BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh Lia Luthfi Marwandari, Wahyudi. Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran matematika di kelas IIIa MI Daarul Aitam Palembang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIII semester genap tahun pelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Tuntas 8 36 % 2 Belum Tuntas % Jumlah %

Perencanaan Tindakan BAB IV

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

H S A I S L I PE P N E E N L E I L T I I T A I N A DA D N A PE P M E B M A B H A A H S A A S N

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil belajar Siswa Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

A. Pelaksanaan Tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Tunggulsari Semester I/ Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai hasil pelaksanaan penelitian, perbandingan hasil penelitian antar siklus, dan pembahasan hasil penelitian yang akan disajikan dalam penjabaran sebagai berikut ini. 1.1 Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan ini akan di bahas deskripsi pelaksanaan tiap siklus mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dengan penjabaran sebagai berikut: 4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan pada siklus I dilaksanakan pada standar kompetensi menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi dasar menjumlahkan pecahan yang terdiri dari 4 pertemuan. Siklus I akan dilaksanakan pada tanggal 20-23 Maret 2013. 1.1.1.1 Perencanaan Tindakan Sebelum melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran matematika pada materi penjumlahan pecahan, peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas atau kolaboratornya untuk mengidentifikasi dan menemukan permasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Kemudian peneliti menuliskan rencana perbaikan tersebut dalam bentuk rencana pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi. Tahap perencanaan tindakan dalam penelitian ini meliputi : 1) Menyusun RPP matematika dengan materi penjumlahan pecahan sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi. 2) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran. 3) Membuat kelompok secara acak tanpa melihat kepandaian siswa. 41

42 4) Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas guru selama mengajar dengan model pembelajaran NHT berbantuan media animasi. 5) Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama mendapat tindakan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi. 6) Menyusun tes akhir siklus I untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilaksanakan. 4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan ini, dilaksanakan berdasarkan skenario pembelajaran yang telah direncanakan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I. Siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan yaitu pada hari Rabu-Sabtu tanggal 20-23 Maret dengan mata pelajaran matematika materi penjumlahan pecahan. a. Pertemuan 1 Pertemuan pertama dilaksanakan pada kompetensi dasar menjumlahkan pecahan. Dengan indikator menghitung penjumlahan pecahan biasa dengan tujuan pembelajaran menghitung penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama ini terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran sebagai berikut ini. 1) Kegiatan Awal Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2) Kegiatan Inti Siswa memperhatikan media animasi tentang menjumlahkan pecahan biasa berpenyebut sama dengan bimbingan guru. Kemudian guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok secara acak dan guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir

43 bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya. Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi. 3) Kegiatan Penutup Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara menjumlahkan pecahan biasa berpenyebut sama. Kemudian guru menutup dengan mengucapkan salam. b. Pertemuan 2 Pertemuan kedua dilaksanakan pada kompetensi dasar menjumlahkan pecahan. Dengan indikator menghitung penjumlahan pecahan biasa dengan tujuan pembelajaran menghitung penjumlahan pecahan biasa berpenyebut tidak sama. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua ini terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran sebagai berikut ini. 1) Kegiatan Awal Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2) Kegiatan Inti Siswa memperhatikan media animasi tentang menjumlahkan pecahan biasa berpenyebut tidak sama dengan bimbingan guru. Kemudian guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok secara acak dan guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya

44 siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya. Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi. 3) Kegiatan Penutup Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara menjumlahkan pecahan biasa berpenyebut tidak sama. Kemudian guru menutup dengan mengucapkan salam. c. Pertemuan 3 Pertemuan ketiga dilaksanakan pada kompetensi dasar menjumlahkan pecahan. Dengan indikator mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa dan menerapkan penjumlahan pecahan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tujuan pembelajaran menyebutkan bentuk pecahan campuran, megubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa, mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran dan menerapkan penjumlahan pecahan campuran dengan pecahan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan ketiga ini terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran sebagai berikut ini. 1) Kegiatan Awal Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

