I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas bunga di Indonesia sangatlah berlimpah. Menurut Dirjen Hortikultura Indonesia tahun , permintaan bunga hias di pasar dunia cenderung meningkat setiap tahun. Seperti halnya negara-negara produsen bunga lainnya, Indonesia juga berpeluang besar dalam mengembangkan agribisnis pada subsektor tanaman hias, baik untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri. Hal tersebut didukung dengan adanya kenyataan bahwa penggunaan tanaman hias untuk berbagai keperluan dalam sangat tinggi. Salah satu jenis bunga yang paling diminati di Indonesia adalah anggrek. Anggrek tergolong anggota famili Orchidaceae yang merupakan salah satu famili bunga-bungaan yang paling besar, memiliki kurang lebih spesies dari 750 genus yang berbeda. Terdapat sekitar spesies anggrek di antaranya terdapat di Indonesia dengan penyebaran hampir di seluruh negeri. Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang paling populer dan disukai oleh banyak konsumen karena bentuk dan warna bunga yang unik dan menarik, tahan lama, dan tidak mudah layu. Komoditas ini dapat digunakan sebagai tanaman hias baik di taman, pot, dan bunga potong (Andri & Tambuan (2015) cit. AMARTA, 2007). Anggrek memiliki bentuk dan corak bunga yang beraneka ragam dan indah dipandang mata. Keindahan bentuk dan bunganya membuat tanaman dari keluarga Orchidaceae ini banyak dikoleksi oleh semua orang baik hanya untuk hobi sampai untuk bisnis. Pertumbuhan tanaman anggrek sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor genetis maupun faktor lingkungan. Faktor genetik ialah faktor yang berasal dari dalam tanaman anggrek yang dapat menentukan sifat dan jenis anggrek tersebut, termasuk anggrek alam atau silangan. Faktor lingkungan ialah faktor dari luar tubuh tanaman anggrek yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti iklim, suhu, air, radiasi matahari, nutrisi, dan sebagainya. Agribisnis bunga anggrek akan terus berkembang karena memiliki keragaman serta ciri khas tersendiri sebagai bunga tropis. Hal ini menyebabkan minat masyarakat untuk memelihara tanaman anggrek dengan tujuan komersial menjadi tinggi, mengingat kondisi pasar lokal, regional dan internasional yang sangat cerah (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005). Apabila dibandingkan dengan tanaman bunga lainnya, anggrek memiliki bentuk morofologi yang unik sehingga cenderung lebih banyak diminati oleh konsumen. 1

2 Morfologi unik yang dimiliki anggrek adalah adanya labellum atau lidah. Labellum merupakan modifikasi dari mahkota bunga. Selain itu, bentuk batang, daun, dan akar anggrek juga berbeda dari tanaman bunga-bungaan lainnya. Bagian bunga anggrek pada umumnya terbagi atas: 1) lingkaran luar yang tersusun dari tiga sepala, 2) lingkaran dalam yang tersusun dari dua petala dan satu petala yang berdiferensiasi menjadi labellum, dan 3) gymnostemium. Sepala atau kelopak bunga anggrek akan memiliki warna yang serupa dengan petalanya dengan ukuran yang relatif lebih kecil atau lebih besar dari petala. Petala yang terletak secara dorsalis bermodifikasi menjadi bibir atau biasa disebut labellum. Labellum bermodifikasi menjadi bentuk yang berbeda dari sepala dan petalanya sehingga menjadi ciri khas dari tanaman anggrek. Pada bagian pusat bunga terdapat gymnostemium yang merupakan gabunganan dari putik (gynaecium) dan benangsari (stamen). Perkembangan teknologi memungkinkan untuk menghasilkan anggrek berwarnawarni, bentuk yang menarik, tahan lama dengan harga yang relatif terjangkau. Adanya segmen pasar untuk masyarakat golongan yang mempunyai selera eksklusif dan fanatik terhadap jenis bunga tertentu yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri menyebabkan semakin meningkatnya impor anggrek. Pada lain pihak, lembaga penelitian dan nursery dalam negeri telah mampu mengembangkan varietas-varietas baru yang mempunyai daya saing kuat dengan produk impor. Teknologi budidaya yang semakin dikuasai, menjadikan harga jual anggrek mampu bersaing dengan produk impor. Kondisi tanah, agroklimat, dan sumberdaya manusia serta dukungan teknologi inovatif dan investasi yang memadai di Indonesia akan sangat mendukung pengembangan usaha anggrek. Pembangunan industri anggrek diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja, menambah devisa, dan membuka peluang tumbuhnya industri sarana produksi, produk sekunder, dan jasa transportasi. 2

