalam famili Orchidaceae, famili yang sangat besar dan tersebar di seluruh dunia kecuali di daerah kering dan dingin. Hawkes (1965) dalam Kartikaningrum (2010) mengatakan bahwa di dunia ini setidaknya terdapat jenis anggrek baik berupa spesies asli, silangan alam dan silangan buatan. Sedangkan di Indonesia terdapat sekitar jenis anggrek yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. 1 1 Kartaningrum, S Budidaya Tanaman Anggrek [internet]. [diunduh 1 Maret 2015]. Tersedia pada

18 2 Selain itu, sekitar 90 persen induk-induk silangan anggrek yang paling digemari dan dikomersilkan di dunia merupakan anggrek yang berasal dari Indonesia. Anggrek juga merupakan salah satu tanaman hias yang sangat dikenal baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tanaman ini dimanfaatkan tidak hanya tanaman pot dan bunga potong, kini juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta ungkapan duka cita. Pasar anggrek dalam negeri adalah para pecinta anggrek, pedagang anggrek dan tanaman hias yang berjualan keliling atau pedagang yang memiliki toko dan pada umumnya segmen konsumen bunga anggrek potong juga terbatas pada kalangan menengah ke atas. Dari banyaknya jenis anggrek yang ada di Indonesia, beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan atau dipasarkan sebagai bunga potong seperti Dendrobium, Vanda, Phalaenopsis, Cattleya, Oncidium, Rananthera, Aranda, dan Cymbidium. Jenis-jenis anggrek tersebut cocok dijadikan bunga potong karena sifatnya yang mempunyai daya tahan yang cukup lama, jumlah kuntum yang banyak dalam satu tangkai dan berpenampilan atau berwarna menarik (Gunawan 2003). Berdasarkan data Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2014), wilayah di Indonesia dengan produksi anggrek tertinggi pada tahun 2013 berada di Provinsi Banten dan selalu mengalami peningkatan produksi dari tahun Pada tahun 2012, produksi anggrek di Provinsi Banten berada pada urutan dua dengan jumlah produksi tangkai di bawah Provinsi Jawa Barat dengan jumlah tangkai. Namun pada tahun 2013 terjadi penurunan produksi anggrek di Provinsi Jawa Barat dan peningkatan terjadi di Provinsi Banten dan menjadikan Provinsi Banten menempati urutan pertama dengan produksi anggrek tangkai (Lampiran 1). Peningkatan produksi anggrek di Provinsi Banten merupakan sebuah upaya intensif yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten diantaranya dengan cara menumbuhkan sentra-sentra tanaman florikultura baru dan peningkatan pengetahuan kawasan yang sudah ada, menuju skala industri melalui pengelolaan kebun yang baik agar tanaman florikultura Provinsi Banten mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan ekonomi daerah dan sektor jasa daerah. 2 Berdasarkan data Badan Pusat Statistika Provinsi Banten (2014), luas panen tanaman anggrek di Provinsi Banten mengalami penurunan dari m 2 pada tahun 2012 menjadi m 2 pada tahun Hal tersebut disebabkan karena banyaknya pengalihan fungsi lahan pertanian di Provinsi Banten menjadi lahan non pertanian. Namun turunnya luas panen dan meningkatnya produksi anggrek di Provinsi Banten membuat tingkat produktivitas tanaman anggrek semakin meningkat. Pada tahun 2012 tingkat produktivitas anggrek di Provinsi Banten sebesar tangkai/m 2 dan meningkat menjadi tangkai/m 2 (Lampiran 3). Selain itu, menurut hasil Sensus Pertanian Provinsi Banten (2013), terdapat 202 rumah tangga usaha hortikultura yang mengelola tanaman anggrek dengan ratarata luas tanam yang diusahakan tiap rumah tangga sekitar m 2, maka tidak heran jika Provinsi Banten menjadi sentra produksi anggrek terbesar di Indonesia. Area penjualan anggrek dari Provinsi Banten telah menjangkau kota-kota besar di 2 [DISTANAK] Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Usaha Tanaman Anggrek Potensial di Banten. [internet]. [diunduh 1 Maret 2015]. Tersedia pada

19 3 Indonesia, antara lain Surabaya, Magelang, Yogyakarta, Semarang, Solo, Manado, Medan dan Makassar. Dari berbagai jenis anggrek yang ada di Indonesia, Anggrek Vanda douglas merupakan salah satu jenis anggrek yang paling banyak diminati oleh konsumen di Indonesia dan paling banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Berdasarkan data Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Provinsi DKI Jakarta (2015), volume penjualan anggrek potong tertinggi di Pasar Rawabelong adalah Anggrek Vanda douglas. Dapat dilihat bahwa setiap tahun Anggrek Vanda douglas memiliki angka penjualan tertinggi dibandingkan dengan jenis anggrek potong lainnya. Artinya, Anggrek Vanda douglas merupakan jenis anggrek potong yang paling banyak jumlah permintaannya oleh konsumen dalam negeri. Tabel 2 Perkembangan volume penjualan anggrek potong di pasar bunga Rawabelong tahun Nama bunga Tahun (ikat) Anggrek Dendrobium Anggrek Vanda douglas Anggrek Game stori Anggrek Magie oie Sumber: Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Provinsi DKI Jakarta (2015) Anggrek Vanda douglas memiliki warna bunga yang menarik dan ukuran bunga yang besar. Selain itu, Anggrek Vanda douglas juga merupakan salah satu jenis anggrek yang mudah untuk dibudidayakan. Anggrek ini dapat hidup pada kondisi air yang terbatas dan menyukai cahaya matahari langsung sehingga petani tidak perlu membuat naungan dalam melakukan perawatannya (Sarwono 2002). Kondisi tanah, suhu, iklim dan sumber daya manusia di Provinsi Banten mampu mendukung anggrek Vanda douglas ini untuk tumbuh dengan baik. Anggrek Vanda douglas juga memiliki kekurangan yaitu daya tahan yang relatif lemah ketika dijadikan bunga potong dibandingkan jika belum dipanen atau pada saat ditanam. Dalam melakukan pemasaran, Anggrek Vanda douglas ini memiliki karakteristik dimana biasanya anggrek tersebut dipasarkan atau dijual dalam jumlah yang besar dan membutuhkan waktu yang tepat dalam pemasarannya agar sampai kepada konsumen akhir dengan kualitas yang masih baik, namun besar kemungkinan terjadi kerusakan apabila rantai pemasaran tidak berjalan dengan baik dan berdampak kepada menurunnya harga Anggrek Vanda douglas tersebut. Rumusan Masalah Salah satu wilayah di Provinsi Banten yang merupakan sentra produksi Anggrek Vanda douglas adalah Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan data BPS Kota Tangerang Selatan (2014), tercatat luas tanam tanaman anggrek di Kota Tangerang Selatan sebesar m 2 dengan jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman anggrek sebanyak 163 rumah tangga (Lampiran 4). Perkembangan produksi anggrek di Provinsi Banten juga dipengaruhi oleh produksi anggrek di Kota Tangerang Selatan yang terus mengalami peningkatan

20 4 setiap tahun. Produksi anggrek mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2011 dan 2012 dengan persentase lebih dari 50 persen. Selain itu, dapat dikatakan juga bahwa 94 persen produksi anggrek di Provinsi Banten berasal dari Kota Tangerang Selatan dan menjadi daerah dengan produksi anggrek terbesar di Indonesia pada tahun 2013 (Lampiran 2). Kota Tangerang Selatan cukup terkenal dengan berbagai jenis anggrek yang sangat indah. Banyaknya jenis anggrek juga membuka peluang usaha besar bagi para petani anggrek sehingga tanaman anggrek tidak hanya menjadi produk yang diminati oleh masyarakat tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan para petani sebagai pelaku usahatani anggrek di Kota Tangerang Selatan. Di wilayah Kota Tangerang Selatan yang menjadi sentra produksi adalah Kecamatan Pamulang dengan luas tanam m 2 dan jumlah rumah tangga petani anggrek sebanyak 95 rumah tangga (Lampiran 4). Hampir semua petani anggrek di Kecamatan Pamulang membudidayakan Anggrek Vanda douglas. Permintaan Anggrek Vanda douglas terbesar berasal dari Jakarta dan sekitar 80 persen produksi anggrek tersebut dipasarkan ke Pasar Rawabelong dan sisanya dijual ke floris di daerah sekitar Jakarta, Bogor dan Tangerang (Akhir 2014). Pemasaran Anggrek Vanda douglas oleh para petani di Kecamatan Pamulang melibatkan beberapa lembaga pemasaran seperti pedagang pengumpul desa, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen akhir. Berdasarkan data Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2014) jumlah produksi anggrek di Kota Tangerang Selatan adalah sebanyak tangkai (Lampiran 1). Sedangkan data Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura DKI Jakarta (2015) menunjukkan tingkat penjualan Anggrek Vanda douglas pada tahun 2013 adalah sebanyak ikat atau tangkai (Tabel 2). Dapat dikatakan bahwa jumlah penawaran Anggrek Vanda douglas dari petani lebih besar dibandingkan dengan permintaan pasar. Hal ini tentunya menjadi perhatian bagi petani dalam menentukan pemasaran yang baik dan lebih efisien. Petani anggrek di Kecamatan Pamulang juga menghadapi beberapa kendala dalam memasarkan Anggrek Vanda douglas diantaranya adalah posisi tawar menawar yang dimiliki oleh petani sehingga harga ditentukan oleh pedagang di Pasar Rawabelong dan petani hanya sebagai price taker. Kemudian tidak semua petani memiliki akses atau fasilitas yang sama dalam memasarkan Anggrek Vanda douglas sehingga dibutuhkan lembaga-lembaga pemasaran agar Anggrek Vanda douglas dapat didistribusikan dengan baik. Terdapat marjin yang tinggi jika dilihat dari tingkat harga yang diterima petani dibandingkan dengan harga yang diterima konsumen. Harga rata-rata yang diterima petani pada tahun 2014 berfluktuatif yaitu antara Rp sampai Rp per ikat, dimana satu ikat terdiri dari 100 tangkai Anggrek Vanda douglas. Data Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura DKI Jakarta (2015) menunjukkan harga rata-rata Anggrek Vanda douglas mencapai harga tertinggi Rp per ikat pada bulan Maret 2014 dan harga rata-rata terendah Rp per ikat pada bulan Juni Harga Anggrek Vanda douglas di tingkat petani dan tingkat pasar dapat dilihat pada Lampiran 5. Data tersebut juga menunjukkan bahwa perbedaan dan fluktuasi harga merupakan akibat dari biaya pemasaran dan juga keuntungan yang diambil dari setiap lembaga pemasaran yang terlibat, ataupun adanya risiko dan ikatan kerjasama yang terjalin antara lembaga pemasaran di Kecamatan Pamulang.

21 5 Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini perlu dilakukan secara menyeluruh dengan mengidentifikasi pola-pola saluran pemasaran, lembaga pemasaran, fungsi masing-masing lembaga pemasaran, serta struktur, perilaku dan keragaan pasar pada sistem pemasaran Anggrek Vanda doulgas di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Selain itu, pendekatan kuantitatif juga perlu dilakukan dengan menghitung marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sehingga dapat dirumuskan dalam efisiensi pemasaran. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana saluran dan fungsi-fungsi pemasaran dalam sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan? 2. Bagaimana struktur, perilaku dan keragaan pasar pada masing-masing lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas yang terlibat? 3. Bagaimana efisiensi sistem pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pada efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis saluran dan fungsi-fungsi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. 2. Menaganalis struktur, perilaku dan keragaan pasar pada masing-masing lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas yang terlibat. 3. Menganalisis efisiensi sistem pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pada efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah: 1. Bagi peneliti, sebagai wadah dalam proses pembelajaran dan melatih berpikir kritis dan analitis dalam mengembangkan ilmu-ilmu terapan agribisnis yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan di Institut Pertanian Bogor. 2. Bagi petani, diharapkan penelitian ini menjadi sumber informasi dan acuan dalam pemasaran untuk pengembangan usahatani Anggrek Vanda douglas. 3. Bagi pemerintah dan stakeholder, sebagai bahan dan sumber informasi untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan, strategi pengembangan dan pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kota Tangerang Selatan. 4. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi, acuan dan pembanding untuk melakukan penelitian selanjutnya.

22 6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Komoditas yang diteliti adalah Anggrek Vanda douglas dengan mengkaji sistem pemasaran melalui saluran, lembaga dan fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar yang menggunakan indikator marjin pemasaran, farmer s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran dalam pemasaran Anggrek Vanda douglas. TINJAUAN PUSTAKA Kajian Penelitian Pemasaran Kajian penelitian terdahulu terkait dengan pemasaran di bidang hortikultura khususnya tanaman hias sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Dengan demikian penelitian ini diambil dari beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai referensi dan pembanding sehingga dapat dirumuskan sistem pemasaran yang efisien melalui berbagai pendekatan analisis seperti fungsi pemasaran, lembaga dan saluran pemasaran, serta struktur, perilaku dan keragaan pasar. Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai referensi penelitian tentang pemasaran ini antara lain adalah: penelitian oleh Akhir (2014) mengenai analisis efisiensi pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor; kemudian penelitian oleh Putri (2015) mengenai analisis tataniaga bunga krisan di Desa Langensari Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi; selanjutnya penelitian Fajriah (2014) yang menganalisis tataniaga bunga krisan di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Bogor; penelitian dari Azhara (2015) mengenai analisis efisiensi pemasaran ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang; dan penelitian Estefan (2011) mengenai analisis usahatani dan pemasaran bunga potong anggrek (kasus Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor). Dari beberapa hasil penelitian tersebut akan dijadikan referensi dan dibandingkan dalam kajian analisis fungsifungsi pemasaran, lembaga dan saluran pemasaran, serta struktur, perilaku dan keragaan pasar. Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran Menurut Asmarantaka (2012) kelembagaan pemasaran adalah berbagai organisasi bisnis atau kelompok bisnis yang melakukan atau mengembangkan aktivitas bisnis. Beberapa lembaga pemasaran pada umumnya terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan konsumen akhir. Pada umumnya lembaga pemasaran diidentifikasi dengan menggunakan alur pemasaran mulai dari petani hingga konsumen akhir melalui data dan informasi yang didapatkan dari lembaga pemasaran yang menjalankan fungsi pemasaran. Hasil identifikasi saluran pemasaran dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa jumlah saluran pemasaran untuk setiap komoditas dengan lokasi yang berbeda akan memiliki saluran pemasaran yang bervariasi. Penelitian Akhir

23 7 (2014) mengenai pemasaran anggrek potong Vanda douglas menunjukkan bahwa terdapat empat saluran pamasaran yang melibatkan petani, pedagang pengumpul kelompok tani, pedagang besar, pedagang pengecer dan floris. Sedangkan Putri (2015) menjelaskan pemasaran bunga krisan di Desa Langensari Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi memiliki lima saluran pemasaran melibatkan petani, pedagang pengumpul kebun, pedagang besar dan dekorator. Selanjutnya hasil analisis pemasaran bunga krisan menunjukkan terdapat empat saluran pemasaran yang melibatkan petani, pedagang pengumpul kebun dan pedagang besar (Fajriah 2014). Pemasaran ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang dilakukan melalui enam saluran pemasaran dan melibatkan lembaga pemasaran yaitu petani, pedagang pengumpul desa, pedagang besar, pedagang pengecer dan pengolah (Azhara 2015). Sedangkan hasil penelitian Estefan (2011) menunjukkan bahwa terdapat enam saluran pemasaran anggrek Dendrobium dan melibatkan petani, pedagang pengumpul lokal, pedagang besar, pedagang pengumpul luar daerah dan floris. Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran Pemasaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem fungsifungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas (Asmarantaka 2012). Berdasarkan penelitian Akhir (2014) semua lembaga pemasaran anggrek potong Vanda douglas melakukan semua fungsi pemasaran. Petani dan pedagang pengumpul melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan saja dan lembaga pemasaran lain juga melakukan pembelian. Fungsi fisik yang dilakukan oleh lembaga pemasaran berupa pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan. Sedangkan fungsi fasilitas yang dilakukan adalah pembiayaan, penanggungan risiko dan informasi pasar. Petani juga melakukan standarisari dan grading pada fungsi fasilitas. Selanjutnya pada hasil penelitian Putri (2015), petani hanya melakukan aktivitas penjualan pada fungsi pemasaran serta melakukan pengolahan pasca panen dan pengangkutan. Sedangkan pedagang pengumpul kebun, pedagang besar dan dekorator melakukan semua fungsi pemasaran. Namun dekorator dan pedagang besar tidak melakukan aktivitas penanggungan risiko dalam memasarkan bunga krisan. Pada analisis pemasaran bunga krisan oleh Fajriah (2014), petani melakukan semua fungsi pemasaran pada beberapa tipe saluran pemasaran. Petani melakukan fungsi fisik yang mencakup kegiatan pengemasan dan penyimpanan dimana petani melakukan penjualan langsung ke pedagang besar. Pedagang pengumpul kebun melakukan semua aktivitas fungsi pemasaran yang mencakup kegiatan penjualan dan pembelian (fungsi pertukaran); pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan (fungsi fisik); serta penanggunan risiko, pembiayaan dan informasi pasar (fungsi fasilitas). Sedangkan pedagang besar juga melakukan semua fungsi kecuali aktivitas pengangkutan. Selain itu semua lembaga pemasaran juga melakukan aktivitas sortasi bunga krisan. Petani hanya melakukan sortasi jika mereka hanya memiliki saluran pemasaran yang langsung kepada konsumen. Penelitian Azhara (2015) mengenai analisis efisiensi pemasaran ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa petani hanya melakukan fungsi pertukaran berupa kegiatan penjualan saja dan

