BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan pendekatan open-ended dipadukan dengan model learning cycle

dokumen-dokumen yang mirip
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED. Jurnal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengumpulan data penelitian, hasil analisis data dan pembahasannya. Dari uraian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu atau kuasi eksperimen. Penelitian. kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian. yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kaliurang Km 17 Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN OPEN-ENDED

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pretest dan posttest kreativitas belajar serta pretest dan posttest prestasi belajar.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

BAB III METODE PENELITIAN. experimental research) yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan pada penelitian yaitu berupa data tentang karakter

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. lain yang subjek penelitiannya adalah manusia (Sukardi, 2003:16). Tujuan

BAB IV BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian quasi experiment atau

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dikatakan kuasi eksperimen karena subjek penelitian tidak diacak sepenuhnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian data tentang hasil belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. KH. Ahmad Dahlan 130, Kota Yogyakarta. Adapun mengenai pelaksanaan. Sabtu, 28 November 2015 tahun ajaran 2015/2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. April 2017 sampai dengan Senin, 22 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Manisrenggo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik di kelas VII

BAB III BAB III METODOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimen.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 05 Agustus 2017 di SMPN 1 Ranah Batahan Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi-experimental

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII ini

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk Pre-Experimental Design. Penelitian ini terdiri dari satu variabel

BAB III METODE PENELITIAN. semu (quasy experiment). Desain dari penelitian ini adalah One-Group Pretest

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan satuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan menguraikan hasil penelitian pembelajaran

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasiexperimental

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan dengan model ADDIE (Analysis, Design, Develop, Implement,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Langkah awal yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian di SD Negeri Tlogo dan SD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi data yang dimaksudkan adalah data pretest & posttest. Peneliti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kelas sampel. Pada kelas eksperimen diterapkan model kooperatif tipe think

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

III. METODE PENELITIAN. prestasi belajar matematika menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTsN Batu Benawa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian meliputi: (1) Pengelolaan pembelajaran fisika menggunakan model

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh DEBI GUSMALISA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB IV HASIL PENELITIAN. Peneliti melaksanakan penelitian sebanyak lima kali pertemuan yaitu satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang membandingkan keefektifan pembelajaran kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan open-ended dipadukan dengan model learning cycle 7e dengan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Tempel dengan populasi seluruh kelas VII yang terdiri dari 5 kelas yaitu kelas VII A sampai dengan kelas VII E. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan terpilih kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Pembelajaran di kelas eksperimen maupun kelas kontrol terlaksana 7 kali pertemuan dan 4 kali pertemuan untuk pretest dan posttest. Data dalam penelitian ini terdiri dari data perolehan skor pretest dan skor posttest kemampuan berpikir kreatif matematis dan pencapaian Kompetensi Dasar (KD). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti baik pembelajaran pada kelas eksperimen maupun pembelajaran pada kelas kontrol. Data yang diperoleh kemudian dianalisis. 1. Pelaksanaan Pembelajaran a. Deskripsi Pembelajaran Kelas Eksperimen Penelitian pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran yang menggunakan pendekatan open-ended yang dipadukan dengan model 74

pembelajaran learning cycle 7e. Kegiatan pembelajaran setiap pertemuan diamati oleh observer yang kemudian menuliskan deskripsi pembelajaran pada lembar observasi pembelajaran. Hasil pengamatan menunjukkan peneliti telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang menggunakan pendekatan open-ended yang dipadukan dengan model pembelajaran learning cycle 7e. Hal ini berdasarkan hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran yang menunjukkan pembelajaran 94,9% telah berhasil terlaksana. Berikut tabel keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen. Tabel 10. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan Topik Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Sifat-siafat Segitiga I 95,8% 95,8% 2 Sifat-siafat Segitiga II 100% 100% 3 Sifat-sifat Segi Empat 87,5% 87,5% 4 Luas dan Keliling I 91,7% 87,5% 5 Luas dan Keliling II 91,7% 95,8% 6 Melukis Segitiga 100% 100% 7 Melukis Garis Segitiga 95,8% 100% Rata-rata 94,6% 95,2% Rata-rata Keseluruhan 94,9% Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan perangkat pembelajaran berupa LKS. LKS berisi kegiatan siswa dengan masalah terbuka sebagai bahan untuk belajar siswa. Secara lebih lengkap RPP, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan LKS dapat dilihat pada lampiran. 75

