Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

dokumen-dokumen yang mirip
RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

ANALISIS RANGKAIAN RLC

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK

Antiremed Kelas 12 Fisika

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

BAB 1 RESONATOR Oleh : M. Ramdhani

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS RANGKAIAN RLC ARUS BOLAK-BALIK

MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

Arus Bolak Balik. Arus Bolak Balik. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

ARUS BOLAK BALIK. I m v. Gambar 1. Diagram Fasor (a) arus, (b) tegangan. ωt X(0 o )

BAB 2 RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI Oleh : M. Ramdhani

Arus dan Tegangan Listrik Bolak-balik

INDUKSI EM DAN HUKUM FARADAY; RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK

PERCOBAAN 6 RESONANSI

RANGKAIAN RESONATOR (Resonator Circuit / Tune Circuit) By : Team Dosen Elkom

Nama : Taufik Ramuli NIM :

drimbajoe.wordpress.com 1

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK- BALIK

V L V R V C. mth 2011

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

PRAKTIKUM RANGKAIAN RLC DAN FENOMENA RESONANSI

Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 2006

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN FREKUENSI OSILASI LC DARI KURVA TEGANGAN INDUKTOR DAN KAPASITOR TERHADAP FREKUENSI. Islamiani Safitri* dan Neny Kurniasih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

Phasor dan Impedans. Slide-09. Ir. Agus Arif, MT. Semester Gasal 2016/2017

BAB II LANDASAN TEORI

20 kv TRAFO DISTRIBUSI

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SOAL SOAL TERPILIH 1. maksimum dan arus efektif serta frekuensinya?

METODE NUMERIK PADA RANGKAIAN RLC SERI MENGGUNAKAN VBA EXCEL Latifah Nurul Qomariyatuzzamzami 1, Neny Kurniasih 2

Penerapan Bilangan Kompleks pada Rangkaian RLC

Arus & Tegangan bolak balik(ac)

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2

KONVERTER AC-DC (PENYEARAH)

Filter Orde Satu & Filter Orde Dua

LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM )

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODUL 5 RANGKAIAN AC

Sumber AC dan Fasor. V max. time. Sumber tegangan sinusoidal adalah: V( t) V(t)

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN 4.1 PENGARUH TERHADAP SISI PEMBANGKITAN

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

BAB II ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

The Forced Oscillator

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK

RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI. Oleh: Team Dosen Elkom

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI

A. Kompetensi Mengukur beban R, L, C pada sumber tegangan DC dan AC

Modul 1. Elektronika Komunikasi. RANGKAIAN RESONATOR (Resonator Circuit / Tune Circuit)

RANGKAIAN RLC. I. TUJUAN 1. Untuk mengetahui sifat rangkaian RLC.

Fisika Study Center. Never Ending Learning. Menu. Cari Artikel Fisika Study Center. Most Read. Latest. English

BAB IV ARUS BOLAK BALIK. Vef = 2. Vrt = Vsb = tegangan sumber B = induksi magnet

Tujuan Mempelajari pengertian impedansi Mempelajari hubungan antara impedansi, resistansi, dan reaktansi pada rangkaian seri RC dan RL Mempelajari hub

Elektronika Telekomunikasi Modul 2

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

Filter Frekuensi. f 50

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Daya Rangkaian AC [2]

Elektronika Telekomunikasi Modul 2

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

atau pengaman pada pelanggan.

KATA PENGANTAR. 0 Modul Praktikum RL Tehnik Elektro UNISSULA

KOREKTOR FAKTOR DAYA OTOMATIS PADA INSTALASI LISTRIK RUMAH TANGGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

Daya Rangkaian AC [1]

Bab I. Bilangan Kompleks

BAB 3 METODE PENELITIAN. Serdang. Dalam memenuhi kebutuhan daya listrik industri tersebut menggunakan

OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK

ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

PENDAHULUAN. - Persiapan :

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

MODUL 1 PRINSIP DASAR LISTRIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

