KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pendukung utama yang menunjang dalam bisnis di bidang pariwisata. Sejalan dengan

PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL SAAT LOW SEASON DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta masih menjadi daerah wisata yang menarik. yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menjawab rumusan masalah adalah sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai

SKRIPSI. Evaluasi Keputusan Pemberian Potongan Tarif Sewa Kamar. (Studi Kasus pada Hotel Jentra Dagen Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat


BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung termasuk salah satu Kota Pariwisata dimana banyak

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sendiri digunakan di semua organisasi: manufacturing, merchandising and service (Hansen, Mowen, 2005).

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 PENGARUH HARGA, PROMOSI DAN FASILITAS PENDUKUNG TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dikembangkan untuk meningkatkan devisa Negara di luar minyak dan gas bumi.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

EVALUASI KEPUTUSAN PEMBERIAN POTONGAN TARIF SEWA KAMAR (STUDI KASUS PADA HOTEL JENTRA DAGEN YOGYAKARTA) AYU MAYLISA AGUS BUDI R.

ANALISIS TITIK IMPAS PADA HOTEL WISATA GRAND BARUMBAY & RESORT SAMARINDA KHAS KALIMANTAN TIMUR UNTUK TAHUN 2009, 2010 & 2011.

Analisis Perbandingan Penentuan Harga Pokok pissn : X Kamar Hotel Antara Full Costing Dengan pissn :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tertentu. Begitu juga halnya perjalanan PT. Bahana Sejahtera Tour and Travel

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun Bulan Tingkat Hunian

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL MARET 37,13 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. penunjang tersebut memiliki fungsi dan tujuan masing-masing, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi merupakan komponen yang sangat penting yang harus

BAB I PENDAHULUAN. penting yang tercakup sistem manajemen sumber daya manusia yaitu : a) Seleksi calon karyawan dan pengangkatan karyawan baru

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TINGKAT HUNIAN KAMAR HOTEL JULI 28,55 PERSEN

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA TEGAL BULAN DESEMBER 2015 TPK HOTEL 32,84 PERSEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini industri pariwisata Indonesia mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata kini memegang peran yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi,

I. PENDAHULUAN. pendukung industri pariwisata pun dibangun, seperti sarana akomodasi, dan mau mengunjungi daerah wisata yang ada di Indonesia.

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA TEGAL TPK HOTEL JANUARI 28,02 PERSEN

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA TEGAL TPK HOTEL FEBRUARI 32,07 PERSEN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL AGUSTUS 45,38 PERSEN

PENDAHULUAN Pembayaran gaji dan upah harus mendapat perhatian pimpinan perusahaan karena karyawan sangat sensitif terhadap kesalahan-kesalahan dalam p

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta adalah sebuah Kecamatan yang berada di Kabupaten

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL SEPTEMBER 40,86 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai model untuk mengembangkan industri pariwisata yang merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

Analisis Biaya Volume Laba Berbasis Aktivitas. Dalam Perencanaan Laba Pada Hotel Batik Yogyakarta II SKRIPSI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan,

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Untuk menunjang kelancaran arus pariwisata tersebut disadari perlu adanya


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah

BAB II TINJAUN PUSTAKA. dewan komisaris, manajemen, dan personil satuan usaha lainnya, yang

pengertian sistem pengendalian intern ada

BAB I PENDAHULUAN. yang besar. Hal tersebut dikarenakan Indonesia dikenal sebagai salah satu negara

PENGAWASAN INTERN PEMBELIAN PADA PT. DARA TUAH MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil serta penurunan nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL JULI 43,98 PERSEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat

Bab 1. Pendahuluan. Dalam memasuki era globalisasi, laju perekonomian di Indonesia harus

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi ( S.E.) pada Program Studi Akuntansi.