Pembelajaran diawali dengan pretest ketercapaian Kompetensi Dasar (KD) dan kemampuan berpikir kreatif sebagai tolok ukur sejauh mana siswa paham dengan materi yang akan diberikan serta seberapa sejauh apa kemampuan awal berpikir kreatif siswa. Materi yang akan diberikan yaitu segitiga dan segi empat. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan pembelajaran, pada kegiatan pendahuluan siswa diuji pemahaman awal siswa mengenai topik yang akan dibahas baik mengenai materi yang pernah siswa dapatkan atau pengalaman siswa mengenai topik yang akan dibahas. Kegaiatan tersebut adalah tahapan eliciting dalam model learning cycle 7e. kemudian, tahap kedua adalah engagement atau kegiatan yang dilakukan guru untuk membangkitkan minat siswa yaitu dilakukan pemberian motivasi kepada siswa dengan mengaitkan topik pada permaslahan sehari-hari dan memberikan masalah terbuka seperti yang ada pada LKS. Pada kegiatan inti dimulai dengan pembagian kelompok menjadi 8 kelompok dengan setiap kelompok beranggotakan 4 orang siswa. Selanjutnya LKS dibagikan kepada setiap siswa sehingga setiap siswa dalam satu kelompok mendapatkan LKS. Kegiatan ini adalah kegiatan eksplorasi dimana siswa secara aktif berdiskusi menyelesaikan masalahmasalah yang disediakan. Pada tahap ini, guru berkeliling dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. Berikut gambar kegiatan pada tahap eksplorasi siswa. 76

Gambar 3. Siswa Melakukan Eksplorasi dengan mengerjakan LKS Gambar 4. Guru Membimbing Siswa yang Mengalami Kesulitan Selanjutnya setelah siswa mengerjakan LKS, salah satu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka. Siswa diperbolehkan menjelaskan hasil diskusi secara lisan maupun tertulis. Hasil diskusi yang dipresentasikan kemudian dikomentari oleh siswa dari kelompok lain. Pada tahap ini guru bertugas sebagai penegas materi yang dipelajari. Tahap ini disebut tahap explain. Berikut adalah gambar suasana presentasi di kelas: Gambar 5. Siswa Melakukan Presentasi Secara Lisan Gambar 6. Siswa Melakukan Presentasi Secara Tertulis 77

Pada setiap pertemuan setelah presentasi, siswa diberikan latihan soal untuk mengaplikasikan konsep yang mereka terima. Latihan soal dikerjakan secara berkelompok dan dibimbing oleh guru apabila ada yang merasa kesulitan. Kegiatan ini disebut dengan kegiatan elaborate, setelah selesai 2-3 siswa mengerjakan soal di papan tulis yang kemudian hasilnya dikomentari oleh siswa yang lain. Setelah kegiatan inti, adalah kegiatan penutup. Pada setiap pertemuan guru memberikan soal evaluasi pada akhir pembelajaran sehingga dari hasil evaluasi guru mengetahui sejauh mana siswa paham terhadap materi yang baru dipelajari. Soal evaluasi dikerjakan secara individu dan dikumpulkan. Hasil evaluasi diberikan kepada siswa pada pertemuan berikutnya. Kegiatan ini adalah kegiatan evaluation. Kemudian dilanjutkan tahap extend yaitu siswa diberikan pekerjaan rumah dengan soal yang berkaitan dengan materi untuk pertemuan selanjutnya. Secara keseluruhan, kegiatan pembelajaran dengan pendekatan open-ended dalam setting learning cycle 7e berjalan dengan baik. Siswa antusias dalam pembelajaran terutaman ketika berdiskusi dalam satu kelompok. Hal ini ditunjukkan dalam suasana diskusi yang lancar dan sebagian besar siswa fokus terhadap materi. Setiap kelompok aktif bertanya apabila ada materi yang mereka rasa sulit. Pembelajaran segitiga dan segi empat pada kelas eksperimen terlaksana dalam 7 kali pertemuan. Pembelajaran kelas eksperimen sering 78

tertunda dikarenakan adanya try out dan ujian akhir sekolah untuk kelas IX sehingga terganggu oleh libur. Jadwal pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 11. Jadwal Kegiatan Pembelajaran Kelas VII A Hari/ Tanggal Selasa/ 29 Maret 2016 Rabu/ 30 Maret 2016 Selasa/ 12 April 2016 Selasa/ 19 April 2016 Sabtu/ 23 April 2016 Selasa/ 26 April 2016 Kamis/ 28 April 2016 Sabtu/ 30 April 2016 Selasa/ 03 Mei 2016 Sabtu/ 14 Mei 2016 Selasa/ 17 Mei 2016 Kegiatan Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Pretest Ketercapaian KD Sifat Sifat Segitiga I (Jenis Jenis Segitiga dan Ketaksamaan Segitiga) Sifat Sifat Segitiga II (Sudut Dalam dan Sudut Luar Segitiga) Sifat Sifat Segi Empat Luas dan Keliling I Luas dan Keliling II Melukis Segitiga Melukis Garis pada Segitiga Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Posttest Ketercapaian KD b. Deskripsi Pembelajaran Kelas Kontrol Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran ekspositori. Kegiatan pembelajaran setiap pertemuan diamati oleh observer yang kemudian menuliskan deskripsi pembelajaran pada lembar observasi pembelajaran. Hasil pengamatan menunjukkan peneliti telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang menggunakan pembelajaran ekspositori. Hal ini berdasarkan hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran yang menunjukkan pembelajaran 92% telah terlaksana. Berikut adalah tabel keterlaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol. 79

