HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA BERBAGAI FASE TUMBUH PADA PERTUMBUHAN MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK OLEH HALIMAH RIYANTI A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PELAKSANAAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian (Gambar 1). Suhu rata-rata harian di dalam greenhouse adalah berkisar antara 45-49 C dan kelembapannya 47-50%. Suhu rata-rata dalam rumah kaca relatif tinggi yang menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan pada siang harinya namun kelayuan tersebut tidak bersifat permanen. Hama yang menyerang tanaman melon umumnya adalah kutu daun (Bemisia tabacci). Serangan kutu daun ini mulai terjadi saat tanaman berumur 4 MST sedangkan penyakit yang menyerang biasanya adalah embun tepung. Pengendaliannya dilakukan dengan penyemprotan pestisida decis dan fungisida. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut setiap gulma yang tumbuh di ember. Gambar 1. Tanaman melon di lapangan Tanaman melon mengalami stres setelah perlakuan irigasi dilakukan, terutama pada volume irigasi yang kecil. Stres tersebut ditandai dengan kondisi

15 daun yang tampak layu namun hal ini tidak bersifat permanen. Tanaman dapat pulih kembali setelah mendapat irigasi. Panen dilakukan secara bertahap sesuai dengan buah melon yang telah memiliki kriteria buah layak panen. Panen dilakukan dengan melihat penampakan kuantitatif buah yaitu ukuran buah sesuai dengan ukuran normal, serat jala pada kulit buah sangat nyata kasar dan warna kulit hijau kekuniangan serta buah memiliki aroma yang harum. Pertumbuhan Vegetatif Perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 3 MST dan 4 MST, jumlah daun saat 3 MST, 4 MST dan 5 MST, serta jumlah cabang saat 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST namun tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST hingga 9 MST, jumlah daun saat 6 MST hingga 9 MST dan jumlah cabang saat 9 MST (Tabel 1). Tinggi tanaman saat 3 MST perlakuan irigasi 1.5xEo T, 1.5xEo T 2, dan 2xEo T 2 menghasilkan tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1xEo T 2, 1xEo T 1, 1.5xEo T 1, 2xEo T, 2xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1xEo T dan 0.5xEo T 1 dan pada saat berumur 4 MST perlakuan irigasi 1.5xEo T 2 dan perlakuan 1xEo T 2 menghasilkan tinggi tanaman nyataa lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T dan 0.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1.5xEo T, 2xEo T, 1.5xEo T 1, 0.5xEo T 1 dan 1xEo T (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh perlakuan 0.5xEo merupakan dosis paling kecil yang diberikan saat irigasi sehingga pada perlakuan ini tanaman tidak memiliki tinggi tanaman yang optimal (Gambar 2). Pada fase pertumbuhan vegetatif ini, tanaman sangat sensitif terhadap kekurangan air. Jika terjadi kekurangan kelembapan pada media dalam fase ini maka akan menyebabkan keterlambatan pertumbuhannya. Pemberian air irigasi untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman setelah mengalami kekeringan pada fase ini tidak akan berhasil.

16 Gambar 2. Tinggi tanaman melon perlakuan 0.5T saat 4 MST Pada gambar diatas dapat dilihat dari keadaan tanaman yang mengalami pertumbuhan yang terlambat, batang yang kurang kokoh dan kerdil. Hal ini menandakan bahwa air begitu penting dalam kegiatan budidaya pertanian baik dalam pengembangan tanaman pangan, hortikultura, peternakan maupun perkebunan. Tanpa adanya dukungan ketersediaan air yang sesuai dengan kebutuhan baik dalam dimensi jumlah, mutu, ruang maupun waktunya, maka dapat dipastikan kegiatan budidaya tersebut akan berjalan dengan tidak optimal. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V Tinggi Tanaman 3 MST 0.0074 ** 1.61 12.46 4 MST <.0001 ** 4.18 11.71 5 MST 0.3017 tn 24.97 37.55 6 MST 0.2981 tn 36.62 25.25 7 MST 0.4851 tn 25.25 12.32 8 MST 0.675 tn 19.51 9.12 9 MST 0.675 tn 19.51 9.12

