BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Flutamida, 4-nitro-3-trifluorometil isobutil anilin, merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan berlangsung selama sintesis, serta alat-alat yang diperlukan untuk sintesis.

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

Prinsip dasar alat spektroskopi massa: ANALISIS MASSA. Fasa Gas (< 10-6 mmhg)

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

Bab IV Hasil dan Pembahasan

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TURUNAN ASAM KARBOKSILAT DAN REAKSI SUBSTITUSI ASIL NUKLEOFILIK

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

4. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SPEKTROMETRI MASSA. Kuliah Kimia Analisis Instrumen Pertemuan Ke 7.

kamar, dan didapat persentase hasil sebesar 52,2%. Metode pemanasan bisa dilakukan dengan metode konvensional, yaitu cara refluks dan metode

Gambar 1.1 Struktur khalkon

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain

Kelompok G : Nicolas oerip ( ) Filia irawati ( ) Ayndri Nico P ( )

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52

SPEKTROMETRI MASSA (MASS SPECTROMETRI, MS)

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013

KIMIAWI SENYAWA KARBONIL

SIFAT KIMIA DAN FISIK SENYAWA HIDROKARBON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

2. Substitusi dengan kelompok halogen OH. Halogen gugus-oh diganti dengan menggunakan pereaksi atau PCl5 PCL3:

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

SPEKTROMETRI MASSA INTERPRETASI SPEKTRA DAN APLIKASI. Interpretasi spektra dan aplikasi

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

GUGUS AMINA, AMIDA DAN SULFONAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

(2) kekuatan ikatan yang dibentuk untuk karbon;

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

KIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon

BAB I PENDAHULUAN. hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan,


Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.

4. Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

SINTESIS SENYAWA ANALOG KURKUMIN 3,5-BIS-(4 -HIDROKSI-3 -METOKSI BENZILIDIN)-PIPERIDIN 4-ON (MONOHIDRAT HIDROKLORIDA) DENGAN KATALIS HCl SKRIPSI

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

banyak senyawa-senyawa obat yang diproduksi melalui jalur sintesis dan dapat digunakan dalam berbagai macam penyakit. Sintesis yang dilakukan mulai

Pembahasan Soal Multiplechoice OSK Kimia Tahun 2014 Oleh Urip

Secara umum terdapat 4 tipe reaksi kimia organik: 1. Reaksi substitusi (Penggantian)

STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur

Gugus Fungsi Senyawa Karbon

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

BAB 1 PENDAHULUAN O C OH. R : H atau CH3 Ar : fenil/3-piridil/4-piridil

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

Bab IV Pembahasan. Gambar IV 1 alat pirolisator sederhana

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

BAB I PENDAHULUAN. Schraiber pada tahun KLT merupakan bentuk kromatografi planar,

),parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aldehid dan Keton. Sulistyani, M.Si

REAKSI PENATAAN ULANG. perpindahan (migrasi) tersebut adalah dari suatu atom ke atom yang lain yang

ETER dan EPOKSIDA. Oleh : Dr. Yahdiana Harahap, MS

4 Hasil dan Pembahasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

1. Pendahuluan 2. Intermediate reaktif 3. Nukleofil and elektrofil 4. Tipe reaksi 5. Ions versus radicals

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

REAKSI SUBSTITUSI ALFA KARBONIL

Penataan Ulang Beckmann

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKOHOL DAN ASAM BENZOAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

Kelarutan & Gejala Distribusi

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Transkripsi:

