PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan"

Transkripsi

1 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan berkesinambungan. Semakin panjang fase vegetatif maka semakin panjang pula masa produktif tanaman. Tindakan kultur teknis untuk mempertahankan fase vegetatif di antaranya adalah pemangkasan (Johan dan Abas, 2002). Secara umum pemangkasan bertujuan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga menghasilkan pucuk dalam jumlah banyak dan berkualitas baik. Tipe Pangkasan Jenis pangkasan yang diamati adalah pangkasan produksi. Pangkasan produksi merupakan pangkasan pada tanaman menghasilkan yang dilakukan berulang kali dengan gilir pangkas tertentu. Jenis pangkasan produksi memiliki beberapa tipe yaitu pangkasan jambul, pangkasan kepris, pangkasan bersih dan pangkasan tengah bersih. Tipe pangkasan produksi yang diterapkan Unit Perkebunan Bedakah adalah tipe pangkasan bersih. Pangkasan bersih merupakan pangkasan dengan bidang pangkas rata dan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm (sebesar pensil) sehingga yang tertinggal hanya cabang dan ranting utama saja (Setyamidjaja, 2000). Alasan Unit Perkebunan Bedakah menerapkan tipe pangkasan bersih karena dengan dibersihkannya ranting yang berukuran kurang dari 1 cm (sebesar pensil) dan cabang atau ranting yang tidak produktif maka cahaya matahari dapat masuk ke bagian bawah perdu sehingga membantu merangsang pertumbuhan tunas yang ada di bagian bawah. Tumbuhnya tunas-tunas baru di bagian bawah perdu akan menumbuhkan cabang-cabang yang lebih rendah dan kuat sehingga frame tanaman akan berkembang lebih baik. Sistem pangkasan yang diterapkan yaitu sistem pangkasan naik kontinyu. Pangkasan naik kontinyu yaitu pangkasan yang dilakukan selalu naik 5 cm lebih

2 9 tinggi dari pangkasan sebelumnya dan diturunkan kembali setelah ketinggian pangkasan mencapai 65 cm. Pangkasan pertama dilakukan pada ketinggian 50 cm di atas permukaan tanah. Sebagai ilustrasi sistem pangkasan naik kontinyu Unit Perkebunan Bedakah yaitu cm. Tinggi pangkasan yang selalu naik setiap melakukan pemangkasan berarti menyiapkan cabang atau ranting yang tertinggal pada tanaman relatif lebih muda dari pangkasan sebelumnya. Cabang atau ranting yang relatif lebih muda akan lebih cepat membentuk atau menumbuhkan tunas baru sehingga akan lebih cepat dilakukan pemetikan kembali (Tobroni dan Adimulyo, 1997). Tinggi Pangkasan Ketinggian pangkasan diukur dari permukaaan tanah sampai permukaan bidang pangkas. Menurut Dalimoenthe dan Johan (2009), pada umumnya tinggi pangkasan kebun produktif (TM) antara 0 cm dan 70 cm. Apabila tinggi pangkasan lebih rendah dari 0 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan. Akan tetapi, apabila tinggi pangkasan lebih dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan pemangkasan. Ketinggian pangkasan produksi yang ditetapkan Unit Perkebunan Bedakah adalah cm. Penulis melakukan pengamatan ketinggian pangkasan pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala yang menetapkan standar tinggi pangkasan 50 cm (Tabel 7). Tabel 7. Rata-rata Tinggi Pangkasan dan Diameter Bidang Pangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Blok Bismo Argopuro Mandala Umur Pangkas (tahun) 5 Tinggi Diameter Tinggi Pangkasan Bidang n Pangkasan Realisasi Standar Pangkas...(cm) Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2010) Keterangan : n = Jumlah Tanaman Contoh