45 2) Kegiatan Inti Siswa memperhatikan media animasi tentang mengubah pecahan campuran dengan pecahan biasa dan mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran. Selanjutnya siswa menyimak saat guru menjelaskan cara menjumlahkan pecahan campuran dengan pecahan biasa. Kemudian guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompk secara acak dan guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya. Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi. 3) Kegiatan Penutup Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa, mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran dan cara menjumlahkan pecahan campuran dengan pecahan biasa. Kemudian guru menutup dengan mengucapkan salam. b. Pertemuan 4 Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke empat diawali dengan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya kemudian diakhiri dengan tes evaluasi siklus I, dimana setiap siswa secara individu mengerjakan soal-soal tes yang telah disiapkan oleh guru berdasarkan materi yang telah dipelajari.

46 1.1.1.3 Observasi a. Pengamatan terhadap guru Pada pengamatan pembelajaran siklus I, guru masih belum sepenuhnya melaksanakan semua yang sudah direncahakan. Dalam memulai pelajaran guru tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan inti tanpa memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada pertemuan pertama guru belum memberikan motivasi. Namun pada pertemuan kedua dan ketiga guru sudah melaksanakannya dengan baik. Pada kegiatan inti semua kegiatan yang direncanakan hampir sudah dilaksanakan, hanya saja dalam penyampaian materi terlalu cepat sehingga ada beberapa siswa yang tertinggal. Namun pada pertemuan kedua dan ketiga guru sudah menjelaskan secara pelan-pelan sehingga siswa dapat menyimak dengan baik. Pada pertemuan pertama guru belum memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata namun pada pertemuan kedua dan ketiga guru sudah memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata. Pada kegiatan ahkir guru lupa untuk memberikan refleksi penguatan, penghargaann kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi dan memotivasi pada siswa yang belum berhasil namun pada pertemuan kedua dan ketiga guru tidak mengulang kesalahan tersebut dan mampu melaksanakan dengan baik. Pada pertemuan terakhir pembelajaran siklus I guru memberikan tes untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa kelas 4 tentang penjumlahan pecahan. b. Pengamatan terhadap siswa Pada pertemuan pertama siklus I, pembagian kelompok dapat berjalan dengan baik akan tetapi saat kerja kelompok dimulai masih ada beberapa siswa yang kurang dapat mengikuti kegiatan kelompok, hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi memang jarang digunakan oleh guru. Siswa yang sudah terbentuk dalam satu tim atau satu kelompok tidak menjamin dapat membuat semua anggota kelompok dapat aktif tetapi ternyata masih ada siswa yang hanya bergurau saja dan tidak memperhatikan materi yang disampaikan gurunya. Pada saat menyelesaikan tugas

47 yang diberikan oleh guru masih banyak yang mengandalkan hasil pekerjaan teman yang dianggap mampu. Akan tetapi setelah siswa mulai terbiasa dengan kegiatan kelompok, hal tersebut dapat teratasi. Dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga pada siklus I, lama kelamaan siswa mulai dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Melalui hasil observasi siklus I dapat diketahui keberanian siswa untuk bertanya pada gurunya masih sedikit. Kerja sama antar anggota dalam satu tim belum tampak. Mereka hanya saling berbicara sendiri dan bergurau. Namun dengan pantauan dan bimbingan dari guru hal tersebut dapat teratasi. Sarana dan prasarana siswa sudah cukup memadai yakni dibantu dengan media animasi yang telah disiapkan maka menarik minat siswa untuk memperhatikan penjelasan guru. Dengan diberlakukannya tunjuk acak dengan memanggil nomor kepala siswa dalam menyelesaikan soal dapat mendidik siswa untuk selalu siap dan melatih konsetrasi siswa agar tidak memikirkan hal lain selain materi ajar. Dengan bimbingan dari guru, siswa lebih dapat melakukan tugasnya karena guru selalu memantau perkembangan siswanya. Selain itu pemberian reward juga menumbuhkan sikap untuk saling bersaing secara positif dengan yang lain untuk mendapat poin tertinggi, hal tersebut dapat membuat siswa merasa senang dalam belajar sehingga siswa tidak merasa sangat terbeban dalam belajar. 1.1.1.4 Hasil Belajar Matematika Siklus I Hasil belajar matematika pada siklus I diukur melalui tes evaluasi di akhir siklus. Tes formatif di akhir siklus dilakukan setelah dilakukannya pembelajaran melalui pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga. Dari hasil tes evaluasi yang telah dilakukan memberikan hasil adanya peningkatan hasil belajar siswa. Akan tetapi masih terdapat siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau belum tuntas. Data hasil belajar matematika siswa pada siklus I sebelum dianalisa sesuai dengan KKM =70 disajikan dalam tabel 15 berikut ini.

