AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit. Memilih sistem koordinat yang tepat untuk menjelaskan sebuah situasi. Koordinat itu berada pada

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA

KUMPULAN SOAL & PEMBAHASAN OSK OSP OSN DLL KOORDINAT BENDA LANGIT (By. Mariano N.)

Part-1. Astronomi Bola. Dr. Suryadi Siregar Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung. Simposium Guru, Makasar Agustus 2008

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

Meridian Greenwich. Bujur

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris

BAB I PENDAHULUAN. beraktifitas pada malam hari. Terdapat perbedaan yang menonjol antara siang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM

BOLA LANGIT DAN TATA KOORDINAT

SAINS BUMI DAN ANTARIKSA

JAWABAN DAN PEMBAHASAN

Bab 3. Teleskop Bamberg

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT

SOAL DAN JAWAB ILMU PELAYARAN ASTRONOMI AHLI NAUTIKA TINGGKAT III

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1

GERAK BUMI DAN BULAN

Matematika Astronomi: Bagaimana Matematika Mempelajari Alam 1

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014

PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda

Macam-macam Waktu. Universal Time dan Dynamical Time

GERAK EDAR BUMI & BULAN

Bumi berotasi. Getak Harian - dari timur ke barat. - periodanya 24 jam. - sejajar ekuator langit.

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Bumi, Berlian biru alam semesta

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya

1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

Wilfried Suhr Gambar 1. Waktu-waktu kontak dalam peristiwa transit Venus.

PETA KONSEP. Revolu si. Rotasi. Mataha ri TATA SURYA. satelit buata n. satelit. alami. satelit. Bulan. palapa. Kalender Masehi. Revolu si.

SISTEM KOORDINAT GEOGRAFIK

MATEMATIKA ASTRONOMI: BAGAIMANA MATEMATIKA MEMPELAJARI ALAM

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA. Soal Tes Olimpiade Sains Nasional 2011

SOAL UJIAN PRAKTEK ASTRONOMI OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 CALON PESERTA INTERNATIONAL EARTH SCIENCE OLYMPIAD (IESO) 2015

Klik. Korona pada Matahari

FENOMENA ASTRONOMI SISTEM BUMI, BULAN & MATAHARI

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

Laboratorium Falak: Laboratorium Alternatif yang Murah dan Terpadu

Peraga Bintang, Matahari dan Bulan

MODUL OLIMPIADE ASTRONOMI (EDISI I)

BAB I SISTEM KOORDINAT

RUMUS-RUMUS SEGITIGA BOLA

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Aspek Terrestrial Pada Penentuan Posisi Hilal

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

Makalah Rotasi dan Revolusi bumi

SEGITIGA BOLA. Kelompok 7. Saraswati Basuki Putri Nila Muna Intana Hesti Nikmah Safitri Alik Sus Adi

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H

GERHANA MATAHARI DAN GERHANA BULAN

BAB 1V ANALISIS PENGARUH ATMOSFER TERHADAP VISIBILITAS HILAL DAN KLIMATOLOGI OBSERVATORIUM BOSSCHA DAN AS-SALAM

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI

indahbersamakimia.blogspot.com

Sabar Nurohman, M.Pd

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x)

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

NAMA :... NIM :... KELAS :......

Daftar Isi. Tata Surya. Matahari. Gerak edar bumi dan bulan. Lithosfer. Atmosfer.

PERHITUNGAN POSISI SEJATI KAPAL DENGAN PENGAMATAN TERHADAP BENDA-BENDA ANGKASA

Kumpulan Soal Astronomi dan Jawabannya

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN

Telaah Indikator Arah Kiblat melalui bayang bayang oleh Matahari pada saat di dekat zenith Ka bah

Soal Ujian Olimpiade Astronomi Kabupaten-Kota Tingkat SMA, 2008

TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya:

BAB VII TATA SURYA. STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya.