24 8 melakukan semua kegiatan pada fungsi fasilitas. Sedangkan fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar, pedagang pengecer dan pengolah meliputi kegiatan jual-beli, pengangkutan, penyimpanan, sortasi, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Kegiatan pengolahan pada fungsi fisik hanya dilakukan oleh pengolah. Hasil penelitian Estefan (2011) menunjukkan petani hanya melakukan fungsi pertukaran saja yang berupa aktivitas penjualan. Lembaga pemasaran lain seperti pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul luar daerah, pedagang besar, dan floris melakukan semua fungsi pemasaran. Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul lokal yaitu melakukan pengumpulan dan pengangkutan, sedangkan lembaga pemasaran selanjutnya melakukan penyimpanan dan pengangkutan. Sedangkan fungsi fasilitas dilakukan oleh semua lembaga pemasaran setelah petani dengan melakukan aktivitas penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar, dengan fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengumpul lokal ditambah dengan aktivitas sortasi. Analisis Struktur Pasar Asmarantaka (2012) menjelaskan struktur pasar sebagai sifat-sifat organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan pasar dan dilihat melalui empat faktor antara lain jumlah atau ukuran perusahaan, kondisi atau keadaan produk, mudah atau sukar keluar-masuk pasar dan tingkat informasi pasar. Estefan (2011) menjelaskan struktur pasar pada setiap tingkat lembaga pemasaran berbeda-beda. Pada tingkat petani struktur pasarnya mengarah ke struktur pasar oligopsoni. Pada tingkat pedagang pengumpul lokal dan luar daerah mengarah ke struktur pasar oligopoli. Pada tingkat pedagang besar cenderung mengarah struktur pasar duopoli. Sedangkan pada tingkat floris cenderung mengarah struktur pasar bersaing sempurna. Pada penelitian Fajriah (2014) mengenai tataniaga bunga krisan di Kecamatan Cugengang Kabupaten Cianjur menunjukkan struktur pasar untuk petani dan pedagang pengumpul kebun cenderung mendekati pasar persaingan sempurna. Sedangkan pedagang besar menghadapi struktur pasar yang mendekati pasar oligopoli. Berbeda dengan hasil penelitian Putri (2015) mengenai tataniaga bunga krisan di Desa Langensari Kabupaten Sukabumi yang menunjukkan struktur pasar yang dihadapi oleh semua lembaga pemasaran cenderung mendekati pasar oligopoli. Azhara (2015) menjelaskan struktur pasar ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang yang terjadi cenderung mendekati struktur pasar persaingan murni. Analisis Perilaku Pasar Menurut Hasibuan (1993) dalam Asmarantaka (2012), perilaku pasar merupakan pola tanggapan dan penyesuaian yang dilakukan suatu perusahaan di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Biasanya perilaku dilakukan dengan melihat kondisi pasar yang akan dimasuki atau kondisi pasar ketika mereka berusaha. Perilaku pasar dapat diidentifikasi dengan mengamati kegiatan pemasaran yang meliputi kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan harga, sistem pembayaran dan kerjasama antar lembaga pemasaran. Kegiatan pemasaran anggrek potong Vanda douglas oleh petani ada umumnya dilakukan melalui

25 kelompok tani dan kemudian dijual ke pedagang besar, pedagang pengecer atau ke konsumen akhir (Akhir 2014). Sedangkan hasil penelitian Putri (2011), dalam pemasaran bunga krisan di Desa Langensari Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi petani hanya melakukan kegiatan penjualan saja dengan sistem borongan dan sistem jual per ikat. Pada praktek penjualan dalam pemasaran bunga krisan oleh petani di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur kepada pedagang pengumpul kebun dilakukan dengan sistem borongan (Fajriah 2014). Sedangkan jika petani menjual bunga krisan kepada pedagang besar harus mengeluarkan biaya tenaga kerja untuk melakukan pengemasan dan sortasi dan harus saling menghubungi sebelum mengirim bunga krisan. Pada penelitian Azhara (2015), pemasaran ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang dilakukan dari petani ke pedagang pengumpul desa (PPD) dan terkadang petani tidak terlibat dalam proses pemanenan, namun PPD yang mengambil hasil panen. Penjualan bunga anggrek potong Dendrobium dilakukan dengan sistem langganan kepada pedagang pengumpul dengan jumlah ikatan yang sudah disetujui dengan petani (Estefan 2011). Dalam penentuan harga petani kepada pedagang pengumpul, petani hanya bertindak sebagai price taker dengan informasi harga dibawa oleh pedagang dari pasar ke petani atau melalui proses tawar menawar dan cara pembayaran dilakukan secara tunai maupun hutang oleh pedagang pengumpul (Putri 2015, Fajriah 2014). Sedangkan untuk anggrek potong Vanda douglas penentuan harga dilakukan dengan proses tawar menawar oleh petani dan pedagang maupun sesama pedagang (Akhir 2014). Penentuan harga pada saluran pemasaran bunga krisan dari petani ke pedagang besar dilakukan dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan petani untuk pengemasan dan sortasi, serta ada kesepakatan dengan pedagang besar karena petani dan pedagang besar mengetahui informasi harga bunga krisan di pasar. Sedangkan harga yang ditetapkan oleh petani bunga anggrek Dendrobium maupun krisan dengan konsumen akhir dilakukan dengan proses tawar menawar. Harga yang ditetapkan pada ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang mengacu pada harga yang berlaku di pasar induk berdasarkan jumlah pasokan yang masuk dan permintaan konsumen (Azhara 2015). Pada penentuan harga bunga anggrek potong Dendrobium, informasi harga dibawa pedagang dari pasar ke petani pada saat akan membeli bunga anggrek potong. Hubungan kekerabatan petani dengan pedagang pengumpul lokal dan pedagang lainnya membuat petani tidak memiliki pilihan lain (Estefan 2011). Kerjasama yang dilakukan antar lembaga pemasaran biasanya dilandasi oleh keakraban dan tujuan untuk saling menguntungkan. Akhir (2014) menunjukkan bahwa sistem kerjasama yang sering dilakukan pada setiap lembaga pemasaran bunga anggrek Vanda douglas adalah sistem langgangan. Kerjasama antara petani bunga krisan dengan pedagang pengumpul terlihat dari adanya penyediaan pinjaman kepada petani. Selain itu petani yang memiliki langganan dengan pedagang besar maupun konsumen akhir akan membantu petani dalam mendapatkan keuntungan secara langsung dan pedagang besar mendapatkan pasokan tetap (Fajriah 2014). Sedangkan di dalam pemasaran ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang kerjasama antar lembaga belum terjadi secara formal dan tertulis namun hanya terdapat ikatan sosial yang kuat dan 9

26 10 karena adanya langganan (Azhara 2015). Dalam pemasaran anggrek Dendrobium petani hanya melakukan kegiatan penjualan saja dan lembaga pemasaran lain juga melakukan kegiatan pembelian. Kegiatan pembelian anggrek Dendrobium dari petani dilakukan dengan sistem langganan antara pedagang pengumpul dengan petani sehingga pedagang pengumpul lokal sudah memiliki akses ke petani (Estefan 2011). Analisis Keragaan Pasar Keragaan pasar dapat digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh struktur pasar dan perilaku pasar dalam proses pemasaran suatu komoditi pertanian (Sudiyono 2002 dalam Asmarantaka 2012). Keragaan pasar dalam beberapa penelitian dapat diukur melalui marjin pemasaran, farmer s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Berdasarkan hasil penelitian Akhir (2014), saluran pemasaran dari petani - pedagang besar - konsumen merupakan saluran yang relatif lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya dengan marjin pemasaran sebesar Rp1 738 per tangkai atau persen dan total biaya pemasaran Rp214 per tangkai. Selain itu rasio keuntungan terhadap biaya cukup tinggi dengan rasio sebesar 7.20 dan farmer s share persen. Sedangkan hasil penelitian Putri (2015) menunjukkan saluran pemasaran bunga krisan menghasilkan marjin pemasaran paling kecil pada saluran pemasaran petani - pedagang besar dengan total marjin sebesar Rp per tangkai atau persen. Sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar dan farmer s share yang diterima petani pada saluran tersebut adalah sebesar persen. Hasil penelitian Fajriah (2014) menunjukkan bahwa saluran pemasaran bunga krisan yang paling efisien adalah saluran pemasaran petani - pedagang pengumpul kebun - konsumen. Hal tersebut dapat dilihat dari farmer s share sebesar persen dan marjin tataniaga sebesar Rp370 per tangkai atau persen. Sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 3.10 dengan total biaya pemasaran yang sangat rendah yaitu Rp90.15 per tangkai. Sedangkan hasil penelitian Azhara (2015) menunjukkan bahwa saluran pemasaran petani - pedagang pengecer merupakan saluran pemasaran yang relatif lebih efisien. Hal tersebut didukung dengan rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran pemasaran tersebut sebesar 1.75, marjin yang paling rendah sebesar 9.71 persen, dan marjin sebesar persen. Saluran pemasaran bunga anggrek potong Dendrobium menghasilkan marjin pemasaran paling kecil pada saluran pemasaran petani - pedagang pengumpul lokal - konsumen dengan total marjin sebesar Rp per tangkai atau persen dan total biaya pemasaran Rp42.71 per tangkai. Sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar dan farmer s share yang diterima petani pada saluran satu adalah sebesar persen, serta volume penjualan terbesar yaitu 83.9 persen (Estefan 2011).

27 11 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini didasarkan pada kerangka teroritis mengenai konsep pemasaran yang terdiri dari fungsi pemasaran; saluran dan lembaga pemasaran; struktur, perilaku dan keragaan pasar; dan efisiensi pemasaran yang mencakup marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya. Pemasaran Pengertian pemasaran dalam perspektif makro menurut Asmarantaka (2012) merupakan aktivitas dalam mengalirkan produk mulai dari produsen primer sampai ke konsumen akhir. Dalam mengalirnya produk sampai ke konsumen akhir, banyak aktivitas produktif yang terjadi dalam upaya menciptakan atau menambah nilai guna (bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan) dengan tujuan untuk memenuhi kepuasan konsumen akhir. Hanafiah dan Saefudin (2006) menjelaskan bahwa pemasaran merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau penambahan kegunaan dari barang dan jasa sehingga dapat dikatakan pemasaran merupakan tindakan atau usaha yang produktif. Nilai guna yang diciptakan oleh kegiatan pemasaran mencakup nilai guna waktu, tempat, bentuk dan kepemilikan. Nilai guna waktu berarti bahwa barangbarang memiliki nilai yang lebih tinggi setelah terjadi perubahan waktu. Nilai guna tempat berarti bahwa barang-barang tersebut memiliki kegunaan yang lebih tinggi akibat adanya perubahan tempat yang lebih mudah diakses atau sesuai dengan keinginan konsumen. Nilai guna bentuk merupakan penciptaan atau peningkatan nilai terhadap barang-barang menjadi bentuk yang lebih menarik dan berguna. Sedangkan nilai guna kepemilikan berarti bahwa barang-barang memiliki nilai yang lebih tinggi karena beralihnya hak milik atas barang tersebut. Pengertain pemasaran juga dapat ditinjau dari aspek ekonomi dan aspek manajemen. Dari aspek ekonomi, pemasaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem fungsi-fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Kohls dan Uhl (2002) menjelaskan bahwa pemasaran memiliki dua karakteristik dasar yaitu pemasaran merupakan suatu proses dari satu pergerakan, serangkaian aktivitas dan peristiwa dari fungsi-fungsi yang juga akan melibatkan beberapa tempat; dan bentuk koordinasi yang diperlukan dari serangkaian (tahapan) aktivitas atau dalam pergerakan mengalirnya produk dan jasa dari tangan produsen primer hingga ke konsumen akhir. Dari aspek manajemen, pemasaran diartikan sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran nilai dengan orang lain (Kotler dan Armstrong 2008). Dengan demikian pemasaran agribisnis dapat ditinjau dari perspektif makro (antar perusahaan atau lembaga-lembaga pemasaran secara keseluruhan) dan perspektif mikro (koordinasi di dalam suatu perusahaan) di mana tujuan akhirnya adalah kepuasan konsumen atau keuntungan perusahaan (Asmarantaka 2012). Kohls dan Uhl (2002) menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendekatan yang biasanya digunakan dalam mempelajari pemasaran, diantaranya adalah: pendekatan fungsi yang merupakan pendekatan terhadap aktivitas yang dilakukan

28 12 untuk mencapai tujuan proses pemasaran; pendekatan kelembagaan yang mempelajari berbagai macam lembaga dan struktur bisnis yang terlibat dan termasuk ke dalam proses pemasaran; dan pendekatan sistem dan perilaku yang harus dilakukan secara terus menerus karena perubahan dalam organisasi dan kombinasi fungsi dalam keseluruhan sistem pemasran. Saluran dan Lembaga Pemasaran Pengertian lembaga pemasaran menurut Kohls dan Uhl (2002) adalah berbagai organisasi bisnis yang melaksanakan atau mengembangkan sistem pemasaran (fungsi-fungsi pemasaran). Lembaga pemasaran juga dapat diartikan sebagai badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran di mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai ke konsumen akhir (Hanafiah dan Saefudin 2006). Pendekatan kelembagaan dalam sistem pemasaran ini juga membantu dalam memahami mengapa terdapat spesialisasi pedagang perantara di dalam sistem pemasaran, mengapa antara petani dan konsumen tidak dapat berhadapan secara langsung pada satu tempat, bagaimana karakter dari berbagai jenis pedagang perantara, dan bagaimana hubungan agen perantara dan susunan organisasi dari aktivitas pemasaran dalam produk agribisnis. Kohls dan Uhl (2002) mengklasifikasikan lembaga pemasaran sebagai berikut. 1. Pedagang perantara merupakan pedagang yang memiliki dan menguasai produk. Mereka membeli dan menjual produk untuk kepentingan penerimaan. Pedagang perantara terdiri dari pedagang eceran dan pedagang grosir. Pedagang eceran adalah pedagang yang membeli produk dan kemudian menjual kembali produk tersebut kepada konsumen akhir atau mengumpulkan berbagai jenis produk dalam satu lokasi. Sedangkan pedagang grosir adalah pedagang yang menjual produk kepada pedagang eceran atau pedagang grosir lainnya namun, tidak menjual produknya dalam jumlah besar ke konsumen akhir. 2. Agen perantara merupakan indivudu yang bertindak hanya sebagai perwakilan dari kliennya dan tidak memiliki hak milik atas produk yang ditangani. Agen perantara mendapatkan penerimaan dari biaya dan komisi. Jasa mereka sering dipertahankan oleh penjual atau pembeli suatu produk yang tidak memiliki informasi atau kekuatan tawar-menawar. Agen perantara terdiri dari komisioner dan broker. Komisioner biasanya memiliki kekuasaan dalam penanganan secara fisik dan penetapan harga produk yang akan dijual. Sedangkan broker tidak memiliki kekuasaan dan penanganan secara fisik terhadap suatu produk. 3. Spekulator adalah pedagang perantara yang membeli dan menjual produk dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari adanya pergerakan harga. Spekulator biasanya bekerja dalam jangka pendek dan memanfaatkan fluktuasi harga dengan penanganan yang minimum. 4. Pengolah dan pabrikan adalah kelompok bisnis yang memiliki kegiatan dalam menangani produk atau merubah bentuk bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau produk akhir. Kegiatannya adalah menambah utilitas waktu, bentuk, tenpat, dan kepemilikan dari bahan baku menjadi produk yang akan digunakan oleh konsumen akhir.

29 13 5. Organisasi merupakan individu atau kelompok yang membantu berbagai lembaga pemasaran dalam melaksanakan fungsi-fungsi dan aktivitas pemasaran. Saluran pemasaran merupakan sekumpulan pelaku-pelaku bisnis yang melakukan aktivitas bisnis untuk menyalurkan produk dari produsen kepada konsumen akhir (Akhir 2014). Hanafiah dan Saefudin (1983) menjelaskan bahwa panjangnya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu produk tergantung oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Jarak antara produsen dan konsumen. Semakin jauh jarak anatara produsen dan konsumen biasanya semakin panjang saluran yang ditempuh oleh produk tersebut. 2. Ketahanan produk tersebut. produk yang mudah rusak harus segera diterima konsumen sehingga diperlukan saluran pemasaran yang lebih pendek. 3. Skala produksi. Produksi dalam jumlah sedikit cenderung akan merugikan produsen jika langsung dijual ke pasar sehingga adanya pedagang perantara dan saluran pemasaran yang lebih panjang sangat diharapkan. 4. Kondisi keuangan pengusaha. Lembaga pemasaran yang memiliki posisi keuangan yang kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran karena dengan kondisi tersebut maka lembaga pemasaran dapat melakukan pemasaran dengan efisien. Fungsi-Fungsi Pemasaran Salah satu metode yang digunakan dalam menganalisis kegiatan yang termasuk ke dalam proses pemasaran adalah dengan cara membaginya ke dalam sebuah fungsi. Asmarantaka (2012) menjelaskan adanya pendekatan fungsi sendiri memiliki manfaat dalam membantu mempertimbangkan bagaimana pekerjaan harus dilakukan, menganalisis biaya-biaya pemasaran dan mengetahui perbedaan biaya antar lembaga dan fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Kohls dan Uhl (2002) menjelaskan karakteristik penting di dalam pendekatan fungsi pemasaran, yaitu: 1. Dampak dari pelaksanaan fungsi tidak hanya terhadap biaya pemasaran saja, tetapi juga nilai produk tersebut untuk konsumen dan dalam mengevaluasi fungsi pemasaran harus memperhitungkan biaya dan manfaat dari fungsi tersebut. 2. Terdapat kemungkinan untuk mengurangi atau menghilangkan pedagang perantara, tetapi fungsi-fungsi pemasaran tidak dapat dihilangkan. 3. Fungsi pemasaran dapat dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran dandi tempat yang berbeda. Kohls dan Uhl (2002) juga mengklasifikasikan fungsi pemasaran menjadi tiga, yaitu: 1. Fungsi pertukaran merupakan aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam pemindahan hak milik terhadap suatu barang. Fungsi pertukaran ini terdiri dari aktivitas penjualan dan pembelian. Aktivitas-aktivitas tersebut menggambarkan bagiamana proses penentuan harga terjadi dalam sistem pemasaran. 2. Fungsi fisik merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik dari barang tersebut. aktivitas-aktivitas tersebut membantu menjawab pertanyaan kapan, apa, dan dimana dalam