17 Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V Jumlah Daun 3 MST 0.0011 ** 0.44 8.13 4 MST <.0001 ** 0.85 9.47 5 MST <.0001 ** 1.51 10.78 6 MST 0.2753 tn 2.93 17.24 7 MST 0.4955 tn 1.91 8.54 8 MST 0.3001 tn 0.75 3.26 9 MST 0.7277 tn 0.54 2.32 Jumlah Cabang 4 MST 0.0045 ** 0.29 25.11 5 MST 0.0004 ** 0.57 30.9 6 MST 0.0002 ** 0.96 17.54 7 MST 0.0348 ** 1.11 11.02 8 MST 0.0028 ** 1.07 8.67 9 MST 0.4226 tn 2.54 19.49 Umur Berbunga 7 MST <0.001 ** 1.7 4.27 Bunga Jantan 7 MST 0.0005 ** 2.14 35.53 8 MST <.0001 ** 0.66 23.55 Bunga Betina 7 MST 0.001 ** 0.83 35.29 8 MST 0.0372 ** 0.66 39 Bunga Hermaprodit 7 MST 0.4594 tn 0.57 114.15 8 MST 0.0015 ** 0.38 99.25 Bobot Buah <.0001 ** 0.17 12.61 Diameter Vertikal <.0001 ** 2.68 2.21 Diameter Horizontal <.0001 ** 3.8 3.19

18 Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V BK Brangkasan Batang <.0001 ** 1.86 10.48 Daun <.0001 ** 1.94 5.29 Akar 0.0007 ** 0.14 15.84 Ratio tajuk/akar <.0001 ** 6.23 7.52 Keterangan : ( ** ) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan ( tn ) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Tinggi tanaman pada 5 MST hingga 10 MST menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan karena telah dilakukan pemangkasan tunas apikal atau pucuk pada tanaman melon dengan memangkas batang utama dan menyisakan minimum 24 helai daun per tanaman yang merupakan salah satu cara pemangkasan agar tanaman tetap terarah dan berproduksi optimal. Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman Tinggi Tanaman Perlakuan 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 9.23 b 19.30 d 47.77 a 122.17 a 192.20 a 210.90 a 210.90 a 0.5T 1 11.43 ab 36.27 b 71.90 a 163.77 a 219.13 a 219.13 a 219.13 a 0.5T 2 12.10 ab 18.53 d 68.90 a 148.97 a 201.27 a 201.27 a 201.27 a 1T 12.00 ab 35.00 b 83.43 a 164.23 a 214.80 a 214.80 a 214.80 a 1T 1 13.50 ab 22.53 cd 65.10 a 141.07 a 198.30 a 206.13 a 206.13 a 1T 2 13.76 ab 58.96 a 51.33 a 123.90 a 191.43 a 209.90 a 209.90 a 1.5T 14.26 a 40.43 b 71.17 a 149.37 a 204.03 a 217.00 a 217.00 a 1.5T 1 13.20 ab 36.73 b 49.53 a 112.07 a 182.57 a 210.43 a 210.43 a 1.5T 2 16.00 a 60.43 a 44.47 a 116.50 a 200.90 a 219.03 a 219.03 a 2T 12.90 ab 38.66 b 100.43 a 187.33 a 211.93 a 211.93 a 211.93 a 2T 1 12.33 ab 32.03 bc 71.73 a 137.57 a 205.73 a 205.73 a 205.73 a 2T 2 14.33 a 29.83 bcd 72.30 a 173.53 a 237.27 a 239.73 a 239.73 a Uji F ** ** tn tn tn tn tn Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

