BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya job. Perusahaan tidak lagi hanya mencari calon karyawan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai

BAB II LANDASAN TEORI. A. Work Engagement. memiliki dimensi vigor, dedication dan absorbtion. Vigor adalah energi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi pada organisasi daripada karyawan yang performanya buruk.

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting,

BAB II LANDASAN TEORI. Employee engagement merupakan rasa keterikatan secara emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement

BAB II TELAAH PUSTAKA. mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang efektif semakin menyadari bahwa faktor yang sangat

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan makhluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis employee engagement di

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya

Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat

sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan sangat menentukan kinerja suatu organisasi. Sumber daya manusia merupakan aset perusahaan, yang memiliki

Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global. engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja perusahaan karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pasti menginginkan kesuksesan. Hal itu berlaku pada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan multinasional. Beberapa perusahaan telah mendirikan pabrik-pabrik baru di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia saat ini sudah mengarah pada human capital, dimana sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Visi, misi dan filosifi BPJS Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kahn (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam. pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Penelitian mengenai engagement dalam pekerjaan yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam UU NO.36/2009 pengertian kesehatan adalah keadaan sehat,

BAB I PENDAHULUAN. (Kurniawati, 2013). Begitu pula seperti yang tercantum dalam UU No.20/2003

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap organisasi. Banyak usaha dan daya yang dilakukan untuk mengatasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, perkembangan sangat pesat di segala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perusahaan industri yang selalu ingin survive dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. program employee engagement (keterlibatan karyawan) yang baik, tentu karyawan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

BAB I PENDAHULUAN. maupun lokal (Asdhiana, 2013). Jenis kegiatan wisata tersebut dikenal dengan istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. job description baru terhadap peningkatan derajat work engagement pada

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, dengan keadaan yang selalu berkembang maka setiap perusahaan baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai salah satu komponen dari pendidikan yang eksistensinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. adalah DKI Jakarta sehingga selain sebagai pusat pemerintahan, Jakarta juga merupakan pusat

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia industri dan organisasi (Lingtangsari, Yusuf & Priyatama, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. PT. Galamedia Bandung Perkasa (Grup Pikiran Rakyat) didirikan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasi secara sadar dan memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan (Robbins, Stephen, Timothy & Judge 2008). Organisasi didirikan dengan memiliki orang-orang yang mempunyai serangkaian aktivitas yang jelas dan dilakukan secara berkelanjutan untuk mencapai tujuan organisasi. Semua tindakan yang dilakukan ditentukan oleh manusia yang menjadi anggota organisasi (Mulyadi & Rivai, 2009). Untuk dapat mencapai tujuan organisasi, setiap organisasi memerlukan berbagai sumber daya. Sumber daya merupakan sumber energi, tenaga dan kekuatan yang diperlukan untuk menciptakan berbagai aktivitas. Sumber daya yang diperlukan antara lain adalah sumber daya alam, sumber daya finansial, sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusia. Diantara sumber daya tersebut, sumber daya manusia adalah sumber daya yang paling penting (Wirawan, 2009). Sumber daya manusia memiliki kontribusi vital di dalam sebuah organisasi. Hal ini menjadikan karyawan sebagai pengerak atau ujung tombak dari organisasi. Untuk mencapai tujuan dari organisasi, seorang karyawan harus memiliki ikatan kerja yang 1

2 melibatkan karyawan secara penuh dan mau benar-benar terikat dalam suatu organisasi. Ikatan kerja melibatkan karyawan secara penuh atau keseluruhan, baik secara kognitif, atau secara emosi terlibat dengan kata lain setiap karyawan harus memiliki totalitas kerja atau sering disebut dengan work engagement (Yadnyawati, 2012). Menurut Khan (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan peran kerjanya, bekerja dan mengekspresikan dirinya secara fisik, kognitif, dan emosional selama bekerja. Keterkaitan karyawan yang demikian itu sangat diperlukan untuk mendrong timbulnya semangat kerja karyawan. Federman (2007) memandang rasa engaged sebagai suatu tingkat dimana seseorang memiliki komitmen terhadap sebuah oraganisasi sehingga dapat menentukan bagaimana seseorang berperilaku. Senada dengan pendapat di atas Marko (2010) mengatakan bahwa perusahaan dengan karyawan yang engaged memiliki retensi karyawan yang tinggi hasil dari menurunnya turnover karyawan, mengurangi niat untuk keluar dari perusahaan, meningkatkan produktivitas, profitabilitas, pertumbuhan dan kepuasan pelanggan (Joushan dkk, 2015). Work Engagement didefinisikan lebih lanjut oleh Schaufeli dan Bakker (2011) sebagai suatu kondisi yang positif terkait dengan pekerjaan. Jika ditinjau dari konsep engagement itu sendiri, engagement didefinisikan sebagai suatu sikap pandang yang positif yang berhubungan dengan pekerjaan dan keinginan, dengan karakteristik; vigor, dedication dan absorption. Vigor ditandai dengan adanya high levels of energy and mental resilience pada saat bekerja dan keinginan untuk memberikan effort