30 14 sistem pemasaran. Fungsi fisik ini terdiri dari aktivitas penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan. 3. Fungsi fasilitas merupakan fungsi yang terdiri dari berbagai aktivitas yang memperlancar atau mempermudah kegiatan fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Secara tidak langsung, fungsi fasilitas ini terlibat dalam setiap aktivitas dalam fungsi pertukaran dan fisik. Tanpa fungsi fasilitas ini, sistem pemasaran tidak akan berjalan dengan baik. Fungsi fasilitas ini terdiri dari aktivitas standarisasi, pembiayaan, informasi pasar, dan penanggungan risiko. Struktur Pasar Asmarantaka (2012) mendefinisikan struktur pasar sebagai sifat-sifat organisasi yang mempengaruhi perilaku dan keragaan pasar. Terdapat empat faktor yang menentukan struktur pasar, diantaranya adalah: 1. Jumlah atau ukuran perusahaan 2. Kondisi atau keadaan produk : produk homogen atau terdiferensiasi 3. Mudah atau sukar untuk keluar - masuk pasar atau industri 4. Tingkat pengetahuan (informasi) yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran misalnya biaya, harga, dan kondisi pasar diantara partisipanpartisipan pasar. Strukur pasar dalam garis-besarnya ada dua kelompok yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar tidak bersaing (monopoli atau monopsoni). Sedangkan jenis lainnya merupakan struktur pasar dengan jenis di antara kedua struktur tersebut (persaingan monopolistik, oligopoli dan duopoli). Kohls dan Uhl (2002) membagi struktur pasar ke dalam empat jenis struktur pasar yang dapat dilihat pada Tabel 3. Karakteristik Tabel 3 Karakteristik struktur pasar Persaingan Murni Persaingan Monopolistik Oligopoli Monopoli Jumlah Penjual Banyak Banyak Sedikit Satu Sifat Produk Homogen Diferensiasi Hambatan Keluar- Masuk Pasar Pengaruh Penjual Terhadap Harga Sumber: Kohls dan Uhl, 2002 Tidak ada hambatan Tidak berpengaruh Relatif mudah Sedikit berpengaruh, dibatasi oleh substitusi Serupa dan diferensiasi Sulit dengan beberapa hambatan Berpengaruh, dibatasi oleh pesaing Unik Tertutup Berpengaruh Perilaku dan Keragaan Pasar Konsep perilaku pasar menjelaskan perilaku partisipan (pembeli dan penjual), strategi atau reaksi yang dilakukan oleh partisipan pasar secara individu atau kelompok, dalam hubungan kompetitif atau negosiasi terhadap partisipan

31 15 lainnya untuk mencapai tujuan pemasaran dalam struktur pasar tertentu (Asmarantaka 2012). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku pasar merupakan strategi yang dipilih oleh lembaga pemasaran untuk mencapai tujuan. Gonarsyah (1997) dalam Asmarantaka (2012) menjelaskan tiga cara mengenal perilaku pasar, yaitu: 1. Penentuan harga adalah menetapkan harga dimana harga tersebut tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, ditetapkan secara bersama-sama penjual atau penetapan harga berdasarkan price leadership. 2. Product promotion policy dapat dilakukan melalui pameran dan iklan atas nama perusahaan. 3. Predatory and exclusivenary tactics yaitu strategi yang bersifat ilegal yang bertujuan untuk mendorong perusahaan pesaing untuk keluar dari pasar. Keragaan pasar merupakan hasil keputusan akhir akibat pengaruh dari struktur pasar dan perilaku pasar yang dapat melihat dari produk atau output, harga, dan biaya pada pasar-pasar tertentu. Gonarsyah (1997) dalam Asmarantaka (2012) menjelaskan ukuran keragaan pasar dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1. Pricing efficiency, ukurannya adalah seberapa jauh harga mendekati biaya total yang dilakukan melalui operasi produksi yang efisien. 2. Cost efficiency, ukuran yang digunakan dalam jangka pendek adalah efisiensi fungsi produksi dan efisiensi alokasi sumberdaya. Sedangkan ukuran dalam jangka panjang adalah excess capacity dan optimal size. 3. Sale promotion cost, ukurannya dapat dilihat dari volume penjualan. 4. Technical progressive, ukurannya dapat dilihat dari penurunan long-run average total cost. 5. Rate of product development, ukurannya dapat dilihat dari kualitas, efisiensi, dan higienitas produksi sehingga akan menghasilkan produk yang memiliki keunggulan kompetitif. 6. Exchange efficiency, mencakup efisiensi biaya dalam penentuan harga. 7. Market externality, meminimalkan market externality yang negative dan meningkatkan yang positif. 8. Conservation, berkaitan dengan isu-isu seperti ekolabeling dan greenpeace. 9. Price flexibility, berkaitan dengan penyesuaian atas perubahan harga terhadap perubahan biaya. Ukuran Efisiensi Pemasaran Menurut Asmarantaka (2012) ukuran efisiensi adalah kepuasan konsumen, produsen, atau lembaga pemasaran yang terlibat di dalam sistem pemasaran suatu produk mulai dari produsen sampai ke konsumen akhir. Ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan tersebut bersifat sulit dan sangat relatif. Pemasaran yang efisien merupakan tujuan dan keinginan dari para partisipan pemasaran. Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), lembaga pemasaran menganggap pemasaran efisien apabila aktivitas pemasaran produknya dapat mendatangkan keuntungan baginya. Sedangkan konsumen menganggap sistem pemasaran yang efisien apabila konsumen dapat dengan mudah mendapatkan produk yang diinginkan dengan harga rendah. Kohls dan Uhl (2002) menyebutkan dua jenis indikator efisiensi pemasaran yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional berhubungan dengan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan rasio output-input

32 16 pemasaran. Efisiensi operasional adalah ukuran frekuensi produktivitas dari inputinput pemasaran, seperti tenaga kerja atau biaya total pemasaran dengan keuntungan dari lembaga pemasaran. Efisiensi harga menekankan pada kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian dan proses pemasaran sehingga efisien dan sesuai dengan keinginan konsumen. Marjin Pemasaran Konsep marjin pemasaran digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran baik efisiensi operasional maupun efisiensi harga. Hanafiah dan Saefudin (2006) menyatakan bahwa marjin merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dan harga yang dibayar oleh konsumen akhir. Asmarantaka (2012) menjelaskan bahwa marjin pemasaran menggambarkan kondisi pasar ditingkat lembagalembaga yang berbeda, minimal terdapat dua tingkat pasar yaitu pasar di tingkat petani dan pasar di tingkat konsumen dengan asumsi struktur pasar di setiap tingkat adalah pasar persaingan sempurna sehingga kurva supply dan demand di setiap tingkat pasar memiliki slope dan jumlah produk yang sama. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. P S r S f P r P f D f D r Q r,f 0 Q Gambar 1 Kurva pembentukan marjin pemasaran Keterangan: D r = Permintaan di tingkat konsumen akhir D f = Permintaan di tingkat petani S r = Penawaran di tingkat konsumen akhir S f = Penawaran di tingkat petani Q r,f = Jumlah produk di tingkat petani dan konsumen akhir (P r P f ) = Marjin pemasaran (P r - P f )Q r,f = Nilai marjin pemasaran Sumber: Hammond dan Dahl (1977); Tomek dan Robinson (1990) dalam Asmarantaka (2012) Farmer s Share Menurut Asmarantaka (2012) Farmer s share merupakan perbedaan antara harga di tingkat petani dan marjin pemasaran atau persentase harga yang dibayar oleh petani terhadap harga yang dibayar oleh konsumen akhir. Secara umum

33 17 besaran farmer s share, marjin pemasaran bervariasi antar komoditi dan tergantung pada biaya pemasaran yang dikeluarkan. Ukuran farmer s share tidak dapat selalu diandalkan sebagai ukuran efisiensi pemasaran karena kompleks penanganan produk yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepuasan konsumen dan harus memperhitungkan bentuk, fungsi, dan atribut-atribut produk hingga sampai ke konsumen akhir. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pemasaran Menurut Asmarantaka (2012) rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sering dipergunakan sebagai indikator efisiensi relatif dan keragaan pasar. Rasio keuntungan terhadap biaya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi sistem pemasaran dengan membandingkan keuntungan pemasaran yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Pemasaran dapat dikatakan efisien jika rasio keuntungan terhadap biaya merata pada semua lembaga pemasaran dan bernilai positif. Kerangka Pemikiran Operasional Kecamatan Pamulang merupakan salah satu sentra produksi Anggrek Vanda douglas di Kota Tangerang Selatan, Banten. Anggrek Vanda douglas memiliki sifat ketahanan yang kurang baik ketika dijadikan sebagai bunga potong, hanya sekitar satu sampai dua minggu Anggrek Vanda douglas bisa bertahan lama. Hal tersebut tentunya membutuhkan saluran pemasaran yang lebih efisien sehingga Anggrek Vanda douglas sampai kepada konsumen akhir dengan kualitas yang baik dan waktu yang relatif lebih cepat. Namun beberapa permasalahan juga dihadapi oleh para petani Anggrek Vanda douglas dalam memasarkan produknya di Kecamatan Pamulang. Posisi tawar petani terhadap penjualan Anggrek Vanda douglas dapat dikatakan lemah dan petani hanya menjadi price taker. Selain itu, terdapat perbedaan harga yang diterima petani dengan harga yang diterima konsumen dan harga yang diterima petani dan sangat berfluktuatif. Kemudian tidak semua petani memiliki akses atau fasilitas yang sama dalam memasarkan Anggrek Vanda douglas. Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan analisis pemasaran anggrek Vanda douglas dengan melakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisis saluran dan lembaga pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, serta perilaku dan keragaan pasar yang terjadi di dalam sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang. Analisis kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur efisiensi pemasaran melalui ukuran-ukuran dalam marjin pemasaran, farmer s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran dari segi operasional pemasaran. Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif tersebut akan didapatkan gambaran mengenai keseluruhan sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang yang efisien. Selanjutnya hasil analisis tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dan kajian bagi para petani Anggrek Vanda douglas dan pemerintahan sebagai langkah untuk meningkatkan sistem pemasaran yang lebih baik dan efisien serta dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Skema kerangka pemikiran operasional pemasaran Anggrek Vanda douglas dapat dilihat pada Gambar 2.

34 18 Kota Tangerang Selatan merupakan sentra produksi Anggrek Vanda douglas Supply petani lebih besar dari demand pasar Perbedaan dan fluktuasi harga petani dan pasar Akses yang dimiliki oleh petani ke pasar bersifat terbatas Analisis Kualitatif Fungsi-fungsi pemasaran Lembaga dan saluran pemasaran Struktur, perilaku dan keragaan pasar Analisis Kuantitatif Marjin pemasaran Farmer's share Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran Gambaran sistem pemasaran yang efisien terhadap Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Keterangan: Alur pemasaran Saling berhubungan Implikasi dan rekomendasi kepada petani maupun pemerintah terhadap upaya perbaikan sistem pemasaran dan peningkatan kesejahteraan petani Gambar 2 Skema kerangka pemikiran operasional Proses menganalisis pemasaran

35 19 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian ini adalah di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan dan Pasar Rawabelong, Jakarta Barat sebagai tempat pusat penjualan tanaman hias. Pemilihan lokasi di Kecamatan Pamulang sebagai tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut merupakan salah satu sentra produksi budidaya Anggrek Vanda douglas. Kemudian Pasar Rawabelong yang juga dijadikan tempat penelitian karena hampir semua petani memasarkan produk Anggrek Vanda douglas yang didatangkan dari Kecamatan Pamulang ke pasar tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015 hingga bulan Agustus Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) kepada petani responden dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses kegiatan pemasaran yang berlangsung di Kecamatan Pamulang. Data sekunder diambil melalui berbagai literatur yang dijadikan bahan rujukan untuk mendukung data primer selama proses penelitian. Data-data sekunder yang digunakan bersal dari buku teks, jurnal ilmiah, laporan penelitian (skripsi), situs internet, dan data-data yang didapatkan melalui lembaga terkait seperti Badan Pusat Stastistik (BPS), Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan, Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Provinsi DKI Jakarta, Kecamatan Pamulang dan Perpustakaan LSI IPB Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling karena pemilihan responden didasarkan pada berbagai pertimbangan seperti pengetahuan, keahlian, serta pengalaman responden. Pertimbangan-pertimbangan tersebut diberikan secara langsung oleh peneliti. Metode Pengumpulan Data Responden Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer yang dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner tersebut berisi pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup (terstruktur). Pertanyaan terbuka berisi pertanyaan yang jawabannya berupa deskripsi atau tidak disediakan sedangkan pertanyaan tertutup berisi pertanyaan yang jawabannya telah disediakan. Kuisioner tersebut ditujukan kepada petani responden dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat selama proses pemasaran berlangsung. Penentuan petani responden dilakukan secara sengaja (purposive) yang masih aktif membudidayakan Anggrek Vanda douglas dengan jumlah petani responden sebanyak 30 petani yang dapat mewakili keseluruhan petani di

36 20 Kecamatan Pamulang. Sedangkan penentuan responden lembaga pemasaran dilakukan dengan metode snowball sampling. Metode ini diperoleh dari informasi yang didapatkan setelah melalui wawancara dengan petani responden mengenai saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas. Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk menelusuri aliran produk dan keterlibatan lembaga-lembaga pemasaran dalam melakukan fungsi pemasarannya. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan metode deskriptif untuk mengidentifikasi gambaran secara sistematis dan rinci mengenai fungsi-fungsi pemasaran, saluran dan lembaga pemasaran, serta perilaku pasar. Analisis kualitatif disajikan dan dianalisis dalam bentuk deskripsi dan tabulasi sederhana. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis marjin pemasaran, farmer s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga pemasaran dan diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel yang kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi data. Selanjutnya analisis-analisis berikut ini digunakan untuk mengidentifikasi pemasaran Anggrek Vanda douglas dari segi efisiensi operasional. Analisis Fungsi, Lembaga dan Saluran Pemasaran Lembaga pemasaran dianalisis guna mengetahui lembaga-lembaga pemasaran apa saja yang terlibat dalam sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang. Dengan demikian akan didapatkan informasi mengenai aliran produk yang dapat membentuk saluran pemasaran dari tingkat petani sampai tingkat konsumen akhir. Analisis saluran pemasaran diidentifikasi dengan tahapan proses terbentuknya saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas, gambaran proses pertukaran dalam setiap lembaga pemasaran, dan proses pascapanen produk selama kegiatan berlangsung. Analisis fungsi pemasaran perlu diidentifikasi untuk mengetahui kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran dalam menyalurkan produk dari petani sampai ke konsumen akhir. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut pada umumnya melakukan fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan) dan fungsi fasilitas (pembiayaan, penanggungan risiko, informasi pasar dan standarisasi). Analisis Struktur, Perilaku dan Keragaan Pasar Analisis struktur pasar dilakukan dengan menggunakan empat indikator dalam menentukan struktur pasar Anggrek Vanda douglas. Empat indikator yang digunakan adalah jumlah penjual dan pembeli, hambatan keluar dan masuk pasar, kondisi dan sifat produk serta informasi pasar. Analisis perilaku pasar dilakukan secara deskriptif untuk memperoleh informasi terkait dengan perilaku lembagalembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas dalam mencapai tujuan pemasaran. Aktivitas yang diamati diantaranya adalah praktek pembelian dan penjualan, sistem penentuan harga, sistem pembayaran dan kerjasama antar lembaga pemasaran dalam sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas. Sedangkan analisis keragaan pasar dapat digunakan untuk melihat hasil dari pengaruh struktur dan

37 21 tingkah laku pasar dalam proses pemasaran suatu komoditi pertanian (Sudiyono 2002 dalam Asmarantaka 2012). Analisis kuantitatif menggunakan analisis marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya. Analisis Marjin Pemasaran Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat produsen atau petani dengan harga di tingkat konsumen akhir. Analisis marjin pemasaran ini dapat digunakan untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran. Marjin pemasaran dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Besarnya marjin pemasaran merupakan penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran yang digunakan dan keuntungan yang didapatkan oleh setiap lembaga pemasaran. Secara matematis, sebaran marjin total dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut (Asmarantaka 2012) : Keterangan: P r P f MT M i = Harga pembelian di tingkat konsumen = Harga penjulan di tingkat produsen = Marjin total = Marjin pemasaran lembaga ke-i Marjin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dapat diperoleh dari selisih harga jual pada lembaga ke-i dengan harga beli pada lembaga ke-i. Selain itu marjin pemasaran juga dapat diperoleh dengan penjumlahan biaya pemasaran pada lembaga ke-i dan keuntungan pemasaran yang didapat oleh lembaga ke-i sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut (Asmarantaka 2012) : Keterangan: P ji P bi C i i i = Harga penjualan pada lembaga ke-i = Harga pembelian pada lembaga ke-i = Biaya pemasaran pada lembaga ke-i = Keuntungan pada lembaga ke-i = 1,2,3,4,.,n Dari persamaan di atas, maka dapat diperoleh keuntungan yang didapat dari marjin pemasaran yang dirumuskan sebagai berikut. Persentase marjin total pemasaran dapat diperoleh dengan membagi marjin pada lembaga ke-i dengan harga pembelian di tingkat konsumen atau dapat dirumuskan sebagai berikut (Asmarantaka 2012) :