48 Tabel 15 Destribusi Hasil Belajar Siswa Siklus I No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%) 1 50-57 3 7 2 58-65 9 21 3 66-73 2 5 4 74-81 17 40 5 82-89 10 23 6 90-97 2 5 Jumlah 43 100 Nilai Terendah 50 Nilai Tertinggi 95 Rata-Rata 75 Dari tabel destribusi hasil belajar siswa pada siklus I dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar dari sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar pada siklus I yang diukur melalui tes evaluasi. Dari 43 siswa dengan ratarata 75 yang mendapatkan nilai dibawah 75 sebanyak 14 siswa dengan persentase 33% dengan nilai terendah 50. Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai diatas 75 sebanyak 17 siswa dengan persentase 67% dengan nilai tertinggi 95. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari sebelum dilakukan tindakan hingga siklus I dilakukan, dengan demikian dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas lebih banyak dari pada jumlah siswa yang tidak tuntas. Akan tetapi ketuntasan tersebut belum sesuai dengan indikator kinerja hasil belajar matematika menyebabkan perlunya diadakan tindak lanjut pada siklus berikutnya yaitu siklus II dengan memperhatikan hasil dari siklus I dan evaluasi bersama antar guru dan observer. Berdasarkan tabel 15, maka nilai hasil pembelajaran matematika dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang seberti gambar 2 berikut ini.

49 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 50-57 58-65 66-73 74-81 82-89 90-97 Jumlah Siswa Gambar 2 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I Dari perhitungan di atas maka dapat diketahui jumlah siswa yang nilainya masih di bawah KKM (KKM=70) yakni sebanyak 12 siswa sedangkan 31 siswa lainnya mendapat nilai diatas KKM. Dengan demikian dapat diketahui adanya peningkatan dari kondisi awal sebelum diberikan siklus hingga siklus I. Berdasarkan hasil belajar pada siklus I dapat dibuat tabel ketuntasan belajar berikut ini. No. Nilai Tabel 16 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I Jumlah Siswa Persentase (%) Ketuntasan 1 70 31 72 Tuntas 2 < 70 12 28 Tidak Tuntas Ketuntasan belajar siswa pada siklus I mencapai 72%. Dengan demikian dapat dilihat dari kondisi sebelum diberikan tindakan dengan kondisi pada siklus I kenaikan persentase mencapai 35%. Pada kondisi pra siklus terdapat 27 siswa yang belum tuntas, dan setelah diberikan tindakan melalui siklus I terjadi kenaikan dengan jumlah siswa tidak tuntas hanya 12 siswa dengan persentase 28% sedangkan 31 siswa lainnya dapat tuntas dengan nilai melebihi KKM.

