BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berpotensi mengalami kecelakaan kerja berupa kecelakaan lalu lintas (road. jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu tentang mengantisipasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Pratiwi Andiningsari, FKM UI,

Peneliti, Pratiwi Andiningsari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Yuda Rizky, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

PENGUKURAN KELELAHAN KERJA PENGEMUDI BIS DENGAN ASPEK FISIOLOGIS KERJA DAN METODE INDUSTRIAL FATIQUE RESEARCH COMMITTEE (IFRC)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Stres adalah konsekuensi yang tidak terhindarkan dari kehidupan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 30 juta orang terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia setiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas, dengan jutaan lebih

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Pengukuran Kelelahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta Barat adalah salah satu Kota Administratif di Propinsi DKI Jakarta

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat,

BAB I. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1,24 juta jiwa meninggal dunia dan sekitar 50 juta jiwa mengalami luka berat dan

Sumber: Automology.com. Ir. BAMBANG PRIHARTONO,MSCE JAKARTA, 10 JANUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

ANALISIS LOKASI RAWAN KECELAKAAN BUSWAY TRANSJAKARTA KORIDOR KALIDERES-HARMONI ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.pembangunan kesehatan harus mencakup

BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. tahun 2010 jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak sedangkan pada tahun

berada dibawah tuntutan tugas yang harus dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN REST AREA JALAN TOL MENURUT PERSEPSI PENGGUNA (Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Jakarta Cikampek) TUGAS AKHIR TKP

Kuesioner Penelitian. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja. Pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa dijalan yang melibatkan kendaraan atau pemakai jalan lainnya

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bernama Tuti Indah Lestari adalah Mahasiswi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

Daftar Lampiran. A. Latar Belakang 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 -

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masalah keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dua dekade terakhir, terutama dalam bidang kenyamanan dan keamanan

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan (Hakkert, 2005). Salah satu contohnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengupayakan pengadaan transportasi massal dengan meluncurkan bus Trans

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang No. 23 tahun tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor manufaktur, transportasi, konstruksi, pertambangan, pariwisata). Salah satu pekerja sektor informal adalah para pengemudi angkutan yang berpotensi mengalami kecelakaan kerja berupa kecelakaan lalu lintas (road accident). Faktor yang berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas sangat dipengaruhi oleh pengendali kendaraan (pengemudi). Kondisi pengemudi yang rawan kecelakaan adalah pengemudi yang mengalami gangguan pada status gizinya, kondisi kesehatannya secara umum, kesegaran jasmani dan perilaku pengemudi. Selain itu, faktor kendaraan dan lingkungan dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). Pengertian kecelakaan secara sederhana adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Dalam kejadian kecelakaan tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan atau terencana. Penyebabnya adalah kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan faktor manusianya (Suma mur 2009). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2015 menyatakan, bahwa terlepas dari sejumlah perbaikan sarana dan prasarana, tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya masih terbilang tinggi. Menurut data Global Status Report on Road Safety tahun 2015 yang dikeluarkan WHO pada tahun 2016, 1

2 sebanyak 1,24 juta orang di seluruh dunia meninggal. Apabila dibikin ratarata, maka sekitar 3400 orang meninggal setiap harinya akibat dari kecelakaan lalu-lintas di dunia. Angka tersebut diprediksi dapat terus meningkat apabila tidak ada langkah nyata yang diambil untuk mengantisipasinya. Menurut prediksi, pada tahun 2020, korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu-lintas dapat mencapai hingga 1.900.000 orang. Di Indonesia kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun 2013 jumlah kecelakaan lalu lintas sebesar 104.976 dan jumlah korban meninggal 23.385 jiwa, sementara itu terdapat 93,52% faktor penyebab kecelakaan, yaitu karena kesalahan pengemudi atau human error. Faktor pengemudi yang dimaksud adalah kondisi fisik seperti kelelahan, mengantuk, mabuk, mengebut, dan kesalahan membaca petunjuk jalan (Badan Pusat Statistik tahun, 2015). Di tahun 2015 angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia terus mengalami kenaikan yang signifikan. Data Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2015 terjadi 98.970 kasus kecelakaan lalu lintas dengan jumlah korban meninggal akibat kecelakaan sebanyak 26.495 jiwa, luka berat sebanyak 23.937 jiwa, luka ringan sebanyak 110.714 jiwa. Dengan banyaknya jumlah kecelakaan lalu lintas dan jumlah korban akibat kecelakaan lalu lintas tersebut, jumlah kerugian yang timbul dari kejadian kecelakaan lalu lintas pada tahun 2015 adalah sebanyak 272.318 juta rupiah (Badan Pusat Statistik, 2015).