Tabel 12. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan Topik Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Sifat-siafat Segitiga I 100% 100% 2 Sifat-siafat Segitiga II 81,3% 81,3% 3 Sifat-sifat Segi Empat 87,5% 93,8% 4 Luas dan Keliling I 93,8% 93,8% 5 Luas dan Keliling II 87,5% 81,3% 6 Melukis Segitiga 93,8% 93,8% 7 Melukis Garis Segitiga 100% 100% Rata-rata 92% 92% Rata-rata Keseluruhan 92% Pembelajaran ekspositori merupakan pembelajaran individual dengan sumber belajar buku siswa yang dipinjamkan oleh sekolah. Secara lebih lengkap RPP dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran. Pembelajaran diawali dengan pretest seperti yang dilakukan pada kelas eksperimen sebagai tolok ukur sejauh mana siswa paham dengan materi yang akan diberikan serta kemampuan awal berpikir kreatif siswa. Materi yang akan diberikan yaitu segitiga dan segi empat. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan pembelajaran, pada kegiatan pendahuluan siswa diberikan apersepsi yaitu materi pelajaran sebelumnya. Apersepsi dilakukan dengan memberikan pertanyaan pada siswa terkait materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu guru memberikan motivasi pada siswa dengan memberikan contoh penerapan topik dalam kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi yaitu bab segitiga dan segi empat. Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah, tanya 80

jawab dan latihan. Setelah itu siswa diberikan contoh soal dan cara penyelesaiannya, siswa diminta memahami bagaimana mengerjakan soal semacam yang dicontohkan. Kegiatan yang dilakukan siswa adalah mencatat apa yang guru tuliskan kemudian memahami kembali apa yang mereka catat. Tahap berikutnya adalah latihan soal yang ada di buku pegangan siswa. Siswa mengerjakan latihan secara individu tetapi boleh berdiskusi dengan teman sebangku masing-masing. Kegiatan yang dilakukan guru adalah berkeliling dan membimbing siswa yang kesulitan mengerjakan soal. Pada tahap ini, beberapa siswa aktif bertanya pada guru saat mengerjakan latihan soal. Berikut gambar kegiatan yang dilakukan guru dan siswa: Gambar 7. Siswa Mencatat Materi yang Dijelaskan oleh Guru Gambar 8. Guru Membimbing Siswa yang Kesulitan Mengerjakan Latihan Soal Soal yang telah dikerjakan dituliskan di papan tulis oleh 2-3 siswa yang kemudian diberi komentar oleh guru dan siswa lain. Siswa menanggapi apabila jawaban yang dituliskan berbeda dengan miliknya, sedangkan guru memberikan tanggapan diakhir atau menengaskan 81

jawaban mana yang benar. Pada tahap ini siswa kurang begitu aktif, siswa yang maju ke depan harus terlebih dulu ditunjuk oleh guru begitu pula siswa yang memberikan tanggapan. Namun, secara keseluruhan walaupun ditunjuk oleh guru siswa mau memberikan penjelasannya mengenai jawaban soal. Tahap selanjutnya guru memberikan evaluasi yang dikerjakan secara individu dan dikumpulkan. Hasil pekerjaan siswa akan dibagikan pada pertemuan selanjutnya sehingga siswa mengetahui bagian mana siswa harus lebih ditingkatkan belajarnya. Kegiatan pembelajaran di kelas kontrol terlaksana 7 kali pertemuan. Sama seperti kelas eksperimen, jadwal belajar kurang kondusif karena banyak libur untuk try out dan ujian akhir sekolah kelas IX. Berikut adalah tabel yang berisi jadwal pemelajaran di kelas kontrol. Tabel 13. Jadwal Kegiatan Pembelajaran Kelas VII B Hari/ Tanggal Rabu/ 30 Maret 2016 Jumat/ 01 April 2016 Rabu/ 13 April 2016 Jumat/ 15 April 2016 Rabu/ 20 April 2016 Jumat/ 22 April 2016 Rabu/ 27 April 2016 Jumat/ 29April 2016 Rabu/ 04 Mei 2016 Materi yang Diberikan Pretest Sifat sifat segitiga I (jenis jenis segitiga dan ketaksamaan segitiga) Sifat sifat segitiga II (sudut dalam dan sudut luar segitiga) Sifat sifat segi empat Luas dan Keliling I Luas dan Keliling II Melukis Segitiga Melukis Garis pada Segitiga Posttest Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti memberikan soal posttest untuk mengetahui ketercapaian Kompetensi Dasar (KD) dan 82