3 dalam pekerjaan dan bersikap persisten walaupun menghadapi kesulitan. Dedication mengacu kepada keterlibatan secara mendalam seseorang dalam pekerjaannya dan adanya rasa antusias, terinspirasi, kebangaan, dan tantangan. Absorption dicirikan dengan adanya konsentrasi penuh dan sangat menikmati pekerjaan sehingga waktu tidak terasa sudah berlalu cepat. Menurut Marciano (2010) seseorang pekerja yang engaged akan berkomitmen terhadap tujuan, menggunakan segenap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas, menjaga perilakunya saat bekerja, memastikan bahwa pekerjaannya telah selesai dengan baik sesuai dengan tujuan dan bersedia mengambil langkah perbaikan dan evaluasi jika memang diperlukan. Lebih lanjut lagi Marciano menambahkan bahwa karyawan yang memiliki rasa engaged memiliki beberapa keuntungan yaitu meningkatkan produktivitas, meningkatkan keuntungan, menambah efisinsi, menurunkan turnover, mengurangi ketidakhadiran, meningkatkan kepuasan konsumen, mengurangi kecelakaan kerja dan meminimalkan keluhan karyawan. Selain itu engagement juga mampu mempertahankan karyawan potensial, mempertahankan/ meningkatkan reputasi perusahaan, dan stakeholder values (Nancy R. Lockwood,2007). Namun pada kenyataanya sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tingkat engagement pada karyawan masih tergolong rendah (Perrin, 2003; Kular, Gatenby, Rees, Soane, & Truss, 2008; White, 2011). Hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Towers Perrin pada 35.000 lebih karyawan perusahan-perusahaan di Amerika Serikat, yang ditunjukkan pada 17% karyawan yang engaged, 19% disengaged, dan 64% lainnya menyatakan netral (Perrin, 2003). Sedangkan

4 penelitian global pada 10.914 karyawan di seluruh dunia didapatkan bahwa ada 31% karyawan yang engaged, khususnya yang berada wilayah Asia Tenggara ada sebanyak 26% karyawan (White, 2011). Di sisi lain, karyawan yang engaged secara emosional akan mendedikasikan dirinya kepada organisasi dan secara penuh berpartisipasi di dalam pekerjaannya dengan antusias yang besar untuk kesuksesan dirinya dan atasan (Markos & Sridevi, 2010). Selain itu hal ini berarti karyawan yang memiliki work engagement yang tinggi akan memiliki kesiapan untuk berubah yang tinggi juga. Penelitian menunjukkan bahwa di Indonesia hanya sekitar 30% dari karyawan yang engaged secara aktif dengan sisa 70% lainnya menyibukkan diri namun tidak memberikan kontribusi yang cukup, baik secara individual maupun kolektif (Amol, 2010). Data yang didapat oleh peneliti melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2016 di Harian Bernas mengungkapkan bahwa dari 4 karyawan, 3 karyawan menunjukkan indikasi kurangnya rasa engaged pada pekerjaanya. Selain itu dengan didukung hasil wawancara dari bagian HRD menunjukkan adanya indikasi rasa engaged yang rendah pada karyawan Harian Bernas. Contoh perilaku karyawan yang ditunjukkan adalah seperti melakukan kegiatan di luar kegiatan seperti main handphone atau searching sesuatu yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, kurangnya tanggung jawab pada pekerjaan, idealnya karyawan bekerja sesuai dengan jam yang sudah ditentukan tetapi terdapat karyawan yang pulang walaupun jam belum menunjukkan waktu pulang dengan alasan bahwa pekerjaanya sudah selesai, mengeluh jika ada rapat yang dilakukan secara tiba-tiba sehingga membuat jam pulang mundur, turnover yang tinggi pada tahun 2015, karyawan kurang menyukai

