BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match dan model pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian data tentang hasil belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebagai kelas kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Solok tahun ajaran 2016/2017, maka diperoleh data motivasi belajar dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran matematika dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 05 Agustus 2017 di SMPN 1 Ranah Batahan Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. siswa dengan eksperimentasi pembelajaran aktif tipe the powe of two disertai

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan pada penelitian yaitu berupa data tentang karakter

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. peserta didik dengan Eksperimentasi Model Kooperatif Kancing Gemerincing

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Deskripsi Data Tentang Hasil Belajar Siswa. kelas eksperimen ( kelas VII.3 ) berjumlah 36 orang, dan pada kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest

BAB III METODE PENELITIAN. experimental research). Tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebagai dasar dalam pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli sampai dengan 07 Agustus tahun ajaran 2017/2018 di ketiga kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Langkah awal yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian di SD Negeri Tlogo dan SD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kelas sampel. Pada kelas eksperimen diterapkan model kooperatif tipe think

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Penerapan Strategi True or False terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Data Skor Motivasi Belajar Peserta Didik

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian eksperimen-semu. Penelitian eksperimen-semu bertujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain dalam penelitian ini adalah quasy experiment (eksperimen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN N PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian eksperimen-semu. Penelitian eksperimen-semu bertujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

UJI PERSYARATAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan di SMA Negeri 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya, maka jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Strategi Pembelajaran Peer Lesson untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

Tabel 4 Non Equivalent Control Group Design Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen 1 X 1.2 X 1.1 Y 1 Eksperimen 2 X 2.2 X 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan satuan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAPPS dan PBL melalui

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. syarat, jika harga koefisien rhitung 0,300 (Riduwan, 2005:109;

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Kadar Estrogen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DIKOMBINASIKAN MAKE A MATCH DAN STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Pembuatan Suspensi Zat Uji

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT, SNOWBALL THROWING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI SEGITIGA SISWA KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. variabel yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan. Variabel dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Interpretasi: Output Test of Homogenity of Variance Dari hasil output diatas dapat diketahui nilai probabilitas untuk hasil belajar dengan nilai

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Oleh : SRI MARYANI. Oleh : SURYATI A

Komang Suardika, S.Pd (Pendidikan Fisika, Undiksha) 2013

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PBL) BERBASIS MAPLE MATAKULIAH KALKULUS LANJUT II

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penerapan Model Pembelajaran inkuiri terbimbing disertai mind mapping dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peserta Didik Kelas VIII MTs Bawan, Kabupaten Agam yang terdiri. dari gambaran hasil belajar dan pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dan (3) Hasil Penelitian, (4) Pembahasan. Berikut ini akan dibahas

Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN TGT (Teams Games Tournament) DAN NHT (Numbered Heads Together) DENGAN MEDIA GAMBAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 3 Camba Kabupaten Maros. Data-data yang dianalisis adalah data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes awal maupun tes akhir merupakan data

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Malia 1, Dodik Mulyono², Reny Wahyuni³ STKIP-PGRI Lubuklinggau

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan deskripsi data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together, di kelas VII SMP Negeri 2 Kubung. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 25 April 2017 sampai 2 Juni 2017 dengan 6 kali pertemuan. Data yang diperoleh yaitu dari tes pemahaman konsep matematis siswa. A. Deskripsi Data Setelah dilakukan tes akhir pemahaman konsep, diperoleh data hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen I dengan pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match, pada kelas eksperimen II dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan kelas kontrol dengan pembelajaran ekspositori. Tes diujikan berdasarkan materi yang diberikan pada saat penelitian yaitu segitiga. Nilai tes akhir siswa pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran XVII. Tes pemahaman konsep dilaksanakan pada pertemuan keenam. Tes tersebut terdiri dari 5 butir soal essay. Tes diikuti oleh 20 siswa di kelas eksperimen I, 21 siswa di kelas eksperimen II dan 20 siswa di kelas kontrol dengan alokasi waktu 90 menit. Setelah tes dilaksanakan, diperoleh data 78