Horizon Lokal Dan Jam Matahari

JAGAD RAYA DAN TATA SURYA V

Antiremed Kelas 9 Fisika

Gambar tata sury, alam 98

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

MAKALAH SEGITIGA BOLA. disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Program Studi Pendidikan Fisika. oleh. 1. Dyah Larasati ( )

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

MODEL MATERI PENGETAHUAN SUDUT DALAM PERKULIAHAN IPBA BAGI MAHASISWA FISIKA DAN APLIKASINYA DALAM MEMAHAMI JARAK ANTARBENDA-LANGIT (CELESTIAL BODIES)

UNIT 13: GERAK BENDA LANGIT

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALATIHAN SOAL BAB 4

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015

SELEKSI TINGKAT PROVINSI CALON PESERTA INTERNATIONAL ASTRONOMY OLYMPIAD (IAO) TAHUN 2009

(Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: Abstrak

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

ROTASI BENDA LANGIT. Chatief Kunjaya. KK Atronomi, ITB. Oleh : TPOA, Kunjaya 2014

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

MODUL PRAKTIKUM Perkuliahan Astrofisika (FI567)

Materi Bumi dan Antariksa)

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH

PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014

indahbersamakimia.blogspot.com Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.6

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 DAN SENIN, 11 JANUARI 2016 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1437 H

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.5

GERHANA MATAHARI HJ SHA'ARI BIN OMAR JAB. SAINS IPG KOTA BHARU

GLOSARIUM. Aberasi : Perpindahan semu arah berkas cahaya bintang akibat gerak Bumi

Transkripsi:

AS 2201 - Astronomi Bola Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung

PENDAHULUAN Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit. Memilih sistem koordinat yang tepat untuk menjelaskan sebuah situasi. Melakukan transformasi antar sistem koordinat yang berbeda. Melakukan koreksi terhadap posisi pengamatan. Menjelaskan konsep gerak diri bintang, gerak planet, serta fenomena gerhana dan okultasi.

Buku acuan SMART, W. M., 1980, Textbook on Spherical Astronomy, Cambridge Univ. Press ROY, A.E dan Clarke, D., 1988, Astronomy: Principle and Practise, part 2, Adam Hilger GREEN, Robin M., 1985, Spherical Astronomy, Cambridge Univ. Press Astronomical Almanac Norton's Star Atlas or Norton's Star Atlas 2000

Objek langit tampak bergerak pada bola langit, jarak tak terbatas. Bola merupakan objek tiga dimensi, tetapi permukaannya digambarkan pada dua dimensi. Geometri bola diperlukan untuk menggambarkan permukaan sebuah bola: baik cara memahami maupun hubungan antar mereka.

Apa yang disebut dengan Astronomi Bola? Dalam pandangan mata, benda langit yang bertaburan di langit seolah melekat pada suatu setengah bola raksasa Bola Langit Posisi suatu benda langit dinyatakan dengan arah, bukan jarak perlu suatu tata koordinat, koordinat 2 dimensi pada permukaan bola diperlukan ilmu yang mempelajari posisi benda langit

Bab I Gerak Langit 1.1 Bola langit Bayangkan bintang-bintang menempel pada permukaan bagian dalam suatu bola raksasa yg berpusat di Bumi. Bola ini, yg radiusnya tak terhingga, disebut bola langit. Dlm sistem koordinat langit, hanya arah saja yg dipertimbangkan, sedang jarak tidak. Jadi letak bintang-bintang hanya ditentukan oleh arah mereka antara satu dengan lainnya. Umpamanya, dua bintang terpisah atau berjarak sudut 10 derajat.

Jarak sudut antara dua bintang, S 1 dan S 2, dalam gambar.1.1 didefinisikan sebagai sudut S 1 OS 2 = sudut S' 1 OS' 2 atau S 2 OG 1 = S' 2 OG' 1. Tampak bahwa jarak ke bintang-bintang itu tidak diperhitungkan, seakan-akan mereka diproyeksikan pada bola langit di S' 1, S' 2 dan G' 1. Z S' S 1 1 * S' 2 O *S 2 G 1 G' 1 N Gambar 1.1 Bola langit yg memperlihatkan jarak sudut

Jika kita memproyeksikan kutub-kutub Bumi pd bola langit kita akan memperoleh dua buah titik yang disebut Kutub Langit Utara (KLU) dan Kutub Langit Selatan (KLS). Polaris KLU * Bola langit yang berputar Bumi Ekuator langit Kutub Langit Selatan (KLS) Gambar 1.2 Bola langit yang menunjukkan KLU, KLS dan Ekuator langit. Bintang Polaris terletak dekat sekali dengan KLU

1.2 Gerak langit Di Kutub. Jika kita berdiri di salah satu kutub, sumbu rotasi benda langit (sebenarnya Bumi) ada di Zenit. Bintang-bintang akan tampak berputar melingkar terhadap titik tepat di atas kepala. Bintang tidak terbit dan tdk terbenam. Lintasan yang ditempuh bintang dalam bola langit ini disebut lingkaran harian. KLU * Lingkaran harian bintang Bumi Ekuator langit dan horizon Bola langit yang berputar KLS Gambar 1.3 Bola langit dilihat dari Kutub Utara (KU)