50 1.1.1.5 Refleksi Refleksi dilakukan sebagai kegiatan evaluasi dari pertemuan pertama, kedua, dan ketiga pada siklus I sehingga dapat dibahas kekurangan dan kendala apa saja yang dihadapi. Berdasarkan observasi pada siklus I, hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran pada siklus berikutnya antara lain : 1) Kurangnya bimbingan guru dalam kelompok. 2) Siswa yang bermain-main sendiri pada saat diskusi. 3) Siswa kurang aktif dalam bertanya. 4) Pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor tertinggi agar setiap kelompok menjadi aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dari berbagai kekurangan yang ada pada siklus I maka, untuk itu perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II. 1.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperetif tipe NHT berbantuan media animasi pada siklus II dilaksanakan pada standar kompetensi menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi dasar mengurangkan pecahan yang terdiri dari 4 pertemuan. Siklus II akan dilaksanakan pada tanggal 3-6 April 2013. 4.1.2.1 Perencanaan Tindakan Sebelum melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran matematika pada materi pengurangan pecahan, peneliti dibantu guru atau kolaboratornya telah melakukan diskusi untuk mengidentfikasi dan menemukan permasalahan pembelajaran matematika pada siklus I dan menentukan langkah-langkah perbaikan proses pembelajaran siklus II. Kemudian peneliti menuliskan rencana perbaikan tersebut dalam bentuk rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT berbantuan media animasi. Tahap perencanaan dalam penelitian ini meliputi :

51 1) Menyusun RPP matematika dengan materi pengurangan pecahan sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi. 2) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran. 3) Membuat kelompok secara acak tanpa melihat kepandaian siswa. 4) Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas guru selama mengajar dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi. 5) Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama mendapat tindakan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi. 6) Menyusun tes akhir siklus II untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilaksanakan. 4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan ini, dilaksanakan berdasarkan skenario pembelajaran yang telah direncanakan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tiap siklusnya. Siklus II dilaksanakan empat kali pertemuan yaitu pada hari Rabu-Sabtu tanggal 3-6 April dengan mata pelajaran matematika materi pengurangan pecahan. a. Pertemuan 1 Pertemuan pertama dilaksanakan pada kompetensi dasar mengurangkan pecahan. Dengan indikator menghitung pengurangan pecahan biasa dengan tujuan pembelajaran menghitung pengurangan pecahan biasa berpenyebut sama. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama ini terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran sebagai berikut ini. 1) Kegiatan Awal Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

52 2) Kegiatan Inti Siswa memperhatikan media animasi tentang mengurangkan pecahan biasa berpenyebut sama dengan bimbingan guru. Kemudian guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompk secara acak dan guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya. Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi. 3) Kegiatan Penutup Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara mengurangkan pecahan biasa berpenyebut sama. Kemudian guru menutup dengan mengucapkan salam. b. Pertemuan 2 Pertemuan kedua dilaksanakan pada kompetensi dasar mengurangkan pecahan. Dengan indikator menghitung pengurangan pecahan biasa dengan tujuan pembelajaran menghitung pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua ini terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran sebagai berikut ini. 1) Kegiatan Awal Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan

53 kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2) Kegiatan Inti Siswa memperhatikan media animasi tentang mengurangkan pecahan biasa berpenyebut tidak sama dengan bimbingan guru. Kemudian guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompk secara acak dan guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya. Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi. 3) Kegiatan Penutup Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara mengurangkan pecahan biasa berpenyebut tidak sama. Kemudian guru menutup dengan mengucapkan salam. c. Pertemuan 3 Pertemuan ketiga dilaksanakan pada kompetensi dasar mengurangkan pecahan. Dengan indikator menerapkan pengurangan pecahan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tujuan pembelajaran menerapkan pengurangan pecahan campuran dengan pecahan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan ketiga ini terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran sebagai berikut ini.

54 1) Kegiatan Awal Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2) Kegiatan Inti Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang cara mengurangkan pecahan campuran dengan pecahan biasa. Kemudian guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompk secara acak dan guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya. Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi. 3) Kegiatan Penutup Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara mengurangkan pecahan campuran dengan pecahan biasa. Kemudian guru menutup dengan mengucapkan salam. d. Pertemuan 4 Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke empat diawali dengan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya kemudian diakhiri dengan tes evaluasi siklus II, dimana setiap siswa secara individu mengerjakan soal-soal tes yang telah disiapkan oleh guru berdasarkan materi yang telah dipelajari.

