BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil belajar Siswa Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

H S A I S L I PE P N E E N L E I L T I I T A I N A DA D N A PE P M E B M A B H A A H S A A S N

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODEI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan siklus 1 dan 2, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian SD N Ngrandah 1 yang terletak di desa Ngrandah, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Tenaga pengajar yang ada di SD Negeri Ngrandah 1 terdiri dari 1 kepala sekolah sebagai penanggungjawab dibantu oleh tenaga pengajar yang terdiri dari 6 guru kelas, 1 guru agama islam, 1 guru olahraga, dan 1 penjaga sekolah. Sedangkan jumlah seluruh siswa SD Negeri Ngrandah 1 dari kelas I sampai kelas VI adalah 207 siswa yang terdiri dari 38 siswa kelas I, 40 siswa kelas II, 42 siswa kelas III, 32 siswa kelas IV, 24 siswa kelas V, dan 31 siswa kelas VI. Bangunan di SD N Ngrandah 1 terdiri dari 5 ruang kelas dimana siswa kelas I dan II bergantian dengan jadwal masuk pagi untuk kelas I dan jadwal masuk siang untuk kelas II, 1 ruang kantor guru, 1 kamar mandi guru, 1 perpustakaan, 3 kamar mandi siswa, 1 ruang UKS. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD N Ngrandah 1 semester II Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan dengan jumlah 32 siswa terdiri dari 11 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki dan dilaksanakan pada mata pelajaran IPA materi Energi. 4.2 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di SD N Ngrandah 1 Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan yang terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2x35 menit dan dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah yang terdiri dari perencanaan, implementasi dan observasi, dan refleksi. 4.2.1 Kondisi Sebelum Tindakan Kondisi sebelum tindakan merupakan kondisi awal siswa dimana penelitian tindakan kelas belum dilaksanakan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas IV SD N Ngrandah 1 Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah sebanyak 32 siswa pada pembelajaran 38

39 IPA, terlihat bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada data yang diperoleh dari hasil ulangan harian IPA kelas IV menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70. Berikut ini adalah data hasil pembelajaran siswa sebelum tindakan penelitian pada pembelajaran IPA yang disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II SD N Ngrandah 1 Kabupaten Grobogan Sebelum Tindakan No. Nilai Ketuntasan Frekuensi Persentase (KKM=70) 1. 70 Tuntas 12 37,50 % 2. < 70 Belum Tuntas 20 62,50 % Jumlah 32 100 % Rata rata 61,40 Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat perbandingan siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (KKM = 70) hanya 12 siswa (37,50%) sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 20 siswa (62,50%). Dengan skor atau nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah 40.

40 Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.1 dapat dibuat diagram seperti pada gambar 4.1 Gambar 4.1 Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II SD N Ngrandah 1 Sebelum Tidakan Setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata siswa yang belum tuntas tersebut memiliki kekurangan dalam menangkap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dimana penyampaian materi hanya dengan metode ceramah serta tidak menggunakan alat peraga yang dapat menunjang pembelajaran. Penggunaan metode ceramah dan kurangnya guru menggunakan alat peraga mengakibatkan siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru, siswa hanya diam dan pasif sehingga mengakibatkan siswa mengantuk, tidak antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru, cenderung banyak siswa yang berbicara dengan teman yang lain dan hal tersebut berbeda dengan 12 siswa yang dapat menangkap materi pembelajaran dengan metode ceramah. Berdasarkan data hasil belajar yang masih rendah dari siswa kelas IV SD N Ngrandah 1 Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2015/2016, maka penulis melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan

41 menggunakan model cooperative learning tipe Make a match dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV SD N Ngrandah 1, yang dilakukan dalam 2 siklus. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make a match dalam setiap pembelajarannya. 4.2.2 Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan siklus I dilaksanakan dengan subjek penelitian siswa kelas IV SD N Ngrandah 1 Kabupaten Grobogan. siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan, setiap pertemuan memiliki alokasi waktu 2x35 menit. Pelaksanaan siklus I dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan observasi, dan tahap refleksi. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat 1 April 2016 pada jam pelajaran ke- 1 dan 2, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 2 April 2016 pada jam pelajaran ke- 4 dan 5. Materi pembelajaran pada siklus I adalah materi IPA yaitu Energi panas. 4.2.2.1 Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan pada siklus I ini terdiri dari 2 perencanaan pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I hal yang paling mendasar Perencanaan tindakan pada siklus I ini terdiri dari 2 perencanaan pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I hal yang paling mendasar dilakukan yaitu menanyakan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam penelitian bersama guru kelas IV. Standar kompetensi yang diberikan yaitu 8.1 mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. Selanjutnya menyusun indikator dan evaluasi. Setelah itu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat dua kali pertemuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make a match sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Kemudian RPP tersebut didiskusikan bersama dengan guru kelas IV, selanjutnya menyiapkan alat peraga yang digunakan pada saat penelitian yaitu berupa kartukartu yang berisikan soal dan jawaban sebagai ciri klas pembelajaran kooperatif

42 tipe Make a match. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Make a match sebagai berikut : 1. Guru menyampaikan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu, siswa maju satu persatu untuk mengambil kartu soal atau jawaban. 3. Siswa memikirkan soal atau jawaban dari kartu yang dipegangnya. 4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. 5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7. Demikian seterusnya 8. Kesimpulan dan penutup. 4.2.2.2 Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Pada tahap pelaksanaan dan observasi yang dilakukan pada siklus I ini terdiri dari dua pertemuan yaitu pertemuan I dan pertemuan II berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran). a. Pertemuan I Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap observasi yang sudah dilakukan di SD N Ngrandah 1 Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan peneliti bekerjasama dengan guru kelas IV dengan melakukan diskusi mengenai materi pembelajaran yang disajikan serta model cooperative learning tipe make a match pada kegiatan pembelajaran IPA khususnya pada kelas IV semester II sebelum melakukan kegiatan mengajar pada pertemuan I, maka guru menyiapkan sesuatu yang dapat menunjang proses pembelajaran siswa. 1. Kegiatan Awal Sebelum proses pembelajaran dimulai, peneliti bersama guru merancang Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pokok bahasan energi, Lembar kerja

43 Siswa (LKS), materi pembelajaran, gambar mengenai perambatan panas seperti radiasi, konveksi dan konduksi. Pelaksanaan pada pertemuan I guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, perkenalan, berdoa, mengabsensi siswa, memeriksa kesiapan siswa sebelum menerima pelajaran. Selanjutnya guru memberikan apersepsi dengan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai materi sebelum masuk ke dalam materi. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan. 2. Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe make a match dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu, siswa maju satu persatu untuk mengambil kartu soal atau jawaban 3. Siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya 4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) 5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7. Demikian seterusnya. 8. Kesimpulan atau penutup. 3. Kegiatan Penutup Guru bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman pembelajaran. Melakukan penelitian terhadap hasil pengamatan yang sudah dilaksanakan. Memberikan umpan balik terhadap proses hasil pembelajaran.

44 b. Pertemuan 2 1. Kegiatan Awal Sebelum proses pembelajaran dimulai, peneliti bersama guru merancang Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pokok bahasan energi, Lembar kerja Siswa (LKS), materi pembelajaran, guru mempersiapkan gambar benda yang dapat menghantarkan panas dan benda yang tidak dapat menghantarkan panas. Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, perkenalan, berdoa, mengabsensi siswa, memeriksa kesiapan siswa sebelum menerima pelajaran. Selanjutnya guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah diajarkan pada pertemuan I. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan. 2. Kegiatan Inti Mengulang kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuan I dengan melakukan tanya jawab. Selanjutnya guru melaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe make a match dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut : 1. Guru menyampaikan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu, siswa maju satu persatu untuk mengambil kartu soal atau jawaban 3. Siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya 4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) 5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya.

45 7. Demikian seterusnya. 8. Kesimpulan atau penutup. 3. Kegiatan Penutup Guru bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman pembelajaran. Melakukan penelitian terhadap hasil pengamatan yang sudah dilaksanakan. Memberikan umpan balik terhadap proses hasil pembelajaran (mengerjakan soal tes siklus I). Penanaman pesan moral. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis pada pertemuan pertama dapat diketahui bahwa siswa masih belum maksimal dalam melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Banyak siswa yang kurang bisa mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan soal yang diberikan guru, kurang bisa bekerjasama atau membantu anggota kelompok yang kurang bisa memahami jawaban dalam berdiskusi dengan pasangannya. Namun dalam pertemuanpertemuan selanjutnya siswa sudah mulai ada perkembangan, mengembangkan kemampuan berpikirnya, serta membantu anggota kelompok yang kurang bisa memahami jawaban. Hasil observasi kegiatan guru dan siswa pada siklus I digunakan penulis untuk dasar perbaikan pada siklus II. Melalui hasil observasi pada siklus I, dapat diketahui kekurangan dalam proses pembelajaran dan untuk lebih baik dalam merancang pembelajaran agar siswa lebih terlibat secara aktif dalam pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. 4.2.2.3 Refleksi Tahap refleksi pada proses perbaikan hasil belajar pada siklus I ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Siswa belum dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam memecahkan masalah. 2. Siswa kurang aktif dalam bertanya pada guru tentang materi yang belum dimengerti. 3. Siswa belum dapat bekerjasama dengan baik bersama anggota kelompok, terlihat dari adanya beberapa siswa yang kurang memahami

46 jawaban dari pasangan diskusinya karena tidak ada yang membantunya dalam memahami jawaban. 4. Siswa kurang bisa menyampaikan ide tau gagasan tentang jawaban yang diperolehnya. Beberapa permasalahan di atas dapat dilihat bahwa siswa kelas IV SD Negeri Ngrandah 1 pada siklus I masih memiliki kemampuan dan pemahaman yang rendah dalam proses pembelajaran. Hal tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa pada siklus I yang masih rendah. Terbukti dengan hasil belajar siswa pada siklus I beberapa siswa yang masih di bawah KKM 70. Berdasarkan hasil rekapitulasi evaluasi hasil belajar siswa diketahui sebanyak 11 siswa dari 32 siswa memperoleh nilai di bawah KKM 70 dan dinyatakan tidak tuntas. Sedangkan 21 siswa sudah mencapai KKM 70 dan dinyatakan tuntas. Berdasarkan tahap refleksi ini, dapat digunakan dasar perbaikan dalam pelaksanaan siklus selanjutnya yaitu siklus II sehingga hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngrandah 1 menjadi lebih baik lagi. 4.2.2.4 Hasil Belajar Siswa Hasil belajar peserta didik diperoleh dari hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngrandah 1 pada siklus I setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Melalui data dari hasil belajar siklus I ini, dapat diketahui tingkat pemahaman dan seberapa besar keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I ini adalah materi tentang sumber energi panas berdasarkan KKM 70 sesuai dengan KKM di SD Negeri Ngrandah 1. Hasil belajar yang telah dianalisa oleh penulis menunjukan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV masih kurang memuaskan karena masih terdapat beberapa siswa yang nilainya di bawah KKM 70.

47 Berikut hasil belajar IPA siswa kelas IV yang disajikan dalam tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Distributif Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II SD N Ngrandah 1 Kabupaten Grobogan Siklus I No. Nilai Ketuntasan Frekuensi Persentase (KKM=70) 1. 70 Tuntas 21 65,63% 2. < 70 Belum Tuntas 11 34,37% Jumlah 32 100 % Rata rata 73,75 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat dengan jelas bahwa hasil belajar siklus I dari subyek penelitian sebanyak 32 siswa, terdapat 65,63% atau 21 siswa yang sudah dinyatakan tuntas dan 34,37% atau 11 siswa belum tuntas. Siswa yang belum tuntas tersebut memperoleh hasil evaluasi < 70 yang artinya bahwa siswa tersebut memperoleh hasil yang masih dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 70 dan siswa yang dinyatakan tuntas memperoleh hasil evaluasi 70 yang artinya bahwa siswa tersebut memperoleh hasil diatas KKM 70 yang telah ditentukan. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 95 dan nilai terendah yaitu 45.

48 Perolehan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Ngrandah 1 semester II tahun pelajaran 2015/2016 dapat dilihat dengan menggunakan diagram lingkaran di bawah ini : Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II SD N Ngrandah 1 Siklus I Hasil belajar siswa kelas IV Mata Pelajaran IPA SD Negeri Ngrandah 1 Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan materi pembelajaran sumber energi panas jika dibandingkan dengan hasil belajar IPA siswa kelas IV pada kondisi awal mengalami peningkatan hasil belajar. Terbukti dengan hasil belajar siswa pada kondisi awal yang di bawah KKM 70 ada 20 siswa, sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I sudah berkurang dan hanya ada 11 siswa. Pada siklus I ini, siswa yang sudah melampui KKM sebanyak 21 orang dengan presentase 65,63%, sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 11 siswa dengan presentase 34,37%. Hasil belajar IPA pada siklus I sudah signifikan namun masih perlu adanya peningkatan untuk mencapai indikator keberhasilan 80%. Maka dari

49 itu penulis melaksanakan siklus II untuk lebih meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngrandah 1 Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2015/2016. 4.2.3 Pelaksanaan Siklus II Penerapan siklus II yang dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Ngrandah 1 menggunakan beberapa tahap sama seperti tahap pada siklus I yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan observasi, serta tahap refleksi. Penerapan siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 April 2016 pada jam pelajaran ke-1 dan 2, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 9 April 2016 pada jam pelajaran ke-4 dan 5. Materi pada siklus II ini adalah materi yang terdapat dalam satu Kompetensi Dasar (KD) dengan materi siklus I. Materi pada siklus II adalah materi tentang sumber energi bunyi. Berikut ini merupakan penerapan siklus II yang dilaksanakan dalam beberapa tahap. 4.2.3.1 Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil siklus I adanya kekurangan dan keberhasilan dalam siklus I, Perencanaan pembelajaran pada siklus II ini dilakukan sebagai penyempurnaan dan tindak lanjut dari kekurangan yang terjadi pada siklus I. Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, kegiatan pembelajaran pada siklus II ini masih sama dengan siklus I tapi yang membedakan adalah kegiatan pembelajaran pada siklus II dan materi pembelajaran yang berbeda. Untuk siklus II Standar kompetensi yang diberikan yaitu 8.1 mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. Selanjutnya menyusun indikator dan juga evaluasi. Setelah itu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat dua kali pertemuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make a match sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Kemudian RPP tersebut didiskusikan bersama dengan guru kelas IV, selanjutnya menyiapkan alat peraga yang digunakan pada saat penelitian yaitu berupa kartukartu yang berisikan soal dan jawaban sebagai ciri klas pembelajaran kooperatif tipe Make a match.

50 Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Make a match sebagai berikut : 1. Guru menyampaikan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu, siswa maju satu persatu untuk mengambil kartu soal atau jawaban. 3. Siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya. 4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. 5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7. Demikian seterusnya. 8. Kesimpulan atau penutup. 4.2.3.2 Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Pada tahap pelaksanaan dan observasi yang dilakukan pada siklus II ini terdiri dari dua pertemuan yaitu pertemuan I dan pertemuan II berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran). a. Pertemuan I 1. Kegiatan Awal Sebelum proses pembelajaran dimulai, peneliti membantu guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa, materi pembelajaran,dan alat peraga yang akan digunakan dalam siklus II pada pertemuan I. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan I guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa, memeriksa kesiapan siswa sebelum menerima pelajaran. Selanjutnya guru memberikan apersepsi dengan menanyakan tentang bergetarnya leher saat berbicara sambil menggali pengetahuan siswa mengenai materi yang akan dipelajari Kemudian guru

51 menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan. 1. Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut : 1. Guru menyampaikan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu, siswa maju satu persatu untuk mengambil kartu soal atau jawaban. 3. Siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya. 4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. 5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7. Demikian seterusnya. 8. Kesimpulan atau penutup. 2. Kegiatan Penutup Guru bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman pembelajaran. Melakukan penelitian terhadap hasil pengamatan yang telah dilaksanakan. Memberi umpan balik terhadap proses hasil pembelajaran. a. Pertemuan II 1. Kegiatan Awal Sebelum proses pembelajaran dimulai peneliti membantu guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa, Materi Pembelajaran, lembar observasi, dan alat peraga untuk melaksanakan pembelajaran siklus II pada pertemuan II.

52 Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa, memeriksa kesiapan siswa sebelum menerima pelajaran. Selanjutnya guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah diajarkan pada pertemuan I dan menanyakan tentang suara bel yang ada disekolah. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan. 2. Kegiatan Inti Mengulang kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuan 1 dengan melakukan tanya jawab. Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match dengan langkah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu, siswa maju satu persatu untuk mengambil kartu soal atau jawaban. 3. Siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya. 4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. 5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7. Demikian seterusnya. 8. Kesimpulan atau penutup. 3. Kegiatan Penutup Guru bersama siswa membuat rangkuman pembelajaran. Melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Memberikan umpan balik terhadap proses hasil pembelajaran (mengerjakan soal tes formatif siklus II). Penanaman pesan moral. Observasi pada siswa sudah mengalami perubahan yang lebih baik dari siklus I, terlihat dari siswa yang dulunya belum bisa mengembangkan kemampuan

53 berpikir memecahkan masalah sekarang sudah dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, kemudian siswa yang dulunya kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran sudah menjadi aktif bertanya, siswa yang suka berbicara dengan teman lainnya sudah mulai dapat berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, siswa dalam kelompok juga sudah bisa saling bekerjasama membantu anggota kelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami jawaban dalam kerja kelompok. Melalui oebservasi pada guru dan siswa yang dilakukan pada siklus II, dapat dikatakan bahwa hasil belajar pada siklus II ini akan lebih baik dibandingkan hasil belajar pada siklus I dan pada saat kondisi awal. Tahap refleksi dapat digunakan oleh guru dan penulis agar dapat mengetahui dan menerapkan poin-poin penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Ngrandah 1 Kabupaten Grobogan dapat mengalami peningkatan. 4.2.3.3 Refleksi Pembelajaran pada siklus II sudah selesai dilaksanakan, selanjutnya diadakan refleksi atas rangkaian kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan pengamatan atau temuan dari observer pada siklus II ini. Tahap refleksi ini dilaksanakan oleh pihak penulis dan guru agar dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran selanjutnya. Keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa tidak hanya didukung dengan adanya sebuah pendekatan atau model pembelajaran, alat peraga dan media pembelajaran, serta sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Namun juga bergantung pada faktor yang ada dalam diri siswa serta kondisi lingkungan sekolah. Siswa yang malas dalam mengikuti pembelajaran harus didorong agar mau ikut terlibat dalam pembelajaran, juga faktor perhatian dari guru dan orang tua yang amat penting dalam tercapainya hasil belajar siswa yang baik. Lingkungan sekolah utamanya lingkungan belajar siswa seperti suasana dan kondisi kelas, hubungan siswa satu dengan yang lain dapat mendukung tercapainya hasil belajar yang baik. Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngrandah 1 tahun ajaran 2015/2016 pada siklus II dikatakan berhasil apabila

54 siswa memperoleh nilai evaluasi di atas KKM 70 yang sudah ditetapkan oleh sekolah. 4.2.3.4 Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil evaluasi yang sudah dikerjakan oleh siswa saat penerapan siklus II dilaksanakan. Hasil evaluasi tersebut merupakan ukuran keberhasilan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri Ngrandah 1 dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV tahun ajaran 2015/2016. Hasil evaluasi yang diperoleh kemudian dianalisa untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman dan keberhasilan dari pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II dengan materi sumber energi bunyi. Hasil analisa dari evaluasi yang dikerjakan siswa menunjukkan hasil yang memuaskan, dari jumlah siswa 32 siswa hanya ada 4 siswa yang belum mencapai KKM. Nilai rata-rata kelaspun berada di atas KKM. Hasil belajar siswa siklus II dapat dilihat dalam tabel 4.3 sebagai berikut ini: Tabel 4.3 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa kelas IV Semester II SDN Salatiga 12 Siklus II No. Nilai (KKM=70) Ketuntasan Jumlah siswa Persentase (%) 1. 70 Tuntas 28 87,50% 2. < 70 Belum Tuntas 4 12,50% Jumlah 32 100 % Rata rata 79,62 Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Dari sini dapat disimpulkan ada peningkatan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I kegiatan pembelajaran kooperatif tipe make a match sudah diterapkan minimal dengan kategori cukup dari keseluruhan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe make a

55 match dan pada siklus II kegiatan pembelajaran kooperatif tipe make a match sudah diterapkan dengan sangat baik. Karena hanya ada 4 siswa yang belum tuntas dalam mengerjakan tes formatif dalam siklus II. Berarti indikator kinerja penerapan model cooperative learning tipe make a match siklus I dan siklus II sudah tercapai dan mengalami peningkatan sesuai tujuan yang direncanakan. Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan hasil belajar siswa meningkat, terbukti dari perolehan nilai siswa setelah penggunaan model cooperative learning tipe make a match yang mencapai ketuntasan belajar (KKM = 70) sebanyak 28 siswa atau 87,50 %, yang belum mencapai kriteria ketuntasan sebanyak 4 siswa atau 12,50 %, dengan nilai rata-rata 79,62 dan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai terendah adalah 52. Melalui hasil pengamatan ternyata 4 siswa yang belum tuntas tersebut 1 siswa merupakan siswa berkebutuhan khusus, sedangkan 3 siswa lainnya ketika proses pembelajaran berlangsung siswa tersebut kurang bersemangat dan tidak fokus ketika mengikuti pembelajaran. Ketika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak menjawab/hanya menjawab secara asal. Dari keterangan guru salah satu siswa tersebut hanya tinggal dengan neneknya karena kedua orang tuanya bekerja diluar kota. Sedangkan 2 siswa yang lain tidak mendapat perhatian dari orang tua karena sibuk bekerja sebagai buruh tani sehingga tidak ada yang memantau apakah proses pembelajaran yang didapatkan siswa di sekolah dapat di kembangkan oleh siswa sendiri ketika di rumah. Maka dari itu untuk mengatasi hal tersebut guru akan memberikan pendekatan khusus untuk siswa yang berkebutuhan khusus, memberi pelajaran tambahan pada 3 siswa setelah pulang sekolah, memberi himbauan kepada orang tua siswa agar lebih memperhatikan proses belajar ketika di rumah,serta memberikan pembelajaran dengan pendekatan secara perlahan agar siswa mampu menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru.

56 Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngrandah 1 dapat dilihat dengan mengunakan diagram lingkaran seperti di bawah ini: Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II SD N Ngrandah 1 Siklus II 4.2.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Ngrandah 1 Kabupaten Grobogan tahun ajaran 2015/2016 melalui model cooperative learning tipe make a match apabila dilihat dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dikatakan mengalami perubahan yang signifikan. Hasil belajar siswa pada kondisi awal menunjukkan bahwa masih banyak nilai siswa di bawah KKM 70, yaitu dari 32 siswa 20 diantaranya tidak tuntas KKM < 70. Hasil belajar IPA siswa pada siklus I mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebanyak 11 siswa yang masih mendapat nilai di bawah KKM. Hasil belajar IPA pada siklus II menunjukkan peningkatan kembali yaitu hanya terdapat 4 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM dan 28 siswa sudah mendapat nilai di atas KKM.

57 Hasil belajar yang diperoleh siswa pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II siswa yang sudah mencapai KKM meningkat yang semula 12 siswa menjadi 28 siswa hal tersebut menunjukkan hasil belajar sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80%. Berikut ini merupakan hasil belajar IPA siswa pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Tabel 4.4 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II SD N Ngrandah 1 Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II No. Nilai (KKM= 70) 1. Belum Tuntas <70 2. Tuntas 70 Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen siswa (%) siswa (%) siswa (%) 20 62,50 11 34,37 4 12,50 12 37,50 21 65,63 28 87,50 Jumlah 32 100 32 100 32 100 Tabel distribusi ketuntasan di atas menunjukan hasil belajar IPA siswa dari kondisi sebelum dilakukan tindakan, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Pembelajaran pada siklus I dan II dilaksanakan menggunakan model cooperative learning tipe make a match dapat dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Ngrandah 1 Kabupaten Grobogan. Hasil belajar IPA pada kondisi awal atau pada saat sebelum tindakan sangat memprihatinkan karena masih banyak siswa yang nilainya di bawah KKM 70, yaitu dari 32 siswa jumlah siswa kelas IV hanya ada 12 siswa yang mencapai nilai KKM 70 dan 20 siswa belum mencapai nilai KKM 70. Berdasarkan nilai yang diperoleh, nilai rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan adalah 61,40. Setelah

58 ditelusuri lebih lanjut ternyata 20 siswa yang belum tuntas itu memiliki kekurangan tidak bisa menangkap meteri pembelajaran yang disampaikan oleh guru dengan metode ceramah dan kurangnya guru menggunakan alat peraga mengakibatkan siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru, siswa hanya diam dan pasif sehingga mengakibatkan siswa mengantuk, tidak antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru, cenderung banyak siswa yang berbicara dengan teman yang lain dan hal tersebut berbeda dengan 12 siswa yang dapat menangkap materi pembelajaran dengan metode ceramah. Pada siklus I yang dilaksanakan menggunakan model cooperative learning tipe make a match mengalami sedikit perubahan pada nilai siswa yaitu dari 32 siswa kelas IV, sebanyak 21 siswa sudah mencapai nilai KKM, sisanya yaitu 11 siswa yang belum mencapai KKM. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan yaitu 61,40 sebelum dilakukan tidakan, setelah dilakukan siklus I meningkat menjadi 73,75. Pada siklus II atau siklus terakhir yang juga dilaksanakan melalui model cooperative learning tipe make a match mengalami perbaikan nilai pada siswa kelas IV yang sangat signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar IPA siswa yaitu 28 siswa atau 87,50% dari jumlah siswa sudah berhasil mencapai KKM 70 dan sisanya 4 siswa yang belum dapat mencapai KKM. Setelah dilakukan pengamatan terhadap 4 siswa yang belum tuntas tersebut 1 siswa merupakan siswa berkebutuhan khusus, sedangkan 3 siswa lainnya ketika proses pembelajaran berlangsung siswa tersebut kurang bersemangat dan tidak fokus ketika mengikuti pembelajaran. Ketika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak menjawab/hanya menjawab secara asal. Dari keterangan guru salah satu siswa tersebut hanya tinggal dengan neneknya karena kedua orang tuanya bekerja diluar kota. Sedangkan 2 siswa yang lain tidak mendapat perhatian dari orang tua karena sibuk bekerja sebagai buruh tani sehingga tidak ada yang memantau apakah proses pembelajaran yang didapatkan siswa di sekolah dapat di kembangkan oleh siswa sendiri ketika di rumah. Tetapi hal tersebut sudah dapat dikatakan berhasil sebab indikator kinerja dari penelitian

59 ini adalah sebesar 80% dari jumlah siswa diharapkan dapat mencapai nilai KKM 70 dalam pelajaran IPA. Untuk memperbaiki hasil belajar 4 siswa yang belum tuntas tadi maka peneliti dan guru berencana memberikan jam tambahan pelajaran melalui pendekatan secara pelan-pelan untuk memperbaiki hasil belajar 4 siswa yang belum tuntas. Perbedaan hasil belajar yang signifikan dapat dilihat dari diagram lingkaran di bawah ini : Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II SD N Ngrandah 1 Sebelum tindakan, Siklus I, dan Siklus II Dari diagram di atas menunjukan bahwa hasil belajar IPA siswa pada kondisi awal sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II mengalami perbaikan nilai. Terutama pada Siklus II yang mengalami perubahan yang signifikan jika dibanding dengan hasil belajar IPA pada kondisi awal dan siklus I yaitu sebelum tindakan hanya ada 12 siswa yang mencapai KKM 70, setelah siklus I meningkat menjadi 21 anak yang sudah mencapai KKM dan yang terakhir pada siklus II yaitu 28 anak yang sudah mencapai KKM 70. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

60 pembelajaran IPA menggunakan model cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngrandah 1 Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2015/2016. 4.3 Pembahasan Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Ngrandah 1 Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran 2015/2016 pada kondisi awal sangatlah rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang nilainya belum mencapai KKM 70. Hasil kondisi awal sebelum dilakukan tindakan yaitu dari 32 siswa hanya 12 siswa yang nilainya sudah mencapai KKM dan 20 siswa lainnya belum mencapai KKM. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 61,40 dengan skor minimal kelas 40 dan nilai maksimal kelas 85. Setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata 20 siswa yang belum tuntas itu memiliki kekurangan tidak bisa menangkap meteri pembelajaran yang disampaikan oleh guru dengan metode ceramah dan kurangnya guru menggunakan alat peraga mengakibatkan siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru, siswa hanya diam dan pasif sehingga mengakibatkan siswa mengantuk, tidak antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru, cenderung banyak siswa yang berbicara dengan teman yang lain dan hal tersebut berbeda dengan 12 siswa yang dapat menangkap materi pembelajaran dengan metode ceramah. Sebaiknya pembelajaran dibuat agar siswa menjadi aktif dalam pembelajaran dan pembelajaran harus dibuat semenarik mungkin. Namun hal tersebut kadang menjadi kendala bagi tercapainya hasil belajar IPA yang baik. Hal tersebut dikarenakan kemampuan guru dalam penyampaian materi pembelajaran kurang inovatif, kurang menguasi materi yang disampaikan, kurangnya alat peraga yang digunakan dan monotonnya pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Melalui pemilihan beberapa pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan sarana prasarana tentu dapat membuat pembelajaran lebih berkesan dan menarik bagi siswa. Salah satu contoh adalah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match. Melalui model ini, siswa diajak untuk menemukan sendiri jawaban dari soal yang dipegangnya melalui diskusi dengan pasangan sebangkunya, dengan begitu siswa akan lebih

61 memahami pembelajaran karena siswa sudah mengalami atau mendapatkan pengetahuannya secara langsung. Pada siklus I yang dilaksanakan menggunakan model cooperative learning tipe make a match mengalami sedikit perubahan pada nilai siswa yaitu dari 32 siswa kelas IV, sebanyak 21 siswa sudah mencapai nilai KKM, sisanya yaitu 11 siswa yang belum mencapai KKM. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan yaitu 61,40 sebelum dilakukan tindakan, setelah dilakukan siklus I meningkat menjadi 73,75 dengan skor minimal kelas 45 dan skor maksimal 95. Pada siklus II atau siklus terakhir yang juga dilaksanakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match mengalami perbaikan nilai pada siswa kelas IV yang sangat signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar IPA siswa yaitu 28 siswa atau 87,50% dari jumlah siswa sudah berhasil mencapai KKM 70 dan sisanya 4 siswa yang belum dapat mencapai KKM. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 79,62 dengan skor minimal kelas 52 dan skor maksimal 100. Hal tersebut sudah dapat dikatakan berhasil sebab indikator kinerja dari penelitian ini adalah sebesar 80% dari jumlah siswa diharapkan dapat mencapai nilai KKM 70 dalam pelajaran IPA. Setelah dilakukan pengamatan terhadap 4 siswa yang belum berhasil mencapai KKM tadi, ternyata 1 siswa merupakan siswa yang berkebutuhan khusus (ABK) sedangkan 3 siswa lainnya ketika proses pembelajaran berlangsung siswa tersebut kurang bersemangat dan tidak fokus ketika mengikuti pembelajaran. Ketika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak menjawab/hanya menjawab secara asal. Dari keterangan guru salah satu siswa tersebut hanya tinggal dengan neneknya karena kedua orang tuanya bekerja diluar kota. Sedangkan 2 siswa yang lain tidak mendapat perhatian dari orang tua karena sibuk bekerja sebagai buruh tani sehingga tidak ada yang memantau apakah proses pembelajaran yang didapatkan siswa di sekolah dapat di kembangkan oleh siswa sendiri ketika di rumah. Maka dari itu untuk mengatasi hal tersebut guru akan memberikan pendekatan khusus untuk siswa yang berkebutuhan khusus, memberi pelajaran tambahan pada 3 siswa setelah pulang sekolah, memberi himbauan

62 kepada orang tua siswa agar lebih memperhatikan proses belajar ketika di rumah,serta memberikan pembelajaran dengan pendekatan secara perlahan agar siswa mampu menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru. Peningkatan ketuntasan tersebut terjadi karena dalam pembelajaran siswa merasa senang dan dapat melakukan sendiri apa yang akan mereka pelajari dan guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Sesuai dengan tujuan dari penerapan model cooperative learning tipe make a match yaitu siswa dapat bekerja sama dengan temannya, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Peneliti menggunakan model cooperative learning tipe make a match dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan perolehan hasil nilai yang didapat pada siklus I dan siklus II didapatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match pada pokok bahasan energi kelas IV semester II SD N Ngrandah 1 Kabupaten Grobogan yang akhirnya bermuara pada hasil belajar yang mengalami peningkatan.