ANALISA PERBANDINGAN R DAN C SEBAGAI PENGGANTI L ( BALLAST ) PADA FLUORESCENT ATAU LAMPU TL ( LAMPU TABUNG ) Yasri

1. Alat Ukur Arus dan Tegangan

TEGANGAN EFFECTIVE (RMS), PEAK DAN PEAK-TO-PEAK

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I FILTER I. 1. Judul Percobaan. Rangkaian Band Pass Filter. 2. Tujuan Percobaan

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

Rangkaian RLC Arus AC (E7)

Applikasi Bil. Komplek pada Teknik Elektro

BAB II TINJAUAN TEORITIS

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Transkripsi:

Resonansi paralel sederhana (rangkaian tank ) Kondisi resonansi akan terjadi pada suatu rangkaian tank (tank circuit) (gambar 1) ketika reaktansi dari kapasitor dan induktor bernilai sama. Karena rekatansi induktif bertambah besar apabila frekuensi membesar dan reaktansi kapasitif berkurang apabila frekuensi membesar, maka akan hanya ada satu nilai frekuensi dimana nilai reaktansi dari keduanya akan sama besar. Gambar 1 Rangkaian resonansi paralel sederhana (rangkaian tank ) Pada rangkaian di atas, kita memiliki sebuah kapasitor 10 µf dan induktor 100 mh. Karena kita tahu persamaan untuk menghitung reaktansi pada frekuensi tertentu, dan kita ingin mengetahui pada titik berapa reaktansi dari kapasitor dan induktor akan sama besar, maka kita hitung reaktansi dari keduanya secara aljabar sebagai berikut : Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif pada saat resonansi, reaktansi kapasitif sama dengan reaktansi induktif Kalikan sisi sebalah kanan dan kiri persamaan dengan variabel f untuk menghilangkan variabel f di ruas kanan persamaan kedua sisi dibagi dengan 2πf sehingga menyisakan variabel f sendirian di ruas kiri Akarkan kedua sisi persamaan lalu sederhanakan Jadi kita dapatkan rumus untuk menghitung frekuensi resonansi pada rangkaian tank tersebut, dimana nilai induktansi (L) dalam Henry dan kapasitansi (C) dalam Farad. Dengan memasukkan nilai L dan C pada rangkaian di atas, kita akan mendapatkan frekuensi resonansi sebesar 159.155 Hz.

Apa yang terjadi pada kondisi resonansi adalah suatu hal yang menarik. Dengan reaktansi induktif dan kapasitif yang sama antara satu sama lain, impedansi totalnya akan naik hingga nilainya tak berhingga, yang berarti rangkaian tank tersebut sama sekali tidak mengambil arus dari sumber AC tersebut. Kita dapat menghitung impedansi masing-masing dari kapsitor 100 µf dan induktor 100 mh dan memparalelkan keduanya : X L = 2 π f L X L = (2) (π) (159.155 Hz) (100 mh) X L = 100 Ω X C = 1/2πfC X C = 1/ (2)(π)(159.155 Hz) (10 μf) X C = 100 Ω Lalu kita paralelkan kedua reaktansi ini, menghasilkan nilai impedansi yang tidak kita duga Kita tidak dapat membagi suatu bilangan dengan angka nol, tetapi kita dapat katakan bahwa nilai hasil perhitungannya adalah tak berhingga. Nilai impedansinya mendekati tak berhingga apabila reaktansi dari keduanya saling mendekati satu sama lain. Apa artinya impedansi yang tak berhingga tersebut? Artinya pada rangkaian tank itu (kombinasi LC), rangkaian tersebut sama sekali tidak dialiri arus listrik oleh sumber AC yang terpasang (sama seperti rangkaian terbuka open circuit). Bila kita mensimulasikan rangkaian tersbut menggunakan simulator, maka akan diperoleh grafik seperti ini :

Gambar 2 Rangkaian resonansi disimulasikan dengan SPICE Gambar 3 Grafik hubungan antara arus dengan frekuensi pada rangkaian resonansi paralel Secara tidak sengaja, grafik output yang dihasilkan oleh simulator tersebut dikenal dengan nama grafik Bode (Bode plot). Grafik seperti ini menampilkan amplitudo atau beda fasa pada salah satu sumbu dan nilai frekuensi di sumbu lainnya. Pada grafik di atas, kenaikan nilai frekuensinya menunjukkan karakteristik tanggapan frekuensi (frekuensi respon) dari rangkaian tank di atas. Tanggapan frekuensi adalah seberapa sensitif amplitudo atau beda fasa akan berubah apabila frekuensinya berubah. Pada pembahasan di awal, kita menggunakan rangkaian LC murni dan ideal. Sekarang perhatikan rangkaian LC tank pada gambar 4. Rangkaiannya terdiri dari sebuah kapasitor yang diparalel dengan sebuah induktor yang tidak ideal karena resistansi dari kawat induktor dipertimbangkan. Resistansi dari kawat ini diberi nama Rkawat seperti ditunjukkan pada gambar 4. Tetapi rangkaian pada gambar 4 ini bukan benar-benar rangkaian paralel karena ada kombinasi seri antara induktor dan resistor. Untuk dapat menghitung frekuensi pada saat rangkaian bersifat resistif murni, maka rangkaian seri resistor induktor ini harus ditransformasi ke dalam bentuk paralel ekivalennya. Sehingga rangkaiannya menjadi rangkaian paralel seperti pada gambar 5.

Gambar 4 Rangkaian LC dengan rugi-rugi resistansi pada induktor Gambar 5 Rangkaian paralel RLC Pada saat resonansi, reaktansi kapasitif dan induktif pada rangkaian gambar 5 bernilai sama. Jadi, apabila ada reaktansi kapasitif dan reaktansi induktif yang bernilai sama dan dihubungkan paralel, maka impedansi totalnya adalah : Z = (jx L )(-jx C ) (jx L jx C ) karena pada saat resonansi, reaktansi kapasitif dan induktif sama X L = X C = X, maka nilai impedansi penggantinya adalah Z = (jx L )(-jx C ) 0 = Ω (impedansinya tinggi sekali) Jadi, pada saat terjadi resonansi, reaktansi kapasitif dan induktif akan saling menghilangkan sehingga rangkaian penggantinya adalah open circuit (rangkaian terbuka) dan yang tersisa hanyalah resistansi saja. Jadi impedansi total dari rangkaian paralel RLC ini saat terjadi resonansi adalah murni resistif, Z T = R p. Kita dapat menurunkan persamaan untuk menghitung frekuensi resonansi rangkaian tank paralel RLC ini dengan cara membuat persamaan antara reaktansi kapasitif dengan reaktansi induktif: X C = X LP Pertama, ingat rumus untuk mentransformasikan dari rangkaian seri ke rangkaian paralel dari rangkaian RL

kita sederhanakan lagi menjadi Dengan memfaktorkan bagian (LC) pada bagian penyebutnya, frekuensi resonansi paralel dihitung dengan persamaan Perhatikan bahwa apabila R kawat 2 << L/C, maka nilai hasil dari bagian akarnya mendekati 1. Konsekuensinya, apabila L/C 100R kawat, frekuensi resonansi paralelnya disederhanakan menjadi Ingat bagaimana cara menghitung faktor kualitas, Q, dari suatu rangkaian yaitu rasio atau perbandingan antara daya reaktif dengan daya rata-rata pada rangkaian saat resonansi. Mari kita obeservasi lebih lanjut untuk menghitung faktor kualitas (Q) dari rangkaian resonansi paralel RLC pada gambar 6. Gambar 6 Rangkaian resonansi paralel RLC Pada saat resonansi, reaktansi kapasitor dan induktornya akan saling menghilangkan, sehingga rangkaiannya hanya menyisakan sumber arus dengan resistor saja. Kita dapat dengan mudah menggunakan hukum Ohm pada rangkaian tersebut V = IR = IR 0 o Respon frekuensi dari impedansi paralel RLC tersebut dapat dilihat pada gambar 7. Gambar kiri menunjukkan hubungan antara magnitudo impedansi dengan frekuensi angular. Grafik sebelah kanan menunjukkan hubungan antara sudut fasa impedansi dengan frekuensi angular

Gambar 7 Grafik hubungan antara magnitudo dan sudut fasa dari impedansi dengan frekuensi angular untuk rangkaian resonansi paralel Perhatikan bahwa impedansi total dari rangkaian tersebut mencapai nilai maksimum saat terjadi resonansi dan nilainya minimum saat ω = 0 rad/s dan ω rad/s. Hasil ini berkebalikan dengan rangkaian resonansi seri, dimana pada rangkaian resonansi seri, nilai impedansinya justru bernilai minimum saat terjadi resonansi, dan impedansinya maksimum saat ω = 0 rad/s dan ω rad/s. Selain itu, untuk rangkaian paralel ini, impedansi totalnya akan bersifat induktif saat frekuensinya kurang dari frekuensi resonansi (ω p ). Bagitu juga sebaliknya, impedansinya bersifat kapasitif saat frekuensinya lebih besar dari frekuensi resonansi (ω p ). Faktor kualitas, Q, dari rangkaian paralel RLC ini dapat dihitung Hasil yang kita dapatkan ini persis sama dengan hasil yang kita peroleh saat kita mengkonversi suatu rangkaian RL seri menjadi rangkaian ekivalen paralelnya (baca di sini untuk lebih lengkapnya). Apabila resistansi dari kawat merupakan satu-satunya resistansi yang ada di dalam rangkaian, maka faktor kualitas (Q) dari rangkaian sama dengan faktor kualitas dari kumparan. Namun, apabila rangkaiannya memiliki resistansi lagi selain resistansi dari kawat, maka resistansi tambahan ini akan mereduksi atau mengurangi faktor kualitas (Q) dari rangkaian. Untuk rangkaian resonansi paralel RLC, arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen dapat dihitung dengan mudah menggunakan hukum Ohm :

Saat resonansi, arus yang melewati induktor dan kapasitor memiliki magnitudo yang sama tetapi beda fasanya adalah 180 o sehingga arus yang mengalir pada kedua komponen ini akan saling menghilangkan. Perhatikan magnitudo dari arus yang mengalir pada komponen reaktif (kapasitor dan induktor) pada saat resonansi, memiliki nilai sebesar Q sumber arus. Karena nilai faktor kualitas (Q) pada rangkaian paralel biasanya sangat besar, maka kita harus bisa memilih komponen yang kuat dan tahan saat dialiri arus listrik yang besar saat terjadi resonansi. Sama seperti saat kita menganalisa untuk menghitung bandwith (lebar pita frekuensi) pada rangkaian resonansi seri, bandwith adalah lebar pita diantara dua batas frekuensi. Dua frekuensi pembatas ini adalah frekuensi yang membuat rangkaian hanya menyerap setengah dari daya total yang disuplai dari sumber. Kedua batas frekuensi tersebut (ω 1 dan ω 2 ) dapat dihitung dengan persamaan Jadi, bandwith nya dapat dihitung Apabila nilai Q 10, maka kurva selektivitasnya akan semakin ramping (mendekati bentuk kotak ideal) yang melingkupi frekuensi ω p, dimana batas frekuensi atas dan bawah nilainya adalah ω p ± BW/2. Persamaan menghitung bandwidth (BW) diatas dapat dijabarkan lagi, yaitu mengalikannya dengan ω p /ω p : Perhatikan bahwa persamaan menghitung BW yang ini sama persis dengan menghitung BW dari rangkaian resonansi seri RLC. Contoh Soal 1 Untuk rangkaian RLC paralel pada gambar 8,

Gambar 8 Rangkaian paralel RLC untuk contoh soal 1 a. Hitunglah frekuensi resonansi, ω r (rad/s) dan f r (Hz) dari rangkaian tank tersebut b. Hitung faktor kualitas Q dari rangkaian saat resonansi c. Hitung tegangan rangkaian tersebut saat resonansi d. Hitung nilai arus yang mengalir pada induktor dan resistor saat resonansi. e. Hitung bandwith dari rangkaian tersebut, nyatakan dalam satuan radian per sekon dan juga dalam Hz. f. Gambar respon frekuensi untuk tegangan rangkaian tersebut, tunjukkan nilai tegangan rangkaian saat daya yang ditransfer ke rangkaian hanya terserap setengahnya. g. gambarkan kurva selektivitas dari rangkaian yang menunjukkan hubungan antara daya P (watt) dengan ω (rad/s) a. Nilai frekuensi resonansi adalah b. Faktor kualitas saat terjadi resonansi c. Pada saat resonansi, V C = V L = V R, sehingga V = IR = (3.6 ma 0 o ) (500 Ω 0 o ) = 1.8 V 0 o d. Arus yang mengalir pada induktor dan resistor saat resonansi adalah e. Bandwith dalam satuan rad/s dan Hz :

f. Frekuensi yang membuat rangkaian hanya menyerap setengah dari daya yang ditransfer oleh sumber (batas frekuensi atas dan baawah dari bandwith) Berikut ini grafik respon frekuensi dari tegangan rangkaian (atau hubungan antara tegangan dengan frekuensi) tegangan g. Daya yang diserap rangkaian saat resonansi sebesar Gambar 9 Respon frekuensi dari Dengan begitu kurva selektivitasnya dapat digambarkan sebagai berikut (grafik yang menghubungkan daya yang diserap rangkaian dengan frekuensi)

Gambar 10 Respon frekuensi dari daya yang diserap rangkaian. Saat resonansi, daya yang diserap rangkaian maksimal. Bandwidth Rangkaian Resonansi Paralel Nilai Q yang rendah akibat resistansi kawat induktor yang tinggi menghasilkan nilai maksimum pada kurva selektivitasnya menjadi lebih rendah dan bandwidthnya lebih lebar pada rangkaian resonansi paralel. (Gambar 11) Bagitu pula sebaliknya, nilai Q yang tinggi akibat resistansi kawat induktor yang rendah membuat nilai maksimum pada kurva selektivitasnya lebih tinggi dan bandwidthnya lebih sempit. Nilai Q yang tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan kawat dengan diameter yang lebar saat membentuk sebuah induktor sehingga resistansi kawat induktor tersebut menjadi lebih rendah. Gambar 11 Pengaruh faktor kualitas, Q, terhadap respon rangkaian resonansi paralel Bandwidth dari rangkaian resonansi paralel dapat diukur diantara dua frekuensi yang membuat daya yang diserap rangkaian menjadi separuhnya (frekuensi cutoff atas dan bawah). Apabila ditinjau dari segi tegangan/arus, frekuensi cutoff atas dan bawah adalah frekuensi yang menyebabkan tegangan/arus output menjadi 0.707 dari tegangan maksimum. Karena P ~ E 2 = (0.707) 2 = 0.5P. Karena tegangan juga proporsional dengan impedansi (P = E 2 /R), maka kita bisa menentukan frekuensi cutoff atas dan bawah serta bandwidth dari rangkaian resonansi paralel ini dengan mengguakan kurva impedansi frekuensi seperti pada gambar 12.

Gambar 12 Bandwidth, atau Δf, diukur dari 70.7% dari nilai maksimum dari impedansi. Pada gambar 12, impedansi maksimumnya bernilai 500 Ω. Dan 0.707 dari impedansi maksimum tersebut adalah (0.707) (500 Ω) = 354 Ω. Jadi frekuensi cutoff atas dan bawah adalah frekuensi yang membuat impedansi rangkaian menjadi bernilai 354 Ω dan frekuensi tersebut adalah 281 Hz untuk f 1 dan 343 Hz untuk f 2. Sehingga bandwidth nya adalah f 2 -f 1 = 62 Hz. BW = Δf = f h f l = 343 281 = 62 Hz f l = f c Δf/2 = 312 31 = 281 Hz f h = f c + Δf/2 = 312 + 31 = 343 Hz Q = f c /BW = (312 Hz) / (62 Hz) = 5 Dimana : f c : frekuensi resonansi f l : frekuensi cutoff bawah f h : frekuensi cutoff atas

Resonansi Seri Sederhana Efek yang sama terjadi pada rangkaian seri induktif/kapasitif (gambar 1). Ketika kondisi resonansi tercapai (reaktansi kapasitif sama dengan reaktansi induktif), kedua impedansi akan saling menghilangkan satu sama lain dan total impedansinya akan sama dengan nol. Gambar 1 Rangkaian resonansi seri sederhana yang terdiri dari L dan C Pada saat frekuensi = 159.155 Hz : Z L = (0 + j100) Ω dan Z C = (0 j100) Ω Z seri = Z L + Z C Z seri = (0 + j100) + (0 j100) Z seri = 0 Ω Bila impedansi serinya sama dengan nol ohm pada frekuensi 159.155 Hz, maka rangkaian tersebut akan menjadi short circuit pada kedua terminal sumber AC nya pada kondisi resonansi. Kondisi ini tidak baik untuk rangkaian di atas. Maka kita tambahkan sebuah resistor untuk membatasi arus pada saat short circuit terjadi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, nilai arus yang mengalir pada rangkaian, amplitudonya akan semakin membesar bila frekuensinya diperbesar (dari kiri ke kanan) (gambar 2). Kondisi ini dapat dilihat pada titik puncak saat frekuensinya bernilai 157.9 Hz.

dengan frekuensi pada rangkaian resonansi seri Gambar 2 Grafik hubungan arus Anda harus berhati-hati pada rangkaian resonansi LC seri karena arus yang mengalir dalam rangkaian sangatlah besar pada kondisi resonansi, kondisi ini memungkinkan dihasilkannya tegangan tinggi yang berbahaya pada kapasitor dan induktor, karena kedua komponen tersebut memiliki impedansi. Dari rangkaian pada gambar 3, dapat dihitung : Gambar 3 Rangkaian resonansi seri f r = 159.155 Hz, L = 100 mh, R = 1 Ω X L = 2πfL = 2π(159.155) (100 mh) = j100 Ω X C = 1/2πfC = 1/2π(159.155)(10 μf) = -j100 Ω Z = 1 + j100 j100 = 1 Ω I = V/Z = (1 V) / (1 Ω) = 1 A V L = IZ L = (1 A) (j100) = j100 V V C = IZ C = (1 A) (-j100) = -j100 V

V R = IR = (1 A) (1 Ω) = 1 V V total = j100 j100 + 1 = 1 V Kemungkinan nilai tegangan pada kapasitor dan induktor adalah sebesar 100 V. Tegangan ini akan membuat kedua komponen stress, anda harus menentukan rating kerja dari tiap-tiap komponen tersebut. Walaupun nilai tegangan pada kedua komponen tersebut sangatlah besar, tetapi nilainya akan saling menghilangkan, yang satunya sebesar 100 V dan yang satunya sebesar -100V, sehingga total tegangannya sebesar nilai sumber yaitu 1 V. Pada pembahasan resonansi di atas, kita menggunakan rangkaian LC seri yang ideal. Sekarang kita akan mempertimbangkan resistansi (R) sehingga rangkaiannya menjadi rangkaian seri RLC. Gambar 4 Rangkaian seri RLC Karena rangkaian pada gambar 4 adalah rangkaian seri, kita dapat menghitung impedansi totalnya : Z T = R + jx L jx C Z T = R + j(x L X C ) persamaan 1 Resonansi terjadi saat reaktansi (X) rangkaian sama dengan nol, sehingga total impedansi rangkaian menjadi resistif (R) murni. Sebagaimana kita ketahui, reaktansi induktor dan kapasitor memiliki rumus : X L = ωl = 2πfL persamaan 2 X C = 1/ωC = 1/2πfC persamaan 3 Perhatikan persamaan 1, dengan cara membuat nilai reaktansi induktif (X L ) sama dengan reaktansi kapasitif (X C ), maka kedua nilai reaktansi ini akan saling menghilangkan karena reaktansi induktif bernilai imajiner positif dan reaktansi kapasitif bernilai imajiner negatif. Dengan begitu, impedansi total, Z T, sama dengan resistansi R saja. Jadi, pada saat resonansi : Z T = R persamaan 4 Dengan menyamadengankan raktansi induktif dan kapasitif, kita dapat menentukan frekuensi yang membuat rangkaian beresonansi (frekuensi resonansi) yang memiliki satuan rad/s

