5 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap jaring insang hanyut

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

BAB III BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

BAB III BAHAN DAN METODE

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

3 METODOLOGI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PURSE SEINE WARING UNTUK PELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN TERI (Stolephorus devisi) DI PERAIRAN WONOKERTO, KABUPATEN PEKALONGAN

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) MUARA ANGKE JAKARTA

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

UJI COBA DAN PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP JARING IKAN TERUBUK LAPIS DUA DI PERAIRAN BENGKALIS, PROVINSI RIAU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keong Macan Klasifikasi dan identifikasi

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN OPERASI UNIT PENANGKAPAN GILLNET MILLENIUM 30 GT DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU DHIMAS SETIADI

Selain sebagai tempat penjualan ikan, wilayah sekitar TPI Cilauteureun ini dikenal sebagai tempat wisata alam pantai yaitu Pantai Santolo yang dikenal

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENANGKAPAN IKAN

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

33 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang digunakan merupakan sarana untuk mengangkut nelayan beserta alat tangkap ke daerah penangkapan ikan. Kapal yang biasa digunakan oleh nelayan berjenis perahu motor tempel berbahan kayu dengan ukuran 3-5 GT. Dimensi perahu ( p x l x d ) biasanya berukuran 12 m x 2,2 m x 1,2 m dan menggunakan mesin kapal merk dzan dong yang berbahan bakar solar. Kapal ini membutuhkan kurang lebih 60 liter solar untuk pulang pergi dari fishing base - fishing ground dalam setiap tripnya. Perhitungan satu trip operasi penangkapan dapat berlangsung antara satu sampai tiga hari, tergantung dari jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. 2) Alat tangkap drift gillnet Alat tangkap drift gillnet terdiri dari pelampung, badan jaring, tali ris, dan pemberat (kaki). a. Pelampung Pelampung dibedakan menjadi dua, yaitu pelampung utama dan pelampung tanda. Pelampung utama terbuat dari bahan plastik berbentuk bulat terletak paling ujung dari badan jaring dengan panjang tali pelampung sekitar 3 meter. Biasanya terdapat bendera yang diikatkan pada bagian ujung dari tali jaring yang mencirikan nelayan pemilik jaring. Sedangkan pelampung tanda terbuat dari bahan plastik (polyvinylchorid /PVC) berwarna putih dengan bentuk lonjong dan diameter 20 cm. Pelampung tanda ini berfungsi untuk menandakan adanya suatu alat tangkap yang sedang beroperasi. Pelampung ini diikatkan pada tali ris atas dengan jarak antara pelampung 10 depa dengan jumlah pelampung tanda untuk masing-masing piece sebanyak 3-4 buah. b. Badan jaring Badan jaring terbuat dari benang nylon multifilament (polyamid / PA) berwarna hijau kebiru-biruan dan biasa disebut nylon Thailand. Ukuran mata jaring yang digunakan adalah 3,5 dan 4 inci. Ukuran diameter benang yang biasa

34 digunakan adalah nomor 15 dan 18. Ukuran benang nomor 15 digunakan pada ukuran mata jaring 3,5 inci sejumlah 6 piece dan ukuran benang nomor 18 digunakan pada ukuran mata jaring 4 inci sejumlah 44 piece. Jumlah piece dalam satu badan jaring mencapai 50 piece dengan panjang satu piece sebesar 49,5 meter. Ukuran panjang horizontal dalam satu unit jaring sebesar 2.475 meter dan lebar kearah vertikal sebesar 16,5 meter. Badan jaring ini berfungsi untuk menjerat ikan dengan cara menghadang arah gerak ruaya ikan yang berenang. c. Tali ris Tali ris yang digunakan hanya tali ris atas saja tanpa menggunakan tali ris bawah. Tali ini terbuat dari bahan tali plastik (polyethylene / PE) yang berdiameter 6 mm dan berfungsi sebagai tempat untuk menggantungkan jaring dan mengikat tali pelampung tanda. d. Pemberat (kaki) Pemberat merupakan bagian dari badan jaring yang letaknya di bawah badan jaring dan biasa disebut kaki jaring. Ukuran panjang vertikal kaki jaring ini sekitar 1,5 meter. Kaki pemberat terbuat dari bahan alami yaitu Saran dengan ukuran diameter benang lebih besar dan lebih berat dari pada badan jaring. 3) Nelayan Jumlah nelayan atau tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengoperasian drift gillnet sebanyak 3 orang. Adapun pembagian kerja masing-masing nelayan adalah: a) Satu orang nahkoda sebagai juru mudi yang bertugas mengemudikan kapal dan menentukan daerah penangkapan ikan serta menentukan posisi jaring ketika akan dipasang. b) Satu orang bertugas membuang dan menarik pelampung tanda serta tali ris. c) Satu orang bertugas membuang dan menarik badan serta kaki jaring dan melepaskan hasil tangkapan dari jaring. 5.1.2 Metode pengoperasian alat tangkap drift gillnet Pengoperasian drift gillnet umumnya dilakukan pada malam hari dengan diawali oleh persiapan sebelum keberangkatan. Persiapannya meliputi penyediaan