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah diberikan perlakuan dengan pendekatan open-ended dalam setting learning cycle 7e untuk kelas VII A dan pembelajaran ekspositori untuk kelas VII B. Berikut adalah deskripsi data pretest dan posttest perolehan ketercapaian Kompetensi Dasar (KD) siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tabel. 14 Deskripsi Skor Pretest dan Posttest Ketercapaian KD Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Deskripsi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pretest Posstest Pretest Posstest Rata-rata 47,74 80,60 44,26 72,63 Standar Deviasi 12,22 12,55 12,52 16,64 Variansi 149,26 157,56 156,73 142,32 Nilai Tertinggi Teori 80,00 96,00 72,00 96,00 Nilai Terendah Teori 24.00 48,00 24,00 28,00 Berdasarkan tabel 14 di atas, rata-rata pretest ketercapaian KD kelas eksperimen adalah 47,74 dengan nilai tertinggi 80,00 dan nilai terendah 24,00. Pada pretest persentase ketuntasan yang diperoleh adalah 3,2% artinya dari 31 siswa yang mengikuti pretest hanya ada satu siswa yang memperoleh nilai di atas 75. Setelah diberi perlakuan yaitu menggunakan pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e siswa diberikan posttest. Hasil perolehan skor posttest menunjukkan bahwa rata-rata yang diperoleh adalah 80,60 dengan nilai tertinggi 96,00 dan nilai terendahnya 48,00. Pada posttest persentase 83

ketuntasan yang diperoleh adalah 80% artinya dari 30 siswa yang mengikuti posttest ada sebanyak 6 siswa yang belum mencapai KKM yaitu 75. Rata-rata pretest ketercapaian KD kelas kontrol adalah 44,26 dengan nilai tertinggi 72,00 dan nilai terendah 24,00. Pada pretest persentase ketuntasan yang diperoleh adalah 0% artinya dari 31 siswa yang mengikuti pretest tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai di atas 75. Setelah diberi perlakuan yaitu menggunakan pembelajaran ekspositori siswa diberikan posttest. Hasil perolehan skor posttest menunjukkan bahwa ratarata yang diperoleh adalah 72,63 dengan nilai tertinggi 96,00 dan nilai terendahnya 28,00. Pada posttest persentase ketuntasan yang diperoleh adalah 65,6% artinya dari 32 siswa yang mengikuti posttest ada sebanyak 11 siswa yang belum mencapai KKM yaitu 75. Kegiatan pembelajaran kedua kelas secara keseluruhan lancar. Kendala yang dihadapi peneliti adalah jadwal pembelajaran yang terpotong beberapa kali libur juga ada beberapa siswa yang terkadang membuat suasana sedikit terganggu. 2. Deskripsi Data Data hasil penelitian berupa nilai pretest dan posttest kemampuan berpikir kreatif dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran ekspositori. Pretest merupakan tes yang diberikan pada kelas 84

eksperimen maupun kelas kontrol sebelum diberi perlakuan. Tujuan diberikan pretest adalah untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis awal siswa pada materi. Posttest adalah tes yang diberikan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol setelah diberi perlakuan. Posttest dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah diberi perlakuan. Deskripsi data hasil pretest dan posttest dapat dilihat pada Tabel 15. berikut. Tabel 15. Deskripsi Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Deskripsi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest Rata-rata 31,48 77,64 34,37 72,09 Standar Deviasi 11,29 12,30 10,10 13,12 Variansi 127,42 151,30 102,03 172,11 Nilai Tertinggi Teori 68,97 100,00 55,17 93,10 Nilai Terendah Teori 10,34 48,27 17,24 34,48 Berdasarkan tabel 15, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pretest kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol lebih tinggi dari pada kelas eksperimen. Hasil pretest kedua kelas masih jauh di bawah kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Hal ini menujukkan siswa belum memahami materi yang akan diberikan dan kemampuan berpikir kreatif matematis baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol masih tergolong rendah. Data hasil perolehan skor pretest dapat dilihat pada lampiran. Pada akhir pertemuan diadakan posttest dengan hasil rata-rata seperti pada tabel 15 di atas. Pada tabel dapat diketahui peningkatan nilai 85