19 Pada tahap vegetatif harus diperhatikan pada proses pembentukan akar, hal ini karena kebutuhan air tanaman cukup tinggi serta mencegah adanya semaian yang mati. Dalam fase ini juga terdapat periode pertunasan yang berlangsung setelah periode pembentukan akar (Anonim, 1994). Air merupakan unsur sangat penting bagi tanaman dan merupakan penyusun sepertiga dari berat karbohidrat dan protein pada tanaman serta untuk pertumbuhan tinggi tanaman (Harjadi, 1996). Jumlah daun saat 3 MST dengan perlakuan irigasi 2xEo T, 1xEo T 2 dan 0.5xEo T 2 menghasilkan jumlah daun nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0.5xEo T 1, 1xEo T, 1xEo T 1, 1.5xEoT, 1.5xEo T 1, 1.5xEo T 2, 2xEo T 1 dan 2xEo T 2. Pada saat berumur 4 MST perlakuan irigasi 2xEo T 1 menghasilkan jumlah daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T1, 1.5xEo T 2 dan 2xEo T 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2xEo T dan 1xEo T (Tabel 3). Pada saat tanaman berumur 3 dan 4 MST, telah muncul daun-daun yang produktif untuk perkembangannya, konsentrasi yang terkecil yang diberikan saat irigasi yaitu pada perlakuan 0.5xEo T memberikan jumlah daun yang terendah yang mengindikasikan tanaman tersebut tumbuh kurang optimal. Irigasi yang diberikan sedikit tentu sangat mempengaruhi pertumbuhan daun pula. Air sangat penting bagi tumbuhan, 30 % - 90 % berat tumbuhan tersusun atas air. tumbuhan juga menggunakan air pada proses fotosintesis di daun. Oleh karena itu irigasi yang diberikan sedikit maka pertumbuhan daunpun akan terlambat. Pada saat 5 MST, perlakuan irigasi 2xEo T 1 menghasilkan jumlah daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2xEo T, 1xEo T, 1xEo T 1, 2xEo T 2, 0.5xEo T 2, 1.5xEo T, 0.5xEo T 1, 1.5xEo T 1, 0.5xEo T dan 1xEoT 2. Pada 6 MST hingga 10MST perlakuan volume irigasi tidak berbeda nyata hal ini dikarenakan telah dilakukan pemangakasan pucuk atau tunas apikal yang hanya menyisakan daun minimum 24 helai daun. Menurut Atmosoedarjo et al (2000) pemangkasan merupakan suatu teknik untuk mengatur bentuk tanaman agar dapat menumbuhkan tunas baru dan memungkinkan melakukan panen pada tingkat produksi tertentu.

20 Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun Perlakuan Jumlah Daun 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 4.3 b 7.0 c 11.0 de 15.0 a 21.0 a 23.3 a 23.6 a 0.5T 1 5.3 ab 8.6 c 12.3 cde 18.3 a 23.6 a 23.6 a 23.6 a 0.5T 2 6.3 a 8.3 c 13.6 cd 17.6 a 22.0 a 22.3 a 23.0 a 1T 5.6 ab 11.6 b 16.6 abc 17.3 a 23.0 a 23.0 a 23.3 a 1T 1 5.6 ab 8.0 c 16.0 bc 17.0 a 22.3 a 23.0 a 23.3 a 1T 2 6.0 a 6.6 c 10.6 de 15.3 a 22.6 a 24.0 a 24.0 a 1.5T 5.3 ab 9.0 c 13.0 cde 18.3 a 22.6 a 23.6 a 23.6 a 1.5T 1 5.0 ab 7.6 c 12.3 cde 14.0 a 20.0 a 23.0 a 23.3 a 1.5T 2 5.3 ab 7.0 c 8.6 e 14.6 a 21.6 a 22.6 a 23.6 a 2T 6.3 a 12.0 ab 19.0 ab 20.3 a 23.6 a 23.6 a 23.6 a 2T 1 5.6 ab 14.3 a 20.6 a 17.0 a 23.3 a 23.6 a 23.6 a 2T 2 5.3 ab 7.6 c 14.0 cd 19.3 a 22.6 a 23.0 a 23.3 a Uji F ** ** ** tn tn tn tn Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%. Selama tahapan masa tumbuh, kebutuhan air terus meningkat. Pada tahap tersebut kebutuhan air digunakan untuk pertumbuhan titik tumbuh dan pembentukan daun tanaman yang lebih banyak. Tanaman melon selain memiliki banyak cabang lateral yang tumbuh pada setiap ketiak daun, namun juga memiliki tunas apikal yang tumbuh terus tidak terarah apabila tidak dipangkas. Tunas apikal daun ke 20-25 dipangkas untuk menghentikan pertumbuhan batang utama. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gunting atau pisau yang tajam agar tidak merusak permukaan batang. Jumin (1992) menyatakan bahwa defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh tekanan turgor. Hilangnya turgiditas dapat menghentikan pertumbuhan sel (pembesaran) yang akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Pada (Tabel 4) terlihat bahwa jumlah cabang pada saat 4 MST perlakuan 1xEo T menghasilkan jumlah cabang nyata lebih banyak dibandingkan dengan