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL JULI 60,12 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern seperti saat ini perkembangan dunia pariwisata di

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian khususnya untuk perekonomian Indonesia. Hal tersebut

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. digunakan serta bagaimana dari hasil analisis tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam industri pariwisata, hotel memegang peranan penting. Hotel adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Untuk meningkatkan pendapatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)


BPS PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. bidang pariwisata semakin pesat, United Nations World Tourism Organization

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL SEPTEMBER 35,11 PERSEN

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL DESEMBER 47,54 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. selling, (Anderassen et al, 1997) dengan tujuan membangun citra yang kuat

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL MARET 50,62 PERSEN

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL JANUARI 45,68 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Dengan bertambahnya hotel baru di Jakarta menjadikan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. berbagai faktor termasuk di dalamnya keberadaan penginapan (hotel, homestay,

BAB 11 LANDASAN TEORI. setiap departemen tanpa mengesampingkan tanggung jawab masingmasing

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI SULAWESI BARAT

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DENGAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA HOTEL INNA GARUDA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi Industri pariwisata berkembang sangat cepat. Industri

BAB II DASAR TEORI. yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. dikumpulkan dari 54 hotel berbintang dan 521 hotel non bintang di Yogyakarta

Bab I PENDAHULUAN. untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa. pengunjung lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

BAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata dimasa ini telah menjadi sorotan di seluruh penjuru dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

Transkripsi:

KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA

KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA Nurhazana Administrasi Bisnis Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis Riau nurhazana@polbeng.ac.id Abstrak Dunia kepariwisataan dewasa ini sedang mendapat perhatian dan sorotan yang sangat meningkat diberbagai negara. hal ini terbukti dengan banyaknya dibangun birobiro jasa, hotelhotel/penginapan-penginapan, obyek-obyek wisata, sehingga banyak para pengunjung yang ingin menggunakan fasilitas tersebut. Jadi tak heran lagi bila banyak negara-negara yang berusaha ingin mengembangkan dunia kepariwisataannya.industri perhotelan pada saat ini merupakan salah satu industri yang bergerak dibidang jasa komunikasi, peranannya sangat menunjang sekali dalam bidang kepariwisataan. Hotel batik yogyakarta bergerak dibidang akomodasi yang bertujuan untuk mendapatkan laba yang optimum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan oleh hotel batik dalam menetapkan harga jual jasa kamar dan faktor apa saja yang mempengaruhi dalam penetapan tarif kamar hotel. Keywords : hotel, harga jual, pariwisata, tarif 1. PENDAHULUAN Industri perhotelan merupakan salah satu industri dibidang jasa komunikasi, peranannya sangat menunjang sekali dalam bidang kepariwisataan, dengan fasilitasfasilitas yang mereka berikan sehingga mampu menarik wisatawan asing maupun domestik. Hotel batik yogyakarta bergerak dibidang akomodasi yang bertujuan untuk mendapatkan laba yang optimum. Untuk memenuhi target pencapaian laba yang optimum perusahaan mengadakan kebijakan dalam penetapan harga jual jasa kamar. Penetapan harga jual kamar yang tepat akan sangat mempengaruhi perolehan laba yang optimum dengan pertimbangan bahwa dengan harga yang tidak terlalu tinggi akan dapat membantu promosi penjualan. Masalah yang akan kemudian muncul seperti perkembangan ekonomi, selera, konsumen, musim atau keadaan di Indonesia dan standar dari perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Kebijakan standar yang dilakukan oleh PHRI tersebut perlu dilakukan untuk menghindari persaingan yang tidak sehat diantara hotel-hotel yang ada, seperti menetapkan harga sewa kamar dengan seenaknya. Oleh karena itu perlu diadakan pembagian tugas, penetapan tanggungjawab dan pelimpahan wewenagn kepada masingmasing pegawai kepada tiaptiap bagian atau departemen agar seluruh kegiatan perusahaan dapat diawasi dan terlaksana dengan baik sehingga akan tercapai tujuan dari perusahaan. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai maka perusahaan perlu melakukan kebijaksanaan penetapan harga penjualan barang maupun Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] Bengkalis, 03-04 Desember 306 jasa agar setiap tingkatan mendapatkan gaji yang sesuai sehingga dapat meningkatkan produktifitas karyawan. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya Berdasarkan penjelasan diatas, masalah utama yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: bagaimana sistem dan prosedur penetapan harga jasa kamar pada hotel batik?. Pengertian Prosedur