55 4.1.2.4 Observasi a. Pengamatan terhadap guru Pada pengamatan pembelajaran siklus II, guru menyadari benar kekurangan-kekurangan pada pembelajaran siklus I sehingga ketika membuka pelajaran, guru tidak lagi tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan inti tapi lebih dulu memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan, menyampaikan tujuan pembelajaran dan menerangkan cakupan matei yang akan dipelajari. Pada kegiatan inti semua kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan, guru juga sudah memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata. Pada siklus II ini guru sudah memberikan refleksi penguatan serta penghargaan kepada kelompok yang telah berhasil memperoleh skor tertinggi dan memberikan motivasi kepada kelompok yang belum berhasil. Guru juga tidak mengulang lagi kesalahannya dan mampu melaksanakan dengan baik. Pada pertemuan terakhir pembelajaran siklus II guru memberikan tes untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa kelas 4 tentang pengurangan pecahan. b. Pengamatan terhadap siswa Keadaan siswa pada siklus II ini jauh lebih baik lagi. Proses KBM berjalan lebih efektif. Masing-masing anggota dalam satu tim sudah bisa menempatkan posisinya. Kerja sama antar anggota atau antar tim jauh lebih maksimal. Antusias siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan lebih meningkat. Hal ini tampak pada hasil nilai yang meningkat. Kerja sama antar anggota dalam satu tim sudah tampak. Perhatian siswa sudah terfokus kepada gurunya dan kegiatan berbicara sendiri serta bergurau sudah tidak ada lagi. Keadaan lainnya juga mengalami peningkatan, yaitu dengan keberanian siswa untuk bertanya bertambah. Dengan adanya peningkatan perilaku siswa ketika proses pembelajaran berlangsung maka dapat dinilai adanya perubahan yang positif perilaku siswa dan hal ini dapat berdampak pada hasil belajar. Secara umum siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, siswa senang, siswa aktif, siswa menunjukkan minat belajar yang baik, perhatian siswa fokus dan siswa mampu bekerjasama dalam kelompoknya.

56 4.1.2.5 Hasil Belajar Siklus II Hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Pringapus 03 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang diperoleh melalui tes evaluasi yang diadakan setelah siklus II selesai dilaksanakan. Pada siklus II pembelajaran telah dapat berjalan dengan baik yang telah digambarkan pada lembar observasi. Hasil tes evaluasi pada siklus II menunjukkan adanya kenaikan hasil belajar siswa pada Kompetensi Dasar (KD) mengurangkan pecahan. Siswa telah dapat menjalani dan menyelesaikan tes evaluasi dengan baik. Melalui tes evaluasi dapat dinilai tingkat keberhasilan siswa melalui nilai yang diperoleh. Data hasil belajar matematika siswa pada siklus II sebelum dianalisa sesuai dengan KKM = 70 disajikan dalam tabel 17 berikut ini. Tabel 17 Destribusi Hasil Belajar Siswa Siklus II No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%) 1 70-74 1 2 2 75-79 11 26 3 80-84 8 19 4 85-89 12 28 5 90-94 3 7 6 95-100 8 19 Jumlah 43 100 Nilai Terendah 70 Nilai Tertinggi 100 Rata-Rata 84 Dari tabel destribusi hasil belajar siswa pada siklus II dapat diketahui dari 43 siswa dengan rata-rata 84 yang mendapat nilai 70-74 sebanyak 1 siswa dengan persentase 2%, kemudian pada rentang nilai 75-79 sebanyak 11 siswa dengan persentase 26%, 80-84 sebanyak 8 siswa dengan presentase 19% dan 85-89 sebanyak 12 siswa dengan persentase 28% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas 90 sebanyak 11 siswa dengan presentase 26%. Dengan demikian dapat