21 perlakuan 1.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 1xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2, 2xEo T, dan 2xEo T 2 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1xEo T 1 dan 2xEo T 1. Sama halnya pada 4 MST, jumlah daun pada 5 MST perlakuan 1xEo T yang paling tinggi yaitu menghasilkan jumlah cabang nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 1, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 2xEo T 2, 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata pada perlakuan 2xEo T 1 dan 2xEo T 1. Demikian selanjutnya hingga tanaman berumur 8 MST memberikan perngaruh yang nyata terhadap perlakuan. Jumlah cabang yang banyak menandakan bakal buah akan banyak pula, hal ini dikarenakan bunga betina tumbuh pada cabang lateral tanaman (ketiak daun), namun pertumbuhan cabang ini harus dikendalikan dengan baik agar pertumbuhan tanaman dapat terarah yaitu dengan cara pemangakasan cabang lateral. Pemangkasan cabang merupakan cara untuk mengurangi titik tumbuh pada bagian lateral yang membutuhkan suplai fotosintat dan hara sehingga persaingan untuk mendapatkan fotosintat dan hara menjadi berkurang (Gambar 3). Bleasdale (1973), Janick (1972), dan Kinnet (1977) menyatakan pemangkasan yang tepat dapat dipergunakan untuk mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Harjadi (1989) menambahkan bahwa tanaman yang berada dalam keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif menyebabkan tingginya laju fotosintesis sehingga tidak semua karbohidrat digunakan untuk perkembangan batang dan daun tetapi sebagian digunakan untuk perkembangan bunga dan buah. Gambar 3. Cabang pada tanaman yang segera dipangkas

22 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ini berbeda nyata hingga tanaman berumur 8 MST sedangakan pada 9 MST tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan pada saat tanaman berumur 9 MST, cabang-cabang produktif sudah tidak dapat tumbuh lagi akibat tanaman sudah berumur tua dan kecenderungan tanaman melon akan layu menjelang fase pemanenan. Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2004) pemangkasan cabang tanaman melon adalah memangkas dan membuang cabang-cabang yang tidak produktif dengan bertujuan untuk menjamin pertumbuhan tanaman sehingga proses produksi berlangsung maksimal dan mengurangi kelembaban dalam tajuk tanaman. Hal tersebut akan mengurangi resiko terjadinya serangan hama dan penyakit, serta merangsang tumbuhnya tunas-tunas produktif. Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang Jumlah Cabang Perlakuan 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 1.0 b 1.3 b 5.0 abcde 11.0 ab 12.6 ab 14.3 a 0.5T 1 1.0 b 1.3 b 6.0 abcde 9.6 ab 12.0 ab 11.0 a 0.5T 2 1.3 b 1.3 b 4.0 cde 9.0 ab 13.6 a 12.0 a 1T 2.6 a 4.0 a 7.0 ab 10.0 ab 11.6 ab 12.6 a 1T 1 1.6 ab 1.6 b 3.6 de 9.3 ab 11.0 ab 15.3 a 1T 2 1.0 b 1.6 b 7.3 a 12.0 a 13.6 a 14.6 a 1.5T 1.0 b 1.3 b 6.3 abcd 10.6 ab 12.0 ab 13.0 a 1.5T 1 1.3 b 2.0 b 5.6 abcde 9.0 ab 13.3 a 14.0 a 1.5T 2 1.0 b 1.3 b 3.3 e 10.6 ab 13.6 a 14.3 a 2T 1.0 b 2.3 ab 6.6 abc 8.6 b 9.6 b 10.3 a 2T 1 1.6 ab 2.3 ab 4.3 bcde 10.0 ab 13.3 a 12.3 a 2T 2 1.0 b 1.6 b 6.3 abcd 11.0 ab 12.3 ab 12.6 a Uji F ** ** ** ** ** tn Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%. Penelitian yang diakukan oleh Sumiati (1987) menunjukkan bahwa pemangkasan cabang pada tanaman melon dengan meninggalkan maksimal 3