persamaan 5 Karena perhitungan untuk mendapatkan frekuensi angular, ω, yang memiliki satuan rad/s lebih mudah daripada kita harus menghitung frekuensi, f, yang memiliki satuan hertz (Hz). Perhitungan lebih jauh yaitu menghitung tegangan dan arus biasanya lebih mudah menggunakan ω daripada f. Namun, terkadang kita juga perlu menghitung frekuensi resonansi dalam bentuk frekuensi f ( satuan Hz), ingat hubungan antara frekuensi angular, ω, dengan frekuensi, f : ω = 2 π f persamaan 6 Kita subsitusikan persamaan 6 ke persamaan 5, sehingga frekuensi resonansi dapat dihitung persamaan 7 Subskrip s dibawah huruf f menunjukkan frekuensi yang dihitung adalah frekuensi resonansi rangkaian seri. Saat resonansi, arus total yang mengalir dalam rangkaian dapat dihitung dengan hukum Ohm persamaan 8 Dengan menggunakan hukum Ohm, kita dapat menghitung tegangan pada masing-masing komponen dengan persamaan matematis sebagai berikut V R = IR 0 o persamaan 9 V L = IX L 90 o persamaan 10 V C = IX C -90 o persamaan 11 Gambar 5 Diagram fasor dari tegangan dan arus rangkaian

Diagram fasor dari tegangan dan arus dari rangkaian resonansi seri ditunjukkan pada gambar 5. Perhatikan diagram fasor tersebut, karena reaktansi induktif dan kapasitif memiliki magnitudo yang sama, maka magnitudo tegangan pada komponen kapasitor dan induktor harusnya sama tetapi fasanya berbeda 180 o. Selain itu, kita juga dapat menghitung daya dari tiap-tiap komponen. Untuk daya resistor disebut dengan daya aktif/rata-rata dan memiliki satuan watt. Sedangkan induktor dan kapasitor disebut dengan daya reaktif dengan satuan VAR. P R = I 2 R (W) Q L = I 2 X L (VAR) Q C = I 2 X C (VAR) Diagram fasor dari ketiga daya tersebut ditunjukkan pada gambar 6 Gambar 6 Diagram fasor dari daya Impedansi Rangkaian Resonansi Seri Pada bagian ini, kita akan mencari tahu bagaimana impedansi rangkaian resonansi seri berubah-ubah nilainya sebagai fungsi dari frekuensi. Atau dengan kata lain, kita akan mencari tahu bagaimana pengaruh frekuensi terhadap nilai impedansi rangkaian seri RLC. Hal ini disebabkan impedansi induktor dan kapasitor bergantung pada frekuensi, jadi nilai impedansi totalnya juga bergantung pada nilai frekuensi. Agar analisa aljabar kita sederhana, frekuensi yang kita gunakan adalah ω yang memiliki satuan radian per sekon. Apabila memang perlu dinyatakan dalam frekuensi dengan satuan Hz, maka kita dapat menggunakan persamaan 6. Impedansi total dari rangkaian resonansi seri adalah Magnitudo dan sudut fasa dari vektor impedansi, Z T, dinyatakan dalam bentuk persamaan 12 persamaan 13 pada saat frekuensi sama dengan frekuensi resonansi atau ω = ω s