5 kondisi yang sekarang dibanding dengan kondisi yang dulu sehingga kenyamanan dalam bekerja kurang. Ketidaknyaman kondisi ini dikarenakan adanya perpindaahan kepemilikan (akuisisi) sehingga hal ini me nyebabkan iklim organisasi yang terjalin sebelumnya berubah menjadi tidak kondusif akibatnya ada karyawan yang mengeluh dan sebagaian yang tidak terima dengan kebijakan ini memutuskan untuk meninggalkan perusahaan. Perusahaan Harian Bernas merupakan perusahaan swasta yang berdiri sejak 15 November 1946. Harian Bernas adalah sebuah perusahaan surat kabar harian yang terbit di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Dikatakan di atas bahwa Harian Bernas mengalami pemindahan kepemilikan. Perpindahan kepemilikan resmi terjadi pada tanggal 20 Mei 2015. Panduan wawancara di atas mengacu pada aspek-aspek work engagement. Work engagement dapat dikatakan tinggi jika memenuhi aspek vigor, dedication dan absorption sebaliknya jika ketiga aspek di atas ( vigor, dedication dan absorption) tidak terpenuhi maka dapat dikatakan work engagement rendah. Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa karyawan PT Harian Bernas memiliki work engagement yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan kepada karyawan Harian Bernas yang ketiga aspeknya tidak terpenuhi. Menurut Agustian (dalam Mudjiasih, 2002) mengatakan bahwa pentingnya work engagement tidak hanya pada perusahaan negara dan juga instansi pemerintahan namun juga perusahaan swasta bahkan organisasi. Work engagement yang tinggi membuat seseorang sangat termotivasi dalam bekerja serta memiliki komitmen, antusias, dan bersemangat. Work engagement membuat seseorang merasa keberadaannya dalam organisasi/ perusahaan bermakna untuk kehidupan setiap

6 karyawan hingga menyentuh tingkat terdalam yang pada ujungnya akan meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi. Menurut penelitian Perrin (2003), engagement dipengaruhi oleh banyak faktor yang melibatkan faktor emosional dan rasional yang berhubungan dengan pekerjaan dan pengalaman kerja secara keseluruhan. Work engagement merupakan hasrat anggota organisasi terhadap pekerjaannya dan mengekspresikan diri secara fisik, kognitif dan emosi selama bekerja (Albrecht, 2010). Selain itu Schaufeli dan Bakker (2004) menyatakan bahwa work engagement pada dasarnya dipengaruhi oleh dua hal yaitu model JD-R ( Job Demands Resources model) dan psychological capital. Model JD-R meliputi aspek lingkungan, fisik, sosial dan organisasi serta untuk Psychological capital terdiri dari kepercayaan diri ( self-efficacy), harapan mengenai masa depan ( hope), rasa optimis ( optimism) dan resiliensi ( resilience). Menurut Schaufelli & Bakker 2003 (dalam Bakker, 2008) Job Resources dan Personal Resources adalah prediktor utama dari work engagement. Personal Resource mengacu pada evaluasi positif yang berhubungan dengan daya tahan seseorang pada kemampuan dalam mengontrol serta memberikan dampak pada lingkungan. Selain itu, Nany R. Lockwood (dalam Yadnyawati, 2012) mendefinisikan engagement sebagai sejuhmana karyawan memiliki komitmen terhadap sesuatu atau seorang didalam perusahaan. Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa engagement dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: budya organisasi, komunikasi, gaya kepemimpinan, dan reputasi perusahaan. Untuk generasi saat ini, kesempatan pelatihan dan pengembangan karir, work/life balance, dan sistem rewards yang

7 diberikan kepada karyawan atas usaha yang telah diberikannya menjadi hal yang penting untuk menimbulkan engagement karyawan. Budaya yang kuat dapat menimbulkan engagement pada karyawan. Budaya organisasi dapat memberikan kondisi psikologi meaningfullness (job enrichment, work-role fit), safety (adanya dukungan menajer dan rekan kerja) dan ketersediaan sumber daya yang mampu membuat karyawan ter-engaged. Sesuai dengan konteks pemberdayaan sumber daya manusia, agar menghasilkan karyawan yang profesional dengan integritas yang tinggi, diperlukan adanya acuan baku yang diberlakukan oleh suatu perusahaan (Moeljono, 2005). Budaya organisasi dapat merubah perilaku karyawan karena budaya organisasi menjadi faktor yang dapat berpengaruh positif ataupun negatif terhadap perilaku karyawan dan organisasi itu sendiri. Budaya yang positif akan mendorong karyawan untuk berprestasi. Sedangkan budaya yang negatif bersifat kontra produktif terhadap usaha pencapaian tujuan organisasi sehingga dapat menghambat aktivitas kerja (Rivai, 2000) Budaya organisasi adalah mengenai aspek subjektif dari apa yang terjadi di dalam suatu perusahaan, mengacu kepada abstraksi seperti nilai dan norma yang meliputi seluruh atau bagian suatu bisnis. Hal ini mungkin tidak didefinisikan, didiskusikan atau bahkan diperhatikan (Luthans, 2006). Namun budaya dapat memiliki pengaruh pada perilaku seseorang dalam bekerja. Menurut Luthans (2006) terdapat sejumlah karakteristik penting. Beberapa diantaranya adalah: (1) Aturan perilaku yang diamati (2) Norma (3) Nilai dominan (4) Filosofi (5) Aturan (6) Iklim organisasi.

