Sumber daya ikan terubuk (Clupeidae: Tenualosa sp.) di perairan Pantai Pemangkat, Kalimantan Barat

dokumen-dokumen yang mirip
PENGAWASAN IKAN TERUBUK DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BARUMUN KABUPATEN LABUHANBATU SUMATERA UTARA

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik :

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

I. PENDAHULUAN. dan 46 jenis diantaranya merupakan ikan endemik (Syandri, 2008). Salah satu

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

BAB III BAHAN DAN METODE

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

RINGKASAN. Cumi-curni merupakan salah satu sumberdaya ikan yang bernilai ekonomis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

UJI COBA DAN PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP JARING IKAN TERUBUK LAPIS DUA DI PERAIRAN BENGKALIS, PROVINSI RIAU

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEMATANGAN KELAMIN DAN FREKUENSI PANJANG PARI GITAR (Rhinobatus sp.1 dan Rhinobatus sp. 2)

KOMPOSISI JENIS DAN ASPEK BIOLOGI IKAN PARI LAMPENGAN (Mobulidae) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN SELATAN JAWA

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

STATUS PERIKANAN LOBSTER (Panulirus spp.) DI PERAIRAN KABUPATEN CILACAP

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

Selain sebagai tempat penjualan ikan, wilayah sekitar TPI Cilauteureun ini dikenal sebagai tempat wisata alam pantai yaitu Pantai Santolo yang dikenal

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. No.45 tahun 2009 tentang perikanandisebutkan dalam Pasal 1,perikanan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN ALAT CANTRANG DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK

Suwarso. Kata kunci: unit stok, Selat Makasar, layang, malalugis, pengelolaan, pelagis kecil

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HALAMAN PERSETUJUAN...

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Upaya, Laju Tangkap, dan Analisis... Sungai Banyuasin, Sumatera Selatan (Rupawan dan Emmy Dharyati)

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN DAERAH PENANGKAPAN HIU APPENDIX II CITES YANG DIDARATKAN DI NAMOSAIN NTT

3. METODE PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keadaan Umum Lokasi Penelitian

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

LAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

3. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Abstrak Sumber daya ikan terubuk (Clupeidae: Tenualosa sp.) di perairan Pantai Pemangkat, Kalimantan Barat Suwarso Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta Jl. Muara Baru Jujung, Komple Pelabuhan Samudera Nizam Zachman Tlp. (021) 6602044 Fax. (021) 660 5912 Hp. 082-111-098060 Surel: swarsorimf@gmail.com Ikan terubuk (Tenualosa spp.) adalah ikan estuarin endemik dan umumnya bersifat hermafrodit protandri. Makalah ini membahas keberadaan sumber daya ikan terubuk di Pantai Pemangkat, Kalimantan Barat. Observasi lapangan selama tiga bulan, dari Januari sampai Maret 2014, dilakukan pencacahan hasil tangkapan jaring insang yang mendarat di Pemangkat. Hasil menunjukkan jenis yang ada di daerah Pemangkat diduga Tenualosa toli. Daerah penangkapan tersebar dari utara di daerah perbatasan dengan Serawak, hingga ke selatan sekitar Singkawang. Dalam periode Januari sampai Maret 2014 hasil tangkapan rata-rata sekitar 41 ekor (sekitar 10 kg) tapi dapat mencapai 500 an ekor atau 130 kg. Hasil tangkapan terutama didominasi oleh ikan terubuk muda ukuran kecil (semparek, berat kurang dari 500 gram) sebanyak 99%. Hasil tangkapan berfluktuasi menurut musim. Kosongnya hasil tangkapan pada bulan-bulan tertentu diperkirakan berhubungan dengan fungsi perairan pantai Kalimantan Barat sebagai feeding ground. Mengingat sangat terpuruknya kondisi ikan Terubuk di pantai timur Sumatra, kajian mendalam bagi kekayaan jenis dan konservasi sangat diperlukan. Kata kunci: terubuk, muara, Pemangkat, Kalimantan Barat Pendahuluan Ikan terubuk (Tenualosa spp.) termasuk komoditas perikanan yang penting, strategis dan bernilai ekonomis tinggi. Umumnya ikan ini dijumpai di muara, endemik dan bersifat hermafrodit protandri, setiap individu ikan akan mengalami perubahan seksualitas dari jantan menjadi betina pada ukuran atau umur tertentu. Di Asia dikenal lima spesies ikan terubuk, antara lain T. ilisha, T. macrura, T. toli, T. reevesii dan T. Thibaudeaui (Gambar 1). Di Indonesia, ikan terubuk diketahui hanya ditemukan di pantai timur Sumatra, antara lain T. macrura di perairan estuarin Bengkalis (Riau), T. ilisha di Labuhan Batu dan Labuhan Bilik (Sumatra Utara); sedang T. toli ditemukan di perairan muara Serawak. Di daerah Bengkalis sejak lama ikan terubuk menjadi primadona. Ikan terus menerus diburu, terutama telurnya, gonad betina dalam kondisi matang harganya sangat mahal, saat ini mencapai sekitar 12 juta rupiah kg -1, dagingnya juga dikonsumsi. Sekitar tahun lima puluhan, ikan terubuk jumlahnya melimpah, hasil tangkapan 2000-3000 ekor per kapal; namun sejak tahun enam puluhan terjadi penurunan hasil tangkapan, tahun delapan puluhan hasil tangkapan jumlahnya terbatas (Ahmad et al. 1995). Produksi ikan terubuk di Bengkalis berkisar antara 0,5-10 ton bulan -1 atau sekitar 4-37 ribu ekor per bulan dengan nilai 3,6-175 juta rupiah (Suwarso & Merta 1997). 297