23 cabang utama dapat meningkatkan bobot per buah dan bobot buah per tanaman. Selain itu Sutopo (1988) menambahkan bahwa pemangkasann cabang tanaman melon akan mempercepat panen pertama dan memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan. Pertumbuhan Generatif Perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman, jumlah bunga jantan dan betina saat 7 MST dan 8 MST, bunga hermaprodit 8 MST, bobot buah, diameter vertikal dan horizontal buah tetapi tidak berbeda nyata pada jumlah bunga hermaprodit saat 7 MST. Perlakuan irigasi 0.5xEo T menghasilkan kecepatan umur berbunga nyata lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan 1xEo T 2, 1.5xEo T, dan 1.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0.5xEo T 2, 1xEo T 1, 2xEo T 1, 2xEo T 2, 2xEo T, 0.5xEo T 1, 1.5xEo T 1 dan 1xEo T (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap umur berbunga Umur Berbunga Perlakuan 7 MST 0.5T 47 a 0.5T 1 37.7 cde 0.5T 2 44.3 ab 1T 37 de 1T 1 44 ab 1T 2 36 e 1.5T 35.7 e 1.5T 1 37 de 1.5T 2 35 e 2T 39.7 bcde 2T 1 42.7 abc 2T 2 41.7 bcd Uji F ** Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

24 Pada tabel terlihat bahwa perlakuan 0.5xEo T memiliki kemampuan berbunga paling lambat dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 47 hari setelah tanam. Volume irigasi dengan dosis yang paling kecil yang diberikan pada seluruh fase tanam inilah yang mempengaruhi umur berbunga yang paling lambat. Pada fase generatif ini juga membutuhkan cukup air hingga periode pemasakan yang sudah tidak membutuhkan air. Pengatusan atau pengeringan ini dimaksudkan agar buah dapat masak secara bersamaan (Anonim, 1994). Fase pertumbuhan generatif pada tanaman melon ditandai dengan keluarnya bunga yang kemudian diikuti dengan munculnya buah. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Parameter yang diamati dalam fase ini adalah umur berbunga, jumlah bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit serta bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah. Pengamatan umur berbunga yang diamati dari setiap tanaman adalah pada saat 7 MST. Tanaman melon mulai membentuk bunga jantan pada minggu ke-5 setelah tanam yaitu pada umur 35 HST, jumlah bunga jantan lebih banyak dibandingkan dengan bunga betina (Gambar 4). Gambar 4. Bunga tanaman melon Jumlah bunga jantan (kiri) dan betina (kanan) masing-masing memberikan pengaruh sangat nyata pada 7 dan 8 MST. Perlakuan irigasi 0.5xEo T 2 pada bunga jantan saat 7 MST menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata pada perlakuan 2xEo T 1,

25 2xEo T 2, 1xEo T 1, 1xEo T, 0.5xEo T 1, 1.5xEo T 1, 0.5xEo T, 1.5xEo T, 1xEo T 2 dan 2xEo T. Pada saat 8 MST perlakuan 1.5xEo T 1, 1.5xEo T 2 dan 2xEo T 1 menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 2xEo T tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1.5xEo T, 0.5xEo T 2, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 2xEo T 2, 0.5xEo T, 0.5xEo T 1 dan 1xEo T (Tabel 6). Kekurangan yang terus menerus dapat menurunkan laju fotosintesis sehingga diperlukan beberapa hari setelah irigasi agar dapat kembali ke laju fotosintesis aslinya. Menurut Polunin (1990) menunjukkan bahwa stres air (tanpa irigasi) memperlambat munculnya bunga akibat memperpendek periode pengisian biji sehingga meningkatkan kandungan air dalam biji sewaktu panen. Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, bunga betina dan bunga hermaprodit Bunga Jantan Bunga Betina Bunga Hermaprodit Perlakuan 7 MST 8 MST 7 MST 8 MST 7MST 8 MST 0.5T 4.7 abcd 2.3 abc 1.3 bc 3.0 a 0.7 a 1.0 ab 0.5T 1 5.7 abcd 1.7 bc 3.0 abc 1.3 ab 0.0 a 0.0 b 0.5T 2 11.0 a 3.0 ab 3.3 ab 1.7 ab 0.3 a 0.0 b 1T 5.7 abcd 1.7 bc 1.7 abc 1.3 ab 0.3 a 0.3 ab 1T 1 8.0 abcd 3.0 ab 4.0 a 1.7 ab 1.0 a 0.3 ab 1T 2 3.7 bcd 3.0 ab 1.7 abc 1.7 ab 0.7 a 1.0 ab 1.5T 3.7 bcd 3.3 ab 1.3 bc 1.3 ab 1.0 a 0.0 b 1.5T 1 5.3 abcd 4.0 a 3.3 ab 1.3 ab 0.7 a 0.3 ab 1.5T 2 2.3 d 4.0 a 0.7 c 2.7 ab 0.3 a 0.0 b 2T 3.3 cd 1.0 c 2.3 abc 1.3 ab 0.7 a 0.0 b 2T 1 10.0 ab 4.0 a 2.3 abc 2.0 ab 0.0 a 0.3 ab 2T 2 9.0 abc 2.7 abc 3.3 ab 1.0 b 0.3 a 1.3 a Uji F ** ** ** ** tn ** Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%. Tanaman melon merupakan jenis tanaman yang memproduksi bunga jantan lebih banyak dibandingkan dengan bunga betina. Pada tabel 6 terlihat

