BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pasar dalam memenuhi permintaan konsumen saat ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada cepatnya perubahan selera konsumen terhadap suatu produk. Oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian Indonesia berada pada tingkat

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. produksi dinilai baik, maka jumlah reject pada proses produksi juga akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam menjalankan proses produksi produk.

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1332/MENKES/SK/X/2002, Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat

BAB I PENDAHULUAN I-1

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai agar konsumen mau menerima hasil dari proses produksi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN I.1

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Disusun oleh : SHEILA SELVIONA

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Dalam perkembangan ekonomi saat ini usaha tumbuh dengan pesat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

: defect, six sigma, DMAIC,

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

xiii BAB VI PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

ANALISA PENGURANGAN DEFECT

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. 13,5% per tahun dan nilai pasar industri farmasi di Indonesia ditargetkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

Bab I Pendahuluan. Gambar I. 1 Desain Kantong Pasted. Sumber : Biro Pabrik Kantong PT. Semen Padang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanaman apotek hidup. Jahe yang memiliki nama latin Zingiber

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Untuk mencapai kepuasan pelanggan, perusahaan harus mampu untuk menjaga kualitas produk yang diproduksinya. Kualitas dari suatu produk dikatakan baik bila produk tersebut telah sesuai dengan standar atau spesifikasi yang ditetapkan oleh perusaahan. 1.1 Latar Belakang Kualitas dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Pemahaman konseptual tentang kualitas ini berkaitan dengan bagaimana suatu produk atau layanan memiliki satu atau lebih karakteristik berdasarkan keinginan pelanggan. Kualitas telah menjadi salah satu faktor keputusan dari pelanggan yang paling penting dalam pemilihan produk dan layanan yang ada. Fenomena ini meluas, terlepas dari apakah pelanggan itu individu, organisasi industri, bank atau lembaga keuangan. Akibatnya, memahami dan meningkatkan kualitas merupakan faktor kunci yang menyebabkan kesuksesan bisnis, pertumbuhan, dan daya saing yang meningkat (Montgomery, 2009). Salah satu perusahaan yang penting untuk dijaga kualitasnya adalah industri farmasi. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah suatu badan usaha yang mempunyai izin untuk melakukan pembuatan obat atau bahan obat dari Menteri Kesehatan. Industri farmasi ini diharapkan agar dapat membuat obat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan obat tersebut, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan berbagai resiko yang membahayakan pengguna obat tersebut Salah satu industri farmasi yang ada di Indonesia adalah PT Nusantara Beta Farma. PT Nusantara Beta Farma merupakan salah satu perusahaan Industri

Farmasi di Indonesia yang memproduksi obat-obatan yang tergolong generik. Perusahaan ini terletak di Jalan Raya Padang-Bukittinggi KM 25, Pasar Usang. PT Nusantara Beta Farma berpedoman kepada aturan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB). Kedua aturan inilah yang menjadi pedoman bagi PT Nusantara Beta Farma dalam melakukan segala aktivitas pembuatan obat-obatan dan pembuatan kosmetik. Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No. 43/MenKes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik, CPOB merupakan suatu pedoman yang harus diterapkan dalam seluruh rangkaian proses yang ada di industri farmasi dalam pembuatan obat jadi. Sementara berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.42.06.10.4556 tahun 2010 tentang Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik, menjelaskan bahwa industri kosmetik wajib menerapkan CPKB dalam seluruh rangkaian kegiatanya. Jadi obat-obatan serta kosmetik yang dibuat harus mempunyai standar yang telah ditetapkan di dalam CPOB dan CPKB. Salah satu aturan standar yang ada di dalam CPOB dan CPKB pada perusahaan tersebut berupa jumlah persentase cacat yang dibolehkan dalam produksi produk per harinya, yaitu sebesar 5%. Dengan adanya aturan tersebut diharapkan nantinya PT Nusantara Beta Farma mempunyai produk dengan standar kualitas yang mengacu kepada kedua aturan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer divisi quality control, didapatkan bahwa produk yang banyak mengalami permasalahan dibidang kualitasnya adalah Salisil Talk Wangi. Sementara pada produk lain hanya sedikit ditemukan permasalahan dan tidak membutuhkan penanganan yang khusus. Perbandingan antara jumlah produk cacat yang terjadi pada produk Salisil Talk Wangi dibandingkan dengan produk lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.1: 2