Suwarso Gambar 1. Peta penyebaran ikan Terubuk, Tenualosa spp. di Asia (Brewer & Blaber 1997) Penurunan sumber daya terubuk di pantai timur Sumatra terutama akibat eksploitasi intensif, sehingga tercapai kondisi rekrutmen overfishing sejak beberapa tahun lalu. Degradasi lingkungan Sungai Siak yang terjadi akibat polusi serbuk kayu, limbah rumah tangga dan transportasi ikut memperparah rekrutmen ikan ini. Meskipun saat ini tidak lagi menjadi target penangkapan seperti kondisi dua dasawarsa sebelumnya, ikan terubuk masih diburu. Paper ini melaporkan keberadaan sumber daya ikan terubuk di Pantai Pemangkat, Kalimantan Barat berdasarkan observasi lapangan dan pencacahan hasil tangkapan jaring insang yang mendarat di Pemangkat. Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam pengelolaan ikan terubuk secara berkelanjutan dan bertanggung jawab, dalam upaya menjaga kekayaan jenis ikan di Indonesia. Bahan dan metode Ikan terubuk diperoleh dari hasil tangkapan jaring insang di pantai sekitar Pemangkat dari bulan Januari sampai Maret 2014. Kapal yang digunakan berukuran kurang dari 5 GT. Dilakukan pengumpulan specimen ikan serta observasi lapangan untuk mendapatkan informasi tentang operasional perikanan ini. Indek kelimpahan ikan diperoleh berdasarkan data hasil tangkapan alat jaring insang yang mendarat selama Februari 2013 sampai Maret 2014 melalui pencacahan hasil tangkapan. Analisis deskriptif dan statistik dengan mempresentasikannya secara grafis dilaksanakan untuk melihat kecenderungan yang terjadi pada indek kelimpahan (hasil tangkapan per unit upaya, kg trip -1 ). Pengu-kuran panjang dan kondisi kematangan gonad juga dilakukan untuk memperoleh data biologis ikan. 298