38 22 Analisis Farmer s Share Farmer s share adalah ukuran efisiensi pemasaran yang merupakan persentase perbandingan antara nilai yang dibayar oleh konsumen terhadap nilai yang diterima oleh petani. Farmer s share bukan merupakan ukuran yang utama dalam menentukan efisiensi pemasaran, namun dalam menganalisisnya juga harus mempertimbangkan bentuk, fungsi, dan atribut-atribut produk dari petani sampai kepada konsumen. Semakin tinggi harga yang diterima konsumen dari harga yang ditawarkan konsumen makan nilai yang diterima petani menjadi semakin rendah. Sedangkan jika nilai marjin pemasaran semakin tinggi maka farmer s share akan semakin rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa farmer s share dan marjin pemasaran berhubungan negatif. Secara matematis, farmer s share dapat dirumuskan sebagai berikut. Keterangan: FS i = Farmer s share (%) P f = Harga di tingkat petani P r = Harga di tingkat konsumen Sumber: Asmarantaka (2012) Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Rasio keuntungan terhadap biaya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi sistem pemasaran dengan membandingkan keuntungan pemasaran yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Pemasaran dapat dikatakan efisien jika rasio keuntungan terhadap biaya merata pada semua lembaga pemasaran dan bernilai positif. Berikut rumus rasio keuntungan terhadap biaya. Keterangan: i = Keuntungan lembaga pemasaran ke-i C i = Biaya pemasaran lembaga pemasaran ke-i Sumber: Asmarantaka (2012) KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Wilayah dan Penduduk Kecamatan Pamulang merupakan salah satu bagian dari wilayah Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten. Kecamatan Pamulang terdiri dari delapan kelurahan dan memiliki luas wilayah sebesar km 2 atau persen dari total luas wilayah Kota Tangerang Selatan. Kelurahan yang ada di Kecamatan Pamulang yaitu Pondok Benda, Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe Udik, Pondok Cabe Ilir, Kedaung, Bambu Apus dan Benda Baru. Batas-batas wilayah Kecamatan Pamulang adalah sebagai berikut : Utara : Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Timur : Kota Jakarta Selatan Propinsi DKI Jakarta

39 23 Barat : Kecamatan Serpong Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok Propinsi Jawa Barat Bentuk topografi wilayah Kecamatan Pamulang merupakan wilayah daratan dengan ketinggian keluarahan yang berbeda. Kelurahan Pondok Benda, Bambu Apus, Benda Baru memiliki ketinggian 83 m di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan Kelurahan Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe Udik dan Pondok Cabe Ilir memiliki ketinggian 84 mdpl. Kecamatan Pamulang memiliki 819 RT dan 156 RW. Jumlah penduduk di Kecamatan Pamulang mengalami peningkatan pada tahun 2013 apabila dibandingkan dengan tahun Penduduk Kecamatan Pamulang pada tahun 2014 tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa, dengan jumlah rumahtangga sebanyak rumahtangga. Kepadatan penduduk di Kecamatan Pamulang mencapai penduduk per km 2. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Pamulang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Pamulang tahun 2014 Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) Laki-laki Perempuan Total Sumber : Kecamatan Pamulang (2014) Kondisi sosial penduduk Kecamatan Pamulang dari tingkat pendidikan pada tahun 2014 pada Tabel 5 menunjukkan status pendidikan terbanyak dari penduduk yang tidak tamat SD sebanyak orang sedangkan yang tamat SD sebanyak orang. Penduduk yang tamat SMP mencapai orang dan yang tamat SMA mencapai orang. Sedangkan penduduk yang mencapai tingkat perguruan tinggi sebanyak orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran pendidikan formal bagi penduduk Kecamatan Pamulang Selatan cukup tinggi. Tabel 5 Sebaran tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Pamulang tahun 2014 Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak Tamat SD Tamat SD/Sederajat Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/Sederajat Tamat Perguruan Tinggi Total Sumber : Kecamatan Pamulang (2014)

40 24 Karakteristik Petani Responden Petani responden dalam penelitian ini yaitu petani yang aktif dalam kegiatan usahatani Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang sebanyak 30 orang yang dipilih menggunakan metode snowball sampling. Petani responden memiliki karakteristik yang berbeda antara petani satu dengan lainnya dilihat dari usia, tingkat pendidikan, pengalaman budidaya Anggrek Vanda douglas, luas lahan yang diusahakan untuk budidaya Anggrek Vanda douglas dan status kepemilikan lahan. Karakteristik petani responden perlu diketahui karena diduga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan kegiatan budidaya sampai pemasaran Anggrek Vanda douglas. Petani yang menjadi responden umumnya berusia mulai dari 27 tahun hingga berusia lebih dari 75 tahun. Petani responden dikelompokkan dalam lima kelompok usia, yaitu usia di bawah 30 tahun, tahun, tahun, tahun dan lebih dari 60 tahun. Sebaran petani responden berdasarkan usia di Kecamatan Pamulang pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran petani responden berdasarkan usia di Kecamatan Pamulang tahun 2015 Golongan Usia (Tahun) Jumlah Petani (orang) Persentase (%) < > Total Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas petani responden berada di bawah 30 tahun dengan jumlah dua petani responden sedangkan dalam rentang usia tahun dengan jumlah petani tujuh orang atau persen dari total 30 petani responden. Pada rentang usia dan sama-sama terdapat sepuluh petani responden. Pada rentang usia tersebut, petani yang menjadi responden merupakan petani yang sudah memiliki pengalaman dalam membudidayakan anggrek Vanda douglas. Hal ini tentu saja berpengaruh pada proses pengambilan keputusan serta kemampuan yang lebih optimal dalam melakukan budidaya sampai pemasaran Anggrek Vanda douglas karena usia petani yang tergolong matang dan masih produktif. Sedangkan petani responden yang berumur lebih dari 60 tahun hanya terdapat satu orang. Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu karakteristik yang diduga mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan juga mempengaruhi daya tangkap dan pengetahuan petani mengenai perkembangan teknologi dalam teknik budidaya maupun dalam pemasaran Anggrek Vanda douglas. Petani responden di Kecamatan Pamulang terdiri dari tiga kelompok berdasarkan tingkat pendidikan formal yaitu tamat Sekolah Dasar (SD)/Sederajat, tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sederajat, tamat Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat dan tamat Perguruan Tinggi. Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Pamulang pada tahun 2015 dilihat pada Tabel 7.

41 25 Tabel 7 Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Pamulang tahun 2015 Pendidikan Formal Jumlah Petani (orang) Persentase (%) Tamat SD/Sederajat Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/Sederajat Tamat Perguruan Tinggi Total Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa semua petani responden tidak ada yang tidak bersekolah maupun tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Mayoritas tingkat pendidikan formal yang diperoleh oleh petani responden adalah tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 15 orang (50 persen) dari total petani responden sebanyak 30 orang. Bahkan terdapat empat petani responden yang telah mencapai tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat membudidayakan Anggrek Vanda douglas tidak hanya membutuhkan pengalaman yang cukup tinggi tetapi juga membutuhkan pengetahuan yang cukup karena dalam teknik budidaya dan cara pemasaran Anggrek Vanda douglas. Kecamatan Pamulang merupakan salah satu bagian wilayah di Tangerang Selatan yang memang terkenal sebagai pusat penghasil Anggrek Vanda douglas. Hal ini juga dapat dilihat dari lamanya pengalaman petani dalam membudidayakan Anggrek Vanda douglas. Tingkat pemahaman petani terhadap budidaya dan pemasaran Anggrek Vanda douglas juga dipengaruhi oleh lamanya pengalaman petani. Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas petani responden melakukan budidaya Anggrek Vanda douglas dengan pengalaman sepuluh hingga 20 tahun yaitu sebanyak 16 petani atau sebesar persen dari total jumlah petani responden sebanyak 30 orang. Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman bertani di Kecamatan Pamulang pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman bertani di Kecamatan Pamulang tahun 2015 Pengalaman Budidaya (tahun) Jumlah Petani (orang) Persentase (%) < > Total Luas lahan sangat mempengaruhi besarnya volume produksi anggrek, semakin luas lahan umumnya berbanding lurus dengan hasil produksi. Petani responden memiliki luas lahan anggrek yang berbeda satu sama lain. Mayoritas petani responden memiliki lahan di bawah m 2 sebanyak delapan petani sedangkan luas lahan pada rentang m 2 yaitu sebanyak 13 petani atau sebesar persen dari total jumlah petani responden. Kepemilikan lahan yang tidak terlalu besar menunjukkan bahwa Anggrek Vanda douglas dapat ditanam di lahan yang sempit. Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan di Kecamatan Pamulang pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 9.

42 26 Tabel 9 Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan di Kecamatan Pamulang tahun 2015 Luas Lahan (m 2 ) Jumlah Petani (orang) Persentase (%) < > Total Selain luasan kepemilikan lahan, status kepemilikan lahan juga dapat mempengaruhi pada pengambilan keputusan terhadap budidaya dan pemasaran anggrek. Mayoritas petani responden di Kecamatan Pamulang merupakan petani yang memiliki lahan sendiri sebanyak 19 orang atau sebesar persen dari total petani responden. Hal ini berarti mayoritas petani memiliki kekuasaan dalam pengambilan keputusan untuk proses budidaya maupun pemasaran Anggrek Vanda douglas. Sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan di Kecamatan Pamulang pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan di Kecamatan Pamulang tahun 2015 Status Kepemilikan Lahan Jumlah Petani (orang) Persentase (%) HGU Milik Sendiri Total Karakteristik Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran yang dijadikan responden dalam penelitian ini terdiri dari 11 orang. Lembaga pemasaran tersebut ditelusuri melalui metode bola salju (snowball sampling) yaitu berdasarkan infomasi petani kepada siapa Anggrek Vanda douglas dijual. Lembaga pemasaran pada penelitian ini meliputi tiga orang pedagang pengumpul desa, dua orang pedagang besar dan empat pedagang pengecer. Pengelompokkan responden menurut jenis lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Responden menurut jenis lembaga pemasaran No Nama Peran 1 Marsan Pedagang Pengumpul Desa 2 Niman Pedagang Pengumpul Desa 3 Tarsa Pedagang Pengumpul Desa 4 Jailani Pedagang Besar 5 Usnadi Pedagang Besar 6 Syaifudin Pedagang Pengecer 7 Maksin Pedagang Pengecer 8 Jaini Pedagang Pengecer 9 Mujeni Pedagang Pengecer

43 27 Berdasarkan hasil penelusuran kepada lembaga pemasaran memperlihatkan bahwa semua lembaga pemasaran responden berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan karakteristik kelompok usia, lembaga pemasaran yang berusia kurang dari 40 tahun sebanyak satu orang, sedangkan yang berusia pada rentang tahun sebanyak empat orang dan berusia lebih dari 50 tahun sebanyak empat orang. Tabel 12 Sebaran lembaga pemasaran responden berdasarkan kelompok usia, tingkat pendidikan dan pengalaman usaha Anggrek Vanda douglas tahun 2015 Karakteristik Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Kelompok Usia (tahun) < > Tingkat Pendidikan Tamat SD/Sederajat Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/Sederajat Tamat Perguruan Tinggi Pengalaman Usaha (tahun) < > Dari sembilan lembaga pemasaran terdapat dua orang yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD), lima orang berpendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan dua orang berpendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengalaman berdagang yang dimiliki oleh semua lembaga pemasaran sudah melebihi sepuluh tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa lembaga pemasaran sudah memiliki jaringan yang sudah cukup luas dan mampu menghadapi risiko dalam melakukan kegiatan jual beli Anggrek Vanda douglas. Gambaran Umum Usahatani Anggrek Vanda douglas Budidaya Anggrek Vanda douglas yang dilakukan oleh petani sepanjang tahun terdiri dari beberapa tahapan yaitu persiapan lahan, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian organisme pengganggu tanaman dan pemanenan. Petani Anggrek Vanda douglas tidak melakukan penanaman karena pada umumnya petani hanya sekali menanam bibit di lahan dan hanya melakukan peremajaan setiap dua atau tiga tahun sekali. Persiapan Lahan Kegiatan persiapan lahan yang umumnya dilakukan petani setiap tahun adalah melakukan peremajaan tanaman dan mengganti bambu dan sabut kelapa. Luas lahan rata-rata yang digunakan petani responden untuk menanam Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang adalah m 2. Mengganti bambu yang sudah lapuk sebagai penyangga tanaman dan sabut kelapa yang berfungsi sebagai

44 28 penyimpan cadangan air merupakan kegiatan yang perlu dilakukan dalam kegiatan budidaya Anggrek Vanda douglas karena akan berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas yang dihasilkan. Bambu yang dibutuhkan petani untuk satu hektar Anggrek Vanda douglas adalah sebanyak batang dengan harga rata-rata Rp per batang. Sedangkan sabut kelapa yang dibutuhkan untuk luasan satu hektar adalah 304 kg dengan harga rata-rata Rp933 per kg. Kegiatan persiapan lahan adalah kegiatan yang membutuhkan tenaga kerja agar dapat terselesaikan dengan cepat. Jumlah hari orang kerja (HOK) rata-rata yang digunakan untuk kegiatan persiapan lahan adalah 26 HOK atau hampir membutuhkan waktu satu bulan. Pemupukan Pemupukan yang dilakukan oleh petani Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang umumnya menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk dasar dan hanya lima petani yang menambahkan pupuk ZA. Pupuk kandang yang digunakan untuk satu hektar adalah sebanyak 142 ton per tahun. Penggunaan pupuk kandang juga bervariasi, ada yang memberikan pupuk kandang setiap tiga bulan sekali dan enam bulan sekali. Harga rata-rata pupuk kandang yang digunakan petani Anggrek Vanda douglas adalah Rp133 per kg. Pemberian pupuk ZA dilakukan tiga bulan sekali dengan jumlah pemberian sebanyak 18 kg per hektar setiap tahunnya. Harga rata-rata yang dibayar oleh petani untuk pupuk ZA adalah Rp per kg. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan oleh petani Anggrek Vanda douglas di Kecamatan pamulang adalah kegiatan penyiraman dan pengendalian gulma. Penyiraman biasanya dilakukan oleh petani yang mengurus lahan itu sendiri tanpa bantuan tenaga kerja. Penyiraman dilakukan setiap hari, bisa dilakukan pagi hari maupun sore hari. Dalam satu tahun biasanya petani menghitung jumlah hari penyiraman sebanyak 200 hari karena juga dibantu oleh hujan. Kegiatan pengendalian gulma jarang dilakukan oleh petani. Dalam satu bulan rata-rata petani hanya melakukan pengendalian gulma selama dua atau tiga kali. Kegiatan pengendalian gulma ini membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga butuh tenaga kerja tambahan jika lahan yang digunakan untuk budidaya cukup luas. Pengendalian OPT Pengendalian OPT dilakukan petani setiap satu minggu sekali. Pemberian pestisida biasanya dilakukan pagi hari dan dilakukan selama dua sampai empat jam tergantung luas lahan. Beberapa pestisida yang digunakan oleh petani Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang diantaranya adalah Hiponik, Curacron, Rizotin, Atonik, Dusbran, Akodan dan Gandasil. Hiponik yang digunakan untuk satu hektar dalam satu tahun adalah sebanyak 37 kg dengan harga rata-rata Rp per kg. Curacron yang dibutuhkan untuk luas lahan satu hektar dalam satu tahun adalah sebanyak 65 kg dengan harga rata-rata Rp per kg. Kemudian penggunaan Rizotin dalam satu tahun untuk satu hektar Anggrek Vanda douglas adalah sebanyak 39.2 liter dan petani membelinya dengan harga rata-rata Rp per liter. Atonik yang digunakan oleh petani sebanyak 41 liter setiap tahun untuk luas lahan satu hektar diperoleh dengan harga rata-rata Rp per liter. Sedangkan

45 29 Dusbran yang dibutuhkan untuk satu hektar dalam satu tahun adalah sebanyak 20 liter dan dapat diperoleh petani dengan harga Rp per liter. Akodan dan Gandasil merupakan pestisida yang paling jarang dipakai oleh petani Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang. Berdasarkan hasil penelusuran menunjukkan hanya terdapat empat petani yang menggunakan Akodan dan Gandasil. Gandasil yang digunakan untuk satu hektar dalam satu tahun adalah sebanyak tujuh liter dengan harga Rp per liter. Sedangkan Gandasil yang dibutuhkan sebanyak 19 kg untuk satu hektar dan dalam satu tahun. Petani dapat memperoleh Gandasil dengan harga Rp per kg. Pemanenan Anggrek Vanda douglas dapat dipanen setiap minggu dan dipanen sepanjang tahun. Anggrek Vanda douglas yang siap dipanen adalah anggrek yang sudah memiliki lima sampai delapan kelopak bunga yang sudah mekar dan berwarna ungu pekat. Pemanenan Anggrek Vanda douglas dapat dilakukan pagi hari maupun sore hari. Namun mayoritas petani memilih melakukan panen pada sore hari karena Anggrek Vanda douglas akan lebih segar ketika akan dijual ke pasar pada malam hari sampai subuh. Proses pemetikan Anggrek Vanda douglas dapat dilakukan menggunakan tangan atau gunting. Setelah dipetik kemudian Anggrek Vanda douglas dikumpulkan dan diikat menggunakan tali rafia. Setelah diikat maka Anggrek Vanda douglas tersebut siap untuk dijual dan didistribusikan ke lembaga pemasaran selanjutnya menggunakan sepeda motor atau mobil. Biaya usahatani Anggrek Vanda douglas dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Komponen biaya usahatani Anggrek Vanda douglas per tahun per hektar di Kecamatan Pamulang Komponen Satuan Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) % Biaya Tunai Pupuk Kandang Kg Pupuk ZA Kg Hiponik Kg Curacron Kg Rizotin Liter Atonik Liter Dusbran Liter Akodan Liter Gandasil Kg Tali Rapia Gulung Bambu Buah Sabut Kelapa Kg Paku Kg TKLK Pajak Lahan Listrik Transportasi Total Biaya Tunai

46 30 Tabel 14 Komponen biaya usahatani Anggrek Vanda douglas per tahun per hektar di Kecamatan Pamulang (lanjutan) Komponen Satuan Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) % Biaya Diperhitungkan TKDK HOK/Ha Sewa Lahan Diperhitungkan Penyusutan Peralatan Jumlah Total Biaya Diperhitungkan Jumlah Total Biaya HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran Anggrek Vanda douglas Saluran pemasaran merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses memasarkan suatu produk dari produsen hingga ke konsumen akhir. Saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang melibatkan beberapa lembaga pemasaran diantaranya yaitu: 1. Petani merupakan lembaga pemasaran di tingkat paling bawah yang berperan dalam melakukan budidaya dan memproduksi Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten. 2. Pedagang pengumpul desa (PPD) merupakan lembaga pemasaran yang berperan dalam menampung, mengumpulkan atau membeli Anggrek Vanda douglas secara langsung dari satu maupun lebih petani serta menjualnya ke lembaga pemasaran selanjutnya yaitu pedagang besar dan pengecer di Pasar Rawabelong. 3. Pedagang besar merupakan lembaga pemasaran yang dapat membeli Anggrek Vanda douglas dari petani maupun dari pedagang pengumpul desa dalam jumlah yang besar. Pedagang besar pada penelitian ini hanya berlokasi di Pasar Rawabelong. 4. Pedagang Pengecer merupakan lembaga pemasaran yang dapat membeli bunga baik dari petani, pedagang pengumpul desa maupun pedagang besar. Beberapa lembaga pemasaran pada umumnya menjual Anggrek Vanda douglas kepada pedagang pengecer karena adanya kerjasama maupun langganan diantara lembaga pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat empat saluran pemasaran yang terjadi dalam pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang mulai dari petani sampai pada konsumen yaitu: Pola Saluran I : Petani Pedagang Pengumpul Desa (PPD) Pedagang Pengecer Konsumen Pola Saluran II : Petani Pedagang Pengumpul Desa (PPD) Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen Pola Saluran III : Petani Pedagang Pengecer Konsumen Pola Saluran IV : Petani Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen

47 31 Saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang berbeda dengan saluran pemasaran di Desa Rawakalong Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Akhir (2014) menunjukkan terdapat empat saluran pemasaran yang terdiri dari lima lembaga pemasaran yaitu petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer dan floris. Selain itu, hasil penelitian Akhir (2014) juga menunjukkan saluran-saluran pemasaran yang cenederung lebih pendek dibandingkan saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang. Secara grafis, skema alur pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3. Petani Saluran III N = 1 V = tangkai (9.18%) Saluran I N = 19 V = tangkai (57.27%) Saluran II N = 2 V = tangkai (1.53%) Saluran IV N = 8 V = tangkai (32.02%) N= tangkai (97.39 %) Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Besar N= tangkai (2.60%) Pedagang Pengecer N= tangkai Konsumen Gambar 3 Keterangan : Skema alur pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang : Saluran I : Saluran II : Saluran III : Saluran IV

48 32 Panen Anggrek Vanda douglas umumnya dilakukan satu atau dua kali dalam seminggu dan dilakukan sepanjang tahun. Jumlah produksi Anggrek Vanda douglas yang dihasilkan oleh petani responden dari Bulan April hingga Juni 2015 adalah sebanyak ikat atau tangkai. Setiap satu ikat terdiri dari 100 tangkai Anggrek Vanda douglas. Hasil produksi tersebut tersebar ke dalam lima saluran pemasaran yang terdapat di Kecamatan Pamulang. Anggrek Vanda douglas yang dihasilkan 19 petani sebanyak tangkai (52.27 persen) disalurkan melalui saluran I melalui pedagang pengumpul desa. Pada saluran II jumlah Anggrek Vanda douglas yang disalurkan adalah sebanyak tangkai (1.53 persen) yang dihasilkan oleh dua petani. Saluran III menyalurkan Anggrek Vanda douglas sebanyak tangkai (9.18 persen) yang dihasilkan oleh satu petani saja. Sedangkan pada saluran IV sebanyak delapan petani menghasilkan tangkai (32.02 persen) Anggrek Vanda douglas. Sebaran petani responden yang ada pada setiap saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran petani responden dan volume Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Bulan April-Juni 2015 Saluran Pemasaran Jumlah Petani Responden (orang) Persentase (%) Volume Anggrek Vanda douglas (tangkai) Persentase (%) Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Total Saluran Pemasaran I Saluran pemasaran I merupakan saluran yang paling banyak digunakan oleh petani Anggrek Vanda douglas di Kecamatan yaitu sebanyak 19 petani dengan volume penjualan Anggrek Vanda douglas dari Bulan April sampai Juni 2015 sebanyak tangkai. Petani pada saluran pemasaran I ini menjual hasil panen Anggrek Vanda douglas ke PPD yang kemudian langsung dibawa ke pedagang pengecer di Pasar Rawabelong. Petani pada saluran pemasaran I ini melakukan penjualan kepada PPD tanpa adanya proses tawar menawar. Petani hanya menerima harga yang ditentukan oleh PPD berdasarkan informasi harga di Pasar Rawabelong. Selain itu, jumlah panen Anggrek Vanda douglas juga mempengaruhi harga yang akan diterima petani. Dalam saluran pemasaran I petani dapat mengurangi risiko tidak terjualnya Anggrek Vanda douglas karena semua hasil panen langsung dijual kepada PPD. PPD pada saluran pemasaran I juga merupakan petani Anggrek Vanda douglas. Pada umumnya petani pada saluran pemasaran I menjual Anggrek Vanda douglas kepada PPD karena adanya kerjasama, rasa saling percaya, dan ikatan keluarga. Selain itu, salah satu PPD pada saluran pemasaran I ini merupakan ketua kelompok tani. Hasil panen Anggrek Vanda douglas dikumpulkan dan diikat menggunakan tali rafia sebelum dijual ke pedagang pengumpul desa. Sebagian petani membawa hasil panen kepada PPD menggunakan sepeda motor atau PPD menjemput hasil panen petani di lahan petani. Kemudian PPD membawa Anggrek Vanda douglas

49 33 yang masih segar ke Pasar Rawabelong pada jam sampai menggunakan mobil dengan kapasitas angkut 50 sampai 100 ikat. Jarak yang ditempuh dari Kecamatan Pamulang ke Pasar Rawabelong adalah satu sampai dua jam. PPD juga melakukan pengemasan pada setiap ikat Anggrek Vanda douglas dengan menggunakan koran bekas agar Anggrek Vanda douglas tidak mengalami kerusakan dalam perjalanan menuju Pasar Rawabelong. Proses jual beli antara PPD dengan pedagang pengecer pada saluran I ini biasanya dilakukan pada malam hari sekitar pukul sampai dini hari sekitar pukul tujuannya adalah agar bunga yang diterima oleh pedagang pengecer masih dalam kondisi yang segar. Pedagang pengecer pada saluran pemasaran I membeli Anggrek Vanda douglas dari PPD dengan harga rata-rata Rp875 per tangkai dan menjualnya ke konsumen akhir dengan harga rata-rata Rp1 590 per tangkai. Anggrek Vanda douglas yang diterima kemudian disusun ulang untuk dikemas ulang atau diolah menjadi rangkaian bunga. Anggrek Vanda douglas biasanya akan terjual habis dalam satu hari, namun jika tidak terjual habis sisanya akan disimpan pada wadah yang berisi air dengan maksimal penyimpanan sampai dua hari. Saluran Pemasaran II Saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran hanya digunakan oleh dua petani Anggrek Vanda douglas. Volume penjualan Anggrek Vanda douglas pada saluran pemasaran II adalah sebanyak tangkai. Pada saluran pemasaran II jumlah Anggrek Vanda douglas lebih sedikit dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Hal ini disebabkan karena petani pada saluran pemasaran II hanya menggunakan lahan untuk budidaya Anggrek Vanda douglas di bawah 500 m 2 dan kondisi lahan dan alam yang kurang baik menyebabkan produksi Anggrek Vanda douglas sedikit. Selain itu harga yang diterima petani pada saluran pemasaran II menerima harga terendah dibandingkan saluran pemasaran lain dengan harga rata-rata sebesar Rp600 per tangkai. Petani pada saluran pemasaran ini menjual Anggrek Vanda douglas ke PPD dengan alasan adanya bantuan yang pernah diterima oleh petani dari PPD berupa bantuan modal bibit. Biaya yang ditanggung oleh petani pada saluran ini adalah biaya transportasi untuk mengangkut ke PPD dengan menggunakan sepeda motor dan biaya tenaga kerja untuk panen. PPD pada saluran pemasaran II ini juga merupakan petani Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Setu. Biaya pengikatan dengan tali rafia dan pengemasan menggunakan koran bekas ditanggung sepenuhnya oleh PPD pada saluran ini. PPD pada saluran II membawa Anggrek Vanda douglas ke Pasar Rawabelong menggunakan sepeda motor dengan kapasitas angkut lima sampai sepuluh ikat. Pedagang besar melakukan kegiatan jual beli dengan PPD dan pedagang pengecer pada dini hari sekitar pukul sampai Peran pedagang besar dalam saluran pemasaran II hanya sebagai pedagang perantara antara PPD dengan pedagang pengecer. PPD menjual Anggrek Vanda douglas kepada pedagang besar dilakukan karena PPD tersebut sudah menjadi langganan pedagang besar dan penjualan yang dilakukan dirasakan mudah dan cepat bagi PPD tersebut. Pedagang besar pada saluran pemasaran II hanya mengeluarkan biaya pemasaran yang sedikit yaitu biaya tenaga kerja, retribusi dan kebersihan. Kemudian pedagang besar ini menjual Anggrek Vanda douglas kepada pedagang

50 34 pengecer di Pasar Rawabelong. Pedagang pengecer tersebut membeli dari pedagang besar hanya untuk menambah pasokan Anggrek Vanda douglas dalam memenuhi permintaan konsumen yang dirasakan kurang dengan harga rata-rata Rp850 per tangkai. Harga tersebut lebih murah dibandingkan jika pedagang pengecer membeli Anggrek Vanda douglas langsung dari PPD atau petani seperti pada saluran pemasaran I. Kemudian pedagang pengecer pada saluran II menjual Anggrek Vanda douglas kepada konsumen akhir dengan harga rata-rata Rp1 450 per tangkai. Saluran Pemasaran III Saluran pemasaran III hanya dilakukan oleh satu petani dan satu pedagang pengecer. Volume penjualan Anggrek Vanda douglas pada saluran pemasaran ini adalah sebanyak tangkai pada Bulan April sampai Juni Saluran pemasaran ini terbentuk dan hanya melibatkan satu petani dan satu pedagang pengecer karena adanya ikatan kerjasama. Pedagang pengecer tersebut memberikan bantuan modal untuk melakukan budidaya Anggrek Vanda douglas, sehingga pedagang pengecer menginginkan adanya timbal balik dari petani tersebut dengan melakukan penjualan Anggrek Vanda douglas hanya kepada pedagang pengecer pada saluran pemasaran III. Harga yang diterima oleh petani juga ditetapkan oleh pedagang pengecer. Harga rata-rata yang diterima petani melalui penjualan pada Bulan April sampai Juni 2015 adalah sebesar Rp900 per tangkai. Harga tersebut merupakan harga tertinggi yang diterima oleh petani dibandingkan petani dalam saluran pemasaran lain. Petani pada saluran ini menanggung biaya tenaga kerja untuk panen dan supir, pengikatan, transportasi dan retribusi pasar. Transportasi yang digunakan oleh petani tersebut adalah mobil dengan kapasitas angkut 50 ikat. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer pada saluran III hampir sama seperti pada pedagang pengecer pada umumnya yaitu biaya tenaga kerja, pengiriman, pengemasan, penyimpanan, pengolahan, retribusi dan kebersihan. Harga jual rata-rata yang didapatkan oleh pedagang pengecer pada saluran pemasaran III pada Bulan April sampai Juni 2015 adalah sebesar Rp1 625 per tangkai. Saluran Pemasaran IV Saluran pemasaran IV merupakan saluran yang digunakan oleh petani Anggrek Vanda douglas di Kecamatan yaitu sebanyak delapan petani dengan volume penjualan Anggrek Vanda douglas dari Bulan April sampai Juni 2015 sebanyak tangkai. Petani pada saluran pemasaran IV ini menjual hasil panen Anggrek Vanda douglas ke pedagang besar di Pasar Rawabelong. Petani pada saluran IV ini memilih menjual langsung Anggrek Vanda douglas langsung ke pedagang besar adalah karena mereka memiliki kendaraan yang cukup untuk membawa hasil panen langsung ke Pasar Rawabelong dan mendapatkan harga yang lebih tinggi dibandingkan jika dijual melalui PPD. Harga yang diterima petani pada saluran IV ini adalah sebesar Rp700 per tangkai. Pedagang besar pada saluran IV ini melakukan penjualan yang sama seperti pedagang besar pada saluran II yaitu menjual Anggrek Vanda douglas hanya kepada pedagang pengecer yang ada di Pasar Rawabelong. Pedagang besar melakukan kegiatan jual beli pada dini hari pukul 3.00 sampai dengan pukul 5.00

51 35 atau sampai Anggrek Vanda douglas terjual habis. Pedagang besar pada saluran ini mendapatkan Anggrek Vanda douglas dari petani karena sudah saling mengenal sehingga petani juga mendapat kepercayaan yang lebih tinggi dalam penjualan Anggrek Vanda douglas. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar dalam saluran IV ini berupa biaya pegawai, penyimpanan, kebersihan dan retribusi. Pedagang pengecer membeli Anggrek Vanda douglas dari pedagang besar dengan alasan hanya ingin menambah pasokan anggrek sehingga permintaan konsumen dapat terpenuhi. Pedagang pengecer membeli Anggrek Vanda douglas dari pedagang besar dengan harga Rp850 per tangkai dan menjualnya dengan harga rata-rata Rp1 625 per tangkai. Pedagang pengecer pada saluran IV juga merupakan pedagang pengecer yang terlibat pada saluran III. Analisis Fungsi Pemasaran Anggrek Vanda douglas Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam menyalurkan Anggrek Vanda douglas dari petani sampai ke konsumen akhir. Setiap lembaga pemasaran akan melakukan fungsi pemasaran yang berbeda sesuai dengan kondisi waktu dan tempat. Berikut aktivitas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani dan lembaga pemasaran lainnya. Fungsi Pemasaran pada Petani Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, petani sebagai produsen melakukan tiga fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Namun aktivitas yang dilakukan oleh petani cenderung lebih sedikit pada setiap fungsi pemasaran dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Petani Anggrek Vanda douglas pada semua saluran pemasaran melakukan fungsi pertukaran hanya pada aktivitas penjualan saja karena petani sebagai produsen. Pada umumnya penjualan Anggrek Vanda douglas dilakukan secara bebas oleh petani karena transaksi ini didasarkan adanya ikatan kekeluargaan dan rasa saling percaya yang terjalin cukup lama antar lembaga pemasaran seperti pada penelitian Akhir (2014). Fungsi fisik yang dilakukan oleh petani pada semua saluran hanya melakukan aktivitas pengangkutan tanpa melakukan aktivitas pengolahan maupun penyimpanan. Petani melakukan aktivitas pengangkutan dengan membawa setiap hasil panen kepada lembaga pemasaran selanjutnya dengan menggunakan sepeda motor atau mobil. Petani tidak melakukan pengolahan karena hasil panen Anggrek Vanda douglas dijual dalam bentuk bunga potong tanpa diubah bentuk fisiknya. Selain itu petani juga tidak melakukan aktivitas penyimpanan karena setiap kali melakukan panen, hasil panen tersebut langsung dijual kepada lembaga pemasaran selanjutnya pada setiap saluran pemasaran. Pada penelitian Akhir (2014) petani juga melakukan aktivitas pengemasan yaitu pengikatan bunga menggunakan tali rafia. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh petani meliputi aktivitas sortasi, risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Aktivitas sortasi hanya dilakukan oleh petani pada saluran pemasaran III. Sedangkan saluran pemasaran lainnya tidak melakukan aktivitas sortasi karena pada umumnya petani memanen Anggrek Vanda douglas dan langsung disalurkan ke lembaga pemasaran selanjutnya tanpa

52 36 melakukan pemilihan bunga. Anggrek Vanda douglas yang siap dipanen adalah anggrek yang telah memiliki warna ungu yang pekat dan sedikitnya memiliki lima kelopak bunga. Jika hal tersebut belum muncul pada Anggrek Vanda douglas maka belum siap dipanen. Satu petani pada saluran pemasaran III melakukan aktivitas sortasi karena permintaan dari pedagang pengecer yang menginginkan Anggrek Vanda douglas yang memiliki kualitas terbaik dilihat dari kelopak bunga yang bagus dan memiliki ukuran yang sama. Hal tersebut berbeda dengan petani Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor dimana semua petani melakukan aktivitas standarisasi dan grading sebelum Anggrek Vanda douglas dijual ke pasar (Akhir 2014). Fungsi fasilitas lain yang dilakukan petani adalah aktivitas penanggungan risiko. Semua petani Anggrek Vanda douglas tentunya akan menanggung risiko terhadap aktivitas usahatani dan penjualan terhadap anggrek. Risiko yang harus ditanggung oleh petani terhadap penjualan Anggrek Vanda douglas adalah harga yang diterima dan terjual atau tidaknya anggrek yang telah dipanen. Fungsi fasilitas pada aktivitas pembiayaan yang dilakukan oleh petani adalah pembiayaan terhadap aktivitas usahatani dan pembiayaan yang ditanggung petani sendiri dalam memasarkan Anggrek Vanda douglas. Petani pernah mendapatkan bantuan modal sebagai pembiayaan berupa bibit, pupuk kandang dan alat pertanian (sprayer). Sedangkan petani Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong mendapatkan bantuan yang disalurkan melalui gapoktan berupa penyediaan modal dana PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan) yang berjalan dengan baik (Akhir 2014). Fungsi fasilitas lainnya adalah aktivitas informasi pasar. Petani Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang pasti mengetahui informasi harga pasar dari beberapa lembaga pemasaran seperti PPD, pedagang besar dan pedagang pengecer maupun informasi dari sesama petani. Namun petani tetap tidak bisa mempengaruhi harga karena posisi tawar petani di pasar sangat rendah. Fungsi Pemasaran pada Pedagang Pengumpul Desa Pedagang pengumpul desa yang ada di Kecamatan Pamulang juga merupakan petani Anggrek Vanda douglas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa adalah aktivitas pembelian dan penjualan pada semua saluran pemasaran. PPD membeli Anggrek Vanda douglas langsung dari petani. Petani pada saluran pemasaran I menjual Anggrek Vanda douglas kepada PPD karena adanya rasa saling percaya dan beberapa petani memiliki ikatan keluarga dengan PPD. Sedangkan petani pada saluran pemasaran II menjual Anggrek Vanda douglas kepada PPD karena balas budi petani kepada PPD yang telah memberikan bantuan modal berupa bibit dan pinjaman uang. PPD melakukan penjualan kepada pedagang pengecer dan pedagang besar karena merupakan langganan dari PPD dan telah menjalin hubungan kerjasama sejak lama. Fungsi fisik yang dilakukan oleh PPD pada saluran pemasaran I dan II hanya berupa aktivitas pengangkutan saja. Karena dalam saluran pemasaran tersebut PPD cenderung hanya bertindak sebagai lembaga pemasaran yang menyalurkan Anggrek Vanda douglas dari petani ke pedagang pengecer dan pedagang besar di Pasar Rawabelong yang lokasinya cukup jauh dari Kecamatan Pamulang. PPD membawa Anggrek Vanda douglas dapat menggunakan mobil