BAB I PEDAHULUA A. Latar Belakang Masalah Flutamida, 4-nitro-3-trifluorometil isobutil anilin, merupakan salah satu antiandrogen tanpa akitivitas hormonal yang digunakan sebagai kombinasi obat untuk terapi kanker prostat pada pria. Flutamida bekerja dengan mempengaruhi aktivitas antigen di prostat sehingga menghambat kerja hormon testosteron yang membantu pertumbuhan dan penyebaran kanker prostat (Ghaffarzadeh& Rahbar, 2014).Flutamida merupakan senyawa baru yang dikembangkan sebagai obat kanker sehingga memiliki harga yang mahal. Penelitian yang berkaitan dengan sintesis flutamida masih sangat jarang dilakukan. leh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengoptimasi sintesis flutamida menggunakan variasi starting material dan variasi pelarut. Flutamida dapat diperoleh dari reaksi antara 4-nitro-3-trifluorometil anilin dengan asam isobutirat, anhidrida isobutirat, isobutiril klorida maupun ester isobutirat. Akan tetapi jika dilihat dari ketersediaan senyawanya di pasaran, asam isobutirat dan anhidrida isobutirat merupakan turunan asam isobutirat, selain isobutiril klorida, yang dapat dijadikan starting material yang sesuai untuk melakukan sintesis flutamida. Anhidrida isoburitat dan asam isoburtirat memiliki reaktivitas yang lebih rendah bila dibandingkan dengan isobutiril klorida, untuk mengatasi hal tersebut reaksi antara 4-nitro-3-trifluorometil anilin dan asam 1

2 isobutirat ataupun anhidrida isobutirat dilakukan dalam temperatur yang tinggi agar reaksi berjalan dengan efektif dan menghasilkan rendemen yang besar. Penggunaan piridin sebagai pelarut dalam sintesis flutamida dengan starting material4-nitro-3-trifluorometil anilin dan turunan asam isobutirat bertujuan untuk dapat meningkatkan laju reaksinya karena piridin berfungsi sebagai katalis nukleofilik yang dapat mempermudah reaksi antara amina dan karbon pada karbonil turunan asam isobutirat. Selain piridin, trietilamin juga merupakan pelarut yang dapat digunakan untuk meningkatkan laju reaksi amina dan karbonil dengan meningkatkan reaktivitas amina. Penggunaan trietilamin sebagai pelarut dalam sintesis flutamida diharapkan dapat menghasilkan rendemen yang besar sehingga trietilamin dapat menjadi pelarut pilihan selain piridin dalam sintesis flutamida menggunakan starting material 4-nitro-3-trifluorometil anilin dan turunan asam isobutirat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah senyawa flutamida dapat disintesis menggunakan starting material asam isobutirat? 2. Apakah senyawa flutamida dapat disintesis menggunakan starting material anhidrida isobutirat? 3. Apakah trietilamin dapat digunakan sebagai pelarut dalam sintesis flutamida?

3 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Membuktikan bahwa senyawa flutamida dapat disintesis menggunakan starting material asam isobutirat. 2. Membuktikan bahwa senyawa flutamida dapat disintesis menggunakan starting material anhidrida isobutirat. 3. Membuktikan bahwa pelarut trietilamin dapat digunakan sebagai pelarut dalam sintesis flutamida. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan sintesis flutamida dengan menggunakan starting material turunan asam isobutirat serta pelarut trietilamin. 1. Sintesis E. Tinjauan Pustaka Sintesis merupakan pembentukan atau pembangunan senyawa yang lebih kompleks menggunakan elemen atau senyawa yang lebih sederhana sebagai bahan pembentuknya. Sintesis dalam industri kimia dilakukan untuk menemukan senyawa yang rute pembuatannya lebih mudah dan murah (McMurry, 2009).