3 Di DKI Jakarta, kasus kecelakaan lalu lintas terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data Badan Pusat Statistik mencatat kejadian kecelakaan lalu lintas pada tahun 2014 dan 2015. Pada tahun 2014 terjadi kecelakaan lalu lintas sebanyak 6.342 kasus kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak 772 jiwa, luka berat sebanyak 2.777 jiwa, luka ringan sebanyak 4.713 jiwa, dan dengan total kerugian mencapai 21.069 juta rupiah. Sementara di tahun 2015 kecelakaan lalu lintas yang terjadi di DKI Jakarta sebanyak 6.435 kasus kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak 532 jiwa, luka berat sebanyak 2.688 jiwa, luka ringan sebanyak 4.290 jiwa, serta dengan total kerugian mencapai 18.883 juta rupiah (Badan Pusat Statistik, 2015). Banyak faktor yang berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas, diantaranya adalah perilaku pengemudi, jenis kendaraan, jenis beban yang diangkut oleh kendaraan, jenis kelamin pengemudi, dan faktor resiko lain seperti status demografi (umur), agresivitas, kelelahan dalam berkendara, kecepatan, SIM (Surat Izin Mengemudi), konsumsi obat dan pemeriksaan kendaraan (Adrianus, 2011). Salah satu faktor resiko yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas adalah kelelahan dalam berkendara. Kondisi lelah dapat menimbulkan berkurangnya tingkat kewaspadaan terhadap hal yang terjadi di jalan serta kurang mampu bereaksi dengan cepat dan aman pada saat situasi genting terjadi, sehingga kelelahan dapat menyumbang lebih dari 25% kecelakaan (Komite Nasional Keselamatan Transportasi, 2010). Perasaan atau kondisi lelah merupakan kondisi yang sering dialami seseorang setelah melakukan aktivitasnya. Perasaan capek, ngantuk, bosan

4 dan haus biasanya muncul beriringan dengan adanya gejala kelelahan. Gejala kelelahan terdiri dari adanya pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan menunjukan kelelahan fisik. Pelemahan kegiatan ditandai dengan perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban di mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri. Pelemahan motivasi ditandai dengan merasa susah berfikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam perkerjaan. Sedangkan pelemahan fisik ditandai dengan sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan tertekan, haus, suara serak, terasa pening, merasa kurang sehat (Riyanti, 2011). Kelelahan akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, antara lain menurunnya perhatian, perlambatan dalam persepsi, lambat dan sulit dalam berpikir, menurunnya keinginan atau dorongan untuk melakukan pekerjaan dan berkurangnya efisiensi kegiatan fisik dan mental (Depnakertrans, 2004). Pekerja yang merasa lelah akan mengalami penurunan daya tahan tubuh, sulit berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan, menurunnya produktivitas kerja, bahkan biasa menyebabkan kecelakaan bagi pekerja. Workcover NSW (2008) juga mengatakan bahwa apabila seseorang mengalami kelelahan, maka pekerja tersebut beresiko mengidap penyakit diabetes, asma, tekanan darah tinggi, depresi, penyakit ginjal, penyakit jantung dan menderita anxiety.

5 Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Khakima, 2011) menunjukan bahwa ada perbedaan kelelahan tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas di Industri Pengecoran Logam Nedya Aluminium Klaten. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Maharja, 2015) menunjukan bahwa; ada perbedaan tingkat kelelahan kerja berdasarkan beban kerja fisik perawat di instalasi rawat inap RSU Haji Surabaya. Wilayah Jakarta Barat merupakan wilayah Jakarta bagian barat dengan kepadatan penduduk sekitar 2 juta jiwa dengan luas wilayah 127,11 km 2. Terdapat 8 kecamatan di Jakarta Barat yaitu kecamatan Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebun Jeruk, Kembangan, Palmerah, Taman Sari dan Tambora. DKI Jakarta yang mengalami kemacetan hampir setiap harinya termasuk di wilayah Jakarta Barat. Banyaknya penduduk DKI Jakarta dan pendatang dari wilayah Tangerang, Bekasi, Bogor dan Depok menjadikan kemacetan tidak terhindarkan. Khususnya di wilayah Jakarta Barat terdapat beberapa terminal dan pool bus (tempat berhentinya bus) yang melayani masyarakat setiap hari. Salah satu terminal yang ada di wilayah Jakarta Barat adalah terminal Grogol dan pool bus di wilayah Jakarta Barat adalah Perum DAMRI SBU (Strategic Business Unit) transjakarta busway koridor 1 dan 8. Di terminal Grogol terdapat berbagai macam angkutan umum masal seperti bus, angkutan umum WBK (Wahana Bina Karya), serta angkutan kota dengan berbagai trayek. Salah satu angkutan umum yang terdapat di terminal Grogol adalah bus. Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan tempat duduk untuk lebih dari delapan orang, tidak termasuk tempat