53 37 dengan kapasitas angkut 50 sampai 100 ikat atau menggunakan sepeda motor dengan kapasitas angkut lima sampai 20 ikat dalam setiap kali angkut. Berbeda pada penelitian Akhir (2014), pedagang pengumpul juga melakukan aktivitas penyimpanan. Hasil panen disimpan sementara di tempat yang sejuk dan diletakkan dalam ember kecil yang berisi air sebelum Anggrek Vanda douglas dibawa ke pasar. Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengumpul desa berupa aktivitas penanggunan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Aktivitas pembiayaan yang dilakukan oleh PPD adalah penanggunan biaya transportasi yang ditanggung sendiri oleh PPD dan biaya retribusi yang dibayar di Pasar Rawabelong. Risiko harga yang dihadapi oleh PPD adalah harga jual yang harus diterima oleh PPD yang sesuai dengan permintaan Anggrek Vanda douglas di pasar. Dalam aktivitas pengangkutan Anggrek Vanda douglas PPD tidak menanggung risiko kerusakan atau kehilangan. Informasi harga yang diterima oleh PPD merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui harga di pasar sehingga PPD dapat menentukan harga jual ke petani. Informasi pasar dapat diperoleh dari pedagang besar dan pedagang pengecer di Pasar Rawabelong. Fungsi Pemasaran pada Pedagang Besar Pedagang besar merupakan penjual Anggrek Vanda douglas yang berada di Pasar Rawabelong. Jumlah pedagang besar di Pasar Rawabelong cukup banyak dan biasanya setiap pedagang hanya berfokus menjual satu jenis tanaman hias saja. Pedagang besar pada penelitian ini hanya menjual Anggrek Vanda douglas yang khusus didatangkan dari Kota Tangerang Selatan saja. Selain itu pedagang besar tidak selalu berada di Pasar Rawabelong setiap hari. Biasanya pedagang besar datang ke Pasar Rawabelong empat hari dalam satu minggu. Mereka hanya datang ke Pasar Rawabelong jika ada petani atau PPD yang ingin menjual hasil panennya. Pedagang besar hanya melakukan fungsi pertukaran dan fungsi fasilitas pada fungsi pemasaran. Fungsi pertukaran ini meliputi aktivitas pembelian dan penjualan. Pedagang besar membeli Anggrek Vanda douglas dari pedangang pengumpul desa dan petani yang sudah cukup lama menjadi langganan. Proses pembelian yang dilakukan oleh pedagang besar biasanya dilakukan pada malam hari sampai dini hari di Pasar Rawabelong. Pada bulan April sampai Juni 2015, pedagang besar hanya melakukan penjualan ke pedagang pengecer yang ada di Pasar Rawabelong. Sebenarnya pedagang besar bisa saja langsung menjual Anggrek Vanda douglas ke konsumen akhir. Namun jaringan pemasaran yang dimiliki oleh pedagang besar terbatas dan pada bulan April sampai Juni 2015 tidak ada konsumen yang langsung membeli Anggrek Vanda douglas ke pedagang besar. Pedagang besar lebih memilih menjual Anggrek Vanda douglas ke pedagang pengecer guna memperkecil risiko tidak terjualnya Anggrek Vanda douglas. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar adalah aktivitas penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang besar adalah risiko kerusakan terhadap Anggrek Vanda douglas yang dibawa oleh petani atau PPD, tidak terjualnya Anggrek Vanda douglas dan harga yang diterima oleh pedagang besar tidak terlalu besar

54 38 dibandingkan harga Anggrek Vanda douglas yang dibeli dari petani atau PPD sehingga marjin yang diterima oleh pedagang besar tidak terlalu besar. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, marjin yang diterima pedagang besar pada saluran II dan IV adalah sebesar Rp100 dan Rp150 per tangkai. Marjin tersebut lebih rendah dibandingkan marjin yang didapat oleh lembaga pemasaran lainnya. Pada aktivitas pembiayaan, pedagang besar mengeluarkan biaya pemasaran dalam menyalurkan Anggrek Vanda douglas dari petani atau PPD ke pedagang pengecer berupa biaya gaji pegawai, biaya kebersihan pasar dan retribusi pasar. Informasi pasar yang diperoleh pedagang besar dari sesama pedagang besar atau pedagang pengecer Anggrek Vanda douglas berguna untuk mengetahui perkembangan permintaan dan harga Anggrek Vanda douglas di Pasar Rawabelong. Pedagang besar yang terlibat dalam penelitian Akhir (2014) dalam pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor, melakukan fungsi fisik yaitu pada aktivitas penyimpanan dan pengangkutan. Penyimpanan dilakukan dengan menyimpan Anggrek Vanda douglas dalam ember kecil berisi air dan ditutup dengan koran bekas yang bisa bertahan sampai satu minggu. Pada aktivitas pengangkutan, pedagang besar membeli dan mengangkut hasil panen langsung dari petani menggunakan mobil tertutup. Fungsi Pemasaran pada Pedagang Pengecer Pedagang pengecer melakukan fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer meliputi aktivitas pembelian dan penjualan. Pedagang pengecer pada saluran pemasaran I, II dan IV membeli Anggrek Vanda douglas dari PPD dan pedagang besar tanpa ada ikatan kontrak atau dilakukan secara bebas namun terjadi karena adanya hubungan yang baik dan kerjasama yang sudah terjadi sejak lama diantara lembaga pemasaran tersebut. Pedagang pengecer pada saluran III membeli Anggrek Vanda douglas dari petani karena adanya ikatan kontrak. Pedagang pengecer memberikan bantuan modal bibit dan modal uang kepada petani tersebut, selanjutnya petani tersebut harus menjual Anggrek Vanda douglas ke pedagang pengecer pada saluran pemasaran III. Pedagang pengecer menjual semua Anggrek Vanda douglas ke konsumen akhir. Biasanya Anggrek Vanda douglas dijual dalam bentuk karangan bunga atau hanya bunga potong. Salah satu pedagang pengecer pada saluran I menjual Anggrek Vanda douglas ke sebuah perusahaan untuk dijadikan hiasan kantor perusahaan tersebut dan penjualan dilakukan atas dasar kontrak pedagang pengecer dengan perusahaan tersebut. Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah aktivitas pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan. Pengangkutan bunga dilakukan oleh pedagang pengecer jika konsumen tidak datang langsung ke Pasar Rawabelong atau konsumen membeli Anggrek Vanda douglas dalam bentuk karangan bunga dalam jumlah besar. Aktivitas pengolahan yang dilakukan adalah pengikatan ulang kembali dan pengemasan yang dilakukan untuk dijual ke konsumen. Pengemasan dapat menggunakan plastik atau kardus. Biasanya pedagang pengecer membeli Anggrek Vanda douglas dan langsung menjualnya

55 39 sampai habis pada hari yang sama. Jika masih ada yang belum terjual, maka Anggrek Vanda douglas disimpan dalam ember yang telah diisi oleh air. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah aktivitas sortasi, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Sortasi perlu dilakukan oleh pedagang pengecer dengan membuang kelopak bunga yang sudah terlihat layu agar dalam satu ikat Anggrek Vanda douglas masih terlihat bagus saat konsumen membelinya. Penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah adanya Anggrek Vanda douglas yang tidak terjual. Aktivitas pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan oleh pedagang pengecer membeli Anggrek Vanda douglas dari petani, PPD maupun pedagang besar untuk memenuhi permintaan pasar. Informasi pasar berupa harga Anggrek Vanda douglas sangat diperlukan bagi pedagang pengecer dalam menenetukan harga jual. Informasi tersebut dapat diperoleh dari sesama pedagang pengecer di Pasar Rawabelong. Fungsi-fungsi pemasaran dan aktivitas yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran dalam setiap saluran pemasaran berbeda dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16 Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran di Kecamatan Pamulang tahun 2015 Lembaga Pemasaran Fungsi - Fungsi Pemasaran Pertukaran Fisik Fasilitas Ang Olah Sim Sort Risi Pembiay Jual Beli kut an pan asi ko aan Informasi Pasar Saluran 1 Petani PPD Pedagang Pengecer Saluran 2 Petani PPD Pedagang Besar Pedagang Pengecer Saluran 3 Petani Pedagang Pengecer Saluran 4 Petani Pedagang Besar Pedagang Pengecer Keterangan: : Melakukan fungsi pemasaran

56 40 Pada hasil penelitian Akhir (2014) terdapat satu lembaga pemasaran yang dibedakan dengan pedagang pengecer yaitu floris. Floris juga berada di Pasar Rawabelong. Berbeda dengan pedagang pengecer yang hanya menggunakan lapak dan meja sebagai tempat berjualan, floris menyewa kios untuk melakukan aktivitas penjualan. Selain itu floris tidak hanya fokus menjual satu produk tanaman hias tetapi menjual berbagai tanaman hias dan kebanyakan konsumen membeli bunga dalam bentuk karangan bunga. Floris menerima pasokan Anggrek Vanda douglas langsung dari petani. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh floris adalah fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Fungsi pertukaran meliputi aktivitas pembelian Anggrek Vanda douglas dan penjualan kepada konsumen. Fungsi fisik yang dilakukan meliputi aktivitas penyimpan dan pengemasan. Berbeda dengan pedagang pengecer, floris mengemas Anggrek Vanda douglas dalam bentuk bunga tambahan atau pelengkap dalam rangkaian karangan bunga atau vas bunga. Sedangkan fungsi fasilitas yang dilakukan floris meliputi aktivitas pembiayaan, penanggungan risiko dan informasi pasar. Penanggungan risiko yang dihadapi floris cenderung sama dengan lembaga pemasaran lainnya yaitu penyusutan akibat kerusakan bunga selama proses merangkai bunga. Analisis Struktur Pasar Anggrek Vanda douglas Struktur pasar mempengaruhi perilaku dan keragaan pasar sehingga dalam aktivitas pemasaran, struktur pasar penting untuk diketahui oleh pelaku dalam aktivitas pemasaran karena akan mempengaruhi pembentukan harga Anggrek Vanda douglas pada tiap lembaga pemasaran. Hal ini disebabkan karena harga yang diterima produsen dan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir akan menentukan besarnya marjin pemasaran. Struktur pasar Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang dapat dilihat berdasarkan empat indikator yaitu jumlah penjual dan pembeli yang terlibat, hambatan keluar dan masuk pasar, sifat produk dan informasi pasar. Jumlah Penjual dan Pembeli Berdasarkan pengamatan dan informasi di lapang diketahui bahwa terdapat banyak petani sebagai produsen dan pembeli Anggrek Vanda douglas. Pembeli Anggrek Vanda douglas terdiri dari pedagang pengumpul desa, pedagang besar, pedagang pengecer serta konsumen akhir. Berdasarkan Sensus Pertanian (2013), jumlah petani Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang sebanyak 95 petani dan enam kelompok tani. Berdasarkan informasi ketua kelompok tani sebagian petani yang tidak lagi membudidayakan Anggrek Vanda douglas karena adanya perubahan fungi lahan menjadi perumahan. Petani yang terkena imbas tersebut merupakan petani yang menggunakan lahan hak guna usaha (HGU). Lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang berjumlah sembilan orang ditambah konsumen akhir yang terdiri dari konsumen akhir individu dan perusahaan. Petani Anggrek Vanda douglas dalam kegiatan jual beli ini menjadi pihak yang menerima harga (price taker). Hal ini disebabkan daya tawar petani yang lemah dibandingkan lembaga pemasaran yang terlibat dalam mendistribusikan Anggrek Vanda douglas. Menurut Putri (2015), petani yang tidak memiliki akses ke pasar cenderung mendapatkan harga yang rendah dibandingkan petani yang memiliki akses karena petani yang memiliki akses ke pasar dapat melakukan fungsi

57 41 pemasaran demi memenuhi kriteria bunga krisan yang sesuai dengan permintaan pasar. Hambatan Keluar dan Masuk Pasar Di dalam pasar Anggrek Vanda douglas tidak ada hambatan bagi seseorang untuk bisa masuk atau keluar pasar. Siapa pun bisa menjadi petani hanya dengan memiliki tanaman Anggrek Vanda douglas dan hasil panen bisa masuk ke pasar yang ada. Sedangkan menurut Putri (2015), petani krisan membutuhkan modal awal yang cukup besar untuk membangun greenhouse dan harga krisan yang tidak menentu menjadi hambatan bagi petani untuk bisa masuk ke pasar. Begitu juga terjadi pada lembaga pemasaran, siapa pun bias menjadi lembaga pemasaran. Namun untuk menjadi pedagang pengumpul desa, pedagang besar atau konsumen dibutuhkan jaringan sosial yang lebih kuat agar dapat masuk ke pasar atau industri Anggrek Vanda douglas. Kondisi dan Sifat Produk Sifat produk dari Anggrek Vanda douglas adalah homogen dan tidak terdapat diferensiasi. Di Pasar Rawabelong tidak dapat perbedaan antara Anggrek Vanda douglas yang dihasilkan dari Kecamatan Pamulang maupun dari daerah lainnya. Selain itu dalam sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas tidak diterapkan adanya perbedaan mutu bunga potong. Hal tersebut disebabkan karena sejak dilakukan pemanenan petani memilih Anggrek Vanda douglas yang memang sudah cukup memenuhi untuk siap panen dan seragam sehingga Anggrek Vanda douglas yang dijual di Pasar Rawabelong tidak memiliki mutu yang berbeda-beda. Sedangkan hasil penelitian Putri (2015) menunjukkan adanya perbedaan harga berdasarkan kualitas bunga krisan dilihat dari cara penanaman, tampilan fisik bunga dan kondisi permintaan di pasar. Harga tersebut diterapkan pada semua lembaga pemasaran mulai dari petani, pedagang pengumpul kebun, pedagang besar dan dekorator. Informasi Pasar Infomasi pasar sangat diperlukan oleh semua lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas dalam menentukan keputusan penjualan maupun pembelian. Pada umumnya informasi pasar yang dibutuhkan berupa kondisi pasar (permintaan dan penawaran), lokasi, jenis, waktu dan harga produk tersebut. Informasi pasar yang diterima oleh petani pada umumnya hanya mengenai harga Anggrek Vanda douglas di pasar. Namun petani sebagai price taker tidak mampu mempengaruhi harga tersebut. Petani mendapatkan informasi pasar umumnya tidak terbatas dari pasar atau sesama petani. Hal tersebut juga dirasakan oleh pedagang pengumpul desa, pedagang besar dan pedagang pengecer yang mampu mendapatkan informasi pasar lebih melalui lembaga pemasaran selanjutnya. Menurut Putri (2015) aliran informasi pasar berjalan cukup baik di antara sesama pedagang pengumpul kebun, sesama pedagang besar dan antara pedagang pengumpul kebun dan pedagang besar karena adanya ikatan kekeluargaan yang erat dan ikatan kepercayaan. Berdasarkan pernyataan di atas maka struktur pasar Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang cenderung mendekati pasar persaingan sempurna. Hal ini disebabkan karena jumlah penjual dan pembeli yang banyak dan produk yang dihasilkan yaitu Anggrek Vanda douglas bersifat homogen dan tidak terdapat

58 42 diferensiasi. Selain itu tidak adanya hambatan bagi seseorang yang ingin masuk atau keluar pasar Anggrek Vanda douglas. Informasi pasar yang didapatkan oleh petani maupun lembaga pemasaran juga cenderung bersifat tidak terbatas. Sedangkan struktur pasar bunga krisan di Desa Langensari cenderung mendekati pasar oligopoli dari sisi penjual jika melihat jumlah produsen bunga krisan yang sedikit, produk homogen, adanya hambatan dalam memasuki pasar bunga krisan dan informasi pasar yang kurang bagi produsen bunga krisan (Putri 2015). Analisis Perilaku Pasar Anggrek Vanda douglas Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran pada struktur pasar tertentu dalam melaksanakan strategi dan kemampuannya dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Kriteria untuk mengindentifikasi perilaku pasar adalah penetapan kebijakan harga, tingkat persaingan non harga, kegiatan periklanan dan kegiatan dalam mengubah pangsa pasar. Analisis perilaku pasar Anggrek Vanda douglas dapat dilihat dari bagaimana praktek pembelian dan penjualan, praktek penentuan harga dan kerjasama antar lembaga pemasaran yang ada pada masing-masing saluran pemasaran. Praktek Pembelian dan Penjualan Saluran pemasaran yang terbentuk dalam aktivitas pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan memperlihatkan adanya praktek pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran kecuali petani yang hanya melakukan praktek penjualan. Sebanyak 21 petani responden menjual Anggrek Vanda douglas ke pedagang pengumpul desa yang telah dipercaya dan ada hubungan yang baik atau hubungan keluarga. Terdapat satu petani yang menjual langsung Anggrek Vanda douglas ke pedagang pengecer di Pasar Rawabelong karena adanya ikatan kontrak atas modal yang telah diberikan kepada petani tersebut. Sedangkan ada delapan petani yang menjual Anggrek Vanda douglas ke pedagang besar tanpa melalui PPD dengan alasan petani tersebut memiliki kendaraan yang mampu membawa hasil panen ke Pasar Rawabelong. Lembaga pemasaran yang melakukan aktivitas pembelian dari petani dan PPD adalah pedagang besar dan pedagang pengecer yang ada di Pasar Rawabelong. Pedagang besar membeli Anggrek dari petani dan PPD karena sudah menjadi langganan dan proses penyerahan Anggrek Vanda douglas terjadi di Pasar Rawabelong. Pedagang besar dapat menjual Anggrek Vanda douglas tersebut ke pedagang pengecer atau konsumen Namun pada periode penjualan April sampai Juni 2015 pedagang besar menjual semua Anggrek Vanda douglas ke pedagang pengecer. Pada penelitan Akhir (2014) pedagang besar datang langsung ke lahan petani untuk membeli Anggrek Vanda douglas dengan menggunakan mobil. Pedagang pengecer mendapatkan Anggrek Vanda douglas dari petani, PPD dan pedagang besar dan kemudian dijual langsung ke konsumen akhir. Salah satu pedagang pengecer menjual Anggrek Vanda douglas ke sebuah perusahaan sebagai kontrak. Praktek pembelian Anggrek Vanda douglas dilakukan oleh konsumen datang langsung ke Pasar Rawabelong atau bisa melalui telepon dan pedagang pengecer bisa mengirim Anggrek Vanda douglas tersebut.