Hasil dan pembahasan Spesies dan biologi Identifikasi beberapa ikan contoh yang dikumpulkan selama bulan Januari sampai Maret 2014 diduga jenis ikan terubuk yang tersebar di daerah Pemangkat adalah Tenualosa toli (Gambar 2). Spesies yang sama juga tersebar di Serawak. Di sekitar Pemangkat ikan terubuk merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi. Harga ditentukan oleh bobot ikan. Ikan berukuran lebih besar dari 500 gram dikategorikan terubuk, bila beratnya dibawah 500 gram disebut semparek. Ukuran ikan yang tertangkap berkisar antara panjang 18 36 cm panjang baku (PB), rata-rata 25 cm; berat 85-730 gram, rata-rata 262 gram (Gambar 3). Dari gambar tersebut terlihat paling tidak terdapat dua kelompok ukuran (umur) ikan yang masingmasing diwakili oleh modus ukuran 20 cm dan 27 cm; ada kemungkinan ada modus ukuran lain, yaitu 23 cm dan 35 cm. Dari ikan contoh sebanyak 71 ekor, selama bulan Januari sampai Maret 2014 yang teridentikasi sebagai ikan betina memiliki telur/ovari sebanyak 45 ekor (63%) yang berukuran 22 cm ke atas, sedang lainnya kosong (mungkin ikan jantan). Berdasarkan data tersebut, diduga ukuran transisi saat terjadi perubahan kelamin dari jantan (semparek kecil) menjadi betina (semparek besar dan terubuk) pada jenis ini dimungkinkan terjadi pada ukuran 23-25 cm PB. Dari ke 45 ekor ikan betina tersebut sebagian besar (87%) berada dalam kondisi kematangan awal: ovari kecil, tipis, panjang, bewarna merah tua dan jernih, belum terlihat adanya butiran telur. Sisanya, 9% berada dalam kondisi pematangan gonad/telur dan kondisi pascamijah (4%). Indek kematangan Gonad berkisar antara 0,2 6,0 % (ratarata 0,95 %). Alat tangkap dan lokasi penangkapan Ikan Terubuk ditangkap dengan menggunakan jaring insang tepi, yang dioperasikan dengan perahu kecil ukuran kurang dari 5 GT (Gambar 4) di perairan yang berjarak sekitar 5 mil. Anak buah kapal umumnya hanya dua orang, salah satunya adalah sebagai nakhoda. Nelayan jaring insang dapat ditemui di Pasar Melayu, Pemangkat. Setiap kapal dilengkapi dengan mesin Dongfeng 15 pk dan baterai untuk penerangan. Panjang jaring 1000-1500 m, dalam 7-9 m, mata jaring 2¼-2½ inci, dilengkapi dengan pemberat timah sebanyak 105 kg dan pelampung utama sebanyak 3 buah serta 50 buah pelampung kecil. Lama tanam jaring insang hanyut ini kira-kira 1-1,5 jam; dalam satu malam biasanya hanya dilakukan satu kali pemasangan, jika cuaca mendukung bisa dua kali. Daerah penangkapan tersebar, dari utara di perbatasan dengan Tanjung Datu, Serawak ke selatan sekitar Singkawang. Beberapa lokasi yang dapat diidentifikasi antara lain pantai Pengikik, pulau Moro, Jawai, Tanjung Bayung, Lampu Putih dan Selimpai (Gambar 5). Operasi penangkapan antara 1-3 hari; jika penangkapan di pantai Selakau hingga Santebang (Singkawang) hanya 1 hari, sedangkan jika di pesisir Santebang sampai Tanjung Datu bisa mencapai 3 hari. 299

Suwarso Gambar 2. Ikan Terubuk di perairan sekitar Pemangkat, Kalimantan Barat Gambar 3. Ukuran ikan terubuk di perairan Pemangkat, Kalimantan Barat. Kiri: panjang, kanan: berat. Tanda panah merah menunjukkan masa transisi. 300