pretest yang cukup signifikan. Data hasil perolehan skor posttest dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan nilai yang diperoleh pada pretest maupun posttest berikut disajikan persentase ketuntasan siswa: Tabel 16. Persentase Ketuntasan Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Persentase Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Ketuntasan Pretest Posttest Pretest Posttest Tuntas 0% 70,97% 0% 62,50% Tidak Tuntas 100% 29,03% 100% 37,50% Berdasarkan tabel 16 di atas dapat dilihat bahwa hasil pretest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak ada siswa yang nilainya minimal mencapai 75. Sedangkan hasil posttest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol lebih dari 60% siswa mencapai nilai minimal 75. Selain itu juga dideskripsikan perolehan skor siswa setiap aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut deskripsi data setiap aspek pada kemampuan berpikir kreatif: Tabel 17. Deskripsi Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Setiap Aspek Aspek Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest Kelancaran 28,31 72,04 45,88 75,34 Keluwesan 21,24 79,57 17,74 74,22 Kebaruan 49,35 77,74 60,86 60,31 Rata-rata 32,97 76,45 41,49 69,96 86

Berdasarkan tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor pretest tiap aspek baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol masih dibawah ketuntasan minimal yaitu 75. Rata-rata kemampuan berpikir kreatif pada skor pretest lebih tinggi kelas kontrol tetapi sama-sama belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Sedangkan rata-rata skor posttest tiap aspek dapat dilihat bahwa pada aspek kelancaran rata-rata skor posttest kelas kontrol lebih tinggi. Pada aspek keluwesan dan kebaruan skor rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi serta telah mencapai ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Rata-rata keseluruhan skor aspek kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dan telah mencapai kriteria ketuntasan minimal. 3. Analisis Data Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi analisis data yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji kemampuan awal siswa. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan bantuan SPSS 17. Keputusan untuk uji normalitas apabila nilai signifikan value lebih besar dari 0,05. Hasil uji normalitas pretest dapat dilihat pada tabel berikut. 87

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Significant Value Keputusan Eksperimen 0,161 H 0 diterima Kontrol 0,481 H 0 diterima Berdasarkan hasil uji normalitas skor pretest kemampuan berpikir kreatif kelas ekperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji normalitas posttest dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Significant Value Keputusan Eksperimen 0,109 H 0 diterima Kontrol 0,053 H 0 diterima Berdasarkan hasil uji normalitas skor postest kemampuan berpikir kreatif kelas ekperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Secara lebih lengkap hasil output uji normalitas dapat dilihat pada lampiran. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Levene Statistic dengan taraf signifikansi 0,05. Uji homogenitas menggunakan bantuan SPSS 17. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berasal dari kelompok yang homogen atau tidak. Berikut tabel hasil uji homogentitas skor pretest dan posttest kemampuan berpikir kretaif matematis. 88

Tabel 20. Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Data Significant Value Hasil Pretest 0,389 Homogen Posttest 0,529 Homogen Berdasarkan hasil uji homogenitas, baik skor pretest maupun skor posttest besar signivicant value lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa skor pretest maupun posttest kemampuan berpikur kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang sama (homogen). Secara lebih lengkap hasil output uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran. Selanjutnya dilakukan uji kemampuan awal siswa. Hipotesis statistik untuk uji kemampuan awal adalah sebagai berikut: H 0 : H 1 : EA EA KA KA Keterangan: EA :Rata-rata skor awal kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen. KA :Rata-rata skor awal kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol Dari perhitungan diperoleh t hitung = -2,6575 dengan taraf signifikansi = 0,05. Diperoleh t 0,025(60) = 2,0003 sehingga t hitung = -2,6575 < t 0,025(v) = 2,0003 yang artinya H 0 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama. 89

Secara lebih lengkap perhitungan uji kemampuan awal dapat dilihat pada lampiran. Setelah uji asumsi terpenuhi, selanjutnya adalah menguji hipotesis penelitian untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Hasil kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama sehingga pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata skor posttest siswa minimal mencapai KKM yaitu 75. a. Keefektifan Pendekatan Open-Ended dalam Setting Pembelajaran Learning Cycle 7E Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Keefektifan pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis dapat diketahui dengan uji t. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. H 0 : 74, 99 H 1 : 74, 99 Perhitungan menunjukkan nilai t 1, 1995, taraf signifikan hitung = 0,05 sehingga t 0,05(30) 1, 6973. Karena t hitung t 0,05(30 ) maka H 0 ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis. Secara lebih lengkap perhtungan dapat dilihat pada lampiran. 90