57 diketahui siswa secara keseluruhan mendapat nilai di atas KKM (KKM=70), hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan siswa mengalami ketuntasan belajar. Berdasarkan tabel 17 dapat disajikan nilai hasil pembelajaran matematika melalui diagram batang berikut ini. 14 12 10 8 6 4 2 0 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-100 Jumlah Siswa Gambar 3 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II Dari gambar diagram batang di atas maka dapat diketahui jumlah siswa yang mendapat nilai terendah adalah 1 siswa dengan persentase 2% dan nilai tertinggi dengan rentang nilai 95-100 sebanyak 11 siswa. Dengan demikian melalui tes evaluasi pada siklus II, seluruh siswa kelas IV mengalami ketuntasan belajar dengan standar KKM 70 dengan perolehan nilai paling banyak pada siswa yang mendapat nilai 85. Berdasarkan hasil belajar pada siklus II dapat dibuat tabel ketuntasan belajar berikut ini. No. Nilai Tabel 18 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II Jumlah Siswa Persentase (%) Ketuntasan 1 70 43 100 Tuntas 2 < 70 0 0 Tidak Tuntas

58 Dari tabel 18 dapat diketahui bahwa pada siklus II keseluruhan siswa mengalami ketuntasan belajar dengan nilai yang sangat baik. Berdasarkan indikator kinerja dengan KKM 70, hasil belajar siswa pada siklus II ini telah tuntas 100% dan ini berarti indikator kinerja telah tercapai 4.1.2.6 Refleksi Dalam kegiatan pembelajaran siklus II ini sudah berjalan dengan lancar. Guru sudah dapat menguasai kelas dengan baik dan siswa sudah cenderung aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif NHT berbantuan media animasi pada mata pelajaran matematika materi pengurangan pecahan. Hasil pembelajarannya juga mengalami peningkatan walaupun masih ada satu siswa yang nilainya sama dengan KKM 70. Hasil pembelajaran dari siklus II sudah mengalami ketuntasan 100%. 4.2 Hasil Analisis Data Pada bagian ini akan dilakukan analisis hasil penelitian yaitu yang berkaitan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas 4 SD Negeri Pringapus 03 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Data hasil belajar siswa dilakukan analisis dengan cara analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil belajar siswa antar siklus. Pada bagian sebelumnya telah dipaparkan pelaksanaan penelitian untuk masing-masing siklus maka pada bagian ini akan dipaparkan pelaksanaan penelitian semua siklus secara bersamaan dan diperbandingkan sehingga akan diketahui perkembangan hasil belajar siswa. Dalam rangka lebih memperjelas peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media animasi maka dipaparkan hasil pengolahan nilai hasil belajar siswa dalam bentuk tabel 19 berikut ini.

59 Tabel 19 Perolehan Nilai Tes Siswa Antar Siklus No. Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II 1. Nilai terendah 45 50 70 2. Nilai tertinggi 80 95 100 3. Rata-rata nilai 64 75 84 Dari data tabel 19 dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan nilai hasil belajar pada mata pelajaran matematika dari pra siklus yaitu sebelum penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media animasi dan setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi pada siklus I dan siklus II. Terjadi peningkatan nilai terendah siswa yaitu dari 45 menjadi 70 pada siklus II terjadi kenaikan sebesar 25 point, demikian juga pada nilai tertinggi siswa juga terjadi peningkatan dari 80 pada pra siklus menjadi 100 pada siklus II atau 20 point sedangkan rata-rata nilai siswa secara klasikal menunjukkan peningkatan yaitu dari 64 pada pra siklus menjadi 84 pada akhir pembelajaran siklus II atau terjadi peningkatan sebesar 18 point. Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran matematika di kelas 4 SD Negeri Pringapus 03 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan media animasi maka ditetapkan indikator keberhasilan yaitu 80% siswa tuntas belajar pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan KKM 70. Kriteria Ketuntasan Minimal digunakan sebagai acuan untuk menyatakan siswa tuntas dalam mengikuti pembelajaran, KKM harus ditetapkan diawal tahun pembelajaran berdasarkan hasil musyarwarah pendidik dan lembaga pendidikan. KKM pada setiap sekolah berbeda-beda tergantung dengan karakteristik setiap sekolah. KKM sebagai acuan bagi seorang guru untuk menilai pencapaian kompetensi siswa sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar suatu mata pelajaran. Berhasilnya pencapaian kompetensi siswa dilihat dari hasil belajarnya apakah sudah tuntas atau belum dengan didasarkan pada KKM yang telah ditentukan setiap sekolah. Peningkatan hasil belajar peserta didik dikatakan