4 2. Flutamida Flutamida (4-itro-3-trifluorometil isobutil anilin) merupakan agen antiandrogenik sintetik yang menghambat aktivitas hormon agonis. Flutamida memiliki spesifitas pada organ genitalia yang dependen terhadap androgen dan secara terapetik flutamida digunakan untuk terapi kanker prostat pada pria. Flutamida merupakan contoh yang tidak lazim dari antiandrogenik yang tidak memiliki struktur dasar inti steroid (Lakshmanan & Selvanathan, 2015) F 3 C 2 H Gambar 1.Struktur Flutamida Flutamida berkompetisi dengan testosteron dan dihidrotestosteron dalam berikatan dengan reseptor androgen di kelenjar prostat. Flutamida dan bentuk aktifnya, hidroksiflutamida, dapat memblok jalur sinyal sel reseptor androgen dan menghambat sel kanker prostat untuk tumbuh. Berdasarkan prinsip yang sama, flutamida dapat digunakan untuk menurunkan kadar androgen yang terlalu tinggi pada wanita dengan sindrom polycistic ovarian(mariappan & Sundaraganesan,2014). Setelah dikonsumsi secara oral, flutamida akan termetabolisme dan menghasilkan 10 metabolit. Metabolit utama dari hasil metabolisme flutamida adalah 2-hidroksiflutamida dan 3-trifluorometil-4-nitroanilin (Lakshmanan & Selvanathan, 2015). Flutamida memiliki insidensi yang rendah terhadap resiko hepatotoksisitas pada pasien karena metabolit

5 flutamida tidak berikatan secara kuat dengan sel hepar (Mariappan & Sundaraganesan,2014). Beberapa faktor yang berkaitan dengan aktivitas antiandrogenik telah ditemukan menggunakan hidroksiflutamida, bentuk metabolit aktif flutamida, sebagai model. Beberapa faktor tersebut adalah: 1.) Cincin aromatik yang memiliki defisiensi elektron, 2.) Konformasi tetap yang secara efektif meyakinkan bahwa H-C-H berbentuk koplanar, 3.) Ikatan hidrogen yang kuat pada grup donor, 4.) Keseimbangan elektron yang merupakan fungsi gugus anilida dengantransmit densitas elektron disekitar molekul melalui alignment dengangugus karbonil(yang & Guan, 2014). Flutamida merupakan padatan berwarna kuning pucat, memiliki titik leleh 108-112 o C dan logp 3,35. Flutamida memiliki kelarutan dalam air sebesar 9,45 mg/l pada suhu 20 o C. Flutamida juga terlarut didalam DMS, etanol dan Piridin (Anonim, 2016). Flutamida dapat dihasilkan dari reaksi isobutiril klorida dan 4-nitro-3- trifluorometil anilin pada pemanasan selama 1,5 jam. ahc 3, piridin, dan Et 3 digunakan sebagai akseptor HCl pada sintesis flutamida (Yang & Guan, 2014) F 3 C 2 H 2 + H 3 C CH CH H 3 3 F 3 C Cl 2 Gambar 2. Reaksi Sintesis Flutamida

6 Flutamida dapat disintesis dari reaksi kondensasi antara isobutiril klorida dan 3-trifluorometil-4-nitro anilin. Sejak saat itu sintesis flutamida telah dieksplorasi secara ekstensif oleh peneliti di seluruh dunia. Secara prinsip kebanyakan metode yang digunakan metode strategi kondensasi berdasarkan pada reaksi antara isobutiril klorida dan 3-trifluorometil anilin dalam keadaan basa agar dapat menghasilkan 2-metil--[3- (trifluorometil)fenil]propanamida. Senyawa yang diperoleh dari reaksi kondensasi kemudian dinitrasi menggunakan agen penitasi untuk menghasilkan flutamida. Langkah nitrasi dilakukan dengan pengasapan menggunakan H 3 /H 2 S 4 atau a 3. (Lakshmanan & Selvanathan, 2015). Flutamida juga dapat disintesis dari 2-nitro-5-aminotrifluorotoluena dengan rendemen yang tinggi (96%), biaya yang rendah, pengoperasian yang mudah, kondisi reaksi yang lunak, waktu reaksi yang singkat, dan polusi lingkungan yang lebih sedikit (Yang & Guan, 2014). Cyanuric chloride dapat digunakan untuk menghasilkan isobutiril klorida bila ingin menghindari penggunaan langsung isobutiril klorida. Metode ini menarik karena cyanuric chloride dapat diperoleh kembali melalu reaksi antara 2,4,6-trihidroksi-1,3,5- triazin dengan PCl 3 yang merupakan sintesis yang ramah lingkungan (Bandgar, 2006).