Di Ekuator. Jika kita berdiri di ekuator, maka ekuator langit membentang melintas kepala kita, dari Timur ke Barat dan sumbu rotasi langit adalah garis dari Utara ke Selatan. Oleh karena itu, dari ekuator, bintang tampak terbit tegak lurus di horizon Timur dan terbenam di horizon Barat. Dari ekuator kita bisa melihat semua bintang. lintasan harian bintang KLU Bumi * KLS Bola langit Ekuator langit Gambar 1.4 Bola langit dilihat dari Ekuator

1.3 Ekliptika Dalam kenyataan sebenarnya, Bumi bergerak mengitari Matahari. September Desember Juni Ekliptika 23½ U S Maret Gambar 1.6 Revolusi Bumi mengitari Matahari

Dari titik pandang Bumi, Matahari seolah-olah bergerak pada bola langit. Matahari pada 23 September Matahari pada 22 Juni Ekliptika Ekuator langit Matahari pada 22 Desember Matahari pada 21 Maret Gerak Matahari Gambar 1.7 Gerak Matahari pada bola langit

1.3 Sistem Koordinat Kutub Utara Suatu tempat pada Bumi Greenwich, England Meridian Greenwich Meridian suatu tempat lintang Ekuator bujur Bumi Gambar 1.8 Sistem Lintang-Bujur

KLU Lintasan jam bintang * Ekliptika Ekuator langit Bola langit Vernal equinox Gambar 1.9 Asensiorekta dan Deklinasi

Meridian lokal pengamat Zenith Lintasan vertikal bintang KLU T * U tinggi S Horizon pengamat B Azimuth Nadir Gambar 1.10 Sistem Horizon

ke bintang Bab II Waktu 2.1 Standar Waktu 1 Bumi pada t 1 Bumi pada t 2 Gambar 2.1 Perbedaan antara hari Matahari dan hari Sideris

2.2 Sudut Jam Z Meridian pengamat KLU * Ekuator langit U Pengamat T S B Horizon Gambar 2.2 Definisi sudut jam

2.3 Waktu Sideris LST = HA () Ekuator langit KLU Vernal Equinox () Gambar 2.3 Definisi Waktu Sideris Lokal

HA () LST * () Ekuator langit KLU Vernal quinox Gambar 2.4 Definisi lain dari Waktu Sideris Lokal

KLU Z Meridian Pengamat Matahari pada Autumnal Equinox Ekuator langit Horizon pengamat Gambar 2.5 Siang sideris pada 23 September

KLU Z Pengamat Matahari pada Vernal Equinox Ekuator langit Horizon pengamat Gambar 2.6 Siang sideris pada 21 Maret

4.1 Gerak Semu +10 o Mar 9 April 21 +5 o Jan 30 Jan 1 0 o Juni 30 12 h 00 m 11 h 40 m 11 h 20 m 11 h 00 m 10 h 40 m Gambar 4.1 Loop gerak semu Mars, 1965

Gambar 4.2 Bagaimana gerak Retrograde terjadi

Gambar 4.3 Konjungsi dan Oposisi beberapa planet

Hukum II Keppler Gambar 4.5 Orbit Bumi mengelilingi Matahari

Orbit Matahrai dan Beberapa Planet

Arah Rotasi Bumi Pagi Sore Orbit Bumi Ke Matahari Penampakkan meteor sebelum dan sesudah tengah malam

Arah Rotasi Bumi Pagi Sore Orbit Bumi Ke Matahari

Geometri Bola dan Geometri Bidang Datar Bidang Datar Bila 2 garis tegak lurus garis ke 3, maka ke-2 garis tersebut sejajar Bila 2 garis tak sejajar, maka ke-2 garis itu akan memotong di satu titik Bidang Bola Bila 2 garis tegak lurus garis ke 3, maka ke 2 garis tersebut belum tentu sejajar Bila 2 garis tak sejajar, maka ke-2 garis itu belum tentu memotong di satu titik

Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar, lingkaran kecil, dan sudut-sudut bola Lingkaran besar: Lingkaran pada permukaan bola yang pusatnya berimpit dengan pusat bola membagi bola menjadi 2 bagian sama besar Lingkaran kecil: Lingkaran pada permukaan bola, tetapi pusatnya tidak berimpit dengan pusat bola Titik potong garis tengah yang tegak lurus bidang lingkaran besar dengan bola disebut kutub Bila 2 lingkaran besar berpotongan, maka sudut perpotongannya disebut sudut bola

Geometri Bola

Sudut bola adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan 2 lingkaran besar. Jika 3 buah lingkaran besar saling berpotongan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu bagian dengan 3 sudut, maka terbentuklah segitiga bola, yang mengikuti ketentuan sebagai berikut: 1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar dari sudut ke-3 2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih besar dari 180 3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari 180

Sifat-sifat segitiga bola Sudut A, B, dan C adalah sudut bola; dan a, b, dan c adalah sisisisi segitiga bola ABC. 0 < (a + b + c) < 360 180 < (A + B + C) < 540 a + b > c, a + c > b, b + c > a a > b A > B ; a = b A = B Ekses sudut bola, yaitu selisih antara jumlah sudut-sudut A, B, dan C sebuah segitiga bola dengan radians (180 ) adalah: E = A + B + C (rad)

Formula Segitiga Bola Empat buah formula yang biasa digunakan adalah: Formula cosinus cos a cosbcosc sinbsinccos A demikian pula cos b cosc cosa sincsina cosb Formula sinus sin A sina sin B sin b sinc sinc Formula analog untuk cosinus sina cos B cos a cosc cos bsinc sinbcosc cos A Formula empat bagian sina cot b sinccot B

Tata Koordinat Astronomi Komponen-komponen dasar pada Tata Koordinat Astronomi: Lingkaran Dasar Utama: yang membagi bola menjadi 2 belahan, belahan utara dan belahan selatan Kutub-kutub: pada diameter bola yang tegak lurus lingkaran dasar utama Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui kutubkutub lingkaran dasar utama, tegak lurus lingkaran dasar utama Titik asal: titik acuan pengukuran besaran koordinat I Koordinat I: dihitung dari titik asal sepanjang lingkaran dasar utama Koordinat II: dihitung dari lingkaran dasar utama ke arah kutub

Tata Koordinat Bumi Lingkaran Dasar Utama: lingkaran Ekuator Kutub-kutub: Kutub Utara (KU) dan Kutub Selatan (KS) Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian pengamat Titik asal: titik potong ekuator dengan meridian Greenwich Koordinat I: bujur, atau, dihitung dari meridian Greenwich ke meridian pengamat: 0 < < 180 atau 0 h < < 12 h ke timur dan ke barat Koordinat II: lintang, dihitung: 0 < < 90 ke arah KU, dan -90 < < 0 ke arah KS

Tata Koordinat Bumi

Tata Koordinat Horison Lingkaran Dasar Utama: Bidang Horison Kutub-kutub: Titik Zenit (Z) dan Titik Nadir (N) Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian pengamat Titik asal: Titik Utara. Titik-titik Utara, Selatan, Barat, dan Timur adalah titik kardinal Koordinat I: azimut, A diukur dari Utara ke Timur, 0 < A < 360 Koordinat II: tinggi bintang h, diukur dari lingkaran horison: 0 < h < 90 ke arah Z, dan -90 < h < 0 ke arah N

Tata Koordinat Horison

Tata Koordinat Ekuatorial I (HA-DEC) Lingkaran Dasar Utama: Ekuator Langit Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan Kutub Selatan Langit (KSL) Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat Titik asal: Titik, yang merupakan perpotongan meridian pengamat dengan lingkaran ekuator langit Koordinat I: sudut jam HA, diukur ke arah barat: 0 h < HA < 24 h Koordinat II: deklinasi,, diukur: 0 < < 90 ke arah KUL, dan -90 < < 0 ke arah KSL

Tata Koordinat Ekuatorial I

Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC) Lingkaran Dasar Utama: Lingkaran Ekuator Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan Kutub Selatan Langit (KSL) Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat Titik asal: Titik, yang merupakan perpotongan ekuator dan ekliptika Koordinat I: asensiorekta,, diukur dari titik ke arah timur: 0 h < < 24 h Koordinat II: deklinasi,, diukur 0 < < 90 ke arah KUL, dan -90 < < 0 ke arah KSL

Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)