b. Keefektifan Pembelajaran Ekspositori Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan pembelajaran ekspositori apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. H 0 : 74, 9 H 1 : 74, 9 Perhitungan menunjukkan nilai t 1, 2504, taraf signifikan hitung = 0.05 sehingga t 0,05(31) 1, 6955. Karena t hitung t 0,05(30 ) maka H 0 ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan ekspositori efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis. Secara lebih lengkap perhitungan dapat dilihat pada lampiran. c. Perbandingan Keefektifan Pendekatan Open-Ended dalam Setting Pembelajaran Learning Cycle 7E dan Pembelajaran Ekspositori Pengujian hipotesis rumusan masalah ketiga dilakukan apabila pebelajaran dengan pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e serta pebelajaran ekspositori efektif ditinjau dari kemapuan berpikir kreatif matematis siswa. Jika salah satu perlakuan pembelajaran tidak efektif, pengujian tidak dilakukan. Berdasarkan hasil uji hipotesis rumusan masalah 1 dan 2 diperoleh hasil bahwa pendekatan open-ended dalam setting 91

pembelajaran learning cycle 7e dan pembelajaran ekspositori efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Oleh karena itu dilakukan uji beda rata-rata untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih efektif. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: H 0 : H 1 : EP EP KP KP Perhitungan menunjukkan nilai t 1, 7309, taraf signifikan hitung = 0.05 sehingga t 0,05(61) 1, 67022. Karena t hitung t 0,05(61 ) maka H 0 ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan pebelajaran dengan pendekatan openended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e lebih efektif dari pada pebelajaran ekspositori ditinjau dari kemapuan berpikir kreatif matematis siswa. Secara lebih lengkap, perhitungan dapat dilihat pada lampiran. B. Pembahasan Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti melalui hasil pretest di SMP Negeri 2 Tempel kelas VII, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih belum maksimal. Siswa terpaku pada satu cara atau satu jawaban saja padahal banyak alternatif jawaban lain yang dapat digunakan. Hal tersebut juga terlihat pada hasil pretest kemampuan berpikir kretaif matematis dimana untuk kelas eksperimen nilai terendahnya adalah 10,34, nilai tertingginya 68,97 dengan ketutasan klasikal 0% yang artinya dari 31 siswa tidak ada siswa yang 92

mencapai KKM. Sedangkan untuk kelas kontrol nilai pretest terendahnya adalah 17,24, nilai tertingginya 55,17 dengan ketuntasan klasikal 0%. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e yang ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Pembanding yang digunakan yaitu kelas kontrol menggunakan pembelajaran ekspositori. Kedua perlakuan kemudian diuji mana yang efektif dan perlakuan mana yang lebih efektif. Penelitian ini mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa pada kelas yang diberi perlakuan (kelas eksperimen) menggunakan pendekatan open-ended dalam setting learning cycle 7e dengan siswa pada kelas yang tidak diberi perlakuan (kelas kontrol) menggukan pembelajaran ekspositori. Kemudian diselidiki apakah perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen efefktif diterapkan apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada deskripsi data posttest. Dari hasil posttest kelas eksperimen nilai terendah siswa adalah 48,27, nilai tertinggi siswa 100,00 dengan ketuntasan 70,97%. Sedangkan pada kelas kontrol nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 34,48 dan nilai tertingginya adalah 93,10 dengan ketuntasan klasikal 62,50%. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen adalah 77,14 sedangakan untuk kelas kontrol adalah 72,09. Dari hasil posttest dapat dilihat peningkatan sebesar 45,66 untuk kelas eksperimen sedangkan untuk kelas kontrol terdapat peningkatan sebesar 37,72. 93

Hasil perolehan skor tiap aspek kemampuan berpikir kreatif menunjukkan bahwa rata-rata setiap aspek kelas eksperimen meningkat. Pada aspek kelancaran skor meningkat 43,73, pada aspek keluwesan skor meningkat sebesar 58,33 dan pada aspek kebaruan skor meningkat 6,99. Rata-rata ketiga aspek tersebut juga meningkat sebesar 28,39. Peningkatan yang terjadi cukup signifikan tetapi hanya aspek kelancaran saja yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 75. Kedua aspek yang lain yaitu keluwesan dan kebaruan telah mencapai kriteria dan telah terjadi peningkatan dibandingkan sebelumnya. Pada aspek keluwesan siswa sudah menggunakan berbagai cara berbeda namun masih banyak siswa yang salah melakukan perhitungan sehingga jawabannya kurang tepat. Sedangkan untuk aspek kebaruan selain rata-rata aspeknya terendah, peningkatannya pun tidak terlalu signifikan. Hal tersebut dikarenakan cara yang digunakan siswa dalam menjawab soal sebagian besar masih merupakan cara yang biasa dan banyak digunakan oleh siswa yang lain. Hasil perolehan skor tiap aspek kemampuan berpikir kreatif pada kelas kontrol menunjukkan bahwa rata-rata skor aspek kelancaran meningkat sebesar 29,46, skor aspek keluwesan meningkat sebesar 56,48 dan pada aspek kebaruan tidak mengalami peningkatan. Rata-rata ketiga aspek tersebut juga meningkat sebesar 28,47. Sama seperti dengan kelas kontrol peningkatan yang terjadi cukup signifikan tetapi hanya aspek kelancaran saja yang telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 75. Kedua aspek yang lain yaitu keluwesan dan kebaruan belum mencapai kriteria. Pada aspek keluwesan hanya 94