Gambar 4. Kapal jaring insang (jaring plastik) di Pemangkat Daerah penangkapan tersebar, dari utara di perbatasan dengan Tanjung Datu, Serawak ke selatan sekitar Singkawang. Beberapa lokasi yang dapat diidentifikasi antara lain pantai Pengikik, pulau Moro, Jawai, Tanjung Bayung, Lampu Putih dan Selimpai (Gambar 5). Operasi penangkapan antara 1-3 hari; jika penangkapan di pantai Selakau hingga Santebang (Singkawang) hanya 1 hari, sedangkan jika di pesisir Santebang sampai Tanjung Datu bisa mencapai 3 hari. Saat ini jumlah jaring insang belum bisa diketuai secara pasti, karena kapal berukuran dibawah 10 GT tidak memerlukan ijin Dinas Kelautan dan Perikanan. Adanya bantuan kepada kelompok nalayan menyebabkan jumlahnya meningkat. Diperkirakan lebih dari 200 kelompok nelayan di seluruh kabupaten Sambas, tiap kelompok beranggotakan 10 orang. Di Pasar Melayu, Pemangkat terdapat 30 kelompok nelayan, bila satu kelompok nelayan memiliki 5 armada maka jumlah armada jaring insang di Pasar Melayu diperkirakan mencapai 150 unit. Selain itu, armada jaring juga dapat dijumpai di Selakau hingga Liku serta sekitar Paloh. Data statistik Kabupaten Sambas mencatat sekitar 110 armada jaring di seluruh Kabupaten Sambas. Musim tangkapan dan kelimpahan Hasil wawancara dengan nelayan jaring insang di Pasar Melayu, musim penangkapan terubuk berlangsung pada bulan Januari sampai April; bulan Mei sampai Juli kosong, musim penangkapan berikutnya pada bulan Agustus sampai Desember. Pada bulan Mei Juli nelayan biasanya berganti alat tangkap dengan jaring bawal. Ikan terubuk yang tertangkap antara Januari-Maret biasanya didominasi oleh kategori semparek ikan berukuran kecil antara 200-450 gram; sedangkan antara Agustus-Desember hasil tangkapan berupa kategori terubuk (berat diatas 500 gram). 301

Suwarso Gambar 5. Peta daerah penangkapan ikan terubuk (T. toli) oleh alat tangkap jaring insang di perairan pantai Pemangkat, Kalbar Hasil pencacahan selama Februari sampai Maret 2014 terhadap 11 nelayan jaring insang di Pasar Melayu terkumpul total hasil tangkapan jaring insang tepi sebanyak 6123 kg atau 637 kg bulan -1. Frekuensi penangkapan setiap nelayan 1-18 trip bulan -1 (rata-rata 6 trip bulan -1 ). Dari 11 nelayan, 5 orang memperoleh hasil tangkapan rata-rata dibawah 50 kg, sedangkan 6 nelayan lainnya memperoleh hasil tangkapan antara 70-465 kg bulan -1 (rata-rata 268 kg bulan -1 ). Hasil tangkapan per unit upaya digunakan sebagai indek kelimpahan ikan untuk memberi gambaran pola fluktuasi kelimpahannya. Pola fluktuasi memperlihatkan hasil tangkapan minimal terjadi pada bulan Agustus 2013, puncak musim pada 2013 berlangsung pada bulan Mei 2013, tetapi pada 2014 puncaknya pada bulan Februari. Puncak yang lebih tinggi terjadi pada bulan Nopember 2013 (Gambar 6). Hasil tangkapan ikan terubuk pada jaring insang tepi cukup banyak walaupun tampaknya tidak menjadi penangkapan, kontribusinya sekitar 38%, jenis lainnya terdiri atas parang-parang, tengiri, ikan pelagis kecil, bawal, dan lain-lain. Berdasarkan kategori ukurannya kategori semparek (terubuk kecil/muda) mendominasi hasil tangkapan terubuk (99%) (Gambar 7). 302

Gambar 6. Fluktuasi hasil tangkapan jaring insang di Pasar Melayu Gambar 7. Komposisi hasil tangkapan jaring insang dan kelompok Terubuk yang didaratkan di Pasar Melayu (Pemangkat), Januari-Maret 2014 Pembahasan Keberadaan ikan terubuk di Kalimantan Barat diketahui dari hasil survei pada bulan Januari-Maret 2014. Diduga dari spesies T. toli, spesies yang sama dengan yang ditemukan di Serawak. Dari fakta sifat biologi yang terinventarisasi pada periode tersebut diduga perairan KalBar berfungsi sebagai daerah untuk tumbuh, mencari makan dan mematangkan telurnya. Ini terlihat dari hasil pengamatan biologi pada bulan Januari-Maret 2014 yang menunjukkan kondisi telur (gonad/ovari) umumnya masih muda dan berkembang. Dengan asumsi memiliki karakteristik biologi sama dengan spesies terubuk lainnya, terlihat indikasi ukuran saat terjadi peralihan seksual ikan terjadi pada ukuran sekitar 23-25 cm PB. Pada T. macrura di Bengkalis ukuran transisi terjadi pada ukuran sekitar 20-21 cm PB. Secara umum ukuran yang tertangkap lebih besar dibanding ikan terubuk di Bengkalis. 303

