BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Bangunan dan kawasan kota adalah artefak-artefak yang penting dalam sejarah perkembangan suatu kota. Mereka kadang-kadang dijaga dan dilestarikan dari penghancuran karena menyajikan suatu keberhasilan kawasan kota pada waktu tertentu (Heryanto, B, 2011). Begitu juga dengan kampung Soa Sio yang merupakan ibu kota kesultanan Ternate, yang secara fisik telah mengalami pergeseran dari nilainilai budaya asli dan perlahan mulai hilang. Dimana pembangunan semakin marak, bangunan baru bermunculan tanpa memperhatikan kondisi fisik kawasan sebagai kawasan pusaka. Sementara peraturan daerah yang ada belum menyebutkan secara spesifik tentang perlindungan fisik kawasan ibu kota kesultanan Ternate. Beberapa tahun terakhir ini banyak bangunan kuno/bersejarah yang dibongkar atau digusur dengan alasan lahannya diperlukan untuk pembangunan fasilitas baru. Padahal dengan hilangnya bangunan kuno/bersejarah tersebut, lenyap pulalah bagian dari sejarah suatu tempat yang sebenarnya telah menciptakan identitas tersendiri timbullah erosi identitas budaya, dengan lenyapnya bangunan kuno yang merupakan warisan berharga dari nenek moyang. 1
Bilamana pembongkaran bangunan kuno seperti yang di uraikan di atas tidak segera di hambat, dikhawatirkan pada suatu saat nanti generasi mendatang tidak akan dapat lagi melihat sejarah atau suatu daerah yang tercermin dalam lingkungan binaannya. Setiap kota dan daerah akan berwajah tunggal (monotone) tanpa memiliki identitas. (Sidharta. Budiharjo,E. 1989). 1.2 Lokasi Penelitian Kota Ternate merupakan salah satu kota yang terletak di Propinsi Maluku Utara. Di Propinsi Maluku utara terdapat 4 kesultanan, yaitu kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo dan kesultanan Bacan. Pada awal pembentukan Propinsi, Kota Ternate merupakan Ibu Kota Propinsi sementara, sebelum di Pindahkan ke Kota Sofifi. Secara astronomis, pulau Ternate terletak pada 127,17 Bujur Timur 127,23 Bujur Timur dan 0,44 Bujur Timur 0,51 Bujur Timur. Kota Ternate juga merupakan gerbang masuk ke Propinsi Maluku Utara, karena terdapat Bandar Udara yang menghubungkan antar Propinsi. Sebagai kota yang memiliki kesultanan, Ternate juga memiliki keraton/istana kesultanan, yang menjadi kediaman Sultan Ternate. Istana Kesultanan Ternate terletak di dataran Kampung Soa-Sio, Kelurahan Letter C, Kodya Ternate, Provinsi Maluku Utara. Letak Istana Kesultanan Ternate tidak jauh dari pusat kota 2
Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara sejak abad XIII hingga abad XVII. Di masa keemasannya, yakni pada abad XVI, kekuasaan kesultanan membentang mulai dari seluruh wilayah di Maluku, Sulawesi Utara, kepulauan-kepulauan di Filipina selatan, hingga kepulauan Marshall di pasifik. Pada tanggal 7 Desember 1976, Istana Kesultanan Ternate dimasukkan sebagai benda cagar budaya. Para ahli waris Kesultanan Ternate dipimpin oleh Sultan Muda Mudaffar Syah, menyerahkan istana kesultanan ini kepada Pemerintah Direktorat Jenderal Kebudayaan untuk dipugar, dipelihara dan dilestarikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Istana ini dipagari oleh dinding berketinggian lebih dari 3 meter, yang menyerupai benteng. Di lingkungan istana ini juga terdapat komplek pemukiman raja dan keluarganya, dan komplek makam para pendahulu kesultanan. Istana bergaya Eropa yang menghadap ke arah laut ini, berada dalam satu komplek dengan mesjid kesultanan yang didirikan oleh Sultan Hamzah, Sultan Ternate ke-9. 3
45 44 46 47 48 01 02 03 43 04 42 15 05 06 07 41 40 38 09 08 10 11 12 13 18 14 17 16 19 20 21 22 23 28 27 24 25 26 29 30 39 37 36 35 34 33 31 32 0 2000 4000 6000 8000 10000 Meter Gambar 1.1 : Peta Pulau Ternate dan Lokasi penelitian Sumber : Google earth 1.3 Rumusan Masalah Aspek Arsitektural merupakan salah satu bagian lingkungan binaan yang secara fisikal dapat menggambarkan ciri khas dan karakter kawasan. Namun dalam perkembangannya, pembangunan fisik di Kota Ternate khususnya di kawasan ibu kota kesultanan telah kesemrawutan pembangunan, sehingga penataan kota semakin tidak terarah dan mengurangi nilai visual kawasan. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membangun di tambah lagi belum ada kebijakan yang spesifik dari pemerintah Kota Ternate dalam penataan ruang kota yang dapat menjaga 4