3 Tabel 1. 1 Perkembangan Produksi dan Produktivitas Anggrek di Indonesia Tahun Produksi (Tangkai) Pertumbuhan (%) Produktivitas (Tangkai/m 2 ) Pertumbuhan (%) (13,30) 7,68 (21,03) ,25 7,96 3, ,81 12,63 58, (2,17) 10,23 (19,03) (2,65) 13,39 30,99 Sumber: Pusat Data Sistem Informasi Pertanian, 2015 Produksi tanaman anggrek pada 2010 hingga tahun 2014 berfluktuasi dengan tingkat pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 sebesar 33,81%. Perkembangan produksi anggrek di Indonesia pada tahun memiliki kecenderungan menurun. Akan tetapi penurunan yang terjadi pada tahun 2013 dan 2014 tidak terlalu tinggi yakni sebesar 2,17% dan 2,65%. Produktivitas merupakan perbandingan dari jumlah produksi dengan jumlah luas lahan. Produktivitas anggrek di Indonesia sejak tahun memiliki kecenderungan meningkat. Produktivitas anggrek nasional pada tahun 2010 adalah 7,68 tangkai/m 2 dan meningkat menjadi 13,39 tangkai/m 2 pada tahun Selama periode produktivitas anggrek tertinggi terjadi pada tahun 2014 dimana anggrek nasional mampu berproduksi hingga 13,39 tangkai per m 2. Sutiyoso (2003) mengatakan bahwa usahatani anggrek dapat dilakukan pada berbagai mata rantai produksi anggrek. Proses produksi anggrek yang cukup panjang: bibit dalam botol, kompot, tanaman remaja, tanaman pot, bunga potong, hingga tanaman induk dapat dijadikan bisnis. Setiap tahap produksi tersebut dapat mendatangkan keuntungan yang menjanjikan. Plasma nutfah anggrek yang dimiliki Indonesia harus dimanfaatkan agar tidak digunakan oleh warga negara asing. Tanaman anggrek memiliki berbagai macam fungsi, diantaranya yang paling utama yakni sebagai tanaman hias yang dapat membawa efek relaksasi bagi yang melihatnya. Selain itu, tanaman anggrek juga diambil bunganya untuk dicampur dalam pembuatan aneka produk kecantikan dan kesehatan bagi masyarakat luas. Anggrek biasanya digunakan untuk berbagai macam acara seperti upacara keagamaan, hiasan, dekorasi rumah serta sebagai bunga ucapan. Jenis anggrek yang banyak dibudidayakan untuk tujuan komersil adalah Dendodrium, Cattleya, Vanda, dan Orcidium. Namun demikian, di kalangan penggemar dibudidayakan pula anggrek jenis Phalanaenopsis, 3

4 Cimbidium, Paphiopedilum, dan lain-lain. Segmen pasar yang mempunyai selera eksklusif terhadap jenis anggrek tertentu yang belum mampu dihasilkan di dalam negeri mengakibatkan Indonesia tetap melakukan impor anggrek baik dalam wujud bibit maupun tanaman. Meskipun demikian, beberapa lembaga penelitian dan nursery dalam negeri telah mampu mengembangkan varietas-varietas baru yang berdaya saing kuat dengan varietas impor. Dengan kondisi tanah dan iklim yang memadai maka usaha anggrek dapat berkembang dengan baik di Indonesia (Puslithorti, 2005 cit. Badan Penelitian Tanaman Hias, 2012). Menurut Sinarhadi (1983), sumberdaya untuk memproduksi anggrek di Indonesia sudah ada. Sumberdaya manusia dan sumberdaya alam di Indonesia dapat dikatakan memenuhi kebutuhan yang diperlukan untuk produksi anngrek. Akan tetapi, yang menjadi halangan bagi majunya perdagangan anggrek Indonesia adalah pada sistem pemasarannya. Banyaknya petani anggrek yang tergolong kecil dan luas lahan yang sempit juga menyebabkan pemasaran anggrek belum optimal. Padahal jenis anggrek alam ataupun hybrid yang berasal dari Indonesia sangatlah banyak. Hal tersebut semestinya dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan jual-beli anggrek Indonesia hingga ke pasar internasional. Dengan demikian devisa negara dapat meningkat. Menurut Balitbangtan (2005), sentra anggrek Indonesia adalah di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Bogor juga merupakan salah satu tempat sentra produksi anggrek di Indonesia. Menurut Balai Penelitian Tanaman Hias (2012), pasar anggrek yang dominan berada di kota-kota di Pulai Jawa dan Bali dan kini mulai meningkat ke kota-kota lainnya di luar Jawa dan Bali. Tuntutan pasar dan konsumen bunga anggrek saat ini lebih ketat dan selektif, sedangkan breeder yang ada masih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan permintaan yang ada. Oleh karena itu diperlukan breeder dan pengusaha baru dalam usahatani anggrek untuk meningkatkan kompetensi pasar tanaman anggrek Indonesia. B. Perumusan Masalah Indonesia memiliki plasma nutfah anggrek yang sangat kaya. Akan tetapi, pemenuhan permintaan akan tanaman anggrek masih belum dapat dipenuhi dengan baik. Salah satu tempat yang menjadi sentra produksi anggrek di Kabupaten Bogor adalah di 4

5 Desa Rawakalong, Kecamatan Gunungsindur. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah usahatani anggrek dapat dikatakan layak? 2. Apakah usahatani anggrek sudah efisien? 3. Apakah terdapat korelasi antara efisiensi dan kelayakan usahatani? C. Tujuan 1. Mengetahui kelayakan usahatani anggrek 2. Mengetahui tingkat efisiensi usahatani anggrek 3. Mengetahui korelasi antara efisiensi dengan kelayakan usahatani anggrek D. Manfaat 1. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan, serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi pemerintah, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber pemikiran dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan yang terkait dengan pengembangan usahatani anggrek. 3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian terkait yang sejenis. 5