3 50 Berdasarkan hasil pengamatan, tinggi pangkasan yang dilakukan oleh tenaga pemangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala tidak selalu sama dengan standar tinggi pangkasan yang ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tinggi pangkasan di lapangan dengan standar pangkasan antara lain keterampilan tenaga kerja, kondisi lahan dan penggunaan alat ukur yang tidak baku. Semakin terampil tenaga pemangkas dan semakin mudah lahan yang dipangkas maka tinggi pangkasan yang dihasilkan akan mendekati standar. Penggunaan alat ukur berpengaruh terhadap tinggi pangkasan yang dihasilkan. Pemangkas biasanya hanya menggunakan ukuran ketinggian lutut sebagai alat ukur. Pemakaian tinggi lutut sebagai alat ukur akan mempengaruhi ketepatan ketinggian pangkasan karena tinggi badan tiap pemangkas berbeda-beda. Waktu Pemangkasan Waktu pemangkasan adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan pemangkasan sehingga diperoleh hasil optimal. Kegiatan pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah dilaksanakan dalam dua semester. Semester pertama yaitu antara bulan Februari dan April (menjelang akhir musim hujan), sedangkan semester kedua antara bulan Oktober dan November (awal musim hujan). Pemangkasan dilakukan pada bulan-bulan tersebut karena kondisi lingkungan mendukung yaitu curah hujan cukup tinggi sehingga kebutuhan air bagi tanaman dan suplai hara tercukupi. Pertimbangan dalam menentukan waktu pangkas secara agronomis berhubungan erat dengan kondisi tanaman dan lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan tunas. Penentuan waktu yang tepat dalam melaksanakan pemangkasan harus memperhatikan kondisi atau kesehatan tanaman (Sukasman, 1988). Perlakuan pemangkasan berarti menghilangkan sebagian organ yang membantu pertumbuhan tanaman. Bagian tanaman yang luka akibat pemangkasan membutuhkan energi untuk penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas. Energi tersebut berasal dari cadangan makanan yang berasal dari akar maupun hasil langsung dari proses fotosintesis (Tobroni, 1988). Menurut Johan (2006), tanaman

4 51 sebaiknya diistirahatkan sebelum dilakukan pemangkasan. Pengistirahatan tanaman dapat menaikkan kapasitas fotosintesis karena jumlah daun yang melakukan proses fotosintesis bertambah dan karbohidrat yang dihasilkan dapat disimpan sebagai cadangan makanan. Unit Perkebunan Bedakah tidak menerapkan perlakuan pengistirahatan tanaman. Pemetikan gendesan tetap dilaksanakan selama masih ada pucuk di kebun. Perlakuan pengistirahatan tanaman belum begitu diperlukan oleh Unit Perkebunan Bedakah. Hal ini disebabkan Unit Perkebunan Bedakah termasuk dalam perkebunan yang terletak di dataran tinggi (pegunungan). Tanaman teh yang berada di daerah dataran tinggi memiliki kandungan cadangan makanan yang lebih besar dibandingkan dengan daerah dataran rendah (Tobroni dan Adimulyo, 1997). Menurut Sukasman (1988), lingkungan yang mendukung pelaksanaan pemangkasan adalah menjelang akhir musim hujan (April Mei) dan awal musim hujan (September Oktober) karena mendukung bagi pertumbuhan tunas. Curah hujan dan intensitas sinar matahari yang cukup serta suhu udara yang hangat sangat membantu pertumbuhan tunas-tunas baru. Pemangkasan tidak dilakukan saat musim kemarau (Juni Agustus) karena suhu udara meningkat dan lingkungan menjadi kering, sedangkan antara bulan November dan Februari intensitas sinar matahari berkurang karena curah hujan tinggi dan lingkungan berkabut. Luas Areal Pangkasan Unit Perkebunan Bedakah menetapkan luas areal pangkas per tahun adalah 25 % dari total luas areal tanaman menghasilkan. Akan tetapi, pelaksanaan di lapang menunjukkan bahwa luas areal pangkasan disesuaikan dengan luas blok yang dipangkas. Dengan demikian, total areal yang dipangkas bisa lebih atau kurang dari 25 %. Setiap blok mempunyai kewenangan dalam pembagian luas areal yang dipangkas. Apabila produksi pucuk dianggap stabil pada musim kemarau maka pelaksanaan pangkasan dapat dilakukan 100 % semester I. Pada