7 Cl Cl CH 2Cl 2 ( ) 2 CHCH Cl PCl 3 H 2 CF 3 H H + H CF 3 H 0-5 o C H 3 / H 2 S 4 H CF 3 2 Gambar 3. Reaksi antara 2,4,6-Trihidroksi-1,3,5-triazin dan PCl 3 (Bandgar, 2006) 3. Asam Isobutirat Senyawa asam isobutirat (asam 2-metil propanoat) memiliki struktur seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 merupakan senyawa asam lemah dari golongan asam karboksilat yang tersubstitusi metil pada atom C nomor 2. H 3 C H Gambar 4. Struktur Asam Isobutirat Asam isobutirat merupakan cairan tidak berwarna, memiliki titik leleh - 47 o C dan titik didih 152-155 o C. Asam isobutirat memiliki kelarutan dalam air

8 sebesar 210 g/l pada suhu 20 o C. Asam isobutirat bersifat korosif terutama pada kulit, mata dan saluran pernafasan (Anonim, 2016). 4. Anhidrida Isobutirat Senyawa anhidrida isobutirat merupakan senyawa turunan asam karboksilat yang dihasilkan dari reaksi kondensasi dua senyawa asam isobutirat sehingga diperoleh anhidrida yang simetris seperti ditunjukkan pada Gambar 5. H 3 C Gambar5. Struktur Anhidrida Isobutirat Anhidrida isobutirat berupa cairan tidak berwarna yang dapat mengiritasi kulit dan mata. Anhidrida isobutirat memiliki titik didih 181,5 o C dan titik leleh -53,5 o C. Anhidrida isobutirat mudah larut dalam eter (Anonim, 2016). 5. Isobutiril Klorida Senyawa isobutiril klorida (2-metilpropanoil klorida) memiliki struktur seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6 merupakan senyawa turunan asam karboksilat yang berasal dari reaksi antara asam karboksilat dan asam klorida. H 3 C Cl Gambar 6. Struktur Isobutiril Klorida

9 Isobutiril klorida merupakan cairan tidak berwarna, memiliki titik leleh - 90 o C dan titik didih 91-93 o C. Isobutiril klorida memiliki tekanan uap 0,07 mmhg pada suhu 20 o C dan massa jenis 1,017 g/ml pada suhu 25 o C. Isobutiril klorida dapat mengiritasi mata, kulit dan membran mukosa serta toksik bila tertelan, terhirup dan diabsorbsi oleh kulit (Anonim, 2016). 6. 4-itro-3-trifluorometil anilin Senyawa 4-nitro-3-trifluorometil anilin, ditunjukkan pada Gambar 7, merupakan senyawa amina primer yang tersubstitusi gugus nitro pada posisi para dan gugus trifluorometil pada posisi meta. F 3 C H 2 2 Gambar 7. Struktur4-itro-3-Trifluorometil Anilin Senyawa 4-nitro-3-trifluorometil anilin berbentuk padatan kristal berwarna kuning muda yang memiliki densitas sebesar 1,2 g/cm 3. Senyawa 4- nitro-3-trifluorometil anilinmeleleh pada suhu 127-129 o C dan mendidih pada suhu 394 o C (Anonim, 2016). 7. Piridin Piridin merupakan senyawa organik heterosiklik yang berbentuk cincin aromatik sederhana(lide, 2009). Rumus kimianya adalah C 5 H 5 seperti ditunjukkan pada Gambar8.