60 meningkat apabila 80% siswa telah berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan. Untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan proses pembelajaran maka dapat dilihat pada paparan tabel 20 tentang ketuntasan belajar siswa berikut ini. Tabel 20 Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II No. Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II Belajar Jml % Jml % Jml % 1. Siswa tuntas 16 37% 31 72% 43 100% 2. Siswa tidak tuntas 27 63% 12 28% 0 0% Jumlah 43 100% 43 100% 43 100% Dari paparan data pada tabel 20 dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar matematika dari pra siklus sampai dengan pembelajaran siklus II. Pada pra siklus 37% siswa tuntas dan 63% siswa tidak tuntas, pada siklus I 72% siswa tuntas dan 28% siswa tidak tuntas. Sedangkan pada siklus II siswa mengalami ketuntasan belajar sebesar 100% dengan jumlah 43 siswa mengalami ketuntasan belajar secara keseluruhan. Peningkatan Ketuntasan belajar pada kondisi pra siklus hingga siklus II pada tabel 20 dapat digambarkan dalam diagram batang berikut ini. 50 40 30 20 10 0 43% 27% 31% 16% 12% 0% Pra Siklus Siklus I Siklus II Tidak Tuntas Tuntas Gambar 4 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

61 4.3 Pembahasan 4.3.1 Pembahasan Pra Siklus Peneliti melakukan pengamatan atau observasi terlebih dahulu sebelum melaksanakan penelitian siklus I dengan melihat kondisi siswa, kelas dan mengidentifikasi masalah yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa proses belajar mengajar belum sepenuhnya optimal, penyampaian materi masih selalu menggunakan metode klasikal dan ceramah tanpa diselingi metode dan penggunaan media pembelajaran yang sesuai. Pada saat pembelajaran siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif yang berdampak pada hasil belajar siswa. Hal itu terlihat dari hasil pretest mata pelajaran matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Pringapus 03 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 yang masih di KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Dari jumlah siswa sebanyak 43 hanya 16 siswa atau 37% yang tuntas. Sedangkan yang tidak tuntas 27 siswa atau 63% dengan nilai rata-rata 64. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah. Bentuk pemecahan dari permasalahan ini adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi. 4.3.2 Pembahasan Siklus I Hasil belajar siswa pada siklus I masih belum optimal. Namun, keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus I mengalami peningkatan dibandingkan sebelum tindakan kelas dilaksanakan. Meskipun pada awalnya siswa masih belum terbiasa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi karena jarang digunakan oleh guru dan pada saat diskusi kelompok masih ada siswa yang hanya bergurau tidak memperhatikan materi yang disampaikan gurunya. Dalam menyelesaikan tugas pun masih banyak yang mengandalkan hasil pekerjaan teman yang dianggap mampu. Akan tetapi setelah siswa mulai terbiasa dengan kegiatan kelompok, hal tersebut dapat teratasi. Lama kelamaan siswa