5 52 gilir pangkas tahun ini semua blok melaksanakan pemangkasan dalam dua semester. Pembagian luas areal pangkasan bertujuan menjaga stabilitas produksi pucuk agar tidak terjadi fluktuasi antara saat flush dan saat minus (kemarau) serta menghindari serangan cacar daun teh (blister blight). Areal yang dipangkas pada semester I sudah dapat dipetik 2 3 bulan berikutnya (musim kemarau) sehingga produksi bulanan tetap stabil. Dengan demikian, pada saat flush produksi tidak terlalu tinggi dan saat minus tidak terlalu rendah. Cacar daun teh menyerang saat curah hujan tinggi, suhu udara rendah dan kelembaban tinggi. Pembagian areal pangkas yang lebih besar pada semeseter I dapat menekan serangan cacar serta areal tersebut dapat dipetik 2 3 bulan berikutnya (musim kemarau). Pembagian areal pangkas diatur menurut nomor kebun yang saling berdekatan untuk mempermudah pengawasan. Tabel 8 merupakan data rencana luas areal pangkasan beserta nomor kebun masing-masing blok yang dipangkas tahun Blok Tabel 8. Rencana Luas Areal Pangkas UP Bedakah Tahun 2010 Nomor Kebun Luas (ha) Luas Areal Pangkas (ha) Areal Pangkas (%) Rinjani 9, 10, 1, Bismo 12, 13, Argopuro 2, 5, 6, Mandala, 9, Muria 1, 11, 2, Kembang 11,, Rata-rata 2.30 Sumber : RKAP Unit Perkebunan Bedakah, 2010 Realisasi luas areal yang dipangkas dalam satu tahun tidak selalu sama dengan rencana yang telah ditetapkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain kondisi kebun, iklim, dan ketersediaan tenaga kerja. Kondisi kebun yang masih menguntungkan secara ekonomi tidak dilakukan pangkasan atau luas areal pangkasan dikurangi. Pelaksanaan pemangkasan di kebun bergantung pada iklim yang mendukung karena berpengaruh pada kondisi tanaman. Ketersediaan tenaga kerja juga berpengaruh terhadap realisasi luas areal yang dipangkas.

6 53 Kebijakan realisasi luas areal yang dipangkas ada pada kepala blok dengan persetujuan asisten kepala bagian kebun. Rencana dan realisasi luas areal pangkasan Unit Perkebunan Bedakah tahun tertera pada Tabel 9. Berdasarkan data yang diperoleh dalam kurun waktu lima tahun terakhir realisasi pangkasan hanya % dari total luas areal tanaman menghasilkan. Tabel 9. Rencana dan Realisasi Pangkasan UP Bedakah Tahun Tahun Luas Areal TM (ha) Rata-rata Rencana Luas Areal Pangkasan ha % Realisasi Luas Areal Pangkasan ha % Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2010 Alat Pangkas Alat yang digunakan untuk memangkas adalah sabit pangkas (Gambar 7). Kunci utama agar pangkasan yang dihasilkan optimal yaitu ketajaman alat. Alat yang tajam dapat mengurangi kerusakan cabang hasil pangkasan. Batu asah digunakan untuk mengasah sabit pangkas agar tetap tajam dan halus. Alat ukur digunakan untuk mengukur ketinggian pangkasan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan alat ukur hanya pada satu tanaman yang dijadikan patokan pengukuran. Pemakaian alat ukur jarang digunakan karena dianggap tidak efisien waktu. Pemangkas biasanya menggunakan ukuran ketinggian lutut sebagai alat ukur. Pemakaian tinggi lutut sebagai alat ukur akan mempengaruhi ketepatan ketinggian pangkasan karena tinggi badan tiap pemangkas berbeda-beda.

7 5 Gambar 7. Sabit Pangkas Teknik Pemangkasan Contoh pemangkasan diberikan oleh pembimbing pemeliharaan pada tenaga kerja pangkas. Pembimbing memberikan arahan bagaimana cara memangkas yang benar meliputi tipe pangkasan, standar tinggi pangkasan, luka pangkas dan teknik memangkas. Pemangkasan dilakukan dengan memperhatikan kondisi lahan atau sejajar dengan kemiringan lahan agar penyinaran matahari merata. Pemangkasan dilakukan memutar searah jarum jam atau dari kedua sisi tanaman. Arah luka pangkas ke arah dalam perdu dengan kemiringan 5º. Posisi pemangkas saat melakukan pangkasan dalam keadaan tegak dan kaki kiri di belakang kaki kanan. Pucuk ranting dipegang menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang sabit pangkas. Pucuk ranting yang telah dipegang agak dilenturkan atau dilekukkan untuk mempermudah melakukan pangkasan. Bidang pangkas dibuat sejajar dengan permukaan tanah (kemiringan lahan) agar sinar matahari dapat merata. Sudut pangkas 5º supaya bila ada air hujan tidak menggenang di luka pangkas dan tidak terlalu lembab. Hasil pangkasan yang baik dapat dilihat dari kemiringan luka pangkasan 5º, luka pangkas berwarna hijau dan basah, ranting-ranting kecil dan tidak produktif dibersihkan serta arah luka pangkas mengarah ke dalam perdu. Luka pangkas