Tabel 1.1 Perbandingan Cacat yang Terjadi pada 3 Produk PT Nusantara Beta Farma Bulan Hand Body Lotion Borak Salisil Talk Wangi Inspeksi Produk Cacat Inspeksi Produk Cacat Inspeksi Produk Cacat Agustus 965 0 17515 38 30096 1584 September 964 0 20748 53 28512 1968 Oktober 968 0 11848 21 30096 2214 November 954 0 7456 9 19008 1812 Desember 967 0 0 0 26928 1962 Januari 967 1 13303 15 23760 1236 Februari 967 3 48824 82 25344 1470 Maret 954 0 8835 10 19008 1038 April 962 1 23174 60 7920 480 Mei 962 2 37045 73 14256 798 Juni 968 3 20816 63 19008 1182 (Sumber : PT Nusantara Beta Farma tahun 2017) Produk Salisil Talk Wangi ini mempuyai 4 varian parfum, yaitu merah, biru, kuning dan hijau. Setiap hari perusahaan hanya memproduksi 2 jenis varian parfum, seperti hijau-merah dan kuning-biru. Produk dengan warna yang berbeda akan diproduksi setelah produk warna pertama selesai diproduksi. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya pencampuran bahan yang ada pada masing-masing warna pada produk Salisil Talk Wangi. produksi tiap bulannya pada bulan Agustus 2016 sampai Juni 2017 dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut : 3

produk 300000 Produksi Salisil Talk Wangi Tahun 2016-2017 250000 200000 150000 100000 50000 Produksi 0 Waktu Pengamatan (Bulan) Gambar 1.1 Produksi Salisil Talk Wangi 2016-2017 (Sumber : PT Nusantara Beta Farma tahun 2017) produk Salisil Talk Wangi yang diproduksi berbeda-beda setiap harinya, dengan rata-rata tingkat produksi per harinya adalah sebanyak 14500 sachet. produk Salisil Talk Wangi yang diproduksi ini tergantung dari permintaan pasar terhadap produk. Produk Salisil Talk Wangi yang diproduksi di PT Nusantara Beta Farma menghasilkan beberapa produk cacat yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. produk cacat dari produk Salisil Talk Wangi berbeda-beda tiap harinya. produk cacat dalam rentang waktu Agustus 2016 sampai Juni 2017 adalah 15744 sachet dengan jumlah produk yang diinspeksi sebanyak 243936 sachet. produksi, total inspeksi dan jumlah produk cacat dari bulan Agustus 2016 sampai Juni 2017 dapat dilihat pada Tabel 1.2: 4

Tabel 1.2 Data Produksi, Total Inspeksi, dan Produk Cacat pada Bulan Agustus 2016 sampai Juni 2017 Bulan Produksi Total Inspeksi Produk Cacat Agustus 276087 30096 1584 September 261540 28512 1968 Oktober 275370 30096 2214 November 173268 19008 1812 Desember 246289 26928 1962 Januari 217392 23760 1236 Februari 231772 25344 1470 Maret 174288 19008 1038 April 72144 7920 480 Mei 130428 14256 798 Juni 175332 19008 1182 Total 2233910 243936 15744 (Sumber : PT Nusantara Beta Farma tahun 2017) Terdapat 4 kriteria cacat pada produk Salisil Talk Wangi di PT Nusantara Beta Farma. Kriteria cacat pertama yaitu adanya kebocoran ketika dilakukan proses pengepakan. Kriteria kedua yaitu nomor batch produk yang tidak jelas di kemasan produk Salisil Talk Wangi. Kriteria ketiga yaitu tidak adanya benang pada sachet yang menyebabkan produk menjadi gembung dan menyebabkan produk menjadi bocor. Kriteria keempat adalah kemasan yang tidak lulus standar etiketnya atau dari segi kemasannya, seperti gambar yang tidak jelas pada kemasan. Salah satu kriteria produk dikatakan cacat bila tidak sesuai dengan standar etiket PT Nusantara Beta Farma. Standar tersebut mengacu kepada CPOB dan CPKB yang ada di PT Nusantara Beta Farma. Bobot yang diizinkan oleh perusahaan adalah 287 ± 287 x 5% gram. Nilai 287 gram tersebut merupakan berat 1 renteng dari produk Salisil Talk Wangi. Jadi berat produk dari yang diizinkan untuk satu renteng produk Salisil Talk Wangi adalah 273 gram 301 gram. Jika produk Salisil Talk Wangi diluar batas bobot yang telah ditetapkan, maka produk 5