26 bahwa pada saat tanaman berumur 7 MST, bunga jantan bisa mencapai 11 bunga jantan bila dibandingkan dengan bunga betina yang hanya ada 4 bunga betina. Semua bunga jantan yang mekar sebelum bunga betina siap diserbuki harus dibuang, walaupun dalam dua hari akan rontok dengan sendirinya. Maksudnya agar pertumbuhan tanaman mengarah ke pertumbuhan bunga betina. Perlakuan 1xEo T 1 menghasilkan jumlah bunga betina nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 2xEo T 2, 0.5xEo T 1, 2xEo T 1, 2xEo T, 1xEo T 2, 1xEo T, 1.5xEo T dan 0.5xEo T. Pada 8 MST perlakuan 0.5xEo T menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 2xEo T 2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T 2, 2xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 0.5xEo T 1, 1xEo T, 1.5xEo T, 1.5xEo T 1, 2xEo T. Tanaman memerlukan air dalam jumlah yang cukup agar pertumbuhannya tidak terhambat. Tanaman melon sensitif terhadap kekurangan air pada tahap pembungaan dan pembentukan buah. Jika terjadi kekurangan air pada tahap tersebut maka akan menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman. Perlakuan irigasi pada jumlah bunga hermaprodit pada 7 MST tidak berpengaruh nyata, hal ini dikarenakan jumlah bunga hermaprodit sangat sedikit jumlahnya dan merata pada setiap tanaman tetapi pada 8 MST memiliki pengaruh yang nyata terhadap perlakuan. Perlakuan 2xEo T 2 menghasilkan jumlah bunga nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2 dan 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 0.5xEo T, 1xEo T 2, 1xEo T, 1xEo T 1, dan 2xEo T 1. Berdasarkan Tabel 7, perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap bobot buah, diameter vertikal maupun diameter horizontal. Perlakuan 2xEo T 1 menghasilkan bobot buah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 1xEo T 1, 2xEo T 2, 2xEo T, 1xEo T 2, 1xEo T 1, 1.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 0.5xEo T 1, dan 1.5xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T 2 (Gambar 5).

27 Gambar 5. Bobot buah melon terbaik 1.5 x Eo T 2 Kebutuhan air terus meningkat sampai pada tahap pembentukan buah (Sismiyati, 2003). Perlakuan 2xEo T 1 merupakan perlakuan yang menghasilkan bobot buah terbesar apabila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan dengan dosis terbanyak dan irigasi yang diberikan dari fase tanam hingga berbunga ini sangat mempengaruhi bobot buah yang dihasilkan. Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah Bobot Buah Diameter (mm) Perlakuan (kg) Vertikal Horizontal 0.5T 1.559 bc 121.21 bcd 123.23 abc 0.5T 1 1.097 c 11915 cd 118.37 bcde 0.5T 2 1.108 c 125.17 abc 129.79 a 1T 1.268 c 115.32 de 108.72 e 1T 1 1.451 c 132.22 a 120.4 abcd 1T 2 1.287 c 128.53 ab 121.43 abcd 1.5T 1.085 c 128.58 ab 127.77 ab 1.5T 1 1.180 c 103.39 f 107.98 e 1.5T 2 2.055 ab 127.34 ab 120.52 abcd 2T 1.370 c 113.76 de 116.19 cde 2T 1 2.173 a 128.42 ab 124.20 abc 2T 2 1.394 c 109.58 ef 111.85 de Uji F ** ** ** Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