8 55 yang berwarna hijau dan mengeluarkan air menunjukkan bahwa tanaman tersebut dalam keadaan sehat. Kriteria Pemangkasan Kriteria pemangkasan merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan pelaksanakan pemangkasan antara lain gilir pangkas, ketinggian tanaman, persentase pucuk burung, tingkat produktivitas dan kebijakan kebun. Faktor yang sering digunakan dalam menentukan pelaksanaan pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah adalah kebijakan kebun. Gilir Pangkas Gilir pangkas merupakan jangka waktu antara pemangkasan terdahulu dengan pemangkasan berikutnya pada nomor blok yang sama. Menurut Setyamidjaja (2000), panjang pendeknya gilir pangkas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ketinggian tempat di atas permukaan laut. Pedoman umum gilir pangkas berdasarkann ketinggian tempat yaitu untuk daerah rendah (< 800 m dpl) gilir pangkas 2 3 tahun, daerah sedang ( m dpl) gilir pangkas 3 tahun dan untuk daerah tinggi (> m dpl) gilir pangkas 5 tahun. Unit Perkebunan Bedakah berada pada ketinggian > m dpl termasuk daerah tinggi sehingga gilir pangkasnya 5 tahun. Kebijakan Unit Perkebunan Bedakah menetapkan gilir pangkas empat tahun untuk setiap nomor blok. Namun, pada pelaksanaannya kegiatan pemangkasan tidak selalu sesuai dengan ketentuan karena masih terdapat beberapa nomor blok dengan gilir pangkas lima tahun. Perbedaan gilir pangkas ini disebabkan oleh berbagai hal di lapangan yang secara ekonomi dan teknis menguntungkan bagi perkebunan. Menurut Sukasman (1988), penentuan panjang pendeknya gilir pangkas yang tepat harus dikembalikan pada tujuan industri yaitu memperoleh keuntungan maksimal. Penulis melakukan pengamatan gilir pangkas pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala (Tabel 10). Hasil pengamatan menunjukkan

9 56 bahwa gilir pangkas semua nomor Blok Bismo dan Argopuro empat tahun, sedangkan Blok Mandala terdapat satu nomor blok dengan gilir pangkas lima tahun. Data realisasi gilir pangkas Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 9. Gilir Pangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Blok Luas (ha) No Tinggi Tempat (m dpl) Waktu Pemangkasan Sebelumnya Feb Argopuro Feb April 2005 Mandala Maret Mei 2006 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2010 Bismo Waktu Pemangkasan Berikutnya Rencana Realisasi Gilir Pangkas (tahun) Feb 2010 Feb 2010 Feb 2010 Feb 2010 Feb 2010 Feb 2010 Feb 2010 Jan 2010 Jan 2010 Feb Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tanaman Tinggi bidang petik tanaman diukur dari permukaan tanah sampai puncak bidang petik. Tabel 11 merupakan data rata-rata tinggi dan diameter bidang petik tanaman sebelum dilakukan pemangkasan pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala. Tabel 10. Rata-rata Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tanaman Sebelum Pemangkasan Pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Blok Bismo Argopuro Mandala Rata-rata Umur Pangkas (tahun) n 5 Rata-rata Tinggi Tanaman Rata-rata Diameter Bidang Petik...(cm) Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2010) Keterangan : n = Jumlah Tanaman Contoh

10 57 Menurut Setyamidjaja (2000), pemangkasan akan dilakukan bila bidang petik sudah sulit dijangkau oleh pemetik, biasanya setelah mencapai ketinggian 120 cm. Tinggi rata-rata pemetik teh Indonesia sekitar cm sehingga bila tinggi bidang petik melebihi 120 cm akan menyulitkan pemetik dalam melakukan pemetikan. Berdasarkan data hasil pengamatan pada Tabel 11, rata-rata ketinggian bidang petik tanaman Blok Bismo, Argopuro dan Mandala belum mencapai 120 cm namun diameter bidang petiknya sudah melebar. Bidang petik yang terlalu lebar akan membuat pemetik kesulitan dalam bergerak karena kerapatan tanaman tinggi. Kerapatan tanaman yang terlalu tinggi akan menyebabkan kegiatan pemetikan terganggu. Oleh karena itu, meskipun tinggi bidang petik belum mencapai 120 cm tanaman harus dipangkas. Hal ini dikarenakan diameter bidang petik tanaman telah melebar selain itu, tanaman telah memasuki waktu untuk dipangkas. Persentase Pucuk Burung Pucuk burung adalah pucuk yang memiliki tunas dalam keadaan dorman. Semakin tinggi umur pangkas, bidang petik semakin lebar, cabang atau ranting yang tidak produktif semakin bertambah sehingga jumlah pucuk muda yang dihasilkan semakin menurun, sedangkan jumlah pucuk burung semakin meningkat. Berdasarkan hasil pengamatan pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala rata-rata persentase pucuk burung mencapai % saat mendekati waktu pangkas (Tabel 12). Tabel 11. Persentase Pucuk Burung Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Blok Bismo Argopuro Mandala Rata-rata Umur Pangkas (tahun) 5 Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2010) Keterangan : n = Jumlah Contoh Tanaman n % Pucuk Burung