79 tentang kemampuan pemahaman konsep siswa. Hasil analisis tes kemampuan pemahaman konsep siswa disajikan dalam tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Analisis Tes Pemahaman Konsep Siswa Kelas N x x maks x min Simpangan Baku Persentase Ketuntasan Eksperimen I 20 85,35 100 66 10,63 80 Eksperimen II 21 76,00 100 60 10,90 71 Kontrol 20 66,30 88 45 13,82 55 Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diperoleh informasi bahwa rata-rata tes pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pada kelas kontrol. Persentase siswa yang mencapai ketuntasan pada kelas eksperimen I mencapai 80 %, pada kelas eksperimen II mencapai 71 % sedangkan pada kelas kontrol 55%. Siswa dikatakan mencapai ketuntasan apabila memiliki nilai diatas KKM yaitu 75. Akan tetapi persentase ketuntasan kelas eksperimen belum tercapai secara klasikal. Kelas ekperimen memiliki simpangan baku yang lebih kecil daripada kelas kontrol. Itu berarti bahwa nilai pada kelas eksperimen lebih seragam dan lebih baik daripada kelas kontrol Kemampuan siswa memahami konsep matematika dalam penelitian ini dilihat dari lima indikator pemahaman konsep, yaitu (1) menyatakan ulang sebuah konsep; (2) mengklasifikasikan objek objek menurut sifat sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; (3) menyajikan konsep dalam berbagai

80 bentuk representasi;(4) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; (5) mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah. Hasil uji hipotesis menunjukan hasil bahwa pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen I lebih baik dari pada kelas eksperimen II dan kelas kontrol. Hasil uji hipotesis merupakan kesimpulan secara umum dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut. Tabel 4.2 Nilai Rata-rata Siswa Setiap Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep pada Kelas Sampel Indikator Kemampuan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep Eksperimen I Eksperimen II Kontrol Menyajikan ulang sebuah konsep 90,83 85,11 72,15 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk 93,75 86,01 74,36 representasi; Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan 80,62 74,25 64,53 konsep Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau 86,25 78,40 70,27 operasi tertentu Mengklasifikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah 75,30 60,25 50,2 Nilai rata-rata keseluruhan 85,35 76,00 66,30 Selain itu nilai rata-rata setiap indikator kemampuan pemahaman konsep pada ketiga kelas sampel dapat juga dilihat pada diagram berikut:

81 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Eksperimen I Eksperimen II Kontrol Gambar 4.1 Nilai Rata-rata Setiap Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep pada Kelas Sampel Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1 diagram di atas menjelaskan bahwa nilai rata-rata setiap indikator pemahaman konsep matematika siswa diperoleh. Pada indikator (1) yaitu menyajikan ulang sebuah konsep diperoleh nilai kelas eksperimen I 90,83, kelas eksperimen II 85,11 dan kelas kontrol 72,15. Indikator (2) yaitu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi diperoleh nilai 93,75 pada kelas eksperimen I, 86,01 pada kelas eksperimen II dan 74,36 pada kelas kontrol. Indikator (3) yaitu mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep, nilai diperoleh kelas eksperimen I 80,62, kelas eksperimen II 74,25 dan 64,53 pada kelas kontrol. Indikator (4) yaitu menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu diperoleh nilai 86,25 pada kelas eksperimen I, 78,40 pada kelas eksperimen II dan 70,27 pada kelas kontrol.

82 Indikator (5) Mengklasifikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah diperoleh nilai kelas eksperimen I adalah 75,30, kelas eksperimen II adalah 60,25 dan 50,20 pada kelas kontrol. Pada tabel 4.2 dan gambar 4.1 terlihat bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II dan kelas kontrol. Dimana pemahaman konsep kelas eksperimen I lebih tinggi daripada kelas eksperimen II dan kelas kontrol. B. Analisis Data Untuk menarik kesimpulan tentang data hasil tes akhir pemahaman konsep matematika siswa pada kelas sampel dilakukan analisis secara statistik. Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap ketiga sampel tersebut. 1. Uji Normalitas Uji normalitas hasil tes akhir pemahaman konsep matematika siswa kelas sampel dilakukan dengan menggunakan SPSS 20 (Statistic Product And Service Solution) yaitu Uji Kolmogorov dan Uji Shapiro Wilk, maka didapatkan kesimpulan yang terdapat pada tabel dibawah ini: Kelas Tabel 4.3 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Nilai VII-A.185 20.071.923 20.112 VII-B.098 20.200 *.948 20.338 VII-C.178 21.082.944 21.257 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