Tata Koordinat Ekliptika Lingkaran Dasar Utama: Bidang Ekliptika Kutub-kutub: Kutub Utara Ekliptika (KUE) dan Kutub Selatan Ekliptika (KSE) Titik asal: Titik Koordinat I: bujur ekliptika,, diukur dari titik ke arah timur: 0 h < < 24 h Koordinat II: lintang ekliptika,, diukur dari bidang ekliptika ke bintang : 0 < < 90 ke arah KUE, dan -90 < < 0 ke arah KSE

Tata Koordinat Ekliptika

Lintasan Harian Benda Langit Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang sejajar ekuator dan berjarak. Benda bergerak dari bawah horison ke atas horison di sebelah timur. Peristiwa ini disebut sebagai terbit. Lalu benda terbenam, yaitu bila benda bergerak dari atas horison ke bawah horison, di sebelah barat. Saat terbit atau terbenam, z = 90 dan h = 0. Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu yang ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas (HA = 0 h = 0 ), dan dari transit atas sampai terbenam. Jadi 2 HA adalah lama benda langit di atas horison.

Bintang Sirkumpolar Bintang bisa diamati jika berada di atas horison. Ada bintang yang tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit. Bintang bintang ini disebut sebagai Bintang Sirkumpolar. Pada bintang sirkumpolar di atas horison, berlaku: z(transit bawah) 90 ; jika: 90 -, untuk belahan bumi utara - 90, untuk belahan bumi selatan Pada bintang sirkumpolar di bawah horison, berlaku: z(transit atas) 90 ; jika: - 90, untuk belahan bumi utara 90 -, untuk belahan bumi selatan

Senja dan Fajar Pada saat Matahari terbenam, cahayanya masih dapat menerangi Bumi. Ketika Matahari berada 18 di bawah horison, pengaruh terang tersebut sudah hilang. Selang antara matahari terbit atau terbenam dengan saat jarak zenitnya 108 disebut sebagai fajar atau senja. * z = 90, h = 0 terbit/terbenam * z = 96, h = - 6 fajar/senja sipil * z = 102, h = -12 fajar/senja nautika * z = 108, h = -18 fajar/senja astronomis

Pergerakan Tahunan Matahari Matahari mengitari Bumi pada bidang ekliptika posisinya dalam koordinat ekliptika berubah terhadap waktu posisi pada koordinat ekuator juga berubah Dalam 1 tahun, berubah dari 0 h sampai 24 h dan berubah dari -23.27 sampai + 23.27 Posisi titik tetap

Posisi Matahari dalam koordinat ekuator II dan ekliptika Tanggal lokasi ( h ) () ( h ) () 21 Maret 0 0 0 0 Titik musim semi 22 Juni 6 0 6 +23.27 Titik musim panas 23 Sept. 12 0 12 0 Titik musim gugur 22 Des. 18 0 18-23.27 Titik musim dingin

Posisi titik terhadap Matahari dalam peredaran harian dan tahunan Matahari Tanggal ( h ) HA ( h ) 21 Maret 0 0 22 Juni 6-6 23 Sept. 12-12 22 Des. 18-18

Refraksi Posisi benda langit yang tampak di langit sebenarnya berbeda dengan posisi fisiknya, salah satu sebab adalah karena efek refraksi. Cahaya yang bergerak dengan kecepatan cahaya akan mengubah bayangan benda yang melewati suatu medium.

Definisikan: Indeks refraksi, n, setiap medium transparan adalah 1/kecepatan cahaya di dalam medium. Kecepatan cahaya di udara bergantung kepada temperatur dan tekanannya, sehingga indeks refraksi udara bervariasi untuk tiap lapisan atmosfer yang berbeda.

Z Refraksi Astronomi : yaitu refraksi terhadap sinar bintang akibat atmosfer bumi. N A i 800 km X z Lapisan atmosfer terendah o n Permukaan Bumi 150 km

Refraksi di dalam atmosfer : Diandaikan atmosfer bumi terdiri dari n lapisan sejajar yang seragam dari permukaan bumi, dan mempunyai kecepatan v i yang berbeda untuk tiap lapisan (i dari 1 sampai n). Hukum Snell juga berlaku bagi refraksi untuk tiap lapisan: n 1 sin i = n 2 sin r, dengan : n 1 dan n 2 adalah indeks bias medium 1 atau 2, i adalah sudut datang, dan r adalah sudut bias.