35 bahan bakar, es, bahan makanan serta pengecekan peralatan yang akan digunakan selama operasi penangkapan. Persiapan sebelum keberangkatan selama kurang lebih dua jam. Perjalanan menuju daerah penangkapan ikan (fishing ground) memakan waktu sekitar 3-4 jam tergantung lokasi penangkapan yang dituju. Daerah operasi penangkapan yang dituju ditentukan oleh juru mudi. Sesampainya di lokasi penangkapan, maka nelayan mulai melakukan setting, yaitu menebar jaring dengan cara memotong arah arus untuk tujuan menghadang arah gerak ikan yang berenang. Setting dilakukan antara pukul 17.00 17.30 atau menjelang matahari terbenam. Waktu ini diperkirakan adalah waktu yang baik untuk menebar jaring. Penebaran jaring dilakukan oleh dua orang nelayan, satu orang nelayan melempar pelampung tanda, dan satu orang lagi menebar jaring. Penebaran jaring diawali dengan pelemparan pelampung utama kemudian penebaran badan jaring serta penurunan tali ris atas secara bersamaan agar jaring yang diturunkan terentang dan tidak menggulung di dalam air. Setelah pemasangan jaring selesai, tali selambar diikatkan pada perahu agar jaring tidak hanyut menjauhi perahu. Setelah proses setting selesai, maka jaring dibiarkan hanyut selama 7 sampai 8 jam sebelum dilakukan hauling. Selama jaring berada di dalam air, nelayan memanfaatkan waktu untuk beristirahat, namun adapula yang memanfaatkan waktu tersebut untuk memancing guna menambah penghasilan. Setelah beberapa jam jaring dihanyutkan dan diduga ikan telah terjerat oleh jaring, maka dilakukan hauling. Hauling dilakukan oleh tiga orang nelayan, satu orang menarik tali ris atas dan pelampung serta satu orang lagi menarik badan jaring dan melepaskan hasil tangkapan. Proses hauling memerlukan waktu antara 2 sampai 3 jam, tegantung dari banyaknya ikan yang tertangkap. Biasanya dalam satu trip hanya sekali dilakukan setting dan hauling. Setelah hauling dilakukan maka perahu diberangkatkan menuju fishing base. Ikan-ikan hasil tangkapan dikumpulkan dalam wadah berupa fiber yang telah terisi es. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesegaran ikan.