kualitas visual kawasan semakin menambah kesemrawutan pembangunan fisik kawasan ini. 1.4 Pertanyaan Penelitian Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian yang muncul adalah sebagai berikut. 1. Seperti apa karakter visual yang ada pada koridor jalan sultan Khairun dan jalan sultan Baabullah kawasan ibu kota kesultanan Ternate? 2. Apa saja elemen yang membentuk karakter visual pada koridor jalan sultan Khairun dan jalan sultan Baabullah kawasan ibu kota kesultanan Ternate? 3. Bagaimana arahan penataan karakter visual pada koridor jalan sultan Khairun dan jalan sultan Baabullah kawasan ibu kota kesultanan Ternate sebagai kawasan pusaka? 1.5 Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan mengendalikan serta menekan perkembangan dengan mengidentifikasi, menganalisa dan mengarahkan karakter visual kawasan pusaka. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan dan arahan penataan terhadap kualitas visual kawasan soa-sio, khususnya pada koridor jalan sultan Khairun dan jalan sultan Baabullah. 5
1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, dapat di uraikan sebagai berikut. 1. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai bahan rujukan dalam menata dan mengembangkan koridor penelitian yang merupakan kawasan pusaka. 2. Manfaat bagi Pemerintah Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan dan keputusan saat melakukan perencanaan maupun pengembangan koridor penelitian. 3. Manfaat bagi masyarakat Sebagai bahan informasi tentang pentingnya penataan kawasan pusaka, sehingga memberikan kesadaran bagi masyarakat dalam membangun pada kawasan tersebut. 1.7 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 : Keaslian penelitian No Nama Judul Penelitian Lokasi Penelitian 1 Ririk Winandari S2 Ars UGM 2002 Identifikasi elemen arsitektur lokal yang sesuai untuk bangunan di jalan malioboro yogyakarta Jalan Malioboro Yogyakarta 6
2 Faizful Ramdan MDKB-UGM 2009 3 Istiana Adianti MDKB-UGM 2009 Arahan rancangan pengendalian karakter visual kawasan kota lama padang Acuan rancangan untuk memperkuat karakter koridor pariwisata melalui kualitas visual Jalan Batang Arau, Padang Jl. Parangtritis, Yogyakarta 4 Muhammad Fakhruzi MDKB-UGM 2013 5 Ishak MDKB-UGM 2015 Kajian karakter visual melalui pendekatan metode semantic differential Karakter visual kawasan ibu kota kesultanan Ternate Koridor Jalan Tanjungpura, Kota Pontianak, Kalimantan Barat koridor jalan sultan Khairun dan jalan sultan Baabullah 1. Ririk Winandari (2002) Identifikasi Elemen Arsitektur Lokal Yang Sesuai Untuk Bangunan dengan lokus penelitian Jalan Malioboro Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan langkah penelitian persepsi visual dalam aristektur yang pernah digunakan untuk penelitian lain. Salah satu kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak semua bangunan kuno dianggap sesuai untuk penampilan visual bangunan di jalan Malioboro. Bangunan tersebut di anggap sesuai bila terawatt dengan baik. 2. Faizful Ramdan (2009), penelitian tentang Arahan Rancangan Pengendalian Karakter Visual Kawasan dengan lokus Kota Lama Padang. Menggunakan metode rasionalistik kualitatif. Kesimpulan dari 7
penelitian ini, Faktor-faktor pembentuk karakter visual Jalan Batang Arau adalah deretan bangunan tua bergaya Indisch Architecture, Skala yang dibentuk oleh deretan bangunan, Setback, Sistem setting, aktivitas pedagang kaki lima, Keberadaan Promenade di sepanjang Batang Arau. 3. Istiana Adianti (2009), penelitian tentang Acuan rancangan untuk memperkuat karakter koridor pariwisata melalui kualitas visual dengan lokus jalan Parangtritis, Yogyakarta. Menggunakan metode deskriptif kualitatif. Salah satu kesimpulan dari penelitian ini, dominasi bangunan berdasarkan variabel adalah : deret bangunan menggunakan bentuk dasar sederhana, kesegarisan secara horisontal menjadi elemen garis yang dominan, texture bangunan terbentuk dari solid (dinding) dan void (bukaan) pada bangunan, warna cenderung bersih (pure). 4. Muhammad Fakhruzi (2013), penelitian tentang Kajian karakter visual melalui pendekatan metode semantic differential. Dengan lokus penelitian koridor jalan Tanjungpura, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. kesimpulan penelitian berdasarkan hasil quisioner menyatakan bahwa tema penataan dan elemen desain yang sesuai di sepanjang koridor Jl. Tanjungpura adalah bangunan yang berlanggam indische dengan elemen desain memiliki pola perulangan pada bentuk bangunan, pola jendela, pola kolom dan pola balok yang berirama. 8
5. Ishak (2015), penelitian tentang Karakter visual kawasan ibu kota kesultanan Ternate, dengan lokus penelitian koridor jalan sultan Khairun dan jalan sultan Baabullah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif 9