10 Gambar8. Stuktur Piridin Senyawa ini dipakai sebagai bahan pemula agrokimia dan farmasi dan merupakan bahan pelarut dan reagen yang penting. Strukturnya mirip dengan benzena dimana sebuah gugus CH di dalam cincin aromatis yang terdiri dari enam atom diganti dengan nitrogen. Senyawa ini berbentuk cairan tidak berwarna dan berbau aroma khas seperti ikan. Piridin memiliki titik didih 115 o C; berat jenis relatif 0,98, berat molekul 79,20 g/mol, titik leleh -42 o C, dan ph 8,5 (Joule & Mills, 2010). Piridin dapat juga berperan sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia karena memiliki pasangan elektron bebas yang dapat menangkap proton dan meningkatkan reaktivitas senyawa tersebut (Anonim, 2016). 8. Trietilamin Trietilamin merupakan suatu senyawa kimia dengan struktur amina tersier trisubtitusi yang sederhana dengan rumus molekul (CH 2 ) 3 seperti ditunjukkan pada Gambar 9. H 3 C Gambar 9. Sturktur Kimia Trietilamin Trietilamin pada suhu ruang berbentuk cairan tak berwarna dengan bau khas amonia. Trietilamin memiliki titik didih 0 o C, titik leleh -115 o C, massa

11 molar 101,19 gr/mol dan densitas 0,726 gr/cm 3. Trietilamin sering digunakan sebagai pelarut, katalis, basa dan starting material pada sintesis organik (Anonim, 2016). 9. Reaksi Amina dan Turunan Asam Karboksilat Pada reaksi antara amina dan turunan asam karboksilat, amina akan berperan sebagai nukelofil dan gugus karbonil pada turunan asam karboksilat akan berperan sebagai elektrofil.ikatan π pada karbonil akan dirusak sehinggapasangan elektron bebas pada nitrogen dapat berikatan dengan atom karbon pada gugus karbonil turunan asam karboksilat. Turunan asam karboksilat memiliki gugus pergi, gugus pergi pada turunan asam karboksilat berupa gugus bersifat elektronegatif yang terikat pada atom C pada gugus C. Contoh gugus pergi pada asam karboksilat adalah gugus R, atom hidrogen, gugus X dan gugus R pada ester. Ikatan antara karbonil dan gugus pergi mengalami polarisasi dan elektron lebih dekat kepada gugus pergi dibandingkan dengan asam karboksilat, menghasilkan δ + pada atom C karbonil dan δ pada gugus pergi. Atom C karbonil yang bermuatan δ + akan diserang oleh amina dan gugus pergi akan dilepaskan oleh karbonil sehingga amina akan menggantikan posisi gugus pergi berikatan dengan atom C karbonil. Reaksi ini disebut reaksi substitusi. Reaksi antara amina dan turunan asam karboksilat kurang reaktif dibandingkan reaksi antara amina dan aldehid atau keton. Hal ini dikarenakan gugus pergi pada turunan asam karboksilat memiliki banyak pasangan

12 elektron bebas yang membuat atom C karbonil kurang reaktif saat nukleofil berusaha menyerang atom C karbonil pada turunan asam karboksilat.salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menempatkan gugus pergi yang baik pada turunan asam karboksilat, seperti asil klorida. Gugus pergi yang baik akan menghasilkan basa yang kuat saat gugus pergi dilepaskan (Clark, 2014). 10. Analisis Diskoneksi Analisis diskoneksi merupakan strategi untuk melakukan sintesis yang diawali dengan melakukan pemutusan ikatan pada senyawa target untuk memperoleh starting material yang tersedia dipasaran. Proses diskoneksi dapat dilakukan dalam beberapa tahap dan dapat dilakukan dengan pemutusan ikatan dan juga interkonversi gugus fungsi (Smith, 2014).Interkonversi gugus fungsi (IGF) adalah proses perubahan suatu gugus fungsi menjadi gugus fungsi yang lain melalui substitusi, adisi, eliminasi, oksidasi ataupun reduksi dan proses reverse pada analisis diskoneksi (Warren & Wyatt, 2008). Diskoneksi dinyatakan dengan garis bergelombang melintasi ikatan yang akan diputus. Panah retrosintetik menyatakan alur mundur dari molekul target ke sepasang fragmen bermuatan. Fragmen bermuatan tersebut disebut dengan sinton. Pereaksi ekuivalen sinton dinyatakan dengan tanda garis datar tiga.secara teoritis diskoneksi ini dapat menghasilkan dua sinton. Jika belum yakin dalam meletakkan muatan positif dan negatif pada kedua fragmen,

13 maka sebaiknya tuliskan kedua pasang fragmen dengan muatan yang berbeda. Fragmen bermuatan digunakan untuk menentukan ekuivalen sintettik yang akan digunakan sebagai starting material (Willis, 2004). Dari hasil analisis diskoneksi pada senyawa flutamida diperoleh dua sinton, satu sinton positif dan satu sinton negatif (Gambar 10). F 3 C H 2 H 3 C Senyawa Target H 3 C + Sinton Positif F 3 C H 2 Sinton egatif Gambar 10. Analisis Diskoneksi Flutamida Sinton positif yang diperoleh dari hasil analisis diskoneksi senyawa flutamida memiliki sintetik ekuivalen turunan asam isobutirat seperti isobutiril klorida, asam isobutirat dan anhidrida isobutirat (Gambar 11). H 3 C Sinton Positif Cl H H 3 C H 3 C Isobutiril Klorida Asam Isobutirat H 3 C Anhidrida Isobutirat Gambar 11. Sintetik Ekuivalen Sinton Positif Sinton negatif dari hasil analisis diskoneksi senyawa flutamida memiliki senyawa sintetik ekuivalen 4-nitro-3-trifluorometil anilin (Gambar 12). F 3 C H H 3 C H 2 2 Sinton egatif 2 4-itro-3-trifluorometil anilin Gambar 12. Sintetik Ekuivalen Sinton egatif

14 11. Rekristalisasi Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian senyawa hasil sintesis yang berbentuk padatan di mana senyawa tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Rekristalisasi berdasarkan prinsip kelarutan senyawa di dalam pelarut tertentu saat suhu ditingkatkan. Kadar total pengotor biasanya lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi zat yang dimurnikan. Pada suhu rendah pengotor akan larut dalam pelarut sedangkan senyawa murni hasil sintesis akan mengendap (Arsyad, 2001). Pelarut yang digunakan dalam teknik rekristalisasi haruslah memenuhi kriteria berikut: a. Pelarut memiliki daya melarutkan yang tinggi untuk senyawa yang akan dimurnikan pada suhu yang relatif tinggi dan memiliki daya melarutkan yang rendah pada suhu kamar atau pada suhu yang lebih rendah b. Pelarut melarutkan sedikit pengtor, pelarut memiliki daya melarutkan yang rendah untuk pengotor pada suhu yang relatif tinggi dan memiliki daya melarutkan yang tinggi untuk pengotor pada suhu yang relatif rendah c. Mudah dipisahkan dari kristal-kristal senyawa yang dimurnikan, memiliki titik didih pada rentang 50-120 o C d. Pelarut tidak bereaksi dengan senyawanya dan memiliki toksisitas yang paling rendah (Ritmaleni dkk, 2012).