59 43 Sistem Penentuan Harga Penetapan harga Anggrek Vanda douglas baik di tingkat petani, pedagang pengumpul desa, pedagang besar mupun pedagang pengecer mengacu kepada harga yang berlaku di Pasar Rawabelong. Di Pasar Rawabelong pedagang pengecer menetapkan harga berdasarkan jumlah Anggrek Vanda douglas yang masuk ke pasar dan permintaan konsumen. Saat jumlah Anggrek Vanda douglas melimpah di pasar maka harga akan turun dan sebaliknya. Ketika harga mengalami penurunan petani tidak akan menunda pemanenan atau penjualan, tetapi penjualan akan terus terjadi selama hasil panen ada. Hal tersebut disebabkan karena sifat dari Anggrek Vanda douglas yang dapat dipanen setiap minggu dan hanya bertahan maksimal dua minggu setelah dipanen. Tinggi atau rendahnya harga Anggrek Vanda douglas di pasar tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kegiatan usahatani Anggrek Vanda douglas. Namun hal tersebut hanya berpengaruh terhadap besarnya keuntungan yang akan didapatkan petani. Menurut Akhir (2014) permintaan konsumen meningkat ketika menjelang hari-hari besar sehingga pedagang dapat melakukan prediksi harga Anggrek Vanda douglas berdasarkan volume pasokan dan permintaan konsumen pada periode tersebut. Sistem Pembayaran Dalam proses jual beli antara lembaga pemasaran terdapat dua sistem pembayaran yang terjadi. Berikut adalah sistem pembayaran tersebut. 1. Sistem pembayaran tunai Sistem pembayaran tunai merupakan cara pembayaran secara penuh pada saat proses transaksi jual beli terjadi. Sistem pembayaran tunai ini dilakukan oleh pedagang besar dan pedagang pengecer pada semua saluran pemasaran. Berapa pun jumlah Anggrek Vanda douglas yang dibawa oleh petani dan PPD, pedagang besar dan pedagang pengecer akan membayar secara tunai. Hal tersebut dilakukan karena pedagang besar dan pedagang pengecer mengikuti cara yang umum dilakukan oleh pedagang lain di Pasar Rawabelong dan pembayaran tunai dianggap sebagai sistem pembayaran yang tidak rumit. Namun hal tersebut harus didukung dengan modal yang cukup besar sebagai antisipasi pedagang dalam pembelian Anggrek Vanda douglas dalam jumlah besar. Pembayaran dapat dilakukan dengan menggunakan uang tunai atau menggunakan mesin ATM. 2. Sistem hutang Sistem hutang merupakan cara pembayaran yang dilakukan setelah Anggrek Vanda douglas terjual. Sistem ini digunakan oleh pedagang pengumpul desa saat membeli Anggrek Vanda douglas dari petani pada saluran pemasaran I dan II. Pada saat PPD membeli Anggrek Vanda douglas dari petani, PPD tidak langsung membayarnya namun PPD harus menjual Anggrek Vanda douglas ke Pasar Rawabelong terlebih dahulu. Setelah Anggrek Vanda douglas PPD akan membayar langsung hasil penjualannya kepada petani keesokan harinya seusai dengan harga yang berlaku di petani. Sistem hutang tersebut dilakukan karena PPD tidak memiliki modal yang cukup besar untuk membeli Anggrek Vanda douglas dari petani. Namun petani juga tidak merasa dirugikan karena petani dan PPD sudah saling mengenal dan percaya satu sama lain.

60 44 Penelitian Akhir (2014) menunjukkan bahwa dalam pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor memiliki satu sistem pembayaran yang berbeda yaitu sistem pembayaran abodemen. Sistem pembayaran tersebut mengaharuskan penjual dan pembeli menerima harga yang disepakati bersama pada saat kondisi barang yang dijual banyak maupun sedikit. Sistem pembayaran ini juga hanya dilakukan oleh petani yang menjual Anggrek Vanda douglas kepada floris yang sudah menjadi langganannya. Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran sebagai individu memerlukan kerjasama untuk melancarkan proses pemasaran produknya dengan lembaga pemasaran lain. Dalam sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas pada umumnya semua lembaga pemasaran menjalin kerjasama karena ikatan sosial dan saling percaya yang sudah terbangun cukup lama. Kerjasama yang dilakukan pada setiap lembaga pemasaran adalah sistem langganan yang terbangun karena tidak adanya sistem kontrak resmi dan hubungan saling percaya antar lembaga pemasaran (Akhir 2014). Terdapat dua petani yang menjalin kerjasama dengan pedagang pengumpul desa sebagai balas budi petani atas bantuan yang diterima petani. Sedangkan tiga petani lain menjalin kerjasama dengan pedagang pengumpul desa karena ada ikatan keluarga. Satu petani menjalin kerjasama dengan pedagang pengecer juga menjalin kerjasama atas bantuan yang diterima oleh petani tersebut. Sedangkan petani lainnya melakukan penjualan kepada PPD dan pedagang besar karena sudah menjadi langganan dan saling percaya antar lembaga pemasaran tersebut. Hubungan kerjasama yang terjalin antara PPD, pedagang besar dan pedagang pengecer juga dilakukan tanpa adanya kontrak secara tertulis dan sudah terjalin sejak lama. Analisis Keragaan Pasar Anggrek Vanda douglas Keragaan pasar merupakan hasil dari struktur dan perilaku pasar yang menunjukkan interaksi diantara keduanya. Elemen-elemen keragaan pasar sangat berkaitan dengan efisiensi pemasaran yaitu marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya. Analisis keragaan pasar bertujuan untuk mengetahui seberapa besar marjin pemasaran, farmer s share, rasio keuntungan terhadap biaya dan efisiensi pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang. Analisis Marjin Pemasaran Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga Anggrek Vanda douglas disetiap lembaga pemasaran dari tingkat petani hingga konsumen akhir. Perbedaan harga yang ada merupakan balas jasa atas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Marjin pemasaran Anggrek Vanda douglas merupakan selisih antara harga jual dan harga beli pada tiap lembaga pemasaran. Marjin pemasaran juga dapat ditentukan melalui penjumlahan dari biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran. Semakin besar marjin pemasaran maka semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh lembaga pemasaran, sedangkan bagian yang

61 diterima oleh petani atas harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir akan semakin kecil. Berdasarkan Tabel 17, nilai marjin terendah terdapat pada saluran pemasaran III dengan persentase persen dan total marjin sebesar Rp725 per tangkai. Rendahnya marjin pemasaran pada saluran pemasaran III disebabkan karena hanya melibatkan lembaga pemasaran petani dan pedagang pengecer. Sedangkan pada saluran pemasaran II yang terdiri dari petani, PPD, pedagang besar, dan pedagang pengecer merupakan saluran dengan nilai marjin pemasaran terbesar dengan persentase persen dan total marjin sebesar Rp850 per tangkai. Besarnya persentase marjin pemasaran pada saluran pemasaran II disebabkan karena memiliki saluran pemasaran yang panjang sehingga akan mempengaruhi total marjin dari semua lembaga pemasaran. Dapat dikatakan bahwa pedagang pengecer pada setiap saluran pemasaran memiliki persentase terbesar dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Hal tersebut disebabkan karena keuntungan pemasaran yang ingin didapatkan oleh pedagang pengecer cukup besar jika dilihat dari fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer lebih banyak dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Berdasarkan ukuran marjin pemasaran dalam efisiensi pemasaran, saluran pemasaran II dan III merupakan saluran pemasaran yang tidak dapat dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya dalam menentukan saluran pemasaran yang lebih efisien. Hal tersebut disebabkan karena jumlah petani yang menggunakan saluran pemasaran tersebut sangat sedikit dan adanya kerjasama antara petani dengan lembaga pemasaran lainnya. Saluran pemasaran I dan IV merupakan saluran yang dapat dibandingkan dalam menentukan saluran pemasaran yang relatif lebih efisien berdasarkan nilai marjin pemasaran. Saluran pemasaran IV memiliki nilai persentase marjin pemasaran persen dan relatif lebih efisien dibandingkan saluran pemasaran I dengan persen. 45

62 46 Tabel 17 Marjin pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang tahun 2015 Lembaga Pemasaran Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Rp/tangkai (%) Rp/tangkai (%) Rp/tangkai (%) Rp/tangkai (%) Petani Biaya Pemasaran Harga Jual PPD Harga Beli Biaya Pemasaran Marjin Pemasaran Keuntungan Harga Jual Pedagang Besar Harga Beli Biaya Pemasaran Marjin Pemasaran Keuntungan Harga Jual Pedagang Pengecer Harga Beli Biaya Pemasaran Marjin Pemasaran Keuntungan Harga Jual Konsumen Harga Beli Total Biaya Pemasaran Total Marjin Pemasaran Total Keuntungan

63 47 Analisis Farmer s Share Analisis farmer s share dilakukan dengan membagi harga jual yang di terima oleh petani Anggrek Vanda douglas dengan harga yang dibayarkan di tingkat konsumen akhir dalam persentase (%). Seperti halnya marjin pemasaran, farmer s share pada setiap saluran pun berbeda-beda pula. Perbedaan farmer s share pada setiap saluran pemasaran dikarenakan adanya perbedaan harga pada setiap lembaga pemasaran, jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dan fungsifungsi pemasaran yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan harga di tingkat konsumen (Azhara 2015). Pada analisis farmer s share saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang, nilai farmer s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran III yaitu sebesar persen. Pada saluran III, petani mendapatkan timbal balik yang tinggi dengan harga jual di tingkat petani sebesar Rp900 per tangkai. Saluran pemasaran II dan III merupakan saluran pemasaran yang tidak dapat dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya dalam menentukan saluran pemasaran yang lebih efisien karena jumlah petani yang menggunakan saluran pemasaran tersebut sangat sedikit. Sehingga jika hanya membandingkan saluran pemasaran I dan IV, maka saluran pemasaran IV dapat dikatakan cenderung lebih efisien dengan nilai persen dibandingkan saluran pemasaran I dengan farmer s share sebesar persen. Nilai farmer s share pada saluran pemasaran I dan IV tidak terlalu jauh berbeda. Hal tersebut disebabkan karena jumlah lembaga yang terlibat pada saluran pemasaran I dan IV hampir sama. Pada saluran pemasaran I melibatkan petani, pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer. Sedangkan saluran pemasaran IV melibatkan petani, pedagang besar dan pedangang pengecer. Nilai farmer s share yang tinggi merupakan salah satu indikator bahwa saluran tersebut efisien secara operasional. Namun hal tersebut harus ditinjau kembali melalui analisis indikator efisiensi pemasaran lainnya dan juga faktorfaktor yang mempengaruhi efisiensi pemasaran. Farmer s share pada sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Farmer s share tiap saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang tahun 2015 Saluran Pemasaran Harga di tingkat petani (Rp/tangkai) Harga di tingkat konsumen (Rp/tangkai) Farmer's share (%) Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pemasaran Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran untuk mendistribusikan Anggrek Vanda douglas yang dihasilkan petani kepada konsumen akhir. Biaya pemasaran dapat berupa biaya tenaga kerja, biaya pengemasan, biaya transportasi, dan biaya retribusi. Analisis rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran merupakan salah satu indikator efisiensi

64 48 sistem pemasaran yang dapat dilihat dari penyebaran nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran di setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Berdasarkan Tabel 19, semua saluran pemasaran sudah memberikan keuntungan untuk dilakukan atau dijalankan karena memiliki nilai rasio positif dan nilai lebih dari satu. Nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran terendah terdapat pada saluran III yaitu sebesar Sedangkan total nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran tertinggi terdapat pada saluran pemasaran IV yaitu sebesar 6.58 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan dalam biaya pemsaran pada saluran pemasaran IV akan memberikan keuntungan sebesar Rp6.58 per tangkai. Pada saluran pemasaran IV rasio yang didapatkan oleh pedagang besar sebesar 6.33 dan rasio yang didapatkan oleh pedagang pengecer adalah Hal ini terjadi karena biaya pemasaran pada saluran IV merupakan saluran pemasaran dengan biaya pemasaran terendah dibandingkan saluran pemasaran lainnya yaitu sebesar Rp per tangkai sedangkan keuntungan total pada saluran IV adalah Rp per tangkai membuat rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran IV bernilai lebih tinggi dibandingkan saluran lainnya. Tabel 19 Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang tahun 2015 Lembaga Pemasaran Saluran Pemasaran I II III IV Petani Ci PPD πi Ci πi/ci Pedagang Besar πi Ci πi/ci Pengecer πi Ci πi/ci Total Keuntungan Total Biaya Total Rasio πi/ci Analisis Efisiensi Pemasaran Efisiensi pemasaran merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh seluruh pelaku dalam sistempemasaran sehingga memberikan kepuasaan bagi produsen, lembaga perantara dan konsumen akhir. Produsen akan merasa puas dengan suatu sistem pemasaran apabila mendapatkan keuntungan yang tinggi dan berharap

65 49 bahwa perbedaan harga ditingkat produsen dan konsumen akhir rendah. Setiap lembaga pemasaran menginginkan keuntungan yang tinggi sehingga umumnya lembaga pemasaran membuat marjin yang cukup tinggi. Sedangkan konsumen akhir akan puas apabila barang yang dibeli memiliki kualitas yang tinggi dan harga yang rendah. Efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang dapat dilihat dari Tabel 20 yang membandingkan marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran. Saluran pemasaran dikatakan efisien apabila marjin pemasaran rendah, nilai farmer s share tinggi dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran tinggi. Dalam membandingkan ukuran efisiensi pemasaran ini, saluran pemasaran II dan III merupakan saluran pemasaran yang tidak dapat dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Hal tersebut disebabkan karena jumlah petani yang menggunakan saluran pemasaran tersebut sangat sedikit dan adanya kerjasama antara petani dengan lembaga pemasaran lainnya. Sehingga hanya saluran pemasaran I dan IV yang dapat dibandingkan dalam analisis efisiensi pemasaran ini berdasarkan nilai marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Tabel 20 Perbandingan marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang tahun 2015 Saluran Harga Jual Total Biaya Marjin Pemasaran (Rp/tangkai) (Rp/tangkai) (%) FS (%) πi/ci Saluran I Saluran IV Berdasarkan Tabel 24, dengan melihat perbandingan indikator perhitungan efisiensi pemasaran maka dari segi harga, saluran pemasaran IV memiliki harga jual petani yang lebih tinggi dengan harga Rp700 per tangkai, artinya petani pada saluran pemasaran IV memiliki kesempatan untuk mendapatkan penerimaan yang tinggi dibandingkan petani pada saluran pemasaran lain. Sedangkan pada saluran pemasaran I petani menjual Anggrek Vanda douglas dengan harga rata-rata sebesar Rp per tangkai. Sedangkan jika dilihat dari biaya pemasaran, saluran pemasaran IV merupakan saluran dengan total biaya pemasaran yang paling rendah yaitu Rp per tangkai. Saluran pemasaran IV melibatkan lembaga pemasaran petani, pedagang besar dan pedagang pengecer. Salah satu indikator utama dalam menentukan saluran pemasaran yang relatif lebih efisien dapat dilihat dari marjin pemasaran. Marjin pemasaran yang lebih rendah terdapat pada saluran pemasaran IV yaitu persen. Sedangkan saluran pemasaran I memliki persentase marjin pemasaran sebesar persen. Saluran pemasaran I dan IV merupakan saluran pemasaran yang melibatkan lembaga pemasaran yang jumlahnya sama sehingga persentase marjin pemasaran kedua saluran pemasaran tersebut tidak terlalu jauh selisihnya. Pada perbandingan indikator farmer s share, saluran pemasaran IV memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu persen dan saluran pemasaran I di posisi kedua dengan nilai persen. Sedangkan jika dilihat dari rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran (πi/ci), maka nilai rasio keuntungan

66 50 terhadap biaya pemasaran yang lebih besar terdapat pada saluran pemasaran IV yaitu 6.58 yang dapat dikatakan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan keuntungan sebesar Rp6.58. Kemudian saluran pemasaran I memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sebesar Namun jika melihat rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pada semua saluran pemasaran dapat dikatakan semua saluran pemasaran efisien karena bernilai positif dan lebih dari satu. Berdasarkan perbandingan yang telah dilakukan dengan melihat indikatorindikator dalam pengukuran efisiensi pemasaran maka saluran pemasaran IV merupakan saluran pemasaran yang relatif lebih efisien dibandingkan saluran pemasaran lainnya. Saluran memiliki persentase marjin lebih rendah yaitu persen dan farmer s share yang lebih tinggi dengan persentase persen. Nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran saluran pemasaran IV yaitu 6.58 dan dapat dikatakan efisien karena bernilai positif dan lebih dari satu. Hasil penelitian mengenai analisis efisiensi pemasaran ini juga hampir sama dengan hasil penelitian Akhir (2014) pada penentuan saluran pemasaran yang efisien. Menurut Akhir (2014) saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor yang paling efisien adalah saluran pemasaran petani - pedagang besar - konsumen. Pertimbangan yang digunakan dalam menentukan saluran tersebut efisien adalah marjin yang rendah karena biaya pemasaran yang lebih banyak dikelurakan oleh pedagang besar yang membeli produk langsung di tempat petani, farmer s share yang paling tinggi dibandingkan saluran pemasran lainnya dan nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran yang menempati urutan kedua dengan nilai Berdasarkan kondisi di Kecamatan Pamulang, saluran pemasaran IV tidak lebih banyak dibandingkan saluran pemasaran I yang dilakukan oleh petani Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang. Petani pada saluran IV pada umumnya memiliki kendaraan pribadi yang mendukung penjualan Anggrek Vanda douglas langsung ke Pasar Rawabelong. Bagi petani yang tidak memiliki kendaraan mungkin akan kesulitan membawa Anggrek Vanda douglas ke Pasar Rawabelong dan lebih memilih menjualnya ke pedagang pengumpul desa yang ada di Kecamatan Pamulang seperti pada saluran pemasaran I dan II. Secara keseluruhan saluran pemasaran I dan IV merupakan saluran pemasaran yang paling banyak digunakan oleh petani Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang. Sebanyak 18 petani menggunakan saluran pemasaran I dan 8 petani menggunakan saluran pemasaran IV. Kedua saluran pemasaran tersebut juga melibatkan lembaga pemasaran yang sama. Perbedaannya jika pada saluran I petani menjual Anggrek Vanda douglas ke pedagang pengumpul, sedangkan petani pada saluran IV menjualnya ke pedagang besar di Pasar Rawabelong. Kedua saluran pemasaran tersebut juga merupakan saluran yang lebih mudah dijangkau oleh petani. Namun saluran pemasaran IV dianggap mampu memberikan keuntungan bagi petani jika dilihat dari hasil perbandingan efisiensi pemasaran pada Tabel 24.