6 duduk untuk pengemudi, baik dilengkapi atau tidak dilengkapi bagasi. Bus yang terdapat di terminal Grogol adalah bus APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway) yang melayani wilayah perbatasan Jakarta (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Bus APTB di terminal Grogol memiliki jarak rute yang jauh dan keadaan lalu lintas yang dilalui bus APTB cenderung ramai bahkan mengalami kemacetan berjam-jam, hal tersebut menjadi salah satu alasan peneliti memilih tempat penelitian di terminal Grogol. Bus APTB yang terdapat di terminal Grogol adalah bus APTB trayek Bogor Grogol dengan jarak tempuh sekitar 62 km, yang beroperasi mulai pukul 05.00 sampai dengan pukul 22.00 (satu shift kerja) namun dengan satu pengemudi dan satu kondektur. Pengemudi dan kondektur memiliki dua hari kerja dan satu hari kerja dengan durasi waktu kerja 17 jam selama 2 hari. Rata-rata umur pengemudi bus APTB adalah 35 50 tahun, dimana rata-rata umur diatas mengalami kelelahan kerja. Sementara berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti melalui penyebaran kuesioner kepada 6 pengemudi bus APTB di terminal Grogol diduga mengalami kelelahan kerja. Hal tersebut berdasarkan hasil jawaban kuesioner dan wawancara 5 pengemudi dari 6 pengemudi yang memiliki keluhan terhadap kelelahan kerja baik sebelum maupun sesudah bekerja. Bus Transjakarta yang terdapat di Perum DAMRI SBU Transjakarta busway koridor 1 dan 8 melayani masyarakat Jakarta dengan rute koridor 1 adalah Terminal Blok M Halte Stasiun Kota dan koridor 8 adalah Terminal Lebak Bulus Harmoni Sentral. Bus Transjakarta memiliki 2 shift kerja yaitu shift 1 dari jam 05.00 13.00 dan shift 2 dari jam 14.00 22.00. Bus

7 Transjakarta koridor 8 memiliki jarak tempuh 26 km. Jarak tersebut lebih pendek dibanding dengan rute jarak bus APTB. Dan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti melalui penyebaran kuesioner kepada 9 pengemudi bus Transjakarta koridor 8 di Perum DAMRI Pesing diduga mengalami kelelahan kerja. Hal tersebut berdasarkan hasil jawaban kuesioner dan wawancara 7 pengemudi dari 9 pengemudi yang memiliki keluhan terhadap kelelahan kerja baik sebelum maupun sesudah bekerja. Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik melakukan penelitian tentang perbedaan rata-rata kelelahan kerja antara pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017. 1.2. Rumusan Masalah Jumlah angka kecelakaan lalu lintas pada angkutan umum yang terjadi di DKI Jakarta yang terus meningkat sudah menjadi perhatian dan masalah berbagai pihak termasuk para tenaga kesehatan khususnya kesehatan masyarakat. Banyak faktor yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas, salah satunya adalah faktor manusia. Kelelahan kerja merupakan salah satu faktor manusia yang dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan. Kelelahan kerja pada pengemudi bus dapat berakibat kurangnya konsentrasi, ngantuk, performa kerja menurun yang akan berakibat pada kecelakaan lalu lintas. Penyebab kelelahan kerja salah satunya adalah jarak tempuh. Hal-hal tersebut yang menjadi dorongan untuk peneliti melakukan penelitian tentang perbedaan rata-rata kelelahan kerja antara pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017.

8 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana perbedaan rata-rata kelelahan kerja antara pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017? 2. Bagaimana gambaran karakteristik (umur, jenis kelamin, masa kerja, status gizi) pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017? 3. Bagaimana gambaran rata-rata kelelahan kerja pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017? 4. Apakah terdapat perbedaan rata-rata kelelahan kerja antara pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan rata-rata skor kelelahan kerja antara pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran karakteristik (umur, jenis kelamin, masa kerja, status gizi) pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017. 2. Mengetahui gambaran rata-rata kelelahan kerja pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017. 3. Menganalisa perbedaan rata-rata kelelahan kerja antara pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017.

9 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah ilmu, informasi serta mendapatkan teori tentang perbedaan rata-rata kelelahan kerja antara pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017. 2. Bagi Pengemudi Bus APTB Diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 mengenai kelelahan kerja dan mengetahui cara pencegahan kelelahan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah dan melengkapi kepustakaan khususnya mengenai perbedaan rata-rata kelelahan kerja antara pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kelelahan kerja antara pengemudi bus APTB dan bus Transjakarta koridor 8 tahun 2017. Penelitian ini dilakukan di terminal Grogol dan di SBU (Strategic Business Unit) Transjakarta Busway di Pesing, Jakarta Barat selama 3 bulan pada bulan Maret Mei 2017. Penelitian ini dilakukan karena kelelahan kerja pada pengemudi dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang) melalui data primer dengan penyebaran kuesioner dan observasi.