15 12. Titik Leleh Titik leleh digunakan untuk membantu mendeterminasikan kemurnian dan identifikasi padatan. Titik leleh merupakan suhu di mana senyawa meleleh pada tekanan atmosfer. Titik leleh suatu senyawa murni menunjukkan sifat fisika senyawa tersebut yang berkaitan dengan komposisi senyawa dan karateristik ikatan.saat padatan suatu senyawa organik dipanaskan, energi pemanasan yang ditambahkan kepada senyawa diubah menjadi energi kinetik untuk pergerakan molekul. Sehingga molekul tersebut semakin bebas untuk bergerak dan dapat melampaui gaya atraktif intermolekulernya yang menjaga mereka tetap terikat kuat pada tempatnya pada struktur yang tersusun rapi dari kisi kristalin (Syukuri, 1999). Titik leleh biasanya menunjukkan range suhu saat senyawa mulai untuk leleh hingga saat senyawa itu meleleh seluruhnya. Suatu senyawa dikatakan memiliki titik leleh yang sempit jika rangenya kurang dari 5 o C dan dikatakan memiliki titik leleh yang lebar jika memiliki range lebih dari 5 o C. Senyawa murni secara spesifik memiliki range titik leleh yang sempit, sementara senyawa campuran memiliki range titik leleh yang lebar. Range titik leleh suatu padatan murni biasanya hanya berkisar 1-2 o C. Kontaminasi dengan pengotor akan menurunkan titik leleh senyawa dan akan memperluas range titik lelehnya. Karena pengotor akan menyebabkan defek pada kisi kritalin sehingga lebih mudah untuk melampaui interaksi intermolekuler antar molekulnya, membutuhkan energi yang lebih rendah untuk melelehkan padatan tersebut (Handyana, 1994).

16 13. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan bentuk kromatografi planar selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa lapisan yang seragam dan berada dipermukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminum, atau pelat plastik. Kromatografi lapis tipis seringkali dikatakan sebagai kromatografi kolom yang terbuka (Gandjar & Rohman, 2012). Kromatografi lapis tipis merupakan suatu metode yang menganalisis campuran senyawa dengan memisahkan komponen dalam campuran tersebut. Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk membantu menentukan jumlah komponen dalam sebuah campuran dan kemurnian suatu senyawa. Pemisahan pada teknik kromatografi lapis tipis didasarkan atas perbedaan adsorpsi atau partisi fase diam dalam fase geraknya (Gritter, dkk., 1991). Sampel senyawa ditotolkan/digoreskan pada fase diam menggunakan pipa kapiler dari gelas. Penotolan sampel sebaiknya sesempit dan sekecil mungkin agar diperoleh hasil pemisahan yang maksimal. Sampel akan terelusi dengan jarak tempuh yang berbeda-beda bergantung pada afinitas dari masing-masing komponen dengan fase diam atau fase gerak (Sherma, 1996). Pengamatan visual dilakukan untuk mengevaluasi hasil kromatogram dan membandingkan jarak bercak dari awal pengembangan senyawa yang dipisahkan. Jarak pengembangan ini dikonversikan ke dalam nilai Rf(Retardation factor), dengan rumus sebagai berikut :

17 ilairf beradaantara 0,00 sampai 1,00 dan ditentukan dalam dua desimal(sherma, 1996). Deteksi dalam KLT dapat dilakukan secara kimia, fisika, biologi. Cara fisika yang dapat digunakan dengan pencacahan radioaktif dan fluorosensi sinar ultraviolet. Cara kimiawi yang biasa digunakan dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas (Gandjar & Rohman, 2012). 14. Kromatografi Gas Kromatografi Gas (GC) merupakan teknik instrumental dimana padatan yang mudah menguap dan stabil terhadap panas bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam degan kecepatan yang tergantung rasio distribusinya (Gandjar & Rohman, 2012). Sampel yang berupa senyawa campuran dapat dipisahkan, diidentifikasikan dan dikuantifikasikan menggunakan kromatografi gas. Suatu senyawa dapat dianalisis menggunakan kromatografi gas jika senyawa tersebut dapat diuapkan dan stabil terhadap pemanasan. Sampel yang akan dianalisis menggunakan Kromatografi Gas terkadang juga perlu melalui modifikasi kimia (derivatisasi) agar dapat menghilangkan efek adsorpsi yang tidak diinginkan (Bull, 2008). Derivatisasi yang dilakukan pada kromatografi gas adalah