36 5.1.3 Daerah dan musim penangkapan Daerah penangkapan ikan drift gillnet di perairan Belitung terdiri dari beberapa daerah penangkapan. Biasanya pada musim barat, nelayan menangkap ikan di daerah perairan Belitung Timur dengan jarak tempuh antara 5 20 mil. Adapun lokasi penangkapan ikan seperti perairan pulau Dua (Mentigi), pulau Ketapang, Tanjung Kelumpang, pulau Nepi dan sekitarnya. Pemilihan daerah ini dilakukan untuk menghindari angin yang datang dari arah barat karena daerah tersebut terlindungi. Ketika musim timur, nelayan menangkap ikan di sekitar perairan Belitung dengan jarak tempuh 20 mil dari fishing base (PPN Tanjungpandan). Lokasi penangkapan ikan meliputi perairan Selat Nasik, Tanjung Tinggi, perairan Sungai Padang dan sekitarnya. Berdasarkan pengalaman nelayan, penentuan daerah penangkapan ikan ini ditandai oleh: (1) warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya; (2) banyak burung beterbangan dan menukik-nukik ke permukaan air; dan (3) banyak buih di permukaan air. Musim yang terjadi di perairan Belitung dibedakan menjadi tiga, yaitu musim barat, musim timur dan musim pancaroba. Musim barat ditandai oleh besarnya gelombang di perairan, angin kencang dan biasanya terjadi sekitar bulan November hingga Februari. Musim timur biasanya ditandai oleh angin dan ombak tidak terlalu besar dan terjadi pada bulan April hingga September. Sedangkan musim pancaroba atau disebut juga musim peralihan adalah musim yang terjadi antara musim barat ke musim timur atau sebaliknya. Musim ini ditandai oleh keadaan perairan yang tidak menentu, kadang perairan bergelombang besar atau perairan tenang. 5.1.4 Kondisi penangkapan ikan tongkol dan tenggiri Kondisi penangkapan ikan tongkol dan tenggiri di perairan Belitung dapat dikatakan menjadi salah satu prioritas utama dalam kegiatan penangkapan ikan. Hal ini dipengaruhi oleh armada penangkapan yang disesuaikan untuk menangkap ikan tongkol dan tenggiri yaitu pada armada gillnet. Keuntungan yang didapat dari upaya penangkapan ini adalah permintaan pasar yang sangat tinggi.

37 Secara umum permintaan ikan tongkol dan tenggiri berasal dari pabrikpabrik pengolahan ikan yang biasa memasarkan ke luar daerah atau ekspor dan para penampung atau pengumpul ikan laut konsumsi yang akan memasarkan ke pasar lokal. Semakin tinggi permintaan pasar terhadap ikan tenggiri dan tongkol menyebabkan tingginya tingkat pemanfaatan ikan tongkol dan tenggiri. Namun terkadang semakin tinggi penangkapan ikan tersebut bisa menyebabkan harga dipasaran menurun terutama ketika musim ikan. Selain itu kurangnya penanganan olahan ikan oleh nelayan kecil juga menyebabkan harga ikan turun. Hal ini juga berdampak langsung pada kesejahteraan nelayan. Perkembangan penangkapan ikan tongkol dan tenggiri yang memiliki nilai ekonomis yang relatif tinggi, belum dapat menciptakan kesejahteraan bagi keseluruhan nelayan. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengelolaan yang mampu menyelesaikan masalah ekonomi terutama setelah naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Adapun masalah yang terjadi diantaranya adalah : a. Kurangnya koordinasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan serta pihak Pelabuhan setempat untuk meningkatkan pemanfaatan fasilitas di pelabuhan yang ada sesuai fungsinya seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan Koperasi Nelayan Sejahtera. b. Sulitnya pinjaman bantuan kepada nelayan untuk modal usaha akibat tidak beroperasinya Koperasi Nelayan Sejahtera. Sehingga para nelayan meminjam uang untuk kebutuhan operasional melaut kepada pihak pengumpul ikan. Akibat transaksi ini nelayan terpaksa menjual ikan hasil tangkapan langsung kepada pihak pengumpul tanpa melalui Tempat Pelelangan Ikan. c. Produksi ikan cenderung menurun tiap tahunnya, sementara itu biaya operasional cenderung meningkat. Hal ini terjadi karena semakin jauhnya daerah operasi penangkapan ikan sehingga membutuhkan dana operasional yang lebih besar lagi, terlebih akibat naiknya harga bahan bakar minyak.