67 51 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada penelitian efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang terdiri dari empat saluran pemasaran. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang adalah saluran pemasaran yang melibatkan pedagang pengumpul desa (PPD), pedagang besar dan pedagang pengecer. 2. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran antara lain fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani masih sederhana, masih ada petani yang tidak melakukan aktivitas pengolahan, penyimpanan dan sortasi. Sedangkan lembaga pemasaran lainnya melakukan aktivitas pada fungsifungsi pemasaran seperti pada umumnya yang dilakukan seperti pengolahan bunga, penyimpanan, sortasi, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. 3. Struktur pasar Anggrek Vanda douglas cenderung mendekati struktur pasar persaingan sempurna. Perilaku pasar yang umum terjadi adalah aktivitas penjualan dan pembelian, sistem penentuan harga, sistem pembayaran dan kerjasama antar lembaga pemasaran. Proses penentuan harga yang dilakukan umumnya ditentukan jumlah permintaan dan penawaran di pasar. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas adalah sistem hutang dan sistem pembayaran tunai. Kerjasama yang umumnya terjalin antar lembaga pemasaran adalah adanya hubungan yang terjalin sejak lama dan rasa saling percaya, ikatan kontrak atau ikatan kelurga antar lembaga pemasaran. 4. Berdasarkan analisis efisiensi pemasaran yang telah dilakukan, saluran pemasaran IV (petani - pedagang besar - pedagang pengecer - konsumen) menjadi saluran pemasaran yang relatif lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Marjin, farmer s share dan harga jual di tingkat petani saluran pemasaran IV menempati posisi pertama dibandingkan dengan saluran pemasaran I. Saluran pemasaran IV juga dianggap saluran yang memiliki kemungkinan bisa dilakukan oleh semua petani Anggrek Vanda douglas dibandingkan saluran pemasaran III dan II yang hanya dilakukan oleh sedikit petani responden karena adanya ikatan kontrak atau kerjasama dengan lembaga pemasaran.

68 52 Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut. 1. Harga tinggi yang diterima oleh petani tentunya sangat diharapkan oleh petani. Jika dilihat dari fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani Anggrek Vanda douglas, maka petani diharapkan mampu menggunakan mempelajari dan mengaplikasikan aktivitas sortasi terhadap pemilihan Anggrek Vanda douglas dan melakukan pengolahan (pengemasan) yang memiliki kualitas yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan harga dalam memasarkan Anggrek Vanda douglas di dalam negeri atau bahkan sampai ke luar negeri. 2. Petani diharapkan mampu memilih saluran pemasaran yang relatif lebih efisien yang juga dapat memberikan keuntungan bagi petani. Saluran pemasaran IV merupakan salah satu saluran pemasaran yang sebaiknya digunakan oleh petani. Petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi jika menjual Anggrek Vanda douglas karena harga yang didapat lebih tinggi dan biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh petani juga lebih kecil. Selain itu, dengan adanya saluran pemasaran yang relatif lebih efisien diharapkan lembaga semua lembaga pemasaran yang terlibat dapat menjalankan kerjasama kedepannya sehingga dapat meningkatkan keuntungan bagi lembaga pemasaran dan kepastian bagi para petani dalam menentukan harga Anggrek Vanda douglas. 3. Pemerintah Kota Tangerang Selatan sebaiknya mengambil langkah yang tepat terhadap permasalahan petani yaitu lahan Anggrek Vanda douglas yang setiap tahunnya semakin berkurang akibat perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan untuk jangka panjang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pembukaan lahan pertanian yang seharusnya dibantu oleh pemerintah. Sehingga rencana pemerintah menjadikan Anggrek Vanda douglas sebagai ikon Kota Tangerang Selatan dapat berjalan dengan baik. Selain itu pemerintah juga diharapkan mampu membantu dan mengambil alih hasil panen Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang karena harga yang diterima petani sangat berfluktuatif. 4. Saran bagi penelitian selanjutnya terkait analisis pemasaran Anggrek Vanda douglas sebaiknya dapat menganalisis efisiensi harga dengan mengetahui indikator-indikator yang mempengaruhinya dan integrasi pasar antara harga di tingkat petani sampai di tingkat konsumen akhir. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistika Provinsi Banten Provinsi Banten Dalam Angka 2014 [Internet]. [diunduh 2015 Apr 12] Badan Pusat Statistika Provinsi Banten. [BPS] Badan Pusat Statistika Kota Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan Dalam Angka Kota Tangerang Selatan (ID): Badan Pusat Statistika Kota Tangerang Selatan.

69 53 [PPPH] Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Provinsi DKI Jakarta Volume Penjualan dan Harga Anggrek Pasar Rawabelong Jakarta (ID): PPPH Provinsi DKI Jakarta. Akhir RY Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Potong Vanda douglas Di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Asmarantaka RW Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Azhara D Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Estefan DA Analisis Usahatani dan Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium (Kasus Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fajriah N Analisis Tataniaga Bunga Krisan di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gunawan LW Budidaya Anggrek. Bogor (ID): PT Penebar Swadaya Hanafiah AM, Saefudin AM Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID): UI- Press. Kecamatan Pamulang Profil Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan (ID): Kecamatan Pamulang. Kementerian Pertanian Republik Indonesia Perkembangan produksi anggrek menurut beberapa provinsi di Indonesia tahun [Internet]. [diunduh 2015 Apr 12]Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Kementerian Pertanian Republik Indonesia Perkembangan produksi anggrek di Provinsi Banten menurut wilayah tahun [Internet]. [diunduh 2015 Apr 12]Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Kementerian Pertanian Republik Indonesia Volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2014 [Internet]. [diunduh 2015 Apr 12]Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Kohls RL, Uhl JN Marketing of Agricultural Products 9 th Edition. New York (US): Macmillian Publishing Company. Kotler P, Amstrong G Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi Keduabelas, Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga. Putri RP Analisis Tataniaga Bunga Krisan Desa Langensari Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sarwono B Menghasilkan Anggrek Potong Kualitas Prima. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

70 54 LAMPIRAN Lampiran 1 Produksi Anggrek menurut provinsi di Indonesia tahun Wilayah Produksi (tangkai) Sumatera Utara DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Timur Banten Bali Kalimantan Barat Lainnya Sumber: Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2014) Lampiran 2 Produksi Anggrek di Provinsi Banten menurut wilayah tahun Wilayah Produksi (tangkai) Kabupaten Pandeglang Kabupaten Lebak Kabupaten Tangerang Kabupaten Serang Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangerang Selatan Total Sumber: Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2014)

71 55 Lampiran 3 Produktivitas dan luas panen tanaman hias di Provinsi Banten tahun Jenis Tanaman Produktivitas (tangkai/m 2 ) Luas Panen (m 2 ) Anggrek Anthurium bunga Anyelir Garbera Gladiol Heliconia Mawar Sedap Malam Sumber: Badan Pusat Statistika Provinsi Banten (2014) Lampiran 4 Jumlah rumah tangga dan luas tanam anggrek di Kota Tangerang Selatan menurut kecamatan tahun 2013 Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Luas Tanam (m 2 ) Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara Total Sumber: Badan Pusat Statistika Kota Tangerang Selatan (2014)

72 56 Lampiran 5 Perbandingan harga rata-rata Anggrek Vanda douglas di tingkat petani dan tingkat pasar tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-Rata Harga Pasar Harga Petani Selisih Harga Sumber: Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Provinsi DKI Jakarta (2015)

73 57 Lampiran 6 Biaya tenaga kerja Responden Biaya per tangkai (Rp) Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV PPD Rata-rata Pedagang Besar Rata-rata Pedagang Pengecer Rata-rata Lampiran 7 Biaya pengemasan Responden Biaya per tangkai (Rp) Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV PPD Rata-rata Pedagang Besar Rata-rata Pedagang Pengecer Rata-rata

74 58 Lampiran 8 Biaya pengangkutan Responden Biaya per tangkai (Rp) Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV PPD Rata-rata Pedagang Besar Rata-rata Pedagang Pengecer Rata-rata Lampiran 9 Biaya penyimpanan Responden Biaya per tangkai (Rp) Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV PPD Rata-rata Pedagang Besar Rata-rata Pedagang Pengecer Rata-rata

75 59 Lampiran 10 Biaya kebersihan pasar Responden Biaya per tangkai (Rp) Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV PPD Rata-rata Pedagang Besar Rata-rata Pedagang Pengecer Rata-rata Lampiran 11 Biaya retribusi pasar Responden Biaya per tangkai (Rp) Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV PPD Rata-rata Pedagang Besar Rata-rata Pedagang Pengecer Rata-rata

76 60 Lampiran 12 Biaya pengolahan Responden Biaya per tangkai (Rp) Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV PPD Rata-rata Pedagang Besar Rata-rata Pedagang Pengecer Rata-rata Lampiran 13 Dokumentasi Gambar 1 Proses pengikatan Gambar 2 Anggrek Vanda douglas siap panen Gambar 3 Anggrek Vanda douglas yang siap dibawa ke pasar

77 Gambar 4 dan 5 Kondisi Pasar Rawabelong 61

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR Joko Purwono 1) / Sri Sugyaningsih 2) / Nada Fajriah 3) 1) Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, 2) Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR Joko Purwono 1) / Sri Sugyaningsih 2) / Nada Fajriah 3) 1) Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK POTONG Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG, KECAMATAN GUNUNG SINDUR, KABUPATEN BOGOR RESTI YANUAR AKHIR

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK POTONG Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG, KECAMATAN GUNUNG SINDUR, KABUPATEN BOGOR RESTI YANUAR AKHIR ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK POTONG Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG, KECAMATAN GUNUNG SINDUR, KABUPATEN BOGOR RESTI YANUAR AKHIR DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN Tataniaga Pertanian atau Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of Agricultural), pengertiannya berbeda

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Analysis Of Self-Help Pattern Of Cocoa Marketing In Talontam Village Benai Subdistrict Kuantan Singingi

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH (Capsicum annuum SP.) (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo) Masyuliana*), Kelin Tarigan **) dan Salmiah **)

Lebih terperinci

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP , ANALISIS TATANIAGA SAYURAN KUBIS EKSPOR DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN Roma Kasihta Sinaga 1), Yusak Maryunianta 2), M. Jufri 3) 1) Alumni Program Studi Agribisnis FP USU,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Bunga Wortel Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penetuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran ANALISIS PEMASARAN IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) STUDI KASUS DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN CURUG JAYA II (KECAMATAN BOJONGSARI, KOTA DEPOK JAWA BARAT) Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN)

ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN) Analisis Pemasaran Nenas Palembang ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN) Herawati 1) dan Amzul Rifin 2) 1,2) Departemen

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Tataniaga Tataniaga adalah suatu kegiatan dalam mengalirkan produk dari produsen (petani) sampai ke konsumen akhir. Tataniaga erat

Lebih terperinci

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan² ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAWI MANIS DENGAN PENDEKATAN STRUCTURE, CONDUCT, AND PERFORMANCE (SCP) DI KECAMATAN JAMBI SELATAN KOTA JAMBI Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia, baik dalam hal luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas per

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT Armenia Ridhawardani 1, Pandi Pardian 2 *, Gema Wibawa Mukti 2 1 Alumni Prodi Agribisnis Universitas Padjadjaran 2 Dosen Dept. Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Benidzar M. Andrie 105009041 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi BenizarMA@yahoo.co.id Tedi Hartoyo, Ir., MSc.,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis Kubis juga disebut kol dibeberapa daerah. Kubis merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan pada sektor agribisnis yang dapat memberikan sumbangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN Lina Humaeroh 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi linaanimania@yahoo.com Riantin Hikmah Widi 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi riantinhikmahwidi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Sentra Penanaman Anggrek Dendrobium Bunga Potong di Indonesia Dendrobium merupakan salah satu genus dalam famili Orchidaceae yang dapat tumbuh di dataran rendah

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA LIDAH BUAYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANDRI ENDRA SETIAWAN

ANALISIS TATANIAGA LIDAH BUAYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANDRI ENDRA SETIAWAN ANALISIS TATANIAGA LIDAH BUAYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANDRI ENDRA SETIAWAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Penekanan hutan sebagai suatu

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JERUK SIAM DI KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI, PROVINSI BALI NI PUTU DINDA WIED NATACHA PUTRI

ANALISIS PEMASARAN JERUK SIAM DI KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI, PROVINSI BALI NI PUTU DINDA WIED NATACHA PUTRI ANALISIS PEMASARAN JERUK SIAM DI KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI, PROVINSI BALI NI PUTU DINDA WIED NATACHA PUTRI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) Dimas Kharisma Ramadhani, Endang Siti Rahayu, Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol Karo (2010) melakukan penelitian mengenai analisis usahatani dan pemasaran kembang kol di Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang merupakan anggota Allium yang paling banyak diusahakan dan memiliki nilai ekonomis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 2012 di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

DI DESA CIPEUYEUM, KECAMATAN HAURWANGI, KABUPATEN CIANJUR ABSTRACT

DI DESA CIPEUYEUM, KECAMATAN HAURWANGI, KABUPATEN CIANJUR ABSTRACT SISTEM Tata niaga KEDELAI DI DESA CIPEUYEUM, KECAMATAN HAURWANGI, KABUPATEN CIANJUR Aldha Hermianty Alang *)1, dan Heny Kuswanti Suwarsinah *) *) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas bunga di Indonesia sangatlah berlimpah. Menurut Dirjen Hortikultura Indonesia tahun 2006-2007, permintaan bunga hias di pasar dunia cenderung meningkat setiap

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN Rokhman Permadi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Darwan Ali rokhmanpermadi@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAPI POTONG DI PASAR HEWAN DESA SUKA KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAPI POTONG DI PASAR HEWAN DESA SUKA KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAPI POTONG DI PASAR HEWAN DESA SUKA KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO SKRIPSI Oleh: AVERY ARTHUR SIDEBANG 130306041 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan konsep dalam mencari kebenaran deduktif atau secara umum ke khusus. Pada kerangka pemikiran teoritis penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU MARKETING ANALYSIS OF WHITE OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) IN PEKANBARU CITY Wan Azmiliana 1), Ermi Tety 2), Yusmini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

TATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI

TATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI Tataniaga Rumput Laut TATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI Ni Putu Ayuning Wulan Pradnyani Mahayana 1) dan Ratna Winandi 2) 1,2)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN/AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN TAHUNAN/AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING LAPORAN TAHUNAN/AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING REKONSTRUKSI MODEL KELEMBAGAAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) BERBASIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) DI JAWA TENGAH Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bunga krisan dengan nama latin Chrysanthemum sp berasal dari dataran Cina. Bunga potong ini cukup populer dan menduduki

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pasar Definisi yang tertua dan paling sederhana bahwa pasar adalah sebagai suatu lokasi secara fisik dimana terjadi jual beli atau suatu

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) Nuni Anggraini, Ali Ibrahim Hasyim, Suriaty Situmorang Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill MARJIN PEMASARAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR YANG MENGGUNAKAN PAKAN PRODUKSI PABRIK SKALA KECIL DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Susanti I.S 1, N. Ali 1 dan St. Rohani 2 1 Fakultas Peternakan dan Perikanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor TINJAUAN PUSTAKA Saluran dan Lembaga Tataniaga Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor konsumsi barang-barang dan jasa dikonsumsi oleh para konsumen. Jarak antara kedua

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT Adida 1, Kukuh Nirmala 2, Sri Harijati 3 1 Alumni Program

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) THE ANALYSIS OF MARKETING CHANNEL AND MARGIN ON BUFFALO (A Case Study in the Bungbulang District Garut

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA Evi Naria ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA Efendi H. Silitonga Staf Pengajar Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Medan Abstract North

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN Arini Pebristya Duha *), HM Mozart B Darus **), Luhut Sihombing **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU Jurnal AgribiSains ISSN 2442-5982 Volume 1 Nomor 2, Desember 2015 27 ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (Kasus Kelompok Tani Nanggeleng Jaya Desa Songgom

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR Oleh : Rosda Malia S.P, M.Si * dan Wisnu Mulyanu Supartin, S.P ** ABSTRAK Pandanwangi adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan pemasaran. Para ahli telah mendefinisikan pemasaran atau

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA UBI JALAR DI DESA PURWASARI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR. JAWA BARAT

ANALISIS TATANIAGA UBI JALAR DI DESA PURWASARI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR. JAWA BARAT ANALISIS TATANIAGA UBI JALAR DI DESA PURWASARI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR. JAWA BARAT Hariry Anwar*, Acep Muhib**, Elpawati *** ABSTRAK Tujuan penelitian menganalisis saluran tataniaga ubi jalar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN NENAS DI KECAMATAN CIJERUK, KABUPATEN BOGOR

SISTEM PEMASARAN NENAS DI KECAMATAN CIJERUK, KABUPATEN BOGOR SISTEM PEMASARAN NENAS DI KECAMATAN CIJERUK, KABUPATEN BOGOR Murni Anggraeni 1), dan Suharno 2) 1,2) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor 1) murni.anggraeni@gmail.com

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas. Masih lemahnya pemasaran komoditas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Pasar dan Pemasaran Pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk bertukar barang-barang mereka. Pasar merupakan suatu yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci