PENGARUH INFESTASI PARASIT DARAH (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) PADA NILAI LEUKOSIT KUDA (Equus caballus) ERLY RIZKA ADISTYA

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran. Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air. Ditiriskan menggunakan jaring

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap.

MATERI DAN METODE. Materi

1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). 2. Ammonia Holding Capacity (AHC) (Modifikasi Nurcahyani 2010).

BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR

BAB 8. APLIKASI RANCANGAN PETAK PETAK TERPISAH

BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR

Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat. lxiv

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

BAB 2. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP 1 FAKTOR

BAB 7 APLIKASI RANCANGAN PETAK TERPISAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5. APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK DUA FAKTOR

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA

BAB 6 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIGA FAKTOR

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

Ditimbang EMB 3,6 gr. Ditambahkan Aquades 100 ml. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Disiapkan NaCl fisiologis 0,9 % sebanyak 10 ml

PENGARUH EKSTRAK DAUN MINDI (Melia azedarach) DENGAN PELARUT AIR TERHADAP MORTALITAS LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus sanguineus)

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH PADA KELINCI YANG DIVAKSIN DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SITI RUKAYAH

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

DENY HERMAWAN. SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

Lampiran 1. Road-map Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Hasil Translasi sequens dengan ExPASy Translate Tool

SATUAN ACARA PERKULIHAN (SAP)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

MATERI DAN METODE. Materi

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Program Studi Kedokteran Hewan

BAB III MATERI METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

THEII..ERIOSIS PADA SAPI AKIBAT INFEKSI THEILERIA MUTANS

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

PENGARUH DEHIDRASI DENGAN PEMBERIAN BISACODYL TERHADAP GAMBARAN HEMATOKRIT TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret PROFIL DARAH KAMBING JAWARANDU PENGARUH SUBTITUSI ARAS DAUN PEPAYA (Carica Papaya Leaf)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2016 Januari Lokasi

3. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian

RANCANGAN PERCOBAAN DENGAN SAS. Oleh Kismiantini, M.Si.

SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ME Yusnandar * PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

Bila Darah Disentifus

GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pengujian Proses Demulsifikasi

SCREENING IBR DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT UNTUK PENGENDALIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PO DI DAERAH INTEGRASI JAGUNG-SAPI. Bogor, 8-9 Agustus 2017

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2016,

Lampiran 1 Good Manufacturing Practice penanganan bahan baku PT Z

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

Jurnal Kajian Veteriner Volume 3 Nomor 1 : ISSN: Gambaran Hematologi pada Rusa Timor (Cervus timorensis)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Prosedur Analisis Proksimat (Takeuchi, 1988) 1.1 Prosedur analisis kadar air (X 1 + A) A

GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA

Cara Perhitungan : % N = Abs Blangko X 14 X N. HCl X 100% Berat Sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tabel 3 Jadwal penelitian Kegiatan

STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

5 KINERJA REPRODUKSI

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

Lampiran 1 Sertifikat Kelaikan Etik

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

Transkripsi:

PENGARUH INFESTASI PARASIT DARAH (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) PADA NILAI LEUKOSIT KUDA (Equus caballus) ERLY RIZKA ADISTYA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Infestasi Parasit Darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) pada Nilai Leukosit Kuda (Equus caballus) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2013 Erly Rizka Adistya NIM B04080040

ABSTRAK ERLY RIZKA ADISTYA. Pengaruh Infestasi Parasit Darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) pada Nilai Leukosit Kuda (Equus caballus). Dibimbing oleh AMROZI dan UMI CAHYANINGSIH. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) pada nilai leukosit kuda. Penelitian menggunakan 6 ekor kuda crossbred terdiri atas 3 ekor kuda jantan dan 3 ekor betina berumur 2-10 tahun yang sudah diidentifikasi positif terinfeksi parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) di URR, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Sampel darah diambil setiap 2 minggu sekali selama 2 bulan. Nilai leukosit darah selanjutnya dianalisis menggunakan analisis bervariasi (ANOVA). Persentase rata-rata Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp. pada kuda-kuda ini adalah 1.05%, 1.01%, dan 0.68%. Kuda dengan tingkat parasitemia yang rendah tidak menunjukkan gejala klinis dan berpotensi sebagai hewan pembawa. Berdasarkan penelitian infestasi parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) yang rendah tidak berpengaruh nyata pada nilai leukosit. Kata kunci: parasit darah, nilai leukosit, kuda

ABSTRACT ERLY RIZKA ADISTYA. The Effect of Blood Parasite (Anaplasma sp., Theileria sp., and Babesia sp.) Infestation in Leukocyte Value Horse (Equus caballus). Supervised by AMROZI dan UMI CAHYANINGSIH. This study was made to observe the effect of blood parasite (Anaplasma sp., Theileria sp., and Babesia sp.) on leukocyte value in horse. The blood samples were taken from 6 crossbred horses (3 male and 3 female) positively infected by blood parasite (Anaplasma sp., Theileria sp., and Babesia sp.) with variant age (2-10 years old) in URR, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University. Blood samples were taken every 2 weeks for 2 months. The blood leukocyte value were analyzed using variance analysis (ANOVA). Average of Anaplasma sp., Theileria sp., and Babesia sp. in those horses was 1.05%, 1.01%, and 0.68%, respectively. Horses with mild parasitemia were not show clinical sign and potentially become parasite carrier. Based on the research the mild infestation of blood parasite (Anaplasma sp., Theileria sp., and Babesia sp.) was not significantly influence the leukocyte value. Keywords: blood parasite, leukocyte value, horse

PENGARUH INFESTASI PARASIT DARAH (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) PADA NILAI LEUKOSIT KUDA (Equus caballus) ERLY RIZKA ADISTYA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Judul Skripsi : Pengaruh Infestasi Parasit Darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) pada Nilai Leukosit Kuda (Equus caballus) Nama : Erly Rizka Adistya NIM : B04080040 Disetujui oleh drh. Amrozi, PhD Pembimbing I Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS. Pembimbing II Diketahui oleh drh. Agus Setiyono, MS. Ph. D, APVet Wakil Dekan FKH

Tanggal Lulus:

37 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kotabaru, Kalimantan Selatan pada tanggal 1 Juni 1991 dari ayah Ahmad Gazali, S.Pd, MM. dan Ibu Erna Yulida, S.Sos.. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara di keluarga ini. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan dari TK Aba Al Jihad, SDN Dirgahayu 6, SMPN 1, dan SMAN 1 di Kabupaten Kotabaru. Tahun 2008 penulis masuk Program Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Katalis periode 2009-2010, anggota Divisi Kuda di Himpro Hewan Kesayangan dan Satwa Eksotik, anggota di UKM Badminton, dan ketua Sorcherry Riding Club (Klub Berkuda) periode tahun 2011-2012.

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Karunia dan Rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini adalah parasit darah, dengan judul Pengaruh Infestasi Parasit Darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) pada Nilai Leukosit Kuda (Equus caballus). Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Bapak drh. Amrozi, PhD dan Ibu Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS selaku pembimbing, serta Bapak Dr. drh. Nurhidayat, M.S.PAvet. yang telah membantu dalam proses pemotretan preparat ulas darah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Ahmad Gazali, Ibunda Erna Yulida, Hazar Sukareksi, serta seluruh keluarga, atas segala doa, perhatian, dan kasih sayangnya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman SRC (Sorcherry Riding Club), Ade Ocktaviani R, SKH, drh. Sarah Ulia, semua pihak yang membantu selama penilitian, serta semua teman-teman yang telah membantu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2013 Erly Rizka Adistya

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN vi vi vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Kuda 2 Darah 3 Leukosit 3 Nilai Leukosit 4 Neutrofil 4 Eosinofil 4 Basofil 4 Limfosit 5 Monosit 5 Parasit Darah 5 Anaplasma sp. 5 Theileria sp. 6 Babesia sp. 6 BAHAN DAN METODE 6 Waktu dan Tempat Penelitian 6 Hewan Percobaan 7 Metode Pengambilan Darah 7 Perhitungan Nilai Total BDP (Butir Darah Putih/Leukosit) 7 Pewarnaan Preparat Ulas Darah 7

Pemeriksaan Parasit Darah dan Perhitungan Leukosit 8 Pengolahan Data 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Identifikasi dan Persentase Parasit Darah 8 Anaplasma sp. 10 Theileria sp. 10 Babesia sp. 10 Parasitemia, Status Present, Nilai Total Leukosit, serta Nilai 11 Leukosit Selama Sembilan Minggu SIMPULAN DAN SARAN 14 Simpulan 14 Saran 14 DAFTAR PUSTAKA 15 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 37

DAFTAR TABEL 1 Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda 8 (Equus caballus) 2 Persentase parasitemia (Anaplasma centrale, Anaplasma marginale, 11 Theileria sp., dan Babesia sp.) pada kuda (Equus caballus) 3 Status Present pada kuda (Equus caballus) 12 4 Nilai Total Leukosit (per mm 3 ) pada kuda (Equus caballus) 13 5 Persentase nilai relatif leukosit pada kuda (Equus caballus) 13 DAFTAR GAMBAR 1 Kuda (Dokumentasi) 2 2 Leukositopoiesis 3 3 Neutrofil 4 4 Eosinofil 4 5 Basofil 4 6 Limfosit 5 7 Monosit 5 8 Gambaran mikroskopis Anaplasma sp. 5 9 Gambaran mikroskopis Theileria sp. 6 10 Gambaran mikroskopis Babesia sp. 6 11 Gambaran Mikroskopis Anaplasma sp. berdasarkan hasil pengamatan 10 12 Gambaran Mikroskopis Theileria sp. berdasarkan hasil pengamatan 10 13 Gambaran Mikroskopis Babesia sp. berdasarkan hasil pengamatan 11

DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil Statistik (ANOVA) Parasit Darah (Anaplasma sp., Theileria sp., 17 dan Babesia sp.) 2 Hasil Statistik (ANOVA) Nilai Leukosit 22

PENDAHULUAN Latar Belakang Kuda (Equus caballus) merupakan mammalia yang masih satu famili dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem reproduksi poliestrus (Draper 2003). Pada mulanya, kuda hanya dijadikan sebagai bahan makanan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia menggunakan kuda sebagai sarana transportasi, sarana perang, dan olah raga. Peranan kuda sebagai sarana transportasi telah berhasil membuka isolasi daerah pedalaman sehingga masyarakat di daerah itu dapat berkomunikasi dengan masyarakat luar. Sebagai sarana dalam perang, kuda dipakai untuk tunggangan para prajurit dan untuk mengangkut peralatan perang (Soehardjono 1990). Kesehatan merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam memelihara kuda karena kesehatan kuda sangat mempengaruhi keindahan, kegagahan, dan tenaga kuda tersebut. Berdasarkan data DITJENNAK (2003), populasi kuda di seluruh provinsi Indonesia rata-rata mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan populasi kuda tersebut dapat disebabkan oleh penyakit yang bersifat akut ataupun kronis, salah satunya adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit darah. Kuda yang terinfeksi oleh parasit darah Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp. akan menyebabkan kehilangan darah yang berdampak serius pada kuda tersebut, sehingga menyebabkan kerugian akibat pertumbuhan terhambat, penurunan bobot badan, penurunan daya kerja, dan penurunan daya reproduksi (Soulsby 1982). Penyebaran parasit darah Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp. dipengaruhi populasi caplak (Soulsby 1982) dan kondisi geografis, iklim, cuaca, sosial budaya, serta sosial ekonomi di daerah tersebut (Brotowidjoyo 1987). Leukosit yang berfungsi melindungi tubuh dari masuknya mikroorganisme asing yang dapat menimbulkan penyakit akan berpengaruh nilainya akibat keberadaan parasit darah (Kelly 1984). Leukosit dibagi menjadi granulosit terdiri atas neutrofil, eosinofil, serta basofil dan agranulosit terdiri atas monosit serta

limfosit (Guyton dan Hall 2006). Hasil penelitian digunakan untuk mengetahui pengaruh infestasi parasit darah pada nilai leukosit kuda (Equus caballus) serta mengetahui jenis leukosit yang berperan karena adanya parasit darah Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp. pada kuda tersebut. Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat infestasi parasit darah pada kuda-kuda di URR? 2. Berapakah persentase infestasi parasit darah pada kuda-kuda yang positif terinfeksi? Tingkat keparahan? 3. Berapakah nilai% relatif Leukosit (Eosinofil, Neutrofil, Basofil, Limfosit, Monosit) 4. Setelah mengetahui persentasenya, apakah terbukti infestasi parasit darah akan mengubah nilai normal leukosit? Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh infestasi parasit darah pada nilai leukosit kuda (Equus caballus). Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini ialah untuk mengetahui ada atau tidaknya parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) sehingga dapat melakukan pencegahan agar tidak menimbulkan penyakit yang lebih berat dan dapat mengetahui jenis leukosit yang berperan dalam keberadaan parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.).

TINJAUAN PUSTAKA Kuda Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) Kuda (Equus caballus) masih satu famili dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem reproduksi poliestrus (Draper 2003). Nenek moyang kuda pertama kali dikenal dengn nama Hyracoterium dan diperkirakan telah ada sekitar 70-60 juta tahun yang lalu (Kidd 1995). Kuda pada awalnya memiliki konformasi tubuh ramping dan panjang dengan ukuran tubuh sebesar serigala sehingga dapat bergerak lincah. Pada bagian ekstremitas terdapat 3 jari pada bagian kaki depan dan 4 jari pada kaki belakang. Seiring dengan perubahan geografis dunia, maka kuda mengalami proses evolusi menjadi sebesar domba yang dikenal dengan nama Mesohippus dan diperkirakan hidup sekitar 35 juta-25 juta tahun yang lalu. Perubahan morfologis yang terjadi yakni hanya terdapat 3 jari pada kaki depan. Merychippus merupakan perkembangan lebih lanjut dari proses evolusi kuda. Spesies ini memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan kuda Shetland poni. Mulai saat itu tidak terjadi perubahan berarti dalam evolusi kuda karena proses adaptasi sudah berlangsung dengan lebih baik. Perkembangan selanjutnya dikenal dengan nama Pliohippus yang diperkirakan hidup sekitar 7-2 juta tahun yang lalu.

Pliohippus menjadi kuda berteracak tunggal pertama yang selanjutnya berkembang menjadi Equus caballus yang dikenal saat ini. Kuda Prezwalski yang terdapat di Rusia dan Mongolia dianggap sebagai salah satu nenek moyangnya kuda yang ada saat ini, karena morfologi tubuhnya yang masih mirip dengan ancestor kuda sebelumnya (Kidd 1995). Kuda merupakan salah satu hewan yang memiliki kemampuan istimewa seperti jinak, dapat berenang, mudah dilatih dan dapat merasakan lingkungan sekitarnya. Perkembangan kuda di Indonesia dimulai sejak berdirinya kerajaan Hindu Budha pada abad ke -7 Masehi. Kuda di Indonesia digunakan untuk bahan makanan (terutama masyarakat Indonesia Bagian Timur), sarana perang (saat Kerajaan Hindu-Budha abad VII Masehi, Kerajaan Islam abad XIII-XV dan penjajahan Belanda abad XVIII) dan juga sebagai sarana transportasi untuk mengangkut semua hasil bumi (Soehardjono 1990). Salah satu jenis kuda yang menjadi cikal bakal perkembangan kuda di Indonesia adalah kuda (Equus caballus) yang berasal dari Pulau Jawa, seperti kuda Tengger, kuda Priangan dan kuda Dieng. Menurut para ahli, ketiga jenis kuda tersebut merupakan nenek moyang kuda di Pulau Jawa yang populasinya terancam punah. Kuda ini tergolong ke dalam kuda poni dengan ukuran tubuh lebih besar jika dibandingkan dengan spesies kuda poni dari wilayah lain di Indonesia, lebih tahan terhadap kondisi lingkungan tropis sepanjang hari, sehingga biasa digunakan oleh para penduduk di Jawa sebagai sarana transportasi (Mackay 1995). Darah Darah adalah jaringan yang berbentuk cair dan mengalir melalui saluran vaskuler (Jain 1993). Menurut Kay (1998) beberapa substansi yang ditransportasikan oleh darah di antaranya adalah gas O 2 dan CO 2, nutrisi, sisa produk metabolisme, sel darah khusus, hormon, dan panas. Kuda memiliki volume darah sekitar 7-8% bobot badannya. Volume darah di dalam tubuh kuda bervariasi jumlahnya bergantung pada umur, jenis kelamin, status reproduksi, status emosional, dan aktivitas fisik (Douglas et al. 2010).

Leukosit Leukosit berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan agen-agen patogen, zat beracun, dan menyingkirkan sel-sel rusak serta abnormal (Kelly 1984). Pembentukan leukosit dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 leukositopoiesis (Guyton dan Hall 2006) Pembentukan sel darah putih diawali dari differensiasi stem sel menjadi myeloblast dan prolimfosit, kemudian myeloblast menjadi 2 bagian, yaitu premyelosit dan monosit myelosit. Premyelosit berdifferensiasi menjadi 3 bagian yang kemudian membentuk sel-sel granulosit yang terdiri atas eosinofil, neutrofil, dan basofil. Monosit myelosit membentuk monosit. Sedangkan prolimfosit akan berdiferensiasi membentuk limfosit (Bacha dan Bacha 1990). NILAI LEUKOSIT Neutrofil Neutrofil berdiameter 10-12 µm, bergranul dan memiliki inti bergelambir. Neutrofil merupakan garis pertahanan pertama yang berfungsi memfagositosis infestasi kuman patogen dengan masa hidup kira-kira 5 hari (Tizard 1982).

Gambar 3 Neutrofil (Douglas et al. 2010) Eosinofil Eosinofil memiliki nukleus bergelambir dua, butir-butir asidofil cukup besar, berdiameter 10-15 µm dan hidup selama 3-5 hari (Dellman dan Brown 1987). Eosinofil berperan sebagai sel fagosit terhadap komponen asing yang telah bereaksi dengan antibodi (Martini et al. 1992). Gambar 4 Eosinofil (Douglas et al. 2010) Basofil Basofil memiliki diameter 10-15 µm, dengan inti dua bergelambir atau bentuk inti tidak teratur, granulanya berukuran 0.5-1.5 µm, berwarna biru tua/ungu (Dellman dan Brown 1987). Sel basofil sangat sulit ditemukan (Jain 1993). Basofil berperan dalam respon alergi (Guyton dan Hall 2006). Gambar 5 Basofil (Douglas et al. 2010)

Limfosit Limfosit memiliki dua bentuk, yaitu limfosit besar berdiameter 12-15 µm dan limfosit kecil berdiameter 6-9 µm (Dellman and Brown 1987). Limfosit berperan dalam proses kekebalan dalam pembentukan antibodi khusus (Wresdiyati 2002). Ada dua jenis sel limfosit, yaitu sel limfosit-t dan sel limfosit- B. Sel limfosit-t (Sel-T) erat hubungannya dengan pertahanan seluler, sedangkan sel limfosit-b (Sel-B) berperan dalam pertahanan humoral (Martini et al. 1992). Gambar 6 Limfosit (Douglas et al. 2010) Monosit Monosit merupakan leukosit terbesar dengan diameter 15-20 µm dan berbentuk tapal kuda (Dellman and Brown 1987). Monosit memiliki kemampuan fagositosis yang lebih hebat dari neutrofil karena dapat memfagosit 100 sel bakteri (Guyton dan Hall 2006). Gambar 7 Monosit (Douglas et al. 2010)

Parasit Darah 1. Anaplasma sp. Anaplasma sp. merupakan parasit darah yang memiliki mortalitas pada hewan agak tinggi (Merchant dan Barner 1971), terdiri atas massa globular padat berukuran 0.3 sampai 1.0 µm (Jensen1974). Gambar 8 Gambaran mikroskopis Anaplasma sp. (Noaman et al. 2009) 2. Theileria sp. Theileria sp., menurut Soulsby (1982) berbentuk batang berukuran kirakira 1.5-2.0 µm x 0.5-1.0 µm memiliki siklus hidup yang terjadi dalam tubuh caplak dan di tubuh induk semang. Gambar 9 Gambaran mikroskopis Theileria sp. (Mahmood et al. 2011) 3. Babesia sp. Menurut Levine (1995), Babesia sp. termasuk dalam subfilum Apicomplexa, kelas Piroplasma, dan family Babesiidae. Babesia sp. dapat

menyebabkan babesiosis. Babesia sp. memiliki diameter 2.5-5.0 µm. Perkembangan parasit ini di dalam tubuh caplak dimulai dari larva caplak yang menetas dari telur dan memasuki kelenjar ludah dan melanjutkan perkembangannya. Proses perkembangbiakkan ini memakan waktu 2-3 hari (Levine 1995). Gambar 10 Gambaran mikroskopis Babesia sp. (Cleveland et al. 2002)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012. Selama bulan April-Juni dilakukan pengambilan dan pengamatan sampel darah setiap 2 minggu sekali selama 2 bulan. Pengambilan sampel darah kuda dilakukan di Unit Rehabilitasi Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan sampel darah di Laboratorium Protozoologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap sampel darah kuda-kuda yang akan diteliti dan didapatkan hasil dari 6 sampel darah yang berasal dari 6 ekor kuda, positif terdapat infestasi parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.). Pengamatan sampel darah yang terdapat infestasi parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) dilakukan selama 9 minggu didasari pengamatan selama 9 minggu sudah cukup untuk melihat perkembangan infestasi Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp. berdasarkan siklus hidupnya. Hewan Percobaan Penelitian menggunakan 6 kuda crossbred yang sudah diidentifikasi positif terinfeksi parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) di Unit Rehabilitasi Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, terdiri atas 3 ekor kuda jantan dan 3 ekor kuda betina berumur 2-10 tahun. Kudakuda dipelihara pada kandang yang berukuran 3 x 2.5 m 2. Pemberian pakan pada kuda berupa rumput dan konsentrat dengan waktu pemberian jam 5 pagi untuk konsentrat, jam 12 siang untuk pemberian rumput, jam 3 sore untuk pemberian konsentrat dan jam 6 sore untuk pemberian rumput lagi. Pemberian minum dilakukan ad libitum. Metode Pengambilan Darah

Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan disposable syringe 10 ml dan jarum ukuran 18G sebanyak ± 3 ml darah dari vena jugularis, kemudian disimpan di dalam tabung darah bervolume 3 ml yang mengandung EDTA (Hanie 2006). Pengambilan sampel darah dilakukan 2 minggu sekali selama 2 bulan. Perhitungan Nilai Total BDP (Butir Darah Putih/Leukosit) Perhitungan nilai butir darah putih menurut Curnin dan Bassert (2006) menggunakan pipet pengencer, kamar hitung, mikroskop, kertas saring, alat penghitung, dan cairan pengencer (Larutan Turk). Perhitungan nilai total butir darah putih dilakukan dengan menghisap darah menggunakan pipet leukosit dan aspiratornya sampai garis 0.5, dilanjutkan dengan menambah larutan turk sampai garis 11. Campuran dihomogenkan dengan memutar membentuk angka 8. Campuran yang tidak homogen dibuang terlebih dahulu. Campuran yang homogen diteteskan ke dalam kamar hitung. Penghitungan butir-butir darah putih dilakukan pada kelima kotak diagonal pada 4 bujur sangkar besar di sudut kamar hitung kemudian hasilnya x 50 butir/mm 3 darah. Pewarnaan Preparat Ulas Darah Pembuatan dan pewarnaan preparat ulas darah menurut Mahmood et al. (2011) menggunakan sampel darah yang akan diperiksa, alkohol 70%, metil alkohol, larutan pewarna Giemsa, aquades, kaca preparat, dan timer. Pembuatan preparat ulas darah diawali dengan kaca preparat dibersihkan kemudian sampel darah diteteskan pada satu sisi kaca preparat. Satu kaca preparat lain ditempatkan di sisi ujung dengan membentuk sudut 45 o. Ulasan darah dibuat sampai terbentuk lapisan tipis dan merata. Preparat dikeringkan di udara untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam metil alkohol (5 menit) dan diwarnai dengan Giemsa (30 menit), selanjutnya preparat ulas darah yang sudah terwarnai dicuci dan dikeringkan di udara. Pemeriksaan Parasit Darah dan Perhitungan Leukosit Preparat ulas darah yang telah diberi pewarnaan kemudian diamati ada tidaknya parasit darah dan dihitung nilai leukosit dalam sampel darah tersebut di

bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100x dan okuler 10x. Tingkat parasitemia dihitung dengan membagi jumlah sel yang terdapat infestasi parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) untuk setiap 500 butir sel darah merah (Alamzan et al. 2008). Nilai leukosit didapat dengan cara sel leukosit dalam sampel darah tersebut dihitung hingga jumlah total yang teramati mencapai jumlah 100. Setelah didapat presentase nilai relatif leukosit, nilai absolut dari masing-masing jenis leukosit ditentukan (Curnin dan Bassert 2006). Pengolahan Data Tingkat parasitemia dan nilai leukosit yang didapat dianalisis dengan ANOVA.

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 1 Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda (Equus caballus) Kuda Parasit Darah A. centrale A. marginale Theileria sp. Babesia sp. 1 + Gambar : + Gambar : + Gambar : + Gambar : 2 + + + + Gambar : Gambar : Gambar : Gambar : Kuda Parasit Darah A. centrale A. marginale Theileria sp. Babesia sp.

3 + + + + Gambar : Gambar : Gambar: Gambar : 4 + + + + Gambar : Gambar: Gambar : Gambar : 5 + + + + Gambar : Gambar : Gambar : Gambar : 6 + + + + Gambar : Gambar : Gambar : Gambar : Anaplasma sp.

Parasit darah yang paling banyak ditemukan adalah Anaplasma sp.. Anaplasma sp. ditemukan di dalam preparat ulas darah memiliki gambaran morfologi berbentuk bulat yang terletak di tengah (Anaplasma centrale) dan di tepi (Anaplasma marginal) sel darah merah. Anaplasma sp. yang diwarnai dengan pewarnaan Giemsa terdiri atas massa globular yang padat dengan ukuran diameter 0.3 sampai 1.0 µm. Terlihat di bawah mikroskop elektron setiap Anaplasma sp. terdiri atas suatu koloni yang berisi sampai 8 sub unit atau initial bodies, setiap sub unit berukuran 0.16-0.27 µm x 0.24-0.52 µm. Anaplasma sp. di dalam eritrosit 65% terdapat di tepi dan sisanya pada lokasi sentral. Anaplasmosis merupakan suatu infestasi subakut dan tidak dapat menular lewat kontak langsung, ditandai dengan demam, anemia, lemah, dan ikhterus (Jensen 1974). Gambar 11 Gambaran mikroskopis Anaplasma sp. berdasarkan hasil pengamatan Theileria sp. Morfologi Theileria sp. yang ditemukan berbentuk koma atau batang. Theileria sp. sesuai dengan gambaran morfologinya menurut Soulsby (1982) yaitu berbentuk batang yang memiliki ukuran kira-kira 1.5-2.0 µm x 0.5-1.0 µm. Gejala klinis yang ditimbulkan akibat infestasi Theileria sp. di antaranya lakrimasi, gangguan saluran pencernaan, dispnea, serta pembengkakan limfoglandula.

Gambar 12 Gambaran mikroskopis Theileria sp. berdasarkan hasil pengamatan Babesia sp. Morfologi Babesia sp. yang ditemukan berbentuk seperti buah pear, sepasang maupun tunggal. Babesia sp. sesuai dengan gambaran Babesia sp. menurut referensi, bentuknya menyerupai buah pear dan memiliki diameter 2.5-5.0 µm, meruncing pada salah satu ujungnya dan pada ujung lain tumpul dan berpasangan (Hunfeld et al. 2008). Babesia caballi merupakan spesies dari Babesia sp. yang menyerang kuda bertransisi melalui caplak genus Dermacentor, Hyalomma, dan Rhipicephalus (Uilenberg 2006) dan memiliki gejala klinis yaitu demam tinggi serta anemia. Gambar 13 Gambaran mikroskopis Babesia sp. berdasarkan hasil pengamatan Parasitemia, Status Present, Nilai Total Leukosit, serta Nilai Leukosit Selama Sembilan Minggu

Tabel 2 Persentase parasitemia (Anaplasma centrale, Anaplasma marginale, Theileria sp., dan Babesia sp.) pada kuda (Equus caballus) Jenis Parasit Minggu Ke- 1 3 5 7 9 A. centrale 1.23 ± 0.30 bc 1.22 ± 0.40 bcd 0.83 ± 0.10 cdef 0.75 ± 0.20 efg 0.70 ± 0.40 efg A. marginale 2.03 ± 0.70 a 1.22 ± 0.50 bcd 0.95 ± 0.20 cde 0.77 ± 0.10 defg 0.88 ± 0.20 cdef Theileria sp. 0.43 ± 0.20 fg 1.45 ± 0.60 b 1.28 ± 0.50 bc 0.97 ± 0.40 cde 0.92 ± 0.40 cde Babesia sp. 0.37 ± 0.40 g 0.87 ± 0.30 cdef 0.77 ± 0.40 defg 0.75 ± 0.20 efg 0.68 ± 0.30 efg Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata. Masing-masing parasit darah memiliki jumlah dan tingkat keparahan yang berbeda. Tingkat keparahan atau tingkat tingkat parasitemia dibagi menjadi tiga tingkatan berdasarkan penemuannya dalam satu lapang pandang, yaitu rendah (<1%), sedang (<3%), dan berat (5-9%) (Birkenheuer et al. 2003). Pengamatan infestasi Anaplasma sp. selama sembilan minggu (Tabel 2) menunjukkan adanya penurunan persentase parasitemia Anaplasma sp. yang tidak begitu nyata dari minggu ke minggu. Rata-rata persentase parasitemia Anaplasma sp. adalah 1.05% dan berada dalam tingkatan rendah (<1%)-sedang (<3%). Rendahnya infestasi Anaplasma sp. ini kemungkinan disebabkan Anaplasma sp. masuk dalam masa inkubasi, yaitu 2-12 minggu (Quinn et al. 2008). Pada stadium ini hewan terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala klinis. Namun demikian, selama sembilan minggu persentase Anaplasma sp. tidak menunjukkan peningkatan persentase parasitemia yang nyata dan kuda tidak menunjukkan gejala klinis akibat terdapat infestasi Anaplasma sp.. Berdasarkan Tabel 2, terlihat adanya peningkatan persentase parasitemia Theileria sp. yang tidak begitu nyata dari minggu ke-1 sebesar 0.43 ± 0.20 fg menjadi 0.92 ± 0.40 cde pada minggu ke-9. Rata-rata persentase parasitemia Theileria sp. adalah 1.01%. Tingkat rata-rata persentase parasitemia Theileria sp. ini berada dalam tingkatan rendah (<1%)-sedang (<3%). Infestasi Theileria sp. yang masih tergolong rendah kemungkinan disebabkan Theileria sp. masuk dalam

masa inkubasi, yaitu 1-3 minggu (Soulsby 1982). Pada stadium ini hewan terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala klinis. Namun demikian, selama sembilan minggu persentase parasitemia Theileria sp. tidak menunjukkan peningkatan yang nyata dan kuda tidak menunjukkan gejala klinis akibat terdapat infestasi Theileria sp.. Tingkat infestasi Theileria sp. yang rendah juga kemungkinan disebabkan oleh sifat penyakit ini yaitu tidak menular melalui kontak langsung. Penularan antara hewan hanya terjadi melalui vektor secara stage to stage dimana partikel parasit yang infektif terdapat pada kelenjar ludah caplak. Sehingga bila populasi caplak berkurang maka infestasi juga akan menurun (Taylor et al. 2007). Persentase parasitemia Babesia sp. berada dalam tingkatan rendah (<1%) dengan rata-rata persentase parasitemia Babesia sp. yaitu 0.68%. Terlihat pada data statistik selama sembilan minggu infestasi Babesia sp. mengalami peningkatan yang tidak begitu nyata dari minggu ke-1 sebesar 0.37 ± 0.40 g menjadi 0.68 ± 0.30 efg pada minggu ke-9 (Tabel 2). Kemungkinan infestasi Babesia sp. yang masih tergolong rendah ini disebabkan Babesia sp. masuk dalam masa inkubasi, yaitu 1-2 minggu (Soulsby 1982). Pada stadium ini hewan akan terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala klinis. Namun demikian, selama sembilan minggu Babesia sp. tidak menunjukkan peningkatan persentase parasitemia yang nyata dan kuda tidak menunjukkan gejala klinis akibat terdapat infestasi Babesia sp.. Infestasi Babesia sp. bersifat self limiting disease, yang berarti infestasi parasit ini bersifat tidak fatal dan dapat terjadi persembuhan sendiri dengan jangka waktu yang panjang (Taylor et al. 2007). Persentase parasitemia yang masih rendah dapat disebabkan oleh ketidakrentanan hewan percobaan, infestasi telah berjalan kronis (Altay et al. 2008), atau telah mencapai stadium persembuhan (Bakken et al. 2006). Infestasi yang rendah juga bisa mengindikasikan bahwa kuda bertindak sebagai hewan pembawa. Hewan pembawa merupakan hewan yang pembawa penyakit dan hewan tersebut tidak menunjukkan gejala klinis. Jika hewan peka tertular hewan pembawa ini maka akan timbul gejala klinis yang akan berakibat kematian (Uilenberg 2006). Tabel 3 Status Present pada kuda (Equus caballus)

Kuda Minggu 3 Minggu 5 Minggu 7 Minggu 9 S N J S N J S N J S N J A 37,8 10 48 37,9 9 48 37,8 9 44 37,8 10 48 B 37,7 8 40 37,6 7 40 37,5 8 36 37,6 8 40 C 37,3 7 36 37,1 7 40 37,4 8 36 37.1 7 40 D 37,9 10 48 37,8 9 52 37,8 10 48 37,8 10 48 E 37,4 9 40 37,2 8 40 37,4 8 36 37,4 9 40 F 37,4 9 36 37,4 10 32 37,5 9 36 37,5 9 40 Keterangan : S = Suhu ( o C) ; N = Nafas / menit ; J = Denyut Jantung / menit Terlihat pada Tabel 3 tidak terjadi perubahan status present yang nyata. Status present diteliti sebagai parameter melihat gejala klinis. Menurut Simoes et al. (2011) dan Birkenheuer et al. (2003), gejala klinis dapat terjadi jika tingkatan tingkat parasitemia tinggi, kecuali jika infestasi parasit terjadi secara bersamaan dan saling mempengaruhi parasit dalam darah, tingkat parasitemia yang rendah dapat menimbulkan gejala klinis. Melihat dari tingkat parasitemia (Tabel 1) infestasi Anaplasma sp. memiliki persentase yang paling tinggi dibanding infestasi Theileria sp., dan Babesia sp.. Namun, hal ini bukan merupakan infestasi parasit darah yang terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi, karena hewan tidak sampai menimbulkan gejala klinis. Vektor penyebar infestasi Anaplasma sp. yang lebih bervariasi dibandingkan vektor penyebar infestasi Theileria sp., dan Babesia sp. dapat menjadi alasan Anaplasma sp. memiliki persentase yang tinggi. Vektor utama Anaplasmosis adalah caplak famili Ixodidae (caplak keras) (Foley dan Biberstein 2004). Vektor dari Theileriosis dan Babesiosis adalah Rhipicephalus sp., dan Boophilus sp. (Levine 1995;Soulsby 1982). Tabel 4 Nilai Total Leukosit (per mm 3 ) pada kuda (Equus caballus) Kuda Total Leukosit (per mm 3 ) Minggu Ke- 1 3 5 7 9 A 6450 8150 7300 8000 8850 B 7500 9000 7450 8400 10450 C 11200 7900 7750 7250 8550

D 11300 7250 11600 9250 7050 E 8950 8600 8500 9000 9350 F 9100 8250 8500 8150 8000 Rata-Rata 9084 8192 8517 8342 8708 Tabel 5 Persentase nilai relatif leukosit pada kuda (Equus caballus) Minggu Jenis Leukosit (% Relatif) Ke- Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit 1 11.17 ± 4.70 c 7.50 ± 3.10 a 47.83 ± 6.40 a 21.33 ± 5.40 ab 12.17 ± 1.70 a 3 14.17 ± 5.70 bc 7.50 ± 2.20 a 39.00 ± 3.60 b 24.67 ± 4.70 a 11.67 ± 3.30 a 5 17.83 ± 6.30 ab 8.00 ± 0.90 a 39.00 ± 6.00 b 20.67 ± 3.20 ab 14.50 ± 3.70 a 7 20.00 ± 3.20 a 9.17 ± 1.00 a 39.00 ± 3.30 b 16.50 ± 1.90 b 15.33 ± 1.20 a 9 19.83 ± 2.80 a 8.50 ± 0.80 a 40.50 ± 3.80 b 16.17 ± 2.70 b 15.00 ± 2.10 a Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata. Leukopoisis atau proses pembentukan sel darah putih (leukosit) pada mammalia terjadi dari sistem stem cell di dalam sumsum tulang (Martini et al. 1992). Menurut Baldy (1984), terjadinya peningkatan leukosit merupakan respons fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme. Berdasarkan Tabel 4, terlihat adanya fluktuasi nilai leukosit. Normal keberadaan leukosit di dalam darah kuda sekitar 5000-9000 butir darah leukosit per mm 3 (Pinsent 1990). Menurut Baldy (1984), peningkatan leukosit merupakan salah satu respons fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme termasuk parasit darah. Pada Tabel 2 dan Tabel 5, dapat terlihat adanya korelasi positif antara persentase parsitemia Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp. dengan persentase nilai leukosit pada kuda (Equus caballus). Setiap kuda mempunyai respons terhadap parasit darah yang berbeda, hal ini terlihat dari persentase nilai leukosit yang memiliki nilai standar deviasi cukup besar. Hasil dari persentase nilai relatif leukosit menunjukkan adanya peningkatan persentase eosinofil dan basofil serta penurunan persentase limfosit dari normal.

Eosinofil mengalami peningkatan persentase (Tabel 5) dari persentase normalnya dalam darah yaitu 0-14% (Douglas et al. 2010). Berdasarkan hasil statistik persentase eosinofil pada minggu ke-1 sebesar 11.17 ± 4.70 c dan terus mengalami peningkatan pada minggu-minggu selanjutnya. Eosinofil sangat berperan penting sebagai kontrol terhadap infestasi parasit (Mayer et al. 1992), ini berdasarkan nilai eosinofil (Tabel 5) yang mengalami peningkatan disertai dengan penurunan infestasi parasit darah (Tabel 2). Persentase basofil (Tabel 5) selama sembilan minggu pengamatan mengalami peningkatan dari persentase normalnya dalam darah yaitu 0-4% (Douglas et al. 2010). Selama sembilan minggu masa pengamatan, persentase basofil berada di atas selang normal dan berdasarkan data statistik tidak terdapat adanya perbedaan nyata pada setiap minggunya. Pada infestasi parasit darah Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp. biasanya diikuti peningkatan persentase basofil dalam darah (Stockham dan Scott 2002). Basofil berperan penting dalam respon alergi yang ditimbulkan oleh antigen (Guyton dan Hall 2006). Neutrofil berada dalam selang normal 35-75% (Douglas et al. 2010). Sel neutrofil, sebagai garis pertama berperan penting dalam melakukan fagositosis dan mampu untuk membunuh mikroorganisme termasuk parasit darah. Apabila terjadi penurunan jumlah neutrofil dalam darah bisa menunjukkan bahwa suatu infeksi termasuk infestasi parasit darah mulai mereda (Baldy 1984). Berdasarkan Tabel 5 nilai limfosit terlihat sedikit mengalami penurunan dari persentase normalnya dalam darah yaitu 17-68% (Douglas et al. 2010), hal ini berarti produksi antibodi humoral dan pembentukan pertahanan selular oleh limfosit sedikit menurun (Jain 1993). Penurunan nilai persentase limfosit dari minggu ke-1 sebesar 21.33 ± 5.40 ab menjadi 16.17 ± 2.70 b pada minggu ke-9, disertai dengan peningkatan nilai persentase parasitemia Theileria sp. dari 0.43 ± 0.20 fg pada minggu ke-1 menjadi 0.92 ± 0.40 cde pada minggu ke-9. Hal ini terjadi karena pada infestasi Theileria sp. terjadi deplesi limfosit akibat kerusakan pada organ limfoid yang menyebabkan hilangnya sel-sel limfosit muda (Losos 1986). Monosit merupakan jenis sel darah putih yang berperan aktif terhadap adanya infestasi parasit darah di hewan. Monosit bertugas memfagosit eritrosit

yang rusak akibat terdapatnya infestasi parasit darah (Jain 1993). Terlihat pada Tabel 5 rata-rata nilai monosit berada dalam selang normal 0-14% (Douglas et al. 2010) ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah eritrosit yang rusak akibat infestasi parasit darah hanya sedikit sehingga jumlah monosit dalam keadaan normal.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Persentase rata-rata infestasi Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp. ialah 1.05%, 1.01% dan 0.68%. Kuda dengan tingkat parasitemia yang rendah tidak menunjukkan gejala klinis. Infestasi parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) yang rendah tidak mempengaruhi nilai leukosit. Saran Pencegahan penularan penyakit akibat terdapatnya infestasi parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) dapat dilakukan dengan pengendalian vektor, penanganan, serta penyembuhan kuda yang berperan sebagai hewan pembawa.

DAFTAR PUSTAKA Alamzan C, Medrano C, Ortiz M, Fuente JDL. 2008. Genetic diversity of Anaplasma marginale strains from an outbreak of bovine anaplasmosis in an endemic area. Veterinary Parasitology. Altay K, Fatih A, Nazir D, Munir A. 2008. Molecular detection of Theileria and Babesia infections in cattle. Vet Parasitol. Bacha WJ & Bacha LM. 1990. Color atlas of veterinary histology 2 nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Bakken S, Dumler S, Chen SM, Eckman, Marak R, Van etta L, Walker H. 2006. Human granulocytic ehrlichiosis in the upper midwest United States. JAMA. Baldy CM. 1984. Gangguan hematologik dalam S.A. Price and L.M. Wilson.Patofisiologi konsep klinik proses-proses penyakit. Terjemahan Adji Dharma. Penerbit Buku Kedokteran EGC. America. Birkenheuer AJ, Levy MG, Breitschwerdt EB. 2003. Development and evaluation a seminested pcr for detection and diferentiation of Babesia gibsoni (asian genotype) and Babesia canis dna in canine blood samples. J.Clin Microbiol 41. Brotowidjoyo M. D. 1987. Parasit dan parasitisme, edisi pertama. Media Sarana Press, Jakarta. Cleveland CW, Peterson DS, Latimer KS. 2002. An overview of canine babesiosis. [terhubung berkala] (18 Juli 2012). Curnin DM dan Bassert JM. 2006. Clinical textbook for veterinary technicians 6 th Ed. United State of America: Elsevier Saunders. Dellman HD dan Brown EM. 1987. Histologi veteriner Ed ke-3. Jakarta : UI-Press. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2003. Populasi kuda di seluruh provinsi indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta. Douglas J. Weiss Dvm, Phd, Dacvp, K. Jane Wardrop Dvm, Ms, Dacvp sditor s.schalm s veterinary hematology sixth edition. 2010. Willy- Blackwell. A John Wiley & Sons, Ltd., Publication

Draper J. 2003. The book of horse and horse care.london : Anness Publishing Limited. Hlm 10-15. Foley J dan Biberstein. 2004. Jawetz, Melnick, & Adelberg smedical microbiology. Di dalam GF Brooks; Stephen A Morse; Janet S Butel editor s. New York : Lange Medical Books / McGraw Hill. Guyton AC dan Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology 11 th ed. Philadelphia: Elsevier Inc. Hanie A. Elizabeth. 2006. Large animal clinical procedurs for veterinary technicians. China : Mosby, Inc. Hlm 79-81. Hunfled KP, A Hildebrandt, JS Gray. 2008. Babesiosis : recent insights into an ancient disease. Int J. Parasitol.. Veterinar Jain N.C. 1993. Veterinary hematology.lea and Febiger, Philadelphia. Jensen R. 1974. Disease of sheep. Lea & Febringer. Philadelphia. Kay Ian. 1998. Introduction to animal physiology. New York: BIOS Scientific Publisher Ltd. Kelly W.R. 1984. Veterinary clinical diagnosis, 3 rd Ed. Bailliere Tindall, London. Kidd J. 1995. Horse ponies of the world. Welling Town Horse 125/130 Strand London. Uk Hal 8-10. Levine N. D. 1995. Protozologi veteriner (terjemahan). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Losos, George J. 1986. Infectious tropical disease of domestic animal. Essex : Longman Scientific Center. Mackay SA. 1995. Encyclopedia of the horse. Reed International Book Limited. Fulham Road. London. UK. Mahmood YS, Elbalkemy FA, Klaas IC, Elmekkway MF, Monazie AM. 2011. Clinical and haematology study on water buffaloes (Bubalus bubalis) and crossbred cattle naturally infected with Theileria annulata in Sharkia Province, Egypt. Ticks and tick-borne disease. Martini FH, Ober WC, Garrison C dan Weleh K. 1992. Fundamentals of anatomy and physiology.ed ke-2. New Jersey : Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Mayer D.J., E.H. Cole, and L.J. Rich. 1992. Veterinary laboratory medicine interpretation and diagnosis.w.b. Saunders Company. Philadelphia, London, Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo. Merchant I.A., dan R.A. Barner. 1971. An outline of infectious disesase of domestic animal, 3 th ed. Iowa State University Press. Ames. USA. Noaman V, Shayan P, Amininia N. 2009. Molecular diagnostic of Anaplasma marginale in hewan pembawa cattle.iranian J Parasitol. Pinsent PJN. 1990. Outline of clinical diagnosis in the horse. UK : Butterworth & Co. (Publisher) Ltd. Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJ, Leonard FC. 2008. Veterinary microbiology and microbial disease. Blackwell Pub. Simoes PB, Cardodo L, Araujo M, Mekuzas YY, Baneth G. 2011. Babesiosis due to the Canine Babesia micorti-like small piroplasm in dogs-first report from portugal and possible vertical transmision. BioMed Centrale. Soehardjono O. 1990. Kuda.Yayasan Pamulang Equestrian Centre.Penerbit : PT Gramedia Jakarta. Soulsby FJL. 1982. Helmints, arthopods, and protozoa of domesticated animals, 7 rd ed. Bailliere Tindal, England. Stockham SL, Scott MA. 2002. Fundamentals of veterinary clinical pathology 2 nd Ed. Iowa: Blackwell Publishing. Taylor MA, RL Coop, RL Wall. 2007. Veterinary parasitology 3th edition. Hongkong : Graphicraft Limited. Tizard, I. 1982. Introduction to veterinary immunology.2 nd Ed. W.B. Saunders Company. Philadelphia. Uilenberg G. 2006. Babesia a historical overview. Veterinary Parasitology. Wresdiyati Tutik. 2002. Seri diktat kuliah histologi veteriner jaringan ikat. Bogor.

The SAS System 11:50 Thursday, July 24, 2012 1 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values ul 6 1 2 3 4 5 6 perlak 20 AC1 AC3 AC5 AC7 AC9 AM1 AM3 AM5 AM7 AM9 B1 B3 B5 B7 B9 T1 T3 T5 T7 T9 Number of Observations Read 120 Number of Observations Used 120

The SAS System 11:50 Thursday, July 24, 2012 2 The ANOVA Procedure Dependent Variable: prstemia Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 24 19.69933333 0.82080556 7.40 <.0001 Error 95 10.53933333 0.11094035 Corrected Total 119 30.23866667 R-Square Coeff Var Root MSE prstemia Mean 0.651462 34.93816 0.333077 0.953333 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F ul 5 3.67066667 0.73413333 6.62 <.0001 perlak 19 16.02866667 0.84361404 7.60 <.0001

The SAS System 11:50 Thursday, July 24, 2012 3 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for prstemia NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 95 Error Mean Square 0.11094 Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Critical Range.3818.4018.4150.4247.4322.4383.4433.4476.4512.4544 Number of Means 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Critical Range.4572.4597.4619.4639.4657.4673.4688.4702.4714 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlak A 2.0333 6 AM1 B 1.4500 6 T3 B C B 1.2833 6 T5 C B C B 1.2333 6 AC1 C B C B D 1.2167 6 AM3 C B D C B D 1.2167 6 AC3 C D

C E D 0.9667 6 T7 C E D C E D 0.9500 6 AM5 C E D C E D 0.9167 6 T9 C E D C F E D 0.8833 6 AM9 C F E D C F E D 0.8667 6 B3 C F E D C F E D 0.8333 6 AC5 F E D G F E D 0.7667 6 B5 G F E D G F E D 0.7667 6 AM7 G F E G F E 0.7500 6 AC7 G F E

The SAS System 11:50 Thursday, July 24, 2012 4 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for prstemia Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlak G F E 0.7500 6 B7 G F E G F E 0.7000 6 AC9 G F E G F E 0.6833 6 B9 G F G F 0.4333 6 T1 G G 0.3667 6 B1

NEUTROFIL The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 10 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values ul 6 1 2 3 4 5 6 perlak 5 N1 N3 N5 N7 N9 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30

The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 11 The ANOVA Procedure Dependent Variable: neutrofl Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 9 647.0000000 71.8888889 5.16 0.0011 Error 20 278.8666667 13.9433333 Corrected Total 29 925.8666667 R-Square Coeff Var Root MSE neutrofl Mean 0.698805 9.092721 3.734077 41.06667 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F ul 5 293.4666667 58.6933333 4.21 0.0089 perlak 4 353.5333333 88.3833333 6.34 0.0018

The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 12 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for neutrofl NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 20 Error Mean Square 13.94333 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 4.497 4.720 4.862 4.961 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlak A 47.833 6 N1 B 40.500 6 N9 B B 39.000 6 N3 B B 39.000 6 N7 B B 39.000 6 N5

EOSINOFIL The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 1 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values ul 6 1 2 3 4 5 6 perlak 5 E1 E3 E5 E7 E9 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30

The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 2 The ANOVA Procedure Dependent Variable: eosnfl Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 9 604.2666667 67.1407407 4.35 0.0030 Error 20 308.9333333 15.4466667 Corrected Total 29 913.2000000 R-Square Coeff Var Root MSE eosnfl Mean 0.661702 23.67605 3.930225 16.60000 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F ul 5 250.4000000 50.0800000 3.24 0.0264 perlak 4 353.8666667 88.4666667 5.73 0.0031

The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 3 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for eosnfl NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 20 Error Mean Square 15.44667 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 4.733 4.968 5.118 5.222 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlak A 20.000 6 E7 A A 19.833 6 E9 A B A 17.833 6 E5 B B C 14.167 6 E3 C C 11.167 6 E1

BASOFIL The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 4 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values ul 6 1 2 3 4 5 6 perlak 5 B1 B3 B5 B7 B9 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30

The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 5 The ANOVA Procedure Dependent Variable: basofil Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 9 34.00000000 3.77777778 1.19 0.3530 Error 20 63.46666667 3.17333333 Corrected Total 29 97.46666667 R-Square Coeff Var Root MSE basofil Mean 0.348837 21.90228 1.781385 8.133333 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F ul 5 21.86666667 4.37333333 1.38 0.2743 perlak 4 12.13333333 3.03333333 0.96 0.4529

The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 6 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for basofil NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 20 Error Mean Square 3.173333 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 2.145 2.252 2.320 2.367 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlak A 9.167 6 B7 A A 8.500 6 B9 A A 8.000 6 B5 A A 7.500 6 B3 A A 7.500 6 B1

LIMFOSIT The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 13 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values ul 6 1 2 3 4 5 6 perlak 5 L1 L3 L5 L7 L9 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30

The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 14 The ANOVA Procedure Dependent Variable: limfosit Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 9 330.2000000 36.6888889 2.18 0.0709 Error 20 337.2666667 16.8633333 Corrected Total 29 667.4666667 R-Square Coeff Var Root MSE limfosit Mean 0.494706 20.67030 4.106499 19.86667 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F ul 5 25.0666667 5.0133333 0.30 0.9087 perlak 4 305.1333333 76.2833333 4.52 0.0091

The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 15 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for limfosit NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 20 Error Mean Square 16.86333 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 4.946 5.191 5.347 5.456 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlak A 24.667 6 L3 A B A 21.333 6 L1 B A B A 20.667 6 L5 B B 16.500 6 L7 B B 16.167 6 L9

MONOSIT The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 16 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values ul 6 1 2 3 4 5 6 perlak 5 M1 M3 M5 M7 M9 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30

The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 17 The ANOVA Procedure Dependent Variable: monosit Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 9 76.3333333 8.4814815 1.06 0.4290 Error 20 159.5333333 7.9766667 Corrected Total 29 235.8666667 R-Square Coeff Var Root MSE monosit Mean 0.323629 20.56529 2.824299 13.73333 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F ul 5 7.46666667 1.49333333 0.19 0.9641 perlak 4 68.86666667 17.21666667 2.16 0.1110

The SAS System 01:10 Friday, July 25, 2012 18 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for monosit NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 20 Error Mean Square 7.976667 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 3.401 3.570 3.678 3.753 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlak A 15.333 6 M7 A A 15.000 6 M9 A A 14.500 6 M5 A A 12.167 6 M1 A A 11.667 6 M3