83 Berdasarkan tabel diatas pada uji Kolmogorov-Smirnov dan shapiro-wilk terlihat nilai probabilitas atau signifikannya > 0,05 artinya bahwa ketiga kelas sampel nilai siswanya berdistribusi normal. Dalam menentukan uji normalitas peneliti juga menggunakan uji liliefors, maka didapatkan kesimpulan sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Perbandingan L 0 dan L tabel No Kelas L 0 L tabel Kesimpulan Keterangan 1 Eksperimen I 0,1462 0,1982 L 0 < L tabel Data Normal 2 Eksperimen II 0,1295 0,1934 L 0 < L tabel Data Normal 3 Kontrol 0,1410 0,1982 L 0 < L tabel Data Normal Untuk perhitungan lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran XVIII. 2. Uji Homogenitas uji Bartlett Uji homogenitas variansi sampel dilakukan dengan menggunakan Tabel 4.5 Uji Bartlet Kelas N n-1 Si Si 2 Log Si 2 (n-1) Si 2 (n-1) Log Si 2 VII-A 20 19 13.853 191.90 2.2831 3646.20 43.379 VII-B 20 19 10.639 113.18 2.0538 2150.55 39.022 VII-C 21 20 10.904 118.90 2.0752 2378.00 41.504 Jumlah 61 58 35.396 423.99 6.41206 8174.75 123.904

84 Berdasarkan kriteria pengujiannya diterima H 0 jika 2 2 hitung tabel dengan α = 0,05. Dari perhitungan diatas diperoleh 2 2 hitung tabel dimana 1,6996 < 11,07 maka H 0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel mempunyai variansi yang homogen pada taraf kepercayaan 95%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran XIX. 3. Uji Hipotesis Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas variansi yang telah dilakukan, ternyata ketiga kelas sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian ditolak atau diterima, dengan hipotesis stasistik : a. Kelas Eksperimen I dan Kelas Kontrol H 0 μ B μ A H 1 μ B > μ A Dengan : B Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen I (Index Card Match) μ A =Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa pada kelas Kontrol (Ekspositori) Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata pemahaman konsep kelas eksperimen I diperoleh 85,35, sedangkan kelas kontrol diperoleh 66,30. Dari rata-rata tersebut terlihat bahwa rata-rata pemahaman

85 konsep kelas ekperimen I lebih tinggi dari pada rata-rata pemahaman konsep kelas kontrol. Karna μ B > μ A (85,35 > 66,30). b. Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol H 0 μ C μ A H 1 μ C > μ A Dengan : C Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa pada kelas Eksperimen II (Numbered Head Together) μ A =Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa pada kelas Kontrol (Ekspositori) Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata pemahaman konsep kelas eksperimen II diperoleh 76,00, sedangkan kelas kontrol diperoleh 66,30. Dari rata-rata tersebut terlihat bahwa rata-rata pemahaman konsep kelas ekperimen II lebih tinggi dari pada rata-rata pemahaman konsep kelas kontrol. Karna μ C > μ A (76,00 > 66,30). c. Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II H 0 μ B = μ C H 1 μ B μ C Dengan : B C Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa pada kelas Eksperimen I Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa pada kelas Eksperimen II

86 Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata pemahaman konsep kelas eksperimen I diperoleh 85,35, sedangkan kelas kontrol diperoleh 76,00. Dari rata-rata tersebut terlihat bahwa rata-rata pemahaman konsep kelas ekperimen I tidak sama dengan rata-rata pemahaman konsep kelas eksperimen II. Karna μ B μ C (85,35 > 76,00). Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak digunakan uji anova satu arah. Kriteria pengujian pada uji hipotesis ini, jika f hitung > f tabel maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Perolehan dari hasil pengolahan data didapat nilai f tabel = 3,16 sedangkan dalam perhitungan diperoleh nilai f hitung = 12,8. Jadi f hitung > f tabel atau 12,8 > 3,16 ; maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga model pembelajaran kooperatif memberikan hasil pembelajaran yang tidak sama. Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran XX. Uji hipotesis anova satu arah hasil tes akhir pemahaman konsep matematika siswa kelas sampel dilakukan dengan menggunakan SPSS 20 (Statistic Product And Service Solution) yaitu Uji Kolmogorov dan Uji Shapiro Wilk, maka didapatkan kesimpulan yang terdapat pada tabel dibawah ini:

87 Tabel 4.6 ANOVA Nilai Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 3629.447 2 1814.723 12.875.000 Within Groups 8174.750 58 140.944 Total 11804.197 60 Berdasarkan tabel diatas pada uji Kolmogorov-Smirnov dan shapiro-wilk terlihat nilai probabilitas atau signifikannya > 0,05 artinya bahwa ketiga sampel mempunyai rata-rata yang berbeda. 4. Uji Scheffe (Uji Lanjut) Setelah dalam keputusan uji hipotesis Ho ditolak, maka untuk menetukan model pembelajaran manakah yang paling baik, dilakukan uji perbandingan ganda (multiple comparison) dengan uji scheffe. Kriteria pengujian pada uji Scheffe ini, yaitu: a) Jika F hitung > F tabel, maka kedua kelompok terdapat perbedaan signifikan. b) Jika F hitung < F tabel, maka kedua kelompok tidak terdapat perbedaan signifikan Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan: (1) F hitung (kelompok B-C) > F tabel = 25,75 > 6,32 Disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara µ A dan µ C (kelas eksperimen I dengan model pembelajaran Index

88 Card Match dan kelas kontrol dengan model pembelajaran Ekspositori) (2) F hitung (kelompok C-A) > F tabel = 6,84 > 6,32 Disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara µ C dan µ A (kelas eksperimen II dengan model pembelajaran Numbered Head Together dan kelas kontrol dengan model pembelajaran Ekspositori) (3) F hitung (kelompok B-C) > F tabel = 6,40 > 6,32 Disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara µ A dan µ C (kelas eksperimen I dengan model pembelajaran Index Card Match dan kelas eksperimen II dengan model pembelajaran Numbered Head Together) Berdasarkan dua analisis yang dilakukan yaitu anova satu arah dan perbandingan ganda, dapat disimpulkan bahwa ketiga teknik pembelajaran tersebut memberikan hasil yang berbeda. Dari ketiganya, yang memberikan pemahaman paling tinggi adalah model pembelajaran kelas eksperimen I (model pembelajaran Index Card Match), disusul kelas eksperimen II (model pembelajaran Numbered Head Together), dan kelas kontrol (Ekspositori). Data lengkap dapat dilihat pada lampiran XXI.

89 C. Pembahasan Hasil Analisis Data Pada tabel 4.5 terlihat bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II dan kelas kontrol. Perbedaan yang terjadi pada ketiga kelas ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan pada ketiga kelas berbeda. Berdasarkan pengamatan selama penelitian, terlihat bahwa siswa pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II sangat antusiasa mendengarkan penjelasan dari guru karena strategi ini baru pertama kali diterapkan dalam pembelajaran matematika di kedua kelas tersebut. Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen diawali dengan berdo a bersama, absensi,menyampaiakan tujuan pembelajaran, apersepis dan memberikan motivasi. Pada kelas eksperimen I menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Istarani (2011: 222) Pembelajaran ini merupakan peninjauan ulang kembali materi yang dipelajari dengan menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen yang disajikan dalam bentuk permainan kartu. kemudian siswa bekerja sama dalam kelompok untuk mendiskusikan kesesuaian jawaban dari pertanyaan pada kartu yang dikocok oleh guru. Pembagian kelompok yang heterogen menjadikan siswa saling membantu satu sama lain. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat membantu siswa yang kemampuannya lebih rendah dalam penyelesaian soal-soal.

90 Sebagaimana yang di kemukakan oleh Silberman (2009: 249) yang menyatakan Salah satu cara yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap melekat dalam fikiran adalah dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari. Materi yang dibahas oleh siswa cendrung lima kali lebih melekat didalam fikiran ketimbang materi yang tidak dibahas. Pada awalnya siswa tampak keberatan dan merasa kesulitan. Salah satu yang menyebabkan siswa menjadi keberatan karena siswa belajar berkelompok serta mencari pasangannya dikelompok masing-masing, dimana pembagian kelompoknya dilakukan secara acak. Siswa ingin langsung ada pasangannya tanpa harus mencari pasangan masing-masing, namun setelah guru menjelaskan alasan dan tujuan pembagian kelompok tersebut para siswa akhirnya bisa menerima. Dalam penelitian yang peneliti lakukan masih terdapat kelemahan yaitu keterbatasan waktu, sehingga tidak semua soal dapat ditampilkan oleh siswa serta kesulitan dalam mencari pasangan mereka, selain itu siswa juga ada tukar-tukar pasangan karena pasangannya belum cocok. Untuk mengatasi masalah tersebut yang dapat dilakukan guru adalah membimbing siswa dalam mencari pasangannya dan menjelaskan soal yang tidak bisa ditampilkan siswa didepan kelas. Selama proses belajar mengajar pada kelas eksperimen I banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh siswa, di antaranya siswa lebih aktif mendalami konsep materi yang diajarkan karena adanya peninjauan