62 mulai dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Media animasi yang telah disiapkan juga dapat menarik minat siswa untuk memperhatikan penjelasan guru. Pada pengamatan pembelajaran siklus I, guru masih belum sepenuhnya melaksanakan semua yang sudah direncahakan. Dalam memulai pelajaran guru tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan inti tanpa memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan dalam penyampaian materi terlalu cepat sehingga ada beberapa siswa yang tertinggal. Guru juga belum memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata dan tidak memberikan penghargaann kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi dan memotivasi pada siswa yang belum berhasil. Namun pada pertemuan II dan III guru sudah tidak mengulang kesalahan tersebut dan mampu melaksanakan dengan baik. Guru dan siswa harus bekerjasama lebih baik lagi dalam pembelajaran di siklus II agar penggunaaan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi ini dapat terlaksana dengan efektif. Berdasarkan hasil penelitian kegiatan pembelajaran pada siklus I ini terlihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi. Hasil belajar pada pra siklus, ketuntasan belajar mencapai 63%. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 72% dengan nilai rata-rata 75. Walaupun hasil belajar meningkat, tetapi masih terdapat siswa yang belum tuntas sebanyak 12 siswa atau 28%. Sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II karena belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 80% siswa tuntas belajar. 4.3.3 Pembahasan Siklus II Keadaan siswa pada siklus II ini jauh lebih baik lagi. Proses KBM berjalan lebih efektif. Masing-masing anggota dalam satu tim sudah bisa menempatkan posisinya. Kerja sama antar anggota atau antar tim jauh lebih maksimal. Antusias siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan lebih meningkat. Hal ini tampak pada hasil nilai yang meningkat. Perhatian siswa sudah terfokus kepada gurunya dan kegiatan berbicara sendiri serta bergurau sudah tidak ada lagi. Secara umum siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, siswa senang, siswa

63 aktif, siswa menunjukkan minat belajar yang baik, perhatian siswa fokus dan siswa mampu bekerjasama dalam kelompoknya. Sedangkan pada siklus II, guru menyadari benar kekurangan-kekurangan pada pembelajaran siklus I sehingga ketika membuka pelajaran, guru tidak lagi tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan inti tapi lebih dulu memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan, menyampaikan tujuan pembelajaran dan menerangkan cakupan matei yang akan dipelajari. Semua kegiatan inti yang direncanakan sudah dilaksanakan dan guru tidak mengulang lagi kesalahannya dan mampu melaksanakan dengan baik Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Ratarata hasil belajar siswa pada siklus I 75 dan ketuntasan belajar sebesar 72%. Sebanyak 12 siswa yang tidak tuntas atau 28%. Rata-rata hasil belajar siswa siklus II sebesar 84 dan ketuntasan belajar siswa sebesar 100% dengan jumlah 43 siswa mengalami ketuntasan belajar secara keseluruhan. Menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari melalui proses pembelajaran yang telah dilaksanakan mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu sebesar 80%. 4.3.4 Pembahasan Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Pada kondisi awal (pra siklus) sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas di SD Negeri Pringapus 03 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, nilai ratarata 64 dan setelah diadakan tindakan penelitian pada siklus I, nilai rata-rata menjadi 75 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 50. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dengan tingkat keberhasilan ketuntasan 73% dari jumlah siswa sebanyak 43 siswa. Akan tetapi, masih terdapat 12% siswa yang belum tuntas sehingga perlu diadakan pelaksanaan tindakan siklus II. Pada siklus II, ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% dan nilai rata-rata meningkat menjadi 84 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan

64 media animasi ini juga membantu guru dalam mengajarkan sebuah materi serta dapat sesuai dengan perkembangan karakteristik siswa yaitu dengan model belajar bersama di dalam kelompok dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismiyati (2012) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas 1 Semester 2 SD N Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pada pra siklus ketuntasan belajar 42 % pada siklus 1 menjadi 64 % dan pada siklus 2 menjadi 83% tuntas. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa hasil belajar matematika dapat ditingkatkan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media animasi melalui empat tahapan kegiatan, yaitu : (1) penomoran, (2) mengajukan pertanyaan, (3) berpikir bersama, dan (4) menjawab pertanyaan pada siswa kelas 4 SD Negeri Pringapus 03 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.