Di batas permukaan pertama: 1 0 1 1 v v sin r sin i Di lapisan berikutnya: 2 1 2 2 v v sin r sin i, dan seterusnya. Tetapi dengan geometri sederhana: r 1 = i 2, r 2 = i 3, dan seterusnya Sehingga kita peroleh: 1 1 0 1 r sin v v i sin 2 1 0 sin i v v 2 2 1 1 0 sin r v v v v 2 2 0 sin r v v =... n n 0 sin r v v

Dari rumus di atas, ada indikasi bahwa masing-masing lapisan saling meniadakan, sehingga yang berperan hanyalah perbandingan antara v 0 (yang sama dengan c, yaitu kecepatan cahaya dalam ruang hampa) dan v n (kecepatan cahaya di udara pada lapisan terbawah). Bila r n adalah jarak zenit semu bintang z', dan i 1 adalah jarak zenit benar z. Refraksi tidak memberikan pengaruh bagi bintang yang ada di zenith. Tetapi untuk posisi lain, efek refraksi ini mengakibatkan bintang akan tampak lebih tinggi, dan efek terbesar adalah bila bintang ada di horison. Definisikan sudut refraksi dengan R, dimana R = z - z', atau z = R + z'. Maka: sin(z) = sin(r) cos(z') + cos(r) sin(z'). Jika dianggap R sangat kecil, maka dapat didekati dengan : sin(r) = R (dalam radians), dan cos(r) = 1. Sehingga, sin(z) = sin(z') + R cos(z'). Bila dibagi dengan sin(z') akan memberikan sinz R 1, atau sinz tanz v 0 R 1 v tanz Sehingga, n R = v tanz v 1 n 0 = k tan(z')

Nilai v 0 adalah c, yaitu kecepatan cahaya dalam ruang hampa, yang harganya konstan. Tetapi v n bergantung kepada temperatur dan tekanan udara pada lapisan terbawah. Pada temperatur (0 C = 273K) dan tekanan standard (1000 millibars), k = 59.6 detik busur. Di dalam The Astronomical Almanac, harga k adalah: k = 16.27" P(millibars)/(273+T C) Pada jarak zenit besar, model ini tidak berlaku. Besar refraksi di dekat horison ditentukan dari pengamatan di atas permukaan bumi. Pada temperatur dan tekanan standard, refraksi di horison (refraksi horisontal) sebesar 34 menit busur.

Efek refraksi pada saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam Saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam, jarak zenit dari pusat kedua benda tersebut adalah 90. Refraksi yang terjadi saat itu disebut sebagai refraksi horisontal. Refraksi horisontal saat benda langit terbit/terbenam adalah 35. Jika jarak zenit = 90, maka jarak zenit benar adalah 9035. Misalkan H adalah sudut jam bila jarak zenit pusat Matahari 90, maka H+H adalah sudut jam pusat Matahari ketika pusat Matahari yang tampak, berada di horison, jadi z = 90, dan z = 9035.

Bila Matahari dianggap terbenam ketika tepi atasnya berada di horison, dan semi diameter 51 Matahari adalah 16, maka: H sec.sec Tabel 1. Lintang tampak dan sudut refraksi Lintang tampak Sudut refraksi 0 3521 1 2445 2 1824 3 1424 4 1143 10 518 30 141 60 034 90 000 15.cos ech

Efek Refraksi pada asensiorekta dan deklinasi. = R sec sin = R cos dengan adalah sudut paralaktik.

Koreksi Semi diameter Pada saat Matahari terbenam, z = 90, h = 0, maka: jarak zenit piringan Matahari adalah: z 90 R (z=90) tinggi pusat Matahari adalah : h 0 R (z=90) Matahari dikatakan terbit jika batas atas piringan mulai muncul di horison, dan terbenam jika batas piringan sudah terbenam di horison, maka z dan h harus dikoreksi oleh semidiameter piringan Matahari, S, sehingga: z 90 R (z=90) S h 0 R (z=90) S Jadi saat Matahari atau Bulan terbit atau terbenam: h = 050 h = +008

Koreksi ketinggian di atas muka laut Bidang horison pengamat di Bumi bergantung kepada ketinggian pengamat. Jika pengamat berada pada ketinggian l (meter) dari muka laut, maka sudut kedalaman (angle of dip),, adalah : = 1.93l (dalam satuan menit busur). Jika efek refraksi diperhitungkan, maka: = 1.78l (dalam satuan menit busur). Jarak ke horison-laut, dituliskan dengan: d = 3.57l (dalam km). Jika efek refraksi diperhitungkan, maka: d = 3.87l (dalam km).