renteng tersebut dilakukan aktivitas filling ulang, agar tidak ada produk renteng yang diluar batas kontrol tersebut. Pengukuran dari nilai bobot dilakukan ketika melakukan proses produksi Salisil Talk Wangi untuk semua jenis warna yang ada. Proses ini dinamakan In Process Control (IPC) yang dilakukan setiap 15 menit selama proses produksi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah produk yang keluar dari batas bobot yang diizinkan. Produk cacat pada PT Nusantara Beta Farma didapatkan ketika produk diinspeksi oleh divisi Quality Control. Produk cacat tersebut menyebabkan timbulnya biaya tambahan dan kerugian terhadap perusahaan. Selain itu produk yang cacat dapat menyebabkan kerugian pada konsumen yang menggunakan produk Salisil Talk Wangi, sehingga dapat menyebabkan produk Salisil Talk Wangi tidak laku di pasaran. Berdasarkan data jumlah produk cacat yang telah didapatkan ketika melakukan survei awal diketahui bahwa ada beberapa data proporsi cacat yang melebihi dari batas yang ditetapkan oleh perusahaan. Data tersebut merupakan perbandingan antara jumlah produk cacat yang ada dengan jumlah produk yang dilakukan inspeksi dalam 1 hari. Batas yang ditetapkan oleh perusahaan untuk produk cacat setiap harinya adalah sebesar 5%. Perbandingan proporsi cacat per bulan (Agustus 2016 Juni 2017) dengan batas standar perusahaan pada produk Salisil Talk Wangi dapat dilihat pada Tabel 1.3: 6

Tabel 1.3 Perbandingan Proporsi Cacat Per Bulan (Agustus 2016 Juni 2017) dengan Batas Standar Perusahaan pada Produk Salisil Talk Wangi Produk Cacat Total Proporsi Batas Bulan No Batch Tidak Produk Kemasan Inspeksi Cacat Standar Tidak Ada Bocor Rusak Perusahaan Jelas Benang Agustus 1080 318 126 60 30096 5.26% 5% September 1362 570 36 0 28512 6.90% 5% Oktober 1266 792 156 0 30096 7.36% 5% November 918 732 150 12 19008 9.53% 5% Desember 1278 576 108 0 26928 7.29% 5% Januari 840 264 42 90 23760 5.20% 5% Februari 846 624 0 0 25344 5.80% 5% Maret 726 288 24 0 19008 5.46% 5% April 234 210 18 18 7920 6.06% 5% Mei 468 246 0 84 14256 5.60% 5% Juni 726 456 0 0 19008 6.22% 5% (Sumber : PT Nusantara Beta Farma tahun 2017) Paba bulan Agustus 2016 didapatkan jumlah produk cacat sebesar 1584 sachet, pada bulan September 2016 didapatkan jumlah produk cacat sebesar 1968 sachet, pada bulan Oktober didapatkan jumlah produk cacat sebesar 2214 sachet, pada bulan November didapatkan jumlah produk cacat sebesar 1812 sachet, dan pada bulan Desember didapatkan jumlah produk cacat sebesar 1962 sachet. Sementara jumlah produk yang diinspeksi atau sampel yang diperiksa oleh perusahaan adalah sebesar 30096 sachet pada bulan Agustus, 28512 sachet pada bulan September, 30096 sachet pada bulan Oktober, 19008 sachet pada bulan November, dan 26928 sachet pada bulan Desember. Sehingga didapatkan nilai proporsi cacat pada bulan Agustus sebesar 5.26%, pada bulan September sebesar 6.90%, pada bulan Oktober sebesar 7.36%, pada bulan November sebesar 9.53% dan pada bulan Desember sebesar 7.29%. Batas standar untuk proporsi cacat yang ditetapkan perusahaan adalah tidak lebih dari 5%. Begitu juga pada bulan Januari 2017 sampai bulan Juni 2017 rata-rata proporsi cacatnya juga diatas standar. Proporsi cacat pada bulan Januari didapatkan sebesar 5.20%, pada bulan Februari 7

didapatkan sebesar 5.80%, pada bulan Maret didapatkan sebesar 5.46%, pada bulan April didapatkan sebesar 6.06%, pada bulan Mei didapatkan sebesar 5.60%, dan pada bulan Juni didapatkan sebesar 6.22%. Dapat dilihat pada Tabel 1.3 bahwa proporsi cacat untuk produk Salisil Talk Wangi pada bulan Agustus 2016 sampai bulan Juni 2017 melebihi dari batas standar yang telah ditetapkan perusahaan. Sehingga diperlukan penanganan untuk mengurangi jumlah cacat per harinya sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam produksinya