8 Budaya yang sesuai harapan adalah budaya yang diinginkan oleh karyawan perusahaan dan budaya yang tidak sesuai harapan adalah budaya yang tidak seperti diinginkan oleh karyawan perusahaan. Konsep budaya organisasi tersebut dapat mempengaruhi engagement. Ketika budaya perusahaan sesuai harapan karyawan maka engagement dari karyawan akan tinggi, begitu juga sebaliknya ketika budaya dalam perusahaan tersebut tidak sesuai harapan dari karyawan maka engagement dari karyawan akan rendah (Akbar R, 2013) Menurut Flamholtz (2011) pengaruh budaya organisasi tergantung kepada kekuatan budaya organisasi tersebut. Kekuatan budaya organisasi mengacu kepada seberapa besar dan seberapa dalam karyawan melakukan dominant values dan asumsi-asumsi dasar dari perusahaan. Budaya yang kuat membuat semua karyawan di unit yang berbeda-beda melaksanakan dominant values tersebut. Selain itu budaya yang kuat biasanya lebih bertahan lama. Sebaliknya budaya yang lemah, tidak bertahan lama dan hanya dipegang oleh beberapa orang di dalam organisasi. Budaya organisasi yang kuat dapat meningkatkan kesuksesan organisasi melalui 3 fungsi: control system, social glue, dan sanse making. Sebagai control system budaya organisasi sudah mampu menjadi kontrol sosial yang mampu mempengaruhi keputusan dan perilaku karyawan. Sebagai social glue, budaya organisasi mempu mempererat rasa kebersaman orang-orang di dalam perusahan sebagai suatu kesatuan organisasi. Semua karyawan dimotivasi untuk menginternalisasikan dominant culture untuk membantunya memenuhi kebutuhan akan identitas sosial. Hal ini dapat digunakan sebagai salah satu cara menarik minat karyawan baru dan mempertahankan talent/ top performers. Sebagai sense-making budaya organisasi

9 dapat membantu karyawan untuk memahami apa yang terjadi dan mengapa hal tersebut terjadi di perusahaan. Budaya organisasi dapat memberikan pemahaman mengenai apa yang diharapkan perusahaan dari karyawan berinteraksi dengan karyawan lainnya. Turner (1992) menyatakan bahwa suatu budaya merupakan perangkat yang sangat kuat akan mengarahkan perilaku, di mana suatu budaya organisasi yang kuat akan memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota organisasi mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi. Sejalan dengan hal tersebut perilaku yang kuat akan menunjang engagement pada karyawan. Hal ini didukung dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2013) yang menyatakan bahwa budaya organisasi memberikan sumbangan efektif sebesar 33,5% terhadap work engagement. Kontribusi tersebut mengindikasikan bahwa variabel budaya organisasi memiliki peranan penting dalam membentuk sebuah perasaan engaged pada karyawan. Dari penjabaran di atas dapat diketahui bahwa engagement karyawan dan budaya organisasi ternyata menjadi faktor penting untuk kemajuan perusahaan atau organisasi. Sehingga dengan mempertimbangkan beberapa uraian teoritis di atas maka rumusan permasalahan pada penelitian ini secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara budaya oganisiasi dengan work engagement pada karyawan PT Harian Bernas?

10 B. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan budaya organisasi dengan work engagement pada karyawan PT Harian Bernas. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian di bidang psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi khususnya yang berkaitan dengan hubungan budaya organisasi dengan work engagement. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan manfaat bagi perusahaan PT Harian Bernas sehingga pihak perusahaan mampu mengambil tindakan secara preventive untuk meningkatkan work engagement yang ada pada karyawan yang memiliki rasa engaged yang rendah terhadap pekerjaannya. Sehingga untuk lebih lajut produktivitas perusahaan ikut berkembang sejalan dengan perkembangan karyawanya. Selain itu dengan lebih memperhatikan budaya organisasi yang berlaku di dalam perusahaan akan menjadikan nilai, norma, serta aturan di dalam perusahaan semakin baik. Karyawan yang memiliki persepsi positif pada budaya organisasi di perusahaan akan menjadikan karyawan mampu berperilaku seperti yang diharapkan oleh perusahaan, maka hal ini akan meningkatkan perilaku work engagement pada karyawan.