beberapa siswa yang mengerjakan soal dengan berbagai cara sehingga nialainya maksimal. Hal tesebut dikarenakan siswa tidak terbiasa dalam menyelesaikan permasalahan yang diminta. Pada aspek kebaruan siswa seperti permaslahan pada kelas ekperimen. Siswa masih menggunakan cara yang juga digunakan banyak siswa lain sehingga nilainya kurang maksimal serta hanya beberapa siswa yang mampu menyelesaikan soal pemecahan masalah yang diberikan. Hasil posttest tiap aspek kedua kelas kemudian dibandingkan. Peningkatan tiap aspek pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Rata-rata nilai aspek kelancaran kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Hal ini dikarenakan siswa-siswa kelas kontrol lebih cepat dan tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang diminta. Selanjutnya pada aspek keluwesan dan kebaruan peningkatan skor kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut diduga dikarenakan pada kelas eksperimen terdapat tahap diskusi sehingga siswa akan saling bertukar pikiran dalam proses pembelajarannya. Hal tersebut akan membuka wawasan siswa sehingga siswa akan terbiasa menuliskan cara yang berbeda dalam menjawab soal. Pada aspek kebaruan siswa masih terpaku dengan cara penyelesaian soal yang sering digunakan dan bahkan digunakan oleh hampir seluruh siswa sehingga skor kebaruan yang diperoleh menjadi kurang maksimal. Selain itu, juga dikarenakan siswa kurang dapat memahami soal cerita sehingga mereka menuliskan jawaban dengan cara sulit dipahami. 95

Secara keseluruhan rata-rata ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Perbedaan perolehan skor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara kedua kelas. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan perilaku yang diberikan pada kedua kelas. Berikut akan dibahas perbedaan perilaku pada kedua kelas. 1. Keefektifan Pendekatan Open-Ended dalam Setting Pembelajaran Learning Cycle 7E Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended dalam setting learning cycle 7e dalam penelitian ini telah terlaksana sesuai dengan langkah-langkah pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari persentase keterlaksaan pembelajaran pada kelas eksperimen. Lembar keterlaksanaan pembelajaran diisi oleh observer dan diberi komentar sesuai dengan suasana dan kondisi pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif apabila telah mencapai tujuan diadakan pembelajaran itu. Pada penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata hasil posttest siswa minimal mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Keefektifan pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e dapat dilihat pada hasil analisis data. Analisis data yang digunakan meliputi deskripsi dan analisis data. Data hasil perolehan skor pretest diolah menggunakan SPSS dengan hasil kedua kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol 96

berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama (homogen). Selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata (uji-t) untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada skor pretest. Berdasarkan hasil uji kemampuan awal, dapat disimpulkan kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelan kontrol dianggap sama. Data hasil perolehan posttest juga dianalisis dengan hasil kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama (homogen). Selanjutnya dilakukan uji keefektifan menggunakan uji beda rata-rata (uji-t). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Hal ini didukung oleh penelitian Agus Setiawan (2015) dengan hasil penelitian pembelajaran learning cycle 7e meningkatkan prestasi siswa yang memiliki kemapuan kreativitas tinggi. 2. Keefektifan Pembelajaran Ekspositori Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pendekatan ekspositori pada penelitian ini menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Sehingga guru tidak selalu menerangkan materi tetapi juga diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memberikan kesempatan pada siswa. Pembelajaran menggunakan pendekatan ekspositori telah terlaksana sesuai dengan langkah-langkah pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari persentase keterlaksaan pembelajaran pada kelas kontrol. 97