38 5.1.5 Komposisi hasil tangkapan jaring insang hanyut (drift gillnet) Data hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPN Tanjungpandan selama penelitian mencapai 884 kg. Data ini dihasilkan dari alat tangkap jaring insang dengan jumlah satu unit mencapai 50 piece dan dilakukan sebanyak 8 kali trip. Hasil tangkapan tersebut dikelompokkan menjadi hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama adalah ikan tongkol (Euthynnus affinnis) dan tenggiri (Scomberomorus commersonii) dengan bobot 475 kg (53,73%) dan 241 kg (27,26%). Sedangkan hasil tangkapan sampingan adalah ikan hiu (Carcharias menissorah) dengan bobot sebesar 77 kg (8,71%), tetengkek (Megalaspis cordyla) 21 kg (2,38%), layaran (Istiophorus oriental) 56 kg (6,33%), cucut (Carcharias sp.) 7 kg (0,79%), pedang (Xiphias gladius) 5 kg (0,57%), dan manyung (Arius thalassinus) 2 kg (0,23%). Komposisi persentase hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 9. 9% 27% 2% 6%1% 1% 0% 54% tongkol tenggiri hiu tetengkek layaran cucut pedang manyung Gambar 9 Komposisi hasil tangkapan jaring insang Jumlah total hasil tangkapan ikan tenggiri selama penelitian sebanyak 241 kg, dan diambil sebesar 61,3 kg atau 35 ekor ikan untuk dijadikan sub sampel. Dari hasil pengukuran sampel tersebut terdapat ukuran panjang ikan berkisar 37-93,5 cm dengan bobot berat berkisar 0,5-4,3 kg. Sebaran ikan tenggiri lebih banyak berada pada ukuran panjang 37 66 cm. Frekuensi panjang tertinggi

39 berada pada selang kelas 61-69 sebanyak 12 ekor dan terendah pada selang kelas 85-93 sebanyak 1 ekor (Gambar 10). frekuensi (ekor) 14 12 10 8 6 4 2 0 Ikan tidak layak tangkap 27 ekor 5 6 9 Lm = 65 12 37-45 45-53 53-61 61-69 69-77 77-85 85-93 selang panjang (cm) 2 Ikan layak tangkap 8 ekor 0 1 Gambar 10 Sebaran frekuensi panjang distribusi ikan tenggiri Berdasarkan pengukuran hasil tangkapan dari 35 sampel ikan tenggiri terdapat 5 ekor ikan yang mempunyai keliling maksimum berkisar 16-18,5 cm dengan panjang cagak sebesar 37 44 cm. Selain itu terdapat 30 ekor yang mempunyai ukuran keliling maksimum 20,5 39 cm dengan panjang cagak sebesar 48-93,5 cm memiliki nilai persamaan y = 0,3917x + 1,0304 yang menunjukkan kecenderungan meningkat (Gambar 11). Hal ini dapat dijelaskan bahwa, setiap penambahan panjang ikan sebesar 1 cm terjadi peningkatan ukuran keliling maksimum sebesar 0,3917 cm.

40 maximum body girth (cm) 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 y = 0,3917x + 1,0304 R² = 0,8677 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 Panjang (cm) Gambar 11 Hubungan keliling maksimum dengan panjang ikan tenggiri pada ukuran mata jaring 4 inci Jumlah total hasil tangkapan ikan tongkol selama penelitian sebanyak 475 kg, dan diambil sebesar 64,89 kg atau 38 ekor ikan untuk dijadikan sub sampel. Dari hasil pengukuran sampel tersebut terdapat ukuran panjang ikan berkisar 33,5-55,5 cm dengan bobot berat antara 0,9-2,5 kg. Frekuensi panjang tertinggi berada pada selang kelas 44-47 kg sebanyak 15 ekor dan terendah berada pada selang kelas 32-35 dan 56-59 sebanyak 1 ekor (Gambar 12). frekuensi (ekor) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Ikan tidak layak tangkap 3 ekor 1 2 Lm = 40 3 15 32-35 36-39 40-43 44-47 48-51 52-55 56-59 14 selang panjang (cm) Ikan layak tangkap 35 ekor 2 1 Gambar 12 Sebaran frekuensi panjang distribusi ikan tongkol

41 Gambar 12 menunjukkan bahwa hasil tangkapan tersebut menyebar pada ukuran panjang sebesar 33,5-55,5 cm. Ukuran ini bisa dikatakan hampir seragam karena terkait dengan sifat ikan tongkol yang hidup secara bergerombol (schooling). Sehingga memungkinkan tertangkapnya ukuran ikan yang hampir seragam dengan ukuran panjang yang dominan berada pada selang panjang antara 44 51 cm. Berdasarkan pengukuran hasil tangkapan dari 38 sampel ikan tongkol terdapat sebanyak 37 ekor mempunyai keliling maksimum berkisar 26 35 cm dengan panjang cagak 39,5 55,5 cm dan satu ekor yang memiliki keliling maksimum sebesar 20 cm dengan panjang cagak 33,5 cm. Dari hubungan keliling maksimum dan panjang ikan tongkol pada ukuran mata jaring 4 inci terdapat nilai persamaan regresi sebesar y = 0,628x + 0,6943 yang menunjukkan kecenderungan meningkat (Gambar 13). Hal ini dapat dijelaskan bahwa, setiap terjadi penambahan panjang ikan sebesar 1 cm terjadi peningkatan keliling maksimum sebesar 0,625 cm. maximum body girth (cm) 40 35 30 25 20 15 10 5 0 y = 0.628x + 0.694 R² = 0.867 30 35 40 45 50 55 60 panjang (cm) Gambar 13 Hubungan keliling maksimum dengan panjang ikan tongkol pada ukuran mata jaring 4 inci