Tujuan penulisan Analisa ini bertujuan untuk mengetahui sistem dan prosedur penetapan harga jual jasa kamar pada hotel batik Manfaat penulisan 1. Sebagai informasi tambahan mengenai pelaksanaan sistem dan prosedur penetapan harga jual jasa kamar kepada manajemen hotel batik yogyakarta. 2. Bagi dunia pengetahuan, makalah ini memberikan informasi mengenai sistem dan prosedur dalam penetapan harga jual jasa kamar yang ada dihotel batik yogyakarta. 2. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian sistem Pengertian sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu kegiatan (Zaki Baridwan,Dr, Msc, Akt Sistem akuntansi penyusunan prosedur dan metode, Edisi 5, BPFE UGM) Adapun unsur-unsur suatu sistem akuntansi pokok yaitu: formulir, jurnal, buku besar, buku pembantu, laporan keuangan. Unsurunsur sistem pengendalian intern adalah: Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. Prosedur adalah suatu kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin pengamanan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulangulang. Prosedur tidak bisa dipisahkan dari sistem, sebuah sistem dan prosedur merupakan rangkaian atau urutan kegiatan yang tidak terpisahkan. Pengertian sistem dan prosedur yaitu analisa atas kebijaksanaankebijaksanaan perusahaan, prosedur-prosedur, formulir-formulir, dan peralatannya dengan maksud untuk menyederhanakan dan standarisasi operasi-operasi perusahaan (Ramlie R. Mertawidjaja Drs, Akt Sistem dan prosedur Tarsito, Bandung 1979) Pengertian Jasa Jasa adalah setiap kegiatan-kegiatan atau manfaat yang ditawrkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan suatu proses produksinya dan mungkin juga dikaitkan dengan suatu produk fisik. (Philip Kothler, manajemen pemasaran, Edisi 6, Penerbit Erlangga, Jakarta) Pengertian Hotel Hotel adalah suatu jenis jasa akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam surat keputusan (Endar Sugiarto,Ir, MM operasional kantor depan hotel, cetakan 2, gramedia, Jakarta) Pengertian Harga (tarif) Biaya bukan satu-satunya faktor penentu harga jual. Faktor eksternal, seperti selera konsumen, jumlah pesaing juga sangat Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] Bengkalis, 03-04 Desember 307 dominan dalam pembuatan keputusan harga jual. Harga adalah satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan (Philip Kothler, 1992). Tarif adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang serta pelayannya (Basu Swasta, 1979) 3. METODOLOGI PENYELESAIAN dalam strategi penentuan harga jual, manajer harus menetapkan terlebih dahulu tujuan penetapan tersebut. Tujuan tersebut berasal dari perusahaan itu sendiri yang selalu berusaha menetapkan harga barang dan jasa setepat mungkin. Oleh karena itu kita akan meninjau dari segi manajemen perusahaan yang mempunyai kepentingan dengan masalah-masalah penetapan harga. Pada umumnya perusahaan mengadakan pendekatan terhadap penentuan harga berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya, tujuan tersebut adalah: Mencapai laba maksimum Meningkatkan penjualan Memperthankan dan memperbaiki pangsa pasar Mencapai target pengembalian investasi

