Odds ratio = a/b = ad/bc c/d

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 2 X 2, RR dan OR. Saptawati Bardosono

Tutorial Epidemiologi : 1. Frekuensi Masalah Kesehatan dan Pengukuran

TUTORIAL EPIDEMIOLOGI : 1. FREKUENSI MASALAH KESEHATAN DAN PENGUKURAN

UKURAN ASOSIASI DALAM EPIDEMIOLOGI. Putri Handayani, M. KKK

PENELITIAN OBSERVASIONAL. DR. Titiek Sumarawati,MKes

Attributable Risk (AR) dan Population Attributable Risk (PAR) MK Epidemiologi Gizi Smt III 1

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI

BAB IV PENUTUP. Disertasi ini merupakan studi tentang pengaruh perilaku merokok terhadap

Cross sectional Case control Kohort

1. UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGY

UKURAN DAMPAK DALAM EPIDEMIOLOGI. Putri Handayani, M.KKK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

Pengukuran Kejadian Penyakit

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan jenis penelitian case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

Oleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU

PENGUKURAN KEJADIAN PENYAKIT ETIH SUDARNIKA LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN IPB

PENELITIAN EPIDEMIOLOGI

Statistik Non-Parametrik. Saptawati Bardosono

06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi

EPIDEMIOLOGI K3 UKURAN-UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

Uji Statistik yang Digunakan Untuk ANALISA BIVARIAT

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

UJI CHI SQUARE DAN FISHER EXACT

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT. Bentuk Dasar ukuran frekuensi Penyakit Jenis Ukuran frekuensi Penyakit

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang akan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal antaralain lain:

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

UJI CHI-SQUARE. TABEL 2 x 2 UJI FISHER TABEL b x k UJI TREND

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

Mengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.

HUBUNGAN ANTARA MEROKOK DENGAN TERJADINYA KANKER PARU DI DEPARTEMEN PULMONOLOGI FK USU/RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk,

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

ANALISIS DATA STUDI KOHORT

BAB I. PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. WHO memperkirakan tiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Data Kategorikal

UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. yang telah dirancang (Sugiyono, 2009). Sedangkan rancangan penelitian ini

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Asia Tenggara termasuk dalam region dengan angka kejadian TB yang tinggi. Sebesar 58% dari 9,6 juta kasus baru TB pada tahun 2014 terjadi di daerah As

DETERMINAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOOM BARU PALEMBANG

Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi.

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

Food-borne Outbreak. Saptawati Bardosono

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

KATA PENGANTAR. Penyusun. Kelompok 1

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI- LAKI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS X NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan berbagai penyakit dan bahkan kematian (BKKBN, 2007). Menurut

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Fitria*, Ghazali M. Amin**, Nuswatul Khaira*** Fakultas Kesehatan Masyarakat Univ. Muhammadiyah Aceh nasuwakesaceh.ac.

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan perilaku pencegahan DBD pada murid sekolah dasar di Kota Depok.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

FAKTOR RISIKO PENYAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1. mematikan namun dapat dihindari. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Kata Kunci: Merokok, Kepadatan Hunian, Ventilai, TB Paru

Angka Insidensi T B Tahun 2011 (WHO, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ROKOK YANG DIHISAP DAN LAMA MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI (Studi pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya)

Transkripsi:

Latihan Soal Epidemiologi : Tutorial 2 (Kelompok A) Measures of Association and Measures of Public Health Impact Rumus : a. Risk Ratio : b. Rate Ratio c. Odd Ratio Odds ratio = a/b = ad/bc c/d d. Attributable Risk/Proportion e. Efektivitas Vaksin 1. Dalam suatu kejadian wabah tuberculosis di penjara California Selatan pada tahun 1992, 28 dari 157 narapidana yang menghuni sayap timur mengalami tuberculosis, dibandingkan dengan 4 dari 137 narapidana yang menghuni penjara sayap barat. a. Apa yang akan kita lakukan untuk menghitung hubungan yang terjadi di penjara tersebut? Prinsip risk risiko terkena suatu penyakit dalam satu populasi Prinsip rate laju terkena suatu penyakit dalam suatu populasi dalam satu periode waktu tertentu (misal: person-years)