11 58 Menurut Sanusi (1988), semakin banyak bagian tanaman yang tidak produktif maka seluruh energi dan suplai hara digunakan untuk menyangga kelangsungan hidup bagian tanaman yang tidak produktif tersebut. Hal ini menyebabkan semakin sedikit energi yang dapat dimanfaatkan tanaman untuk menghasilkan tunas atau pucuk muda sehingga banyak pucuk yang menjadi pucuk burung. Hasil pengamatan pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala menunjukkan bahwa jumlah pucuk burung telah mencapai > 75 %. Dengan demikian, jumlah pucuk muda yang dihasilkan lebih rendah. Apabila pemangkasan tidak dilakukan maka persentase pucuk burung akan semakin meningkat sehingga akan mempengaruhi kualitas hasil petikan. Tabel 12 menunjukkan bahwa semakin tinggi umur pangkas maka semakin banyak persentase pucuk burungnya. Hal ini dapat dilihat pada Blok Mandala. Persentase pucuk burung Blok Mandala lebih tinggi dibandingkan dengan Blok Bismo dan Argopuro karena umur pangkas yang lebih tinggi. Tingkat Produktivitas dan Kebijakan Kebun Produktivitas tanaman teh suatu blok berkaitan dengan tahun pangkas tanaman. Gambar 8 merupakan diagram tingkat produktivitas berdasarkan tahun kg/ha/th pangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala tahun pangkas I tahun pangkas II tahun pangkas III tahun pangkas IV Bismo Argopuro Mandala Blok Gambar 8. Diagram Produktivitas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Berdasarkan Tahun Pangkas Tahun 2009

12 59 Berdasarkan Gambar 8, Blok Bismo dan Argopuro memiliki pola diagram produktivitas yang sama. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun pangkas III tetapi tingkat produktivitasnya berbeda. Tingkat produktivitas Blok Bismo lebih tinggi dibandingkan dengan Blok Argopuro maupun Mandala karena ketinggian tempat yang lebih rendah serta sebagian besar areal TM telah ditanami jenis tanaman klon terutama Gambung. Populasi klon Gambung telah mencapai lebih dari 50 % areal TM, sedangkan sisanya meliputi klon TRI 202, TRI 2025 dan klon campuran (CIN 13, MPS, KPPS). Populasi jenis tanaman seedling di Blok Bismo mulai berkurang. Menurut Sriyadi et al (2008), klon Gambung memiliki potensi hasil yang tinggi yaitu 000 kg teh kering/ha dan tahan terhadap penyakit cacar daun teh. Pada Blok Argopuro, populasi jenis tanaman seedling lebih besar dibandingkan dengan jenis tanaman klon sehingga tingkat produktivitasnya agak rendah dibandingkan Blok Bismo. Meskipun jenis tanaman klon yang ditanam adalah klon Gambung namun keberadaannya belum mampu mendukung produktivitas blok karena umur tanaman yang relatif masih muda. Blok Mandala memiliki tingkat produktivitas yang rendah dibandingkan dengan Blok Bismo dan Argopuro. Faktor yang mempengaruhi yaitu letak kebun > 1 00 m dpl sehingga pertumbuhan pucuknya lebih lambat meskipun populasi jenis tanaman klon telah mendominasi areal TM. Oleh karena pertumbuhan pucuk yang lebih lambat maka produktivitas tertingginya dicapai saat tahun pangkas IV. Blok Mandala mengalami penurunan produktivitas pada tanaman tahun pangkas III. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh serangan cacar daun teh. Jenis tanaman yang memasuki tahun pangkas III adalah klon TRI. Sifat klon TRI yaitu lebih rentan terhadap serangan cacar daun teh sehingga kurang sesuai bila ditanam di Unit Perkebunan Bedakah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat produktivitas suatu blok berdasarkan tahun pangkas dipengaruhi oleh jenis tanaman dan letak ketinggian tempat. Produktivitas jenis tanaman seedling lebih rendah karena kondisi tanaman yang menua, sedangkan jenis tanaman TRI rentan terhadap serangan cacar daun teh. Letak ketinggian tempat mempengaruhi pertumbuhan pucuk. Semakin tinggi letak tempat di atas permukaan laut maka semakin lambat