91 kembali materi, siswa-siswa tersebut merasa lebih dekat dengan temannya, siswa lebih semangat dalam mencari pasangannya dan mendiskusikan soal dan jawaban yang mereka peroleh, dengan semangatnya siswa dalam berdiskusi dapat membantu menambah pemahaman siswa tentang materi yang kurang dipahaminya. Hal ini disebabkan karena siswa harus bisa menemukan pasangannya. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa dan diperoleh hasilnya bahwa pembelajaran tersebut lebih menarik karena dalam menyelesaikan materi dengan meninjuau ulang kembali lewat permainan kartu menjadi tantangan tersendiri bagi setiap pasangan kelompok. Pada kelas eksperimen II menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Togeher. Istarani (2011: 12) Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa untuk bekerjasama dalam suatu kelompok kecil untuk menuntaskan materi pelajarannya. Model pembelajaran ini merupakan model belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa tersebut Berdasarkan pengamatan peneliti selama penelitian pada kelas eksperimen II, pada awalnya siswa tampak keberatan dengan pembagian kelompok yang telah guru tetapkan dimana pembagian kelompoknya sesuai dengan leretan kebelakang tempat duduknya. Hal itu karena ada beberapa siswa yang ingin memilih kelompoknya sendiri.

92 Namun setelah guru menjelaskan alasan dan tujuan pembagian kelompok tersebut para siswa akhirnya bisa menerima. Sama halnya dengan eksperimen I, pada kelas eksperimen II dalam penelitian yang peneliti lakukan masih terdapat kelemahan yaitu keterbatasan waktu, sehingga tidak semua kelompok dapat menampilkan diskusi kelompok mereka. Untuk mengatasi masalah tersebut yang dapat dilakukan guru adalah membimbing dan menjelaskan soal yang tidak bisa ditampilkan siswa didepan kelas. Pada kelas eksperimen II selama proses belajar dan mengajar berlangsung banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh siswa, di antaranya, Dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, para anggota kelompok antusias untuk mengeluarkan pendapat dari berbagai sumber buku yang dimiliki oleh siswa dan lebih meningkatkan rasa percaya diri dalam menjawab permasalahan yang sedang dihadapi dalam kelompok nya serta mampu meningkatkan kerjasama diantara siswa, sebab dalam pembelajarannya siswa ditempatkan dalam suatu kelompok untuk berdiskusi. Sehingga membuat siswa mampu memahami setiap materi yang diberikan oleh guru. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Trianto (2012:82) yang menyatakan bahwa Numbered Heads Together melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa dan diperoleh hasilnya

93 bahwa pembelajaran tersebut lebih menarik karena dalam menyelesaikan materi yang dihadapi oleh setiap anggota kelompok dengan memiliki nomor berbeda, dengan adanya perbedaan tersebut,justru menjadi tantangan tersendiri bagi masing-masing anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif (diskusi kelompok) menekankan tanggung jawab yang diberikan adalah memahami dan menyelesaikan suatu tugas secara bersama-sama. Sehingga peserta didik tidak merasa mempunyai tanggung jawab pribadi dalam melaksanakan diskusi. Kedua model pembelajaran kooperatif tersebut dapat merangsang siswa secara aktif untuk bekerjasama, berdiskusi dan saling membantu antar anggota kelompok dalam belajar sehingga mereka dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka secara bersama-sama. Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan cara meningkatkan aktivitas belajar bersama sejumlah siswa dalam satu kelompok. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa untuk saling membantu mencari dan mengolah informasi mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran ekspositori, selama proses belajar berlangsung masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, kebanyakan siswa mengobrol dengan teman dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Ketika diminta ke depan kelas untuk menjawab soal-soal latihan, hanya beberapa orang saja yang mau berpartisipasi. Kemudian masih banyak juga siswa yang tidak mau mencatat materi pelajaran, terutama siswa laki-laki.

