Bab 2 Landasan Teori 2.1 Pengajaran Bahasa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:15) yang akan disingkat dengan KBBI, definisi pengajaran adalah proses, pembuatan, cara, segala sesuatu mengenai mengajar. Kemudian menurut Brown (2008:8) menunjukkan atau membantu seseorang mempelajari cara melakukan sesuatu, memberi instruksi, memandu dalam pengkajian sesuatu, menyiapkan pengetahuan, menjadikan tahu atau paham. Sesuai dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu pengajaran bahasa asing, maka penulis akan menjelaskan definisi bahasa asing. Menurut KBBI (1997:77), bahasa asing berarti bahasa milik bangsa lain yang dikuasai biasanya melalui pendidikan formal dan yang secara sosiokultural tidak dianggap sebagai bahasa sendiri. Jadi pengajaran adalah proses membimbing, mengajarkan atau memberitahukan seseorang mengenai sesuatu yang sebelumnya tidak dipahami, dalam hal ini adalah pengajaran bahasa asing, yaitu bahasa Jepang. Proses belajar mengajar, tentu saja tidak terlepas dari peran seorang pengajar, yang menjadi fasilitator dalam menyampaikan bahan pengajaran. Selain mempersiapkan bahan ajar, seorang pengajar juga harus memilih atau menentukan metode yang akan digunakan, guna meningkatkan prestasi belajar anak didiknya. 8
2.1.1 Metode Pengajaran Bahasa Asing Dalam pengajaran memerlukan pendekatan pendekatan khusus dalam proses belajar mengajar. Terdapat tiga pendekatan dalam dunia pendidikan, yaitu pendekatan behavioristik, humanistik, dan kognitif. Pendekatan kognitif melihat belajar sebagai sesuatu yang aktif. Mereka berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai pencapaian yang baru (Djiwandono,2002:149). Selain itu Bransford dalam Djiwandono (2002:150) menguraikan singkat tentang teori kognitif, yang terpenting dalam hal ini ialah bagaimana orang belajar, mengerti dan mengingat informasi.jadi pemelajar tidak hanya pasif dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi ikut aktif dan berperan serta dalam proses kegiatan belajar mengajar, dan dengan melihat hal tersebut, mereka bisa mengidentifikasikan sesuatu (Djiwandono, 2002:151) Maeda,et,al (1995:91): 教授法という言葉を聞くと 一般にはなにか特別な方法があって そこに述べられている方法で教えれば学習者は効果的にかつ能率的に学習することができる という具体的な教える技術だと考えるのではないだろうか しかし 日本語教育の本で私たちがよく目にする 教授法といわれている オーデイオリガル アプローチ コミュニカテイプ アプローチ 直接法 翻訳 オーラル メソッド オーラル アプローチ TPR など これからみんなのような 教え方 を表しているのであろうか また なぜあるものは メソッド と呼ばれ あるものは アプローチ と呼ばれるのだろう Maeda,et,al menjelaskan bahwa apabila kita mendengar kata metode pengajaran secara umum, maka kita akan mengingat teknik pengajaran yang konkret yakni mengajar dengan metode yang telah ada dan dengan metode khusus, yakni pemelajar dapat belajar dengan efisien sehingga membuahkan hasil. Dikatakan pula oleh Maeda,et al (1995:91) 9
mengatakan dalam pengajaran bahasa Jepang ada beberapa hal yang disebut dengan metode pengajaran adalah (audilingual, communicative approach, metode langsung, metode penerjemahan, oral method, oral approach, dan juga TPR), sehingga timbul sebuah kata yang disebut dengan method dan juga approach. 2.1.1.1 Metode TPR (Totally Physical Response) Berkaitan dengan pendekatan belajar secara kognitif maka berikut ini penjelasan mengenai TPR.(Totally Physical Response) Aziz dan Erta (2010:97) : Metode Respon Fisik Total adalah suatu metode pengajaran yang dibangun berdasarkan koordinasi ujaran dan tindakan; metode ini berupaya mengajarkan bahasa melalui kegiatan fisik atau aktivitas motorik (gerakan). Bahasa diajarkan dengan cara mengaktifkan seluruh gerakan tubuh. Selain itu metode TPR (Totally Physical Response) merupakan suatu metode pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah (command), ucapan (speech) serta gerak (action); dan berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motor) (Richard dan Rodgens 2005:73).Menurut Asher dalam Aziz dan Erta (2010:97), menyatakan, mempelajari bahasa selalu dikaitkan dengan gerakan tubuh, maka tekanan (stress) jiwa anak berkurang, dan hal itulah yang memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berbahasanya dengan cepat. Metode TPR dikembangkan oleh yang merasa bahwa bahasa sering merupakan tempat yang luar biasa mencemaskan dan ia berharap menemukan sebuah metode yang sebisa mungkin bebas stress, yaitu para pembelajar tidak akan merasa canggung dan bertindak defensif. Maka kelas TPR adalah sebuah kelas dengan para murid banyak melakukan kegiatan. 10
Tujuan umum dari metode Respon Fisik Total menurut Aziz dan Erta (2010:101) adalah mengembangkan keterampilan berbahasa lisan untuk level permulaan Guru dan pengajar memiliki peran aktif dalam menerapkan metode ini. Menurut Asher dalam Brown (2008:84) The instructor is the director of a stage play in which the students are the actors, yang berarti bahwa guru (instruktur) adalah sutradara dalam pertunjukan cerita dan di dalamnya siswa sebagai pelaku atau pemerannya. Guru yang memutuskan tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang memerankan dan menampilkan materi pelajaran. Kemampuan bahasa yang ditekankan pada metode ini adalah pendengaran. Menurut Tim pengembang ilmu dan pendidikan FIP-UPIIlmu dan Aplikasi Pendidikan bagian III (2007:129) mengatakan guru mengajarkan perintah perintah dalam bahasa target dan peserta didik mendengar dan kemudian melakukan atau menjalankan perintah itu. Jadi pengajar hanya mengucapkan kalimat perintah, kemudian pemelajar mendengarkan kalimat tertentu, lalu siswa mendemonstrasikan gerakan tersebut. Misalnya dalam implementasinya, pengajar memulai kelas dengan kalimat singkat seperti jalan lalu mendemonstrasikan maknanya dengan mempraktekkan, kemudian siswa ikut mempraktekkan. Takamizawa (1991:44) mengatakan: TPR では まず教師がある命令文を言い 次にその動作をしてみせてその命令文 の要求する 内容 を学習者に悟らせる方法で動詞 ( の命令形 ) の導入を行う ( 例えば 教師が 立って と言ってから 自ら立ち上がる動作を示して その意味を教えるわけです ) 次に 学習者に対して 命令文に従って同じ動作をさせ それを繰り返すことによって 命令文の 音 とその指示する 動作 を 11
強く結び付けていく はじめは 立って とか 歩け とか 止まれ のような一語だけの命令文を使うが やがて 窓を開けて とか ドアを閉めて と言った目的語を伴う命令文を導入するなどして 次第に文型も要求内容も高度なものにしていく Dalam TPR, mula mula pengajar menyebutkan sebuah kata perintah, setelah memahami kata kerja itu, pelajar mencoba mempraktekkan kata kerja itu. Contohnya. Setelah pengajar mengatakan [tatte] 立って pengajar kemudian menunjukkan sikap berdiri, maka secara otomatis pelajar telah mengetahui artinya. Selanjutnya pelajar menunjukkan gerakan yang sama. Dengan mengulangi, suara dari kalimat perintah dan petunjuk dari gerakan, maka akan semakin kuat koordinasinya. Awalnya hanya menggunakan kata perintah seperti [tatte] 立って [aruke] 歩け [tomare] 止まれ, kemudian meningkatkannya menjadi [mado wo kaite] 窓を開けて,[doa wo shimete] ドアを閉めて. TPR, yaitu Menurut Aziz dan Erta (2010:107), terdapat beberapa keunggulan metode a. Pembelajaran bahasa terasa menyenangkan bagi guru dan siswa. b. Siswa merasa terbebas dari perasaan tertekan atau stress ketika belajar c. Siswa mempunyai ingatan jangka panjang atas apa yang sudah dipelajarinya, hal itu dikarenakan pemberdayaan potensi otak kanan dan kiri. d. Metode ini memungkinkan kebermaknaan dalam belajar bahasa target. e. Penundaan berbicara sampai pelajar cukup mengenal dan mengerti bahasa target melahirkan kepercayaan diri siswa. f. Dengan penekanannya pada pemahaman, metode ini dapat dengan mudah digabungkan dengan metode-metode lain yang berdasarkan pendekatan komunikatif. Selanjutnya, berkaitan dengan gaya belajar manusia Barke dalam Cyntia (1996) menyatakan ada tiga gaya belajar, yaitu visual, audio dan kinestetik, atau yang dikenal dengan VAK. Maka berhubungan dengan gaya belajar tersebut, metode TPR 12
adalah metode yang menggunakan gaya belajar kinestetik. Orang dengan tipe gerak atau kinestetik berarti orang yang lebih mengutamakan gerakan, perasaan dan hal-hal yang menyangkut emosi (Ponijan Liaw, 2007). Selain itu pendapat Brown (2008:138) Pembelajar kinestetis akan memperlihatkan kesukaan pada demonstrasi dan aktivitas fisik yang melibatkan pergerakan tubuh. 2.1.2 Strategi Pembelajaran Untuk memaksimalkan suatu pengajaran bahasa asing,dalam hal ini bahasa Jepang, dibutuhkan suatu strategi yang mendukung metode pengajaran yang dapat diterapkan para pengajar bahasa asing. Strategi menurut Brown (2008:141) adalah sebuah serangan spesifik yang kita tujukan kepada masalah tertentu, dan sangat bervariasi dalam diri setiap individu. Yang berupa teknik untuk digunakan dalam memecahkan masalah yang dihadirkan pada input dan output bahasa kedua yang biasa disebut second language. Menurut Sanjaya ( 2006:103-104), mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetap juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan adalah dengan pembelajaran. Dalam implementasinya, walaupun istilah yang digunakan adalah pembelajaran, tidak berarti guru harus menghilangkan perannya sebagai pengajar, sebab secara konseptual pada dasarnya dalam istilah mengajar itu juga bermakna membelajarkan siswa. Mengajar-belajar adalah dua istilah yang memiliki satu makna yang tidak dapat dipisahkan. Mengajar adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar. Selain itu dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti memperbesar 13
peranan siswa disatu pihak dan memperkecil peranan guru dipihak lain. Dengan kata lain istilah pembelajaran, guru tetap harus berperan secara optimal, demikian juga halnya dengan siswa itu sendiri. Kemudian Wenden dalam Brown (2008:152) antara lain menjadi orang pertama yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah kunci bagi otonomi pembelajaran, dan salah satu tujuan penting pengajaran bahasa semestinya adalah mendorong otonomi tersebut. Berkaitan dengan otonomi tersebut, guru bisa memetik manfaat dengan memahami apa yang membuat pembelajar berhasil dan sebaliknya, dan membangun di kelas sebuah milieu untuk merealisasi strategi-strategi yang sukses (Brown, 2008: 152) Selanjutnya itu Oxford (1995:16) menyatakan strategi belajar-mengajar terbagi menjadi dua, yakni secara langsung dan tidak langsung yang di dalamnya terdiri dari beberapa system. Bagan di bawah ini akan menunjukkan strategi belajar mengajar beserta sistem yang terkait di dalamnya. 14
Gambar 2.1.2.1 Strateri Pembelajaran Menurut Oxford 直接ストラてジ 1. 記憶ストラテジー (Memori) Strategi Langsung 2. 認知ストラテジー (Kognitif) 3 補償ストラテジー (Pergantian) 学習ストラジー Strategi Pembelajaran 1. メタ記憶ストラテジー (Pengukur Pengakuan) 間接ストラテジー Strategi Tidak Langsung 2. 情意ストラテジー (Strategi emosi) 3. 社会的ストラテジー (Strategi Sosial/Masy) Sumber: Oxford (1995:16) 15
2.1.2.1 Strategi Pembelajaran secara Langsung Strategi memori dan strategi kognitif yang merupakan bagian dari strategi pembelajaran langsung ini. Roy Kellen dalam Sanjaya (2006:126) mengatakan bahwa strategi pembelajaran langsung adalah strategi yang berkaitan dengan bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Dikatakan strategi pembelajaran langsung karena dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, sehingga siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Berkaitan dengan hal tersebut TPR termasuk kedalam strategi pembelajaran secara langsung,dan pada penelitian ini, strategi kognitif yang digunakan dalam pembelajaran terbagi kedalam ketegorisasiberikut (Brown, 2008:153) 16
Gambar 2.1.2.1.1 Strategi Pembelajaran Langsung Menurut Brown Menciptakan pertalian mental Menggunakan citra dan bunyi I. Strategi memori Mengkaji dengan baik Bertindak Berlatih II.Strategi kognitif Menerima dan mengirim pesan Menganalisis dan menalar Menciptakan struktur bagi masukan dan keluaran III.Strategi kompensasi Menebak secara cerdas Mengatasi keterbatasan dalam bicara dan menulis Sumber: Brown, 2008:153 17
Selain pendapat Oxford, mengenai strategi kognitif, terdapat tingkat kognitif yang dimiliki oleh manusia dalam proses belajarnya yang dikemukakan oleh Bloom. Menurut Bloom dalam Djiwandono (2002:210), tingkatan kognitif ini dibagi kedalam enam kategori yaitu 1. Pengetahuan (Knowledge), meliputi ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan, yang dapat digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk mengingat kembali. 2. Pemahaman (Compprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dari mata pelajaran yang dipelajari. 3. Penerapan (Application), meliputi kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk menyelesaikan masalah. Pada penelitian kali ini, tujuan kognitif yang ingin dicapai adalah sampai pada tingkat penerapan, yaitu pemelajar mampu mengingat gerakan yang diajarkan, memahami kata kerja, dan mampu menerapkan kata kerja tersebut pada percakapan maupun aktivitas sehari-hari. 2.1.2.1.1 Strategi Kognitif Yang dimaksud dengan strategi kognitif adalah strategi yang berhubungan dengan daya pikir pembelajar dan mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Maka Oxford menyatakan (1995:43) 認知ストラテジーは練習をする (practicing) 情報内容を受け取ったり (receiving ) 送ったりする (sending ) 分析したり (analyzing) する インプットとアウトプットのためのこうぞうを作る (creating) とである この四つのストラテジーの頭文字をとると あたま字語 PRAC ができる なぜなら認知ストラテジーは言語学習にとって PRACtical() なものであるからだ 18
Strategi Ninchi adalah hal tentang melakukan latihan, menerima dan mengirim pesan, melakukan analisa, membuat alasan, membuat struktur input dan output. Apabila keempat hal diatas tlah terpenuhi, dapat terlaksana strategi ninchi. Karena bagi para pemelajar bahasa asing, strategi ninchi adalah sebuah latihan yang dapat dipraktikkan. Berikut ini adalah penjabaran dengan strategi kognitif tersebut. A. Berlatih 1. Mengulang 2. Berlatih secara formal dengan system bunyi dan penulisan 3. Mengenali dan menggunakan formula dan pola 4. Rekombinasi 5. Berlatih secara wajar B. Menerima dan mengirim pesan 1. Menangkap gagasan dengan cepat 2. Menggunakan sumber sumber untuk menerima dan mengirim pesan C. Menganalisis dan menalar 1. Menalar secara deduktif 2. Menganalisis ekspresi 3. Membuat analisis perbandingan 4. Menerjemahkan 5. Mentransfer 19
D. Menciptakan struktur bagi masukan dan keluaran 1. Mencatat 2. Merangkum 3. Membuat highlight (Sumber:Brown, 2008:153) 2.2 Konsep Verba Bahasa Jepang Berikut ini adalah pengertian verba menurut beberapa pendapat. Menurut (Keraf, 1984:64) "kata kerja secara filosofis dibatasi sebagai oleh semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku". Selanjutnya menurut Zein dalam Sinaga (1994:3) menyatakakan bahwa kata kerja adalah semua kata yang dipakai sebagai kata suruh dalam kalimat bentuk inferatif. Binsar dan Barbara (2008:9) verba adalah kata atau rangkaian kata yang menggambarkan perbuatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa verba adalah semua kata yang berhubungn dengan perbuatan,tindakan, dan tingkah laku. Dalam bahasa Jepang, verba disebut dengan doushi. Makna doushi dilihat dari kanji nya sendiri 動く = ugoku, dou = bergerak 詞 = kotoba, shi = kata 動詞 = doushi = kata yang bermakna gerak Menurut Masuoka (1990:13): 20
動詞基本的な性格は 単独で逑語の働きをし 文中での働きの違いに応じて活用することである Sifat dasar dari verba yaitu berfungsi sebagai predikat dan mempunyai kegunaan yang berbeda di dalam suatu kalimat. Contoh kata kerja misalnya dalam kata aruku 歩く, haraimasu 払います, oboemasu 覚えます, dan lain-lain. hairimasu 入ります, nagemasu 投げます, dan lain lain. Penulis menggunakan contoh-contoh verba ini, yaitu sebagai verba yang akan diajarkan dalam penelitian menggunakan metode TPR. 21