28 Perlakuan 1xEo T 1 menghasilkan diameter vertikal nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 1, 2xEo T 2, 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 1xEo T, 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 0.5xEo T 2, 1xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2 dan 2xEo T 1. Sedangkan pada diameter horizontal perlakuan 0.5xEo T 2 menghasilkan panjang diameter horizontal nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan 1.5xEo T 1, 1xEo T, 0.5xEo T 1, 2xEo T, 2xEo T 2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T, 2xEo T 1, 0.5xEo T, 1xEo T 2, 1.5xEo T 2, 1xEo T 1. Pada tahap pembentukan bunga kebutuhan air irigasi digunakan untuk pembentukan dan pembesaran bunga. Pada tahap pembentukan buah kebutuhan air lebih besar dibandingkan dengan tahap pertumbuhan yang lainnya, Hal ini dikarenakan nilai Kc pada tahap berbuah lebih besar dari nilai Kc pada tahap pertumbuhan lainnya. Bobot Kering Tanaman Hasil pangkasan berupa daun, batang, dan akar segar ditimbang kemudian dioven untuk mengetahui berat brangkasan kering oven. Dalam pertanian, brangkasan adalah sisa-sisa bagian tanaman, seperti kedelai, jagung, padi, atau kacang tanah, yang tidak dipanen. Brangkasan biasanya dibiarkan di lapangan dalam keadaan kering, namun beberapa tanaman ada yang memiliki brangkasan dalam keadaan masih hijau (Gambar 6). Gambar 6. Panen brangkasan Berdasarkan tabel 8 perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering batang, daun dan akar. Perlakuan 1xEo T 2 menghasilkan bobot kering batang nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 2, 0.5xEo T, 1xEo T, 0.5xEo T 1, 1.5xEo T 1, 1xEo T 1, 2xEo T 1, 2xEo T, 0.5xEo T 2

29 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 2xEo T 2. Perlakuan 1.5xEo T 1 dan 2xEo T 1 menghasilkan bobot kering daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1xEo T, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2, 2xEo T dan 2xEo T 2. Sedangkan pada bobot kering akar perlakuan 1.5xEo T 1 menghasilkan bobot kering nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 1.5xEo T, 0.5xEo T 2, 2xEo T 2, 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1xEo T 2, 1.5xEo T 2, 0.5xEo T 1, 1xEo T 1, 1xEo T, 2xEo T 1. Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering batang, daun, bobot kering akar serta ratio tajuk/akar Perlakuan Bobot Kering (gr) Batang Daun Akar Ratio Tajuk/akar 0.5T 18.33 bc 40.63 bc 0.73 c 64.97 de 0.5T 1 16.80 bc 29.73 de 1.03 abc 66.40 de 0.5T 2 15.20 c 25.60 e 0.83 bc 46.00 f 1T 18.03 bc 45.87 b 0.90 abc 77.80 d 1T 1 16.67 bc 25.10 e 0.93 abc 171.06 a 1T 2 24.97 a 44.30 b 1.26 ab 79.47 d 1.5T 15.13 c 24.30 e 0.73 c 57.97 ef 1.5T 1 16.73 bc 57.30 a 1.30 a 138.50 b 1.5T 2 19.13 bc 35.70 c 1.10 abc 42.06 f 2T 15.23 c 25.93 e 0.80 c 54.36 ef 2T 1 16.40 bc 52.50 a 0.90 abc 117.60 c 2T 2 20.90 ab 34.87 cd 0.80 c 77.80 d Uji F ** ** ** ** Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%. Bobot kering tanaman mencerminkan pola tanaman mengakumulasikan produk dari proses fotosintesis dan merupakan integrasi dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Selain itu secara keseluruhan dapat dilihat bahwa stres air

30 yang ringan sekalipun pada suatu tanaman dapat mengakibatkan suatu pengurangan laju pertumbuhan dan gangguan beberapa proses metabolisme. Dari tabel diatas terlihat bahwa semua perlakuan memberikan hasil yang nyata terhadap perlakuan.