94 1. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama adalah pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematika siswa menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh bahwa hipotesis pertama, menyatakan bahwa pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematika siswa menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Hal ini dapat dilihat dari hasil anova satu arah diperoleh F hitung > F tabel = 12,8 > 3,16, Maka H 0 ditolak dan H i diterima, ini berarti bahwa terdapat perbedaan rata-rata pemahaman konsep siswa dengan menggunakan model pembelajaran Index Card Match dan Ekspositori. Sedangkan setelah dilakukan uji lanjut hasil (Scheffe ) diperoleh F hitung > F tabel = 25,75 > 6,32. Sehingga disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara Index Card Match dan Ekspositori. Selanjutnya juga bisa dilihat pada tabel 4.1, rataan marginal x hasil pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen I (ICM) = 85,351 dan kelas kontro (Ekspositori) = 66,3, ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match lebih tinggi dari pada pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan

95 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Ekspositori. Hal tersebut mungkin dikarenakan siswa eksperimen I dan kontrol memiliki tingkat kemampuan dan kecerdasan yang berbeda. 2. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua adalah pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematika siswa menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh bahwa hipotesis kedua, menyatakan bahwa pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematika siswa menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Hal ini dapat dilihat dari hasil anova satu arah diperoleh F hitung > F tabel = 12,8 > 3,16, Maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, ini berarti bahwa terdapat perbedaan rata-rata pemahaman konsep siswa dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dan Ekspositori. Sedangkan setelah dilakukan uji lanjut hasil (Scheffe ) diperoleh F hitung > F tabel = 6,40 > 6,32. Sehingga disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara Numbered Head Together dan Ekspositori. Selanjutnya juga bisa dilihat pada tabel 4.1, rataan marginal x hasil pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen I (NHT) = 76,00 dan kelas kontro (Ekspositori) = 66,3, ini menunjukkan bahwa

96 pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Ekspositori. Hal tersebut mungkin dikarenakan siswa kelas eksperimen II dan kontrol memiliki tingkat kemampuan dan kecerdasan yang berbeda 3. Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga adalah terdapat perbedaan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match dengan tipe Numbered Head Together pada kelas VII SMP Negeri 2 Kubung. Dari hasil anova satu arah diperoleh F hitung > F tabel = 12,8 > 3,16, Maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, ini berarti bahwa terdapat perbedaan rata-rata pemahaman konsep siswa dengan menggunakan model pembelajaran Index Card Match dan Numbered Head Together. Sedangkan setelah dilakukan uji lanjut hasil (Scheffe ) diperoleh F hitung > F tabel = 6,40 > 6,32. Sehingga disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara Index Card Match dan Numbered Head Together. Berdasarkan deskripsi dan analisis data yang dilakukan, dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa rata-rata dan pencapaian ketuntasan siswa pada kelas eksperimen I dengan pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match berbeda dengan siswa pada kelas eksperimen II dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Hal tersebut

97 mungkin dikarenakan model pembelajaran eksperimen I dan eksperimen II memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Sehingga siswa yang menanggapinya juga memiliki kemampuan dan kecerdasan yang berbeda. D. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang peneliti lakukan tentang eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together ditinjau dari pemahaman konsep siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kubung terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, antara lain: 1. Susahnya membagi siswa kedalam kelompok diskusi yang akan menyebabkan kegaduhan dan membutuhkan waktu yang agak lama. 2. Waktu yang dipakai untuk diskusi kelompok terbatas sehingga terkadang tidak semua kelompok memiliki kesempatan untuk presentasi hasil diskusinya dan memberikan tanggapan. 3. Tingginya antusias dengan banyaknya siswa yang ingin menyampaikan pendapatnya yang terkadang melenceng dari materi diskusi sehingga suasana kelas menjadi kurang tenang pada saat presentase hasil diskusi kelompok. 4. Masih terdapat siswa yang kurang serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan, sehingga dapat mengganggu semangat temannya yang lain.