Lembar keterlaksanaan pembelajaran diisi oleh observer dan diberi komentar sesuai dengan suasana dan kondisi pembelajaran. Keefektifan pendekatan ekspositori dapat dilihat pada hasil analisis data. Analisis data yang digunakan meliputi deskripsi dan analisis data. Data hasil perolehan skor pretest diolah menggunakan SPSS dengan hasil kedua kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama (homogen). Selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata (uji-t) untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada skor pretest. Berdasarkan hasil uji kemampuan awal, dapat disimpulkan kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelan kontrol dianggap sama. Data hasil perolehan posttest juga dianalisis dengan hasil kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama (homogen). Selanjutnya dilakukan uji keefektifan menggunakan uji beda rata-rata (uji-t). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pendekatan ekspositori efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Suyono dan Hariyanto (2015: 80) yang menyatakan bahwa dengan pembelajaran ekspositori siswa secara langsung mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya melalui penjelasan dari guru dan dalam waktu yang lebih singkat sehingga siswa akan langsung paham terhadap materi. Pembelajaran ekspositori akan efektif apabila didukung oleh situasi pembelajaran yang kondusif. 98

3. Perbandingan Keefektifan Pendekatan Open-Ended dalam Setting Pembelajaran Learning Cycle 7E dan Pembelajaran Ekspositori Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e dan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori efektif apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Oleh karena itu dilakukan uji beda rata-rata (uji-t) untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih efektif. Berdasarkan hasil uji beda rata-rata (uji-t) kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e lebih efektif dibandingkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ekspositori. Pendekatan open-ended dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa hal ini seperti penelitian Tri Rokhimah (2015) yang menyatakan bahwa pendekatan saintifik berbasis masalah open ended efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif siswa. Selain itu, model pembelajaran learning cycle 7e memberikan wadah bagi siswa untuk belajar mandiri, berdiskusi, mengutarakan pendapat, dan memberikan komentar. Langkah-langkah yang dialui siswa 1) eliciting prior knowledge yaitu pemunculan pemahaman awal siswa terhadap materi sehingga siswa dapat mengaitkan materi yang akan ia pelajari dengan apa yang telah mereka ketahui 2) engage yaitu membangkitkan minat siswa terhadap materi. Pada tahap ini, materi dikaitkan pada kehidupan sehari-hari atau maslah nyata yang ada di sekitar siswa sehingga siswa termotiivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini juga dibubuhkan masalah 99

terbuka sehingga siswa terpancing untuk mengikuti pelajaran. 3) Explore yaitu melakukan eksplorasi terhadap materi yang akan dipelajari. Pada tahap ini, siswa dibentuk kelompok kecil, dan setiap siswa mendapatkan LKS. Siswa melakukan eksplorasi dengan memahami maslah yang ada pada LKS kemudian mendiskusikanya bersama teman satu kelompok, saling mengomunikasikan dan saling bertukar pendapat sehingga siswa akan mendapatkan berbagai macam jawaban dan berbagaimacam cara dalam penyelesaian suatu masalah. 4) explain yaitu menjelaskan, setelah melakukan kegiatan pada LKS siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Siswa menjelaskan bagaimana mereka mendapatkan suatu konsep dan bagaiman menyelesaikan masalah terbuka yang disediakan. 5) elaborate yaitu mengaplikasikan konsep yang baru saja mereka temukan pada soal yang berbentuk pemecahan masalah. Siswa bekerja bersama kelompok untuk dapat mmecahkan masalah yang disediakan. 6) evaluate yaitu evaluasi di setiap pertemuan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi dan sejauh mana keberhasilan metode yang diterapkan guru. 7) extend yaitu mempertegas pengetahuan dan memperluas dengan mengaitkan topik dengan permaslahan lain. Siswa diberikan tugas yang berkaitan dengan materi yang akan mereka terima pada pertemuan berikutnya. Tahap ini menuntun siswa untuk menghubungkan materi yang baru dipelajari dengan materi yang akan dipelajari berikutnya. Berdasarkan langkah-langkah pada pembelajaran kelas eksperimen, siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam belajar. Keaktifan siswa yang 100

dominan terjadi saat siswa berdiskusi berkelompok. Masalah yang disuguhkan dalam LKS bersifat masalah terbuka atau masalah tidak lengkap sehingga akan membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Langkah-langkah pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol lebih menekankan pembelajaran secara individual. Pembelajaran ekspositori bisa menjadi efektif tergantung situasi dan kondisi kelas. Penyampaian materi secara ceramah dan diselingi tanya-jawab, kegiatan siswa adalah memperhatikan dan mencatat apa yang guru sampaikan. Kemudian siswa diberikan contoh pengerjaan soal serta latihan soal. Siswa tidak berinteraksi dengan beberapa siswa, hanya dengan teman sebangku saja. Hal tersebut membuat pemikiran siswa kurang berkembang karena tidak banyak masukan yang ia dapatkan. oleh karena itu siswa terpaku pada suatu cara saja. 101