13 60 pertumbuhan pucuknya. Letak ketinggian tempat setiap blok dapat dilihat pada Lampiran 8, sedangkan data luas areal berdasarkan jenis tanaman untuk setiap blok tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 9. Kebijakan kebun sangat berpengaruh dalam menentukan pelaksanaan pemangkasan dengan beberapa pertimbangan antara lain pertimbangan produksi dan teknis. Pertimbangan produksi berdasarkan catatan produktivitas. Tanaman teh akan dipangkas bila sudah tidak menguntungkan ditandai dengan penurunan produktivitas yaitu kurang dari kg/ha/th. Pertimbangan teknis adalah walaupun produktivitas secara ekonomi masih menguntungkan tapi tanaman harus tetap dipangkas karena telah memasuki waktu pangkas dan untuk menyeragamkan tahun pangkas. Unit Perkebunan Bedakah menetapkan gilir pangkas empat tahun. Apabila telah memasuki waktu pangkas maka tanaman tetap dipangkas meskipun masih memiliki potensi untuk berproduksi tinggi. Tenaga Pangkas Tenaga pemangkas Unit Perkebunan Bedakah merupakan tenaga kerja borongan dengan upah Rp Rp /patok (0.0 ha). Penulis melakukan pengamatan terhadap kapasitas pemangkas pada Blok Bismo, Argopuro dan Rinjani (Tabel 13). Tabel 12. Kapasitas Pemangkas Blok Bismo, Argopuro dan Rinjani Blok Bismo Argopuro Rinjani Jumlah Rata-rata Luas Areal (ha) Tenaga Pemangkas (HK) Teori *) Riil Sumber : Laporan Klat Pembimbing Pemeliharaan (Maret, 2010) Keterangan : *) Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Perhitungan Kapasitas Pemangkas (ha/hk) Standar Riil

14 61 Pada umumnya, pelaksanaan pemangkasan oleh tenaga kerja borong lebih memperhatikan segi kuantitatif daripada kualitatif. Hal ini disebabkan semakin banyak lahan yang dipangkas maka upah yang didapat semakin tinggi. Kapasitas pemangkas adalah luas areal yang dapat dipangkas oleh seorang pemangkas dalam satu hari kerja. Berdasarkan Tabel 13, rata-rata kapasitas pemangkas Blok Bismo, Argopuro dan Rinjani sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kapasitas pemangkas riil Blok Bismo dan Argopuro lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan kebun meskipun jumlah tenaga kerja riil lebih rendah dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan teori. Hal ini dipengaruhi oleh jenis tanaman dan kondisi lahan yang dipangkas. Jenis tanaman yang dipangkas pada Blok Bismo merupakan jenis tanaman klon dengan kondisi lahan yang datar. Jenis tanaman klon mempunyai cabang yang lebih kecil serta bentuk tanaman yang ramping sehingga memudahkan dalam melakukan pemangkasan. Selain itu, tenaga kerja di lapang merupakan tenaga kerja terampil dan lebih mengejar kuantitas sehingga upah yang diperoleh semakin tinggi. Pada Blok Argopuro, jenis tanaman yang dipangkas merupakan jenis tanaman seedling yang mempunyai cabang lebih besar dan keras serta bentuk tanaman meruah sehinggga sedikit menyulitkan pemangkas dalam bekerja. Meskipun jenis tanaman yang dipangkas merupakan jenis tanaman seedling namun kondisi lahan relatif datar sehingga pemangkas tidak terlalu menemui kesulitan dalam bekerja. Pada Blok Rinjani, kapasitas pemangkas riil masih dibawah standar meskipun jumlah tenaga kerja riil lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan teori. Hal ini disebabkan tenaga kerja di lapangan kurang terampil sehingga pemangkasan kurang dapat dilakukan dengan baik. Keterampilan Pemangkas Pemangkasan merupakan kegiatan yang membutuhkan keterampilan agar diperoleh hasil pangkasan yang baik. Penulis melakukan pengamatan keterampilan pemangkas berdasarkan klasifikasi usia, lama kerja dan tingkat