42 Keliling maksimum (cm) 40 35 30 25 20 15 y = 0.568x + 3.535 R² = 0.817 y = 0.391x + 1.030 R² = 0.867 ikan tongkol ikan tenggiri 10 30 50 70 90 Panjang (cm) Gambar 14 Perbandingan hubungan keliling maksimum dengan panjang ikan tongkol dan tenggiri pada ukuran mata jaring 4 inci Gambar 14 di atas menunjukkan perbandingan hubungan keliling maksimum dengan panjang ikan tongkol dan tenggiri pada ukuran mata jaring 4 inci. Terdapat hubungan bahwa semakin bertambahnya ukuran panjang ikan maka akan semakin besar pula ukuran keliling maksimumnya. 5.1.6 Analisis keliling maksimum badan ikan Sebelum data hasil tangkapan ikan tongkol dan tenggiri dianalisis untuk dapat dilihat perbandingannya, data sebanyak 30 ekor dari masing-masing ikan tongkol dan tenggiri yang terjerat pada ukuran mata jaring 4 inci tersebut diuji terlebih dahulu kenormalan datanya. Setelah diuji kenormalan data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada software SPSS didapatkan data maximum body girth pada ikan tongkol dan tenggiri menunjukkan data menyebar normal. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai Signifikan yang tertera pada tabel uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,588. Nilai ini lebih besar dari taraf signifikan sebesar 0.05 pada selang kepercayaan 95%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa data menyebar normal. Karena data menyebar normal analisis yang digunakan yaitu analisis Anova (Analysis of Variance). Nilai signifikan yang didapatkan dari analisis Anova ini sebesar 0,000, lebih kecil dari 0,05 pada selang kepercayaan 95% (Lampiran 10).

43 Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara ukuran keliling maksimum ikan tongkol dan tenggiri yang tertangkap pada ukuran mata jaring 4 inci. 5.2 Pembahasan Selama penelitian dilakukan pada bulan Juli 2009, terdapat total hasil tangkapan mencapai 884 kg. Hasil tangkapan utama yaitu ikan tongkol dan tenggiri. Sedangkan hasil tangkapan sampingan adalah ikan hiu, tetengkek, layaran, cucut, pedang, dan manyung. Komposisi hasil tangkapan selama penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap tersebut ditujukan untuk menangkap jenis spesies tertentu yaitu kelompok ikan pelagis. Hasil tangkapan yang dominan adalah ikan tongkol dan tenggiri. Hal ini berkaitan erat dengan sasaran utama dari target hasil tangkapan. Dominasi ikan tongkol dan tenggiri dalam hasil tangkapan diperkirakan berkaitan erat dengan karakteristik ikan tersebut. Ikan tenggiri hidup secara soliter pada kedalaman 10 sampai 70 meter di bawah permukaan laut serta menyenangi perairan bersalinitas rendah dan kekeruhan perairan yang tinggi. Ikan tenggiri tergolong ke dalam ikan laut yang menyukai daerah laut dangkal. Ikan ini tersebar di seluruh perairan Indonesia dengan habitatnya di seluruh perairan pantai (Hasyim, 2004 vide Ramdhan, 2008). Hal ini sesuai karena sebagian besar nelayan di Perairan Belitung menangkap ikan tenggiri di perairan pantai. Ikan tongkol yang mempunyai sifat bergerombol ini menyenangi perairan panas dan hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman 40 meter (Williasom, 1970 vide Burhanuddin et al. 1984). Menurut (Mappamadeng, 1999) umumnya ikan tongkol lebih banyak terdapat di lapisan permukaan dengan daerah penyebaran ikan tongkol di perairan Belitung Timur disekitar pulau Bakau, pulau Nangka, pulau Sekunyit, pulau Gusungjong, pulau Bukulimau dan Daerah Pahat. Pada hasil pengukuran ikan tenggiri, terdapat selang ukuran panjang cagak berkisar 37-93,5 cm dengan bobot berat berkisar 0,5-4,3 kg. Frekuensi panjang tertinggi berada pada selang kelas 61-69 cm sebanyak 12 ekor dan terendah berada pada selang kelas 85-93 cm sebanyak 1 ekor. Dari hasil pengukuran tersebut diduga terdapat 30 ekor ikan yang mempunyai keliling maksimum 20,5 -

44 39 cm dan panjang cagak sebesar 48-93,5 cm tertangkap pada ukuran mata jaring 4 inci. Hal ini berkaitan dengan ukuran mesh perimeter. Mesh perimeter adalah panjang keliling mata jaring dimana pengukurannya adalah dua kali dari ukuran mata jaring. Pada ukuran mata jaring 4 inci, maka mesh perimeternya sebesar 20,32 cm. Sehingga ikan yang mempunyai keliling maksimum diatas 20,32 cm akan masuk kedalam jaring dengan cara terjerat. Sedangkan ukuran ikan dibawah 20,32 cm memiliki kemungkinan untuk meloloskan diri. Ikan yang memiliki kemungkinan meloloskan diri pada hasil tangkapan tersebut sebanyak 5 ekor sehingga diduga tertangkap oleh ukuran mata jaring 3,5 inci dengan keliling maksimum sebesar 16-18,5 cm dan panjang cagak sebesar 37 44 cm. Hal ini terkait dengan hubungan mesh perimeter dan keliling maksimum badan ikan. Menurut (Martasuganda, 2002) biasanya ikan yang memasuki mata jaring mempunyai ukuran keliling bagian belakang penutup insang (operculum girth) lebih kecil dari keliling mata jaring dan keliling tinggi maksimum (maximum body girth) dari ikan lebih besar dari keliling mata jaring (mesh size). Pada ukuran mata jaring tertentu, ikan yang berukuran sangat kecil bisa menerobos jaring dan ikan yang berukuran sangat besar tidak dapat menembus cukup dalam untuk bisa lolos. Sehingga ikan terkecil yang tertangkap memiliki keliling maksimum tertentu, dan ikan yang paling besar tertangkap memiliki keliling kepala sama dengan mesh perimeter sehingga menyebabkan ikan tersebut terjerat dan kemudian terpuntal (Baranov, 1914 vide Marais, 1985). Hal ini juga terkait dengan tingkah laku ikan ketika sejumlah populasi ikan menghadapi gillnet, beberapa ikan akan melewati jaring karena keliling maksimum mereka lebih kecil dari ukuran mesh perimeter. Bahkan beberapa ikan akan mengubah arah renangnya karena mereka tidak cukup jauh untuk memasuki jaringnya (Kawamura, 1972 vide Marais, 1985). Namun cara tertangkapnya ikan pada mata jaring biasanya terjerat pada bagian belakang penutup insang (operculum) atau terjerat di antara operculum dan bagian tinggi maksimum (maximum body) ikan (Martasuganda, 2002). Ukuran panjang ikan hasil tangkapan dapat digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya ikan tersebut untuk ditangkap dengan mengetahui batasan

45 ukuran panjang ikan tersebut pertama kali matang gonad (length at first maturity). Pada ikan tenggiri, length at first maturity untuk perairan Australia bagian utara (tropis) sebesar 65 cm (Collette dan Nauen, 1983). Sebagian besar hasil tangkapan ikan tenggiri yang tertangkap dibawah 65 cm sebanyak 27 ekor (77,14%). Penangkapan ikan di bawah ukuran pertama kali matang gonad dapat memberi peluang bagi ikan target tangkapan untuk dapat bereproduksi dan memijah dahulu sebelum tertangkap. Sehingga proses recruitment fase ikan kecil menjadi fase ikan dewasa dapat berjalan (Laevastu dan Hayes, 1981 vide Ramdhan, 2008). Oleh karena itu penentuan layak tidaknya ikan tersebut untuk ditangkap sangat berkaitan dengan penentuan keramahan lingkungan operasi penangkapan ikan. Hal ini berdasarkan Monintja dan Yusfiandayani (2001) bahwa salah satu proses penangkapan ramah lingkungan yaitu tidak membahayakan kelestarian sumberdaya ikan target. Dengan kata lain, gillnet dengan ukuran mata jaring 4 inci menangkap ikan tenggiri lebih dominan pada ukuran tertentu di bawah ukuran 65 cm dengan kisaran panjang 48 64 cm sebanyak 27 ekor (77,14%). Dapat disimpulkan bahwa gillnet tersebut menangkap sebagian besar ikan tenggiri yang tidak layak tangkap yaitu yang berada dibawah ukuran pertama kali matang gonad (length at first maturity). Jika hal ini terjadi terus - menerus, maka dikhawatirkan akan merusak kelestarian lingkungan karena sebelum ikan tersebut memijah, ikan sudah langsung ditangkap. Oleh sebab itu diharapkan kepada nelayan untuk menggunakan ukuran mata jaring yang lebih besar dengan pertimbangan agar ikan yang terjerat pada jaring memiliki ukuran panjang di atas ukuran pertama kali matang gonad. Data pengukuran ikan tongkol sebanyak 38 sampel, terdapat ukuran panjang ikan berkisar 33,5-55,5 cm dengan bobot berat antara 0,9-2,5 kg. Frekuensi panjang tertinggi berada pada selang kelas 44-47 kg sebanyak 15 ekor, dan terendah berada pada selang kelas 32-35 dan 56-59 sebanyak 1 ekor. Pada hasil tangkapan ikan tongkol diduga sebanyak 37 ekor ikan dengan keliling maksimum berukuran 26 35 cm tertangkap oleh ukuran mata jaring 4 inci. Hal ini berhubungan dengan ukuran mesh perimeternya sebesar 20,32 cm. Sehingga ikan yang berukuran di atas 20,32 cm akan masuk menerobos ke dalam

46 jaring dengan cara terjerat, terbelit atau terpuntal. Namun ada ukuran ikan di bawah 20,32 cm memiliki kemungkinan untuk terjerat sebanyak 1 ekor dengan keliling maksimum sebesar 20 cm. Diduga ikan tersebut terjerat juga pada mata jaring 4 inci. Pada ikan tongkol, length at first maturity di perairan Philipina sebesar 40 cm (Collette dan Nauen, 1983). Sebagian besar hasil tangkapan ikan tongkol mempunyai ukuran panjang di atas 40 cm sebanyak 35 ekor (92,11%), sebaliknya ada 3 ekor (7,89%) yang tertangkap di bawah ukuran 40 cm. Dari hasil tangkapan tersebut dapat dilihat bahwa ikan tertangkap secara seragam atau dominan. Hal ini terkait dengan tingkah laku ikan tongkol yang bersifat bergerombol (schooling). Sifat bergerombol tersebut disebabkan karena pada kulit ikan terdapat suatu zat yang dapat menimbulkan rangsangan. Rangsangan ini dapat dirasakan oleh ikan dari jenis yang sama ataupun dari jenis yang berbeda (Beaufort, 1956 vide Mappamadeng, 1999). Menurut Marais (1985) tingkah laku berenang atau tingkah laku ikan ketika menghadapi alat tangkap jelas mempengaruhi total hasil tangkapan. Ketika ikan menghadapi jaring, ikan akan berjuang keras untuk menerobosnya sehingga memungkinkan ikan terjerat dan kemudian terpuntal. Sifat ikan yang lebih aktif akan cenderung untuk terjebak dalam gillnet daripada yang lebih lamban. Hal ini juga berhubungan dengan sifat ikan tongkol yang merupakan ikan perenang cepat. Kelompok ikan ini selalu bergerak dan mengejar mangsa (Djuhanda, 1981). Hasil tangkapan ikan tongkol menunjukkan bahwa dalam gerombolan ikan adanya kecenderungan pengelompokan menurut ukuran yang sama. Rata-rata ukuran ikan yang tertangkap dalam mata jaring yang berbeda juga tergantung pada bentuk tubuh. Bentuk dan ukuran tubuh sangat penting dalam menentukan cara tertentu dimana ikan tertangkap dalam gillnet (Marais, 1985). Bentuk ikan tongkol yang fusiform atau lurus memungkinkan ikan untuk bergerak cepat terutama dalam menangkap mangsa. Sehingga ada kemungkinan ikan untuk terjerat bahkan terpuntal ketika menabrak jaring. Namun kelemahan dalam penelitian ini tidak dapat menunjukkan bagaimana cara ikan tertangkap pada mata jaring.