Penentuan harga jual merupakan salahsatu keputusan penting bagi manajemen. Harga yang ditentukan harus cukup untuk menutup biaya dan menghasilkan laba yang optimum. Bila harga jual terlalu tinggi, pembeli akan berkurang, volume penjualan akan berkurang, biaya total mungkin tidak akan dapat ditutup dan akhirnya akan mengakibatkan kerugian. Maka yang menjadi tujuan adalah menentukan harga jual yang dapat menutup biaya dan dapat memberikan kemungkinan untuk memperoleh laba atau setidak-tidaknya berada dalam keadaan impas (break event point), yaitu perusahaann tidak memperoleh laba tetapi juga tidak rugi. Faktor-faktor yang penentuan harga jual mempengaruhi Dalam menentukan harga jual jasa kamar, hotel batik mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhi, antara lain aspek investasi, aspek biaya investasi, aspek biaya operasi, aspek saingan hotel yang sejenis, aspek pemasaran, aspek musim dan aspek ekonomi. Sesuai petunjuk tentang standarisasi sistem dan kode tarif yang berlaku secara internasional dari Direktur Jenderal Pariwisata, bahwa: a. Hotel harus menetapkan tarif kamar yang pasti dan diinformasikan kepada semua tamu. b. Tarif tersebut harus dicantumkan terpisah dengan uang service dan pajak penghasilan atau digabungkan dan keterangan harus jelas dan dapat diketahui tamunya. c. Tarif kamar yang tercantum tersebut diterapkan dengan pendekatan perorangan atau per kamar, tarif satu orang (single rate), tarif ganda (double rate). Sesuai dengan petunjuk Direktur Jenderal Pariwisata tersebut diatas maka hotel batik yogyakarta menentukan tarif kamar (rate sheet for room) yang resmi, seperti tabel dibawah ini: Tabel 1. Tarif kamar (rate sheet for room) yang resmi Hotel Batik Yogyakarta SINGLE ROOM KELAS 1998 Non 105.000 Cottage Standard 130.000 cottage Moderat 155.00 e cottage 0 Special cottage 165.00 0 DOUBLE ROOM 19 1999 2000 1999 2000 98 130. 110. 000 120. 000 135.000 145. 000 000 165. 140.000 150.000 170.000 180.000 000 185. 165.000 170.000 00 190.000 200.000 0 200. 175.000 185.000 210.000 220.000 000 Tarif kamar hotel batik per malam (dalam Rupiah). Tingkat hunian kamar Tingkat hunian kamar atau room occupancy adalah jumlah kamar yang dihuni akan terjual pada suatu periode, yang dinyatakan dengan Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] Bengkalis, 03-04 Desember 308 persentase. Rumus yang digunakan tingkat hunian kamar dalam 1 tahun adalah: 4. ANALISA DATA Tabel 2. Jumlah kamar yang tersedia dan terjual selama tahun 1998 2000 Tahun

1998 1999 2000 Kamar tersedia perhari 35 35 35 Jumlah hari 365 365 365 Kamar tersedia pertahun 12.775 12.775 12.775 terjual 4.484 4.650 5.812 Tabel 3. Jumlah pendapatan pada room department dan jumlah biaya pada kamar (dalam ribuan rupiah) Tahun 1998 1999 2000 kamar yang terjual. Tarif rata-rata per kamar tersebut diperoleh dengan rumus: Jumlah pendapatan Rp.408.375 Rp.453.981 Rp.491.726,942 Biaya kamar Laba Rp.163.567,843 Rp.244.807, 157 Rp.181.632,7 Rp.272.348,3 Rp.199.235,65 Rp.292.491,2 Untuk tiap-tiap kamar dikenakan tarif yang berbeda-beda sesuai dengan tipe masingmasing kamar. Tiap-tiap kamar dilengkapi dengan ruang ber AC, hot water, TV dan telepon. Masing-masing kamar memiliki fasilitas yang sama, yang membedakan dalam pengenaan tarif kamar yaitu terletak pada ukuran pada tiap-tiap kamar, dimana tipe non cottage lebih kecil dibandingkan dengan tipe cottage. Tarif kamar diatas sudah termasuk pajak, service jasa, sarapan pagi dan snack. Tarif kamar hotel batik tidak selalu sama dalam kondisi tertentu, dengan kata lain tarif kamar dapat berubah sesuai dengan pola kedatangan tamu. Pada musim ramai (high season) yaitu pada bulan juni, juli, agustus serta september para tamu dikenakan tarif normal seperti tabel diatas. Pada saat itu potongan harga biasanya diberikan pada tamu langganan, travel agen dan sebagainya. Oleh karena itu hotel batik menggunakan tarif ratarata per kamar atau average room rate untuk Unit organisasi yang terkait dalam sistem penerapan tarif sewa kamar Hotel batik dalam melakukan penetapan harga sewa kamar melibatkan bagian-bagian yang terdapat dalam perusahaan. Bagianbagian tersebut adalah: General manajer, fungsinya yaitu menentukan kebujakan besarnya tarif kamar yang akan dipakai sebagai bahan pertimbangan dan mengesahkan tarif yang telah disepakati bersama. Executive manajer, fungsinya menetapkan besarnya tarif penjualan kamar Marketing department, fungsinya untuk menentukan rosio banyaknya jumlah kamar yang akan dipakai. Accounting department, fungsinya untuk memperhitungkan beberapa tarif yang ditawarkan dari general manajer. Dokumen yang digunakan dalam sistem penetapan tarif sewa kamar 1. RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) merupakan rencana atau targetyang akan dicapai hotel untuk periode yang akan datang. RKAP ini dibuat oleh general manajer. 2. SPJKT (Surat Pemberitahuan Jumlah Kamar Terjual) merupakan surat pemberitahuan tentang jumlah kamar yang terjual pada periode ini yang dibuat oleh marketing manajer sebagai alternatif perhitungan tarif oleh accounting manajer. 3. Laporan Tarif, merupakan hasil perhitungan tarif oleh accounting manajer yang akan disahkan oleh general manajer. Metode dalam penetapan harga jual jasa kamar

Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] Bengkalis, 03-04 Desember 309 Ada dua metode strategi dalam penetapan harga jual jasa kamar yaitu: 1. Skim the cream pricing Yaitu penetapan tarif stinggi-tingginya. Strategi ini merupakan kesempatan bagi perusahaan untuk menunjukkan eksistensinya dalam melakukan kegiatan usahanya. 2. Penetration pricing Yaitu strategi penetapan tarif yang serendah-rendahnya, dengan tujuan untuk mencapai volume penjualan sebesarbesarnya dalam waktu yang singkat. Prosedur yang membentuk sistem penerapan tarif General Manajer 1. Memerintahkan kepada executive manajer untuk membuat tarif yang baru 2. Kemudian general manajer membuatkan RKAP yang ditujukan untuk acuan menghitung tarif 3. RKAP sudah dalam bentuk dokumen yang siap utnuk diberikan kepada bawahannya. Executive manajer 1. Setelah RKAP sudah diterima executive manajer, dengan segera memerintahkan marketing department untuk menghitung rasio jumlah kamar terjual (RJKT). 2. Memerintahkan juga kepada accounting department untuk menghitung tarif, dengan surat perintah yang sudah dibuat oleh executive manajer. Marketing department 1. Setelah surat perintah maka RJKT sudah dapat dilaksanankan perhitungannya 2. Hasil dari perhitungannya dinamakan surat pemberitahuan jumlah kamar terjual (SPJKT) Accounting department 1. Accounting department telah terkumpul antara lain surat perintah, rencana kerja anggaran perusahaan, surat pemberitahuan jumlah kamar terjual 2. Berbekal surat itu dapat memulai menghitung tarif dengan rumus rata-rata atau average room rate 3. Kemudian didapat hasil yang berupa laporan tarif Executive manajer 1. Menerima dari accounting department berupa laporan tarif yang belum disahkan 2. Dimintakan pengesahan kepada general manajer 3. Laporan tarif yang sudah disahkan, baru dapat berfungsi sebagai tarif harga jual jasa kamar hotel batik. 5. KESIMPULAN 1. Sistem penetapan harga jual jasa kamar pada hotel batik sudah cukup baik, hal ini terlihat dari adanya koordinasi antara bagian/department yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pelimpahan wewenang tertentu kepada department yang berkompeten dalam menetapkan harga jual jasa kamar pada hotel batik dimulai dari instruksi general manajer kepada executive manajer yang dilanjutkan kepada marketing department dan accounting department, hasil akhirnya berupa laporan tarif yang diserahkan kepada executive manager untuk dimintakan pengesahan pada general manager. 2. Prosedur penetapan harga jual jasa kamar pada hotel batik sudah cukup baik, dimana prosedur tersebut dimulai dari prosedur pembuatan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP), prosedur pembuatan surat perintah (SP), kepada marketing department dan accounting department, prosedur penghitungan rasio jumlah kamar terjual (RJKT) dan pembuatan surat perintah jumlah kamar terjual (SPJKT) prosedur penentuan tarif kamar dan pembuatan laporan tarif dan prosedur pengesahan laporan tarif. Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] Bengkalis, 03-04 Desember 310 DAFTAR PUSTAKA Sugiarto, E. Operasional kantor depan hotel (hotel front office operational), cetakan ke 2, penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Mulyadi. Sistem akuntansi, Edisi 3 cetakan pertama, STIE YKPN, yogyakarta, 1993

Kothler, P. Manajemen pemasaran, Edisi 6, penerbit erlangga,jakarta, 1997 Mertawidjaja, P.R. Sistem dan prosedur, Tarsito, Bandung, 1979 Baridwan, Z. Sistem akuntansi penyusunan prosedur dan metode, Edisi 5, cetakan pertama, BPFE UGM Yogyakarta, 1994. Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] Bengkalis, 03-04 Desember 311