15 62 pendidikan terhadap kerusakan cabang hasil pangkasan. Pengamatan dilakukan terhadap 20 orang tenaga pemangkas yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 10 orang untuk setiap klasifikasi. Setiap tenaga pemangkas diambil lima tanaman contoh hasil pangkasan. Perhitungan persentase kerusakan cabang dilakukan dengan menghitung jumlah cabang bekas pangkasan yang pecah atau rusak pada setiap tanaman contoh. Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Klasifikasi Usia Pengamatan keterampilan pemangkas berdasarkan usia dilakukan terhadap pemangkas berusia tahun yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu pemangkas berusia > 5 tahun, sedangkan kelompok kedua yaitu pemangkas berusia 5 tahun. Persentase kerusakan cabang berdasarkan klasifikasi usia pemangkas tertera pada Tabel 1. Tabel 13. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Klasifikasi Usia Pemangkas Tingkat Usia tahun > 5 5 Sumber Keterangan Σ Tenaga Pangkas % Kerusakan tn 6.37 tn : Hasil Pengamatan Penulis (April, 2010) : tn : Hasil uji t-student pada taraf 5 % tidak berbeda nyata Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 1) tidak terdapat perbedaan persentase kerusakan cabang pangkasan antara pemangkas berusia 5 tahun dengan pemangkas berusia > 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan pemangkas tidak dipengaruhi oleh usia. Hasil uji t-student menunjukkan bahwa perbedaan persentase kerusakan cabang antara kedua kelompok usia pemangkas tidak berbeda nyata.

16 63 Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Klasifikasi Lama Kerja Pengamatan keterampilan pemangkas berdasarkan lama kerja dilakukan terhadap pemangkas yang bekerja 1 20 tahun yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu pemangkas yang bekerja > 10 tahun dan kelompok kedua yaitu pemangkas yang bekerja 10 tahun. Persentase kerusakan cabang berdasarkan lama kerja pemangkas tertera pada Tabel. Tabel 1. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Klasifikasi Lama Kerja Pemangkas Lama Kerja tahun > Sumber Keterangan Σ Tenaga Kerja % Kerusakan tn 6.80 tn : Hasil Pengamatan Penulis (April, 2010) : tn : Hasil uji t-student pada taraf 5 % tidak berbeda nyata Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel, persentase kerusakan cabang oleh pemangkas yang bekerja > 10 tahun lebih rendah dibandingkan dengan pemangkas yang bekerja 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pemangkas yang bekerja > 10 tahun memiliki keterampilan pangkas yang lebih baik karena pengalaman kerja lebih banyak. Meskipun terdapat perbedaan persentase kerusakan cabang hasil pangkasan namun tidak berbeda nyata. Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan Tenaga kerja Unit Perkebunan Bedakah sebagian besar merupakan tenaga kerja tidak tamat sekolah dasar (TTSD) dan tamat sekolah dasar sehingga pengamatan dilakukan terhadap dua kelompok tenaga kerja tersebut. Kelompok pertama yaitu pemangkas tamatan Sekolah Dasar (SD), sedangkan kelompok kedua yaitu pemangkas yang tidak tamat Sekolah Dasar (TTSD). Persentase kerusakan cabang berdasarkan tingkat pendidikan pemangkas tertera pada Tabel 16.

17 6 Tabel. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan Pemangkas Tingkat Pendidikan SD TTSD Sumber Keterangan Σ Tenaga Kerja % Kerusakan 6.06 tn 7.2 tn : Hasil Pengamatan Penulis (April, 2010) : tn : Hasil uji t-student pada taraf 5 % tidak berbeda nyata Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 16, persentase kerusakan cabang oleh pemangkas tamatan SD lebih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja tidak tamat SD (TTSD). Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja tamatan SD memiliki keterampilan memangkas yang lebih baik sehingga kerusakan cabang hasil pangkasan dapat ditekan. Hasil uji t-student menunjukkan bahwa persentase kerusakan cabang tidak berbeda nyata meskipun terdapat selisih perbedaan persentase kerusakan cabang antara kedua kelompok. Pertumbuhan Tunas Pengamatan pertumbuhan tunas dilakukan di Blok Bismo dan Argopuro dengan ketinggian tempat yang relatif sama ± m dpl. Pengamatan dimulai pada saat tunas berumur 5 MSP. Grafik pertumbuhan tunas mulai 5 8 MSP dapat dilihat pada Gambar 9. Tinggi Tunas (cm) Bismo Argopuro Umur Setelah Pangkas (minggu) 8 Gambar 9. Grafik Pertumbuhan Tunas