18 esterifikasi, asilasi, alkilasi, sililasi,kondensasi dan siklisasi (Gandjar & Rohman, 2012). Sampel yang berupa padatan pada kromatografi gas dilarutkan terlebih dahulu menggunakan pelarut yang sesuai. Selanjutnya larutan sampel diinjeksikan ke dalam inlet kromatografi gas dimana sampel akan menguap dan mengalir melalui kolom kromatografi dengan bantuan gas pembawa. Sampel akan mengalir lewati kolom dan komponen dari sampel akan terpisah berdasarkan interaksinya dengan fase gerak yang berada dipermukaan dalam kolom kromatografi dan gas pembawa.komponen selanjutnya adalah detektor,dimana ion yang telah terpisah akan memasuki detektor dan menghasilkan output yang diperoleh dari amplifikasi sinyal. Detektor akan mengirimkan informasi kepada komputer untuk menyimpan data yang telah dihasilkan dan mengubah impuls elektrik menjadi display visual dan hard copy display (Sermakkani & Thangapandian, 2012). Beberapa detektor yang sering digunakan dalam kromatografi gas adalah detektor hantar panas, detektor ionisasi nyala, detektor tangkap elektron, detektor nitrogen-fosfor, dan detektor foto-ionisasi (Gandjar & Rohman, 2012). 15. Spektrometri Massa Spektrometri massa merupakan teknik analisis yang diigunakan untuk menentukan massa molekul, menentukan rumus molekul dengan menggunakan spektrum massa beresolusi tinggi (High Resolution Mass Spectra) dan untuk mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya (Silverstein, 1986).

19 Dalam spektrometri massa, reaksi pertama suatu molekul adalah pelepasan sebuah elektron melalui proses ionisasi yang menghasilkan ion molekul. Beberapa proses ionisasi tersebut adalah CI (Chemical Ionization), FD (Field Desorption), FAB (Fast Atom Bombardment), ESI (Electrospray Ionization), dan MALDI (Matrix Assisted Laser Desorption/Ionization) (Silverstein and Webster, 1998). Peak yang dihasilkan oleh radikal ion ini biasanya muncul paling kanan dalam spektrum. Elektron dalam orbital berenergi tinggi adalah elektron yang pertama-tama akan lepas. Jika sebuah molekul memiliki elektron-elektron n menyendiri, maka salah satunya akan dilepaskan. Jika tidak terdapat elektron n, maka akan dilepaskan sebuah elektron π. Jika tidak terdapat elektron n maupun elektron π, maka ion molekul yang akan terbentuk dengan lepasnya sebuah elektron δ. Setelah ionisasi awal ion molekul akan mengalami fragmentasi, yaitu proses pelepasan radikal-radikal bebas atau molekul netral kecil dilepaskan dari ion molekul itu. Sebuah ion molekul tidak pecah secara acak, melainkan cenderung membentuk fragmen-fragmen yang paling stabil (Hargis, 1988). F. Landasan Teori Berdasarkan analisis diskoneksi yang dilakukan pada struktur kimia flutamida diketahui bahwa flutamida dapat diperoleh dari reaksi antara 4-nitro-3- trifluorometil anilin dan turunan asam isobutirat. Trietilamin dapat digunakan sebagai pelarut pilihan selain piridin biladilihat dari mekanisme reaksi yang

20 terjadi karena trietilamin memiliki kemampuan sebagai katalis yang dapat meningkatkan reaktivitas gugus H 2 pada 4-nitro-3-trifluorometil anilin. G. Hipotesis 1. Asam isobutirat, isobutiril klorida dan anhidrida isobutirat dapat digunakan sebagai starting material pada sintesis flutamida. 2. Trietilamin dan piridin dapat digunakan sebagai pelarut dalam sintesis flutamida.