Suwarso Belum diketahui tingkat pemanfaatan sesungguhnya meski tidak semua nelayan jaring insang tepi menangkap terubuk, hal ini akibat jumlah nelayan contoh (11 orang/ unit kapal/alat) sangat sedikit. Faktanya, jumlah alat tangkap jaring insang tepi di sekitar Pemangkat mencapai 200 kapal, belum diketahui pasti jumlah alat ini di Kabupaten Sambas. Mengingat distribusinya yang terbatas (kurang dari 5 mil dari daratan) dan bernilai tinggi, jenis ini diduga akan mengalami peningkatan tekanan, penangkapan secara terus menerus dan akan mengakibatkan penurunan populasi, spesies ini termasuk sangat rawan terhadap tekanan lingkungan. Identifikasi secara lengkap termasuk aspek upaya penangkapan dan perikehidupannya perlu dikaji lebih dalam untuk memberi dasar bagi pengelolaan dan pemanfaatannya secara lestari dan bertanggung jawab. Musim ikan terubuk di perairan pantai Kalimanatn Barat berlangsung dua kali, yaitu antara bulan Januari-Maret dan September-Desember; bulan Mei-Agustus diketahui sebagai musim paceklik ikan terubuk dan digantikan oleh ikan bawal. Hasil tangkapan per unit upaya sebagai indek kelimpahan memperlihatkan kelimpahan berfluktuasi secara musiman, berkisar antara 1-34 kg/trip/hari (rata-rata 25 kg/trip). Di Bengkalis tahun 2012-2013 angkanya mencapai 29 kg/trip (menurut SS, thn); bedanya ikan kategori terubuk di Pemangkat sangat sedikit (sekitar 1%) sedang di Bengkalis lebih banyak (12%). Bahkan dalam periode 2013 sampai Maret 2014 hasil tangkapan ikan terubuk ratarata sekitar 41 ekor (10 kg) tapi dapat mencapai 500 an ekor (130 kg), didominasi oleh ikan muda/semparek berat rata-rata kurang dari 500 gram/ekor (99%). Simpulan 1. Teridentifikasi sumber daya ikan Terubuk di perairan sekitar Pemangkat (Kalimantan Barat), diduga jenis Tenualosa toli. Ikan terubuk termasuk komoditas ekonomis dan sangat spesifik. Tergolong ikan estuarine murni, hermafrodit protandri dan endemik dengan sebaran yang terbatas sehingga rawan mengalami penurunan kualitas biologinya. 2. Walaupun tidak menjadi target penangkapan jaring insang (hasil tangkapan terubuk sekitar 38% dari total hasil tangkapan) dikhawatirkan juga akan mengalami penurunan stok bahkan menjadi semakin langka seperti kerabat dekatnya di estuarine Bengkalis Riau (T. macrura). 3. Musim ikan terubuk berlangsung dua kali dalam setahun: antara bulan Januari- Maret dan September-Desember; hasil tangkapan sangat rendah pada bulan April sampai Agustus. Persantunan Penelitian ini merupakan kontribusi dari kegiatan penelitian Balai Penelitian Perikanan Laut tahun 2014 yang berjudul Kajian Stok, Distribusi dan Parameter Biologi Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil untuk Mendukung Industrialisasi Perikanan di WPP 571 dan 711 yang didanai oleh APBN 2014. 304

Daftar pustaka Ahmad M, Dahril T & D. Efison. 1995. Ekologi reproduksi ikan Terubuk (Alosa toli) di perairan Bengkalis, Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 1: 2-19. Brewer, D. and S.J.M. Blaber. 1997. Reproductive ecology and life history of Tenualosa macrura in Bengkalis. Presented in 1 st Co-ordination Meeting on Terubuk Fishery. Pekanbaru, 23-24 July 1997. Suwarso dan I.G.S. Merta. 1997. Kelimpahan populasi ikan Terubuk, Tenualosa macrura (Clupeidae) dan dugaan produksinya di perairan estuarin sekitar Bengkalis (Riau). Simposium Perikanan Indonesia II, Ujung Pandang, 23-24 September 1997. 99-103. 305