18 65 Berdasarkan Gambar 9, terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan tunas antara Blok Bismo dan Argopuro. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan jenis tanaman. Blok Bismo menggunakan jenis tanaman dari klon campuran (TRI 2025 dan Gambung 7), sedangkan Blok Argopuro menggunakan jenis tanaman seedling. Perbedaan pertumbuhan tunas mulai terlihat pada 5 MSP. Kecepatan pertumbuhan tunas Blok Bismo lebih tinggi dibandingkan dengan Blok Argopuro. Jenis tanaman yang berasal dari klon memiliki kecepatan pertumbuhan tunas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari seedling. Keunggulan tanaman yang berasal dari klon yaitu kecepatan tumbuhnya yang tinggi sehingga produksi lebih banyak. Di samping itu, umur tanaman klon lebih muda dibandingkankan dengan jenis tanaman seedling sehingga kondisi kesehatan tanaman lebih baik. Pengelolaan Sisa Pangkasan Sisa pangkasan meliputi daun, cabang dan ranting. Sisa pangkasan di Unit Perkebunan Bedakah diletakkan di atas tanaman yang telah dipangkas selama 2 minggu. Tujuannya untuk menghindari panas sinar matahari secara langsung sehingga penguapan air pada cabang yang dipangkas dapat minimal dan cabang tidak kering. Daun yang rontok dari sisa pangkasan berfungsi sebagai humus yang dapat menyuburkan tanaman. Cabang atau ranting sisa pangkasan setelah kering diletakkan di samping tanaman sebagai penambah unsur hara alami. Menurut Pasaribu (1990), pemberian sisa (sampah) pangkasan berupa daun, ranting atau cabang akan meningkatkan sifat-sifat tanah di daerah perakaran menjadi lebih baik sehingga penyerapan hara oleh akar-akar tanaman lebih besar. Pengaruh pemupukan akan lebih baik dengan adanya perbaikan sifat-sifat tanah (fisika dan kimia).

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Wonosobo Naelatur Rohmah dan Ade Wachjar * Departemen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit Perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Kendal, Central Java Ade Wachjar * dan Supriadi

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) Pruning at Plantation Unit of

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pruning Plant Management of Tea (Camelia sinensis (L.) O Kuntze) Karanganyar, Central Java Martini Aji

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu spesies yang berasal dari famili Theaceae. Di seluruh dunia tersebar sekitar 1 500 jenis yang berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan jenis minuman yang sudah dikenal di seluruh dunia, konsumsi teh menjadi suatu hal yang umum bagi seluruh masyarakat karena mengkonsumsi teh dapat berdampak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Tambi Pada tahun 1865, PT Perkebunan Tambi merupakan perkebunan teh milik Pemerintahan Hindia Belanda yang disewakan kepada pengusaha swasta Belanda yang bernama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING Pengertian Pembentukan dan pemangkasan tanaman merupakan bagian penting dari program pengelolaan (management) tanaman buah-buahan. Pembentukan (training)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan yang dilakukan dalam minggu tersebut. Log Kerja Harian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Karet Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai 40 m dan 35 cm

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN CAHAYA Faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi Fotosintesis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)

Lebih terperinci

Uji Coba Novelgro pada Tanaman Teh (Cammelia Sinensis) di Kebun Teh

Uji Coba Novelgro pada Tanaman Teh (Cammelia Sinensis) di Kebun Teh Progress Report, 21 Feb. 2009 Uji Coba Novelgro pada Tanaman Teh (Cammelia Sinensis) di Kebun Teh ABSTRAK Percobaan ini ditujukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman teh. Peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1) Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao Fakhrusy Zakariyya 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman 90 Jember 68118 Daun merupakan salah satu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk akan terus menuntut pemenuhan kebutuhan dasar terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada krisis

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar Wilayah Blitar merupakan wilayah yang strategis dikarenakan wilayah Blitar berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal. DAFTAR ISI Halaman Judul... No Hal. Intisari... i ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga diperlukan untuk mencukupi kebutuhan setiap penduduk. Di Indonesia, masalah ketahanan pangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena kaya kandungan gizi. Putri dkk., (2014) menyatakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Management of Tea Plucking (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) at Unit

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus 6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI

Lebih terperinci