Z T = R dan θ = tan -1 0 = 0 o pada saat frekuensi kurang dari frekuensi resonansi atau ω < ω s, atau apabila kita mengecilkan frekunsi maka impedansi total, Z T, akan semakin besar. Bila frekuensinya terus diturunkan hingga ω = 0, maka impedansi totalnya mencapai nilai maksimum (sangat besar sekali) sehingga rangkaiannya seakan-akan menjadi open circuit. Pada kondisi ini, rangkaian menjadi open circuit disebabkan impedansi kapasitor yang sangat besar sekali. Atau lebih mudahnya, apabila kita menggunakan frekuensi 0 Hz, ini sama saja kita memberikan tegangan DC pada rangkaian. Sebagaimana kita tahu, apabila kita memberi tegangan DC pada kapasitor, maka kapasitor akan menjadi open circuit. Pada kondisi ini (ω < ω s ), reaktansinya akan bersifat kapasitif. Perhatikan persamaan 1, 2, dan 3. Semakin kecil frekuensi, reaktansi kapasitif akan semakin besar, dan reaktansi induktif semakin kecil ( X C > X L ). Jadi, reaktansi gabungan dari keduanya akan menghasilkan nilai negatif (X L X C < 0). Sudut fasa θ bernilai sekitar 0 o hingga -90 o (berada di kuadran empat dalam diagram fasor). Kondisi sebaliknya terjadi saat ω > ω s. Dengan memperbesar frekuensi, maka reaktansi induktif akan semakin besar dan reaktansi kapasitif semakin kecil (X L > X C ). Pada saat ω > ω s rangkaian bersifat induktif. Sudut fasa dari impedansi akan bernilai positif (X L X C > 0) dan vektornya berada dalam kuadran 1 diagram fasor. Gambar grafik yang menyatakan hubungan antara magnitudo dan sudut fasa impedansi Z T terhadap frekuensi, ditunjukkan pada gambar 7. Gambar 7 Gambar kiri : grafik hubungan antara magnitudo impedansi dengan frekuensi, gambar kanan : grafik hubungan sudut fasa impedansi dengan frekuensi

Filter SAW SAW ( gelombang akustik permukaan ) filter adalah elektromekanis perangkat yang umum digunakan dalam frekuensi radio aplikasi. Sinyal listrik diubah menjadi gelombang mekanik dalam perangkat dibangun dari piezoelektrikkristal atau keramik; gelombang ini tertunda karena merambat di perangkat, sebelum dikonversi kembali ke sinyal listrik dengan lebih lanjut elektroda. Keluaran yang tertunda yang digabungkan untuk menghasilkan implementasi analog langsung dari respon impuls terbatas filter. Teknik ini filtering hybrid juga ditemukan dalam filter analog sampel. Filter SAW terbatas pada frekuensi hingga 3 GHz. Filter tersebut dikembangkan oleh Profesor Edward George Sydney Paige dan lain-lain. Pengertian Filter SAW (Surface Acoustic Waves) Filter Saw adalah sebuah gelombang akustik permukaan (SAW) filter meliputi sejumlah transduser interdigital terletak pada substrat piezoelektrik sepanjang arah propagasi gelombang permukaan, setidaknya satu-port SAW resonator tunggal yang dihubungkan secara seri dengan sisi output dari filter SAW, sedangkan resonansi frekuensi resonator SAW diatur pada tingkat yangl ebih tinggi dari passband dari filter SAW.Filter SAWSAW (Surface Acoustic Waves) filter adalah perangkat elektromekanis yang umum digunakan dalam aplikasi frekuensi radio. Sinyal listrik diubahmenjadi gelombang mekanik dalam perangkat terbuat dari kristal piezoelektrik atau keramik, gelombang ini tertunda karena merambat di seluruh perangkat,sebelum dikonversi kembali ke sinyal listrik oleh elektroda lanjut. Output yang tertunda yang digabungkan untuk menghasilkan implementasi analog langsungdari filter respon impulse yang terbatas. Teknik hybrid filtering ini juga ditemukan dalam sampel analog filter. Filter SAW terbatas pada frekuensi hingga 3 GHz.Filter tersebut dikembangkan oleh Profesor Edward George Sydney Paige dan lain-lain.