Karena pada soal ini data yang tersedia adalah data untuk risk (tidak ada informasi tentang waktu/periode), maka untuk melihat asosiasi antara lokasi sayap penjara dan tuberculosis, maka dihitung: risk ratio. b. Lakukan penghitungannya dan intepretasikan hasil yang didapatkan. Risiko terkena tuberculosis di antara narapidana di sayap timur: 28 / 175 = 0.178 Risiko terkena tuberculosis di antar anarapidana di sayap barat: 4 / 137 = 0.029 Risk ratio = 0.178 / 0.029 = 6.1 Interpretasi: Narapidana yang tinggal di sayap timur memiliki risiko 6 kali lipat untuk terkena tuberculosis dibandingkan dengan narapidana yang tinggal di sayap barat. c. Diskusikan apa yang selanjutnya harus dilakukan dari hasil intepretasi Anda. Bertanya, apa perbedaan antara penjara di sayap timur dan barat? pertimbangkan faktor risiko yang berhubungan dengan tuberculosis. 2. Pada suatu kejadian wabah varicella (cacar air) pada murid sekolah dasar di Oregon 2002, varicella didapatkan pada 18 dari 152 anak yang divaksin dan 3 dari 7 anak yang tidak divaksin. Hitunglah RR dan intepretasikan hasilnya!. Risiko varicella pada kelompok yang divaksin 18 / 152 = 0.118 Risiko varicella pada kelompok yang tidak divaksin 3 / 7 = 0.429 Risk ratio = 0.118 / 0.429 = 0.28 Interpretasi: Risiko kurang dari 1 (<1) menunjukkan penurunan risiko pada kelompok terpapar vaksin atau efek protektif. RR 0.28 mengindikasikan bahwa hanya anak-anak yang divaksinasi memiliki kemungkinan yang lebih kecil terkena varicella dibanding anak yang tidak divaksinasi, yaitu ¼ (28%) kali lebih kecil. 3. Tabel 3.14 dibawah mengilustrasikan laju kematian (mortality rate) pada mereka yang tetap melanjutkan kebiasan merokok dan perokok yang telah berhenti pada saat dilakukan pengamatan dalam suatu penelitian merokok dan kanker paru yang dilakukan di Inggris.

Dengan menggunakan data diatas, hitung: a. Rate Ratio pada perokok dengan bukan perokok = rate antara perokok / rate bukan perokok = 1.30 / 0.07 = 18.6 b. Rate Ratio pada ex-perokok yang berhenti paling tidak 20 tahun dengan bukan perokok = rate mantan perokok yang berhenti paling tidak 20 tahun / rate bukan perokok = 0.19 / 0.07 = 2.7 c. Implikasi kesehatan masyarakat apa yang didapat dari temuan tersebut? Rate (laju) kejadian kanker paru di antara perokok adalah 18 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan perokok. Para perokok yang sudah berhenti merokok akan menurunkan laju kejadian kanker, tapi tidak akan serendah mereka yang tidak merokok. Pesan kesehatan masyarakat: Jika Anda perokok, maka berhentilan. Jika Anda tidak pernah merokok, jangan pernah mulai merokok! 4. Hitunglah odd ratio dan risk ratio dari data pada tabel dibawah ini? Dan simpulkan hasilnya/ intepretasi nilai yang didapatkan. Odds ratio = ad / bc = (28 x 129) / (4 / 129) = 7.2 Odds ratio: Odds ratio dipakai pada penelitian di mana kasusnya jarang (case-control studies) Pada penyakit-penyakit yang umum, maka penggunaan risk ratio (relative risk) lebih tepat

5. Pada suatu studi merokok dan kanker paru, mortality rate kanker paru pada kelompok non smoker adalah sebesar 0.07 per 1000 orang per tahun. Sedangkan mortality rate pada perokok 1-14 batang per hari adalah 0.57 per 1000 per tahun. Hitung attributable proportion(attributable risk) dan intepretasikan hasilnya! Attributable risk: (berbeda dengan attributable proportion) Nilai attributable risk dalam kesehatan masyarakat akan menjawab pertanyaan: Seberapa besar risiko penyakit tertentu yang berhubungan/dikontribusikan oleh paparan atau faktor risiko tertentu? Attributable risk menghitung perbedaan risiko antara kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar, dan biasa juga disebut risk difference. Attributable risk sangat berguna, karena nilainya langsung menunjukkan berapa besar tambahan risiko yang disumbangkan oleh paparan. Rumus Attributable risk: (Risk kelompok terpapar risk kelompok tidak terpapar) Attributable proportion: Dihitung berdasar rumus attributable risk, tapi menunjukkan proporsi penyakit yang disumbangkan oleh paparan faktor tertentu. Karena merupakan proporsi, maka rumus Attributable proportion adalah: = (0.57 0.07) / 0.57 x 100% = 87.7% Attributable risk x 100% Risiko kelompok terpapar Interpretasi: Karena hubungan antara merokok dan kejadian kanker paru sudah jelas, maka bisa dikatakan bahwa 88% kematian akibat kanker paru pada kelompok perokok disumbangkan oleh kebiasaan merokok itu sendiri. Sementara 12%-nya disebabkan oleh hal selain merokok. 6. Hitung efektivitas vaksin varicella dari data pada tabel dibawah ini, intepretasikan hasilnya! Risiko terkena varicella pada anak yang tidak divaksinasi: = 3 /7 = 42.9 Risiko terkena varicella pada anak yang divaksinasi: = 18 / 152

= 11.8 Efektivitas vaksin: = (42.9 11.8) / 42.9 = 31.1 / 42.9 = 72% ATAU dengan rumus: VE = 1 RR = 1 0.28 = 72% Interpretasi: Kelompok anak-anak yang divaksinasi mengalami penurunan sebesar 72% dalam hal terjangkit varicella, dibandingkan dengan apabila anakanak ini tidak mendapat vaksinasi.