47 Panjang ikan bisa menentukan efektivitas tertentu dari gillnet (Marais, 1985). Hal ini diperkuat oleh (Fridman, 1986 vide Maryam, 2008) bahwa bahan jaring, mesh size, ukuran benang, warna jaring, hanging ratio serta ketinggian jaring merupakan faktor yang menentukan efisiensi penangkapan. Terdapat kesimpulan panjang ikan mempunyai hubungan yang erat dengan ukuran mata jaring. Hasil tangkapan ikan tongkol yang didapatkan dari penelitian Mappamadeng (1999) menyebutkan kisaran panjang cagak sebesar 39,5 56,6 cm dan keliling maksimum sebesar 20,5 36,5 cm tertangkap pada ukuran mata jaring 4 inci. Berdasarkan penelitian didapatkan panjang ikan tongkol berkisar antara 33,5-55,5 cm dengan keliling maksimum 20 35 cm efektif ditangkap oleh ukuran mata jaring 4 inci. Dari pengukuran tersebut, bisa dilihat bahwa gillnet menangkap ikan tongkol yang lebih dominan berdasarkan ukuran panjang yaitu di atas ukuran matang gonad sebanyak 35 ekor (92,11%). Hal ini bisa disimpulkan bahwa gillnet dengan ukuran mata jaring 4 inci layak untuk menangkap ikan tongkol di perairan Belitung. Analisis Keliling Maksimum Uji kenormalan data menunjukkan bahwa data ukuran keliling maksimum ikan tongkol dan tenggiri pada ukuran mata jaring 4 inci mempunyai nilai Signifikan sebesar 0.588. Nilai tersebut besarnya melebihi nilai α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data menyebar normal. Hal ini mungkin disebabkan pada saat dilakukan penelitian ruaya ikan tersebut berada di sekitar lokasi penangkapan. Karena data yang didapatkan menyebar normal, maka uji Anova (Analysis of Variance) dapat digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh nyata atau tidak nyata dari perlakuan. Hasil yang diperoleh melalui uji Anova didapatkan nilai signifikannya sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari taraf signifikannya sebesar 0,05. Sehingga bisa disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara ukuran keliling maksimum ikan tongkol dan tenggiri pada ukuran mata jaring 4 inci. Perbedaan tersebut terlihat jelas dari grafik pada Gambar 16. Secara statistik, ukuran keliling maksimum ikan tenggiri berada di bawah keliling maksimum ikan tongkol. Hal ini disebabkan karena pengaruh morfologi ikan yaitu ukuran lebar

48 badan ikan tongkol yang lebih besar daripada ikan tenggiri. Ukuran lebar ikan sangat berpengaruh terhadap tingkah laku ikan terutama kecepatan renangnya. Ikan tenggiri mampu berenang dengan kecepatan rata-rata 78 km per jam, bahkan ada yang mencapai kecepatan renang 97 km per jam, sedangkan ikan tongkol memiliki kecepatan renang mencapai 74 km per jam (Anonim, 2009) Perbedaan ukuran keliling maksimum juga mempengaruhi panjang ikan yang tertangkap. Semakin besar keliling maksimum maka akan semakin besar pula ukuran panjang ikan. Pada ikan tenggiri terdapat 27 ekor (77,14%) yang tertangkap di bawah ukuran matang gonad dan pada ikan tongkol terdapat 35 ekor (92,11%) yang tertangkap di atas ukuran matang gonad. Sehingga bisa disimpulkan bahwa alat tangkap gillnet lebih efektif untuk menangkap ikan tongkol pada ukuran mata jaring 4 inci. Karena pada ukuran 3,5 inci, hanya tertangkap ikan tenggiri sebanyak 5 ekor (16,67%) dengan ukuran panjang dibawah length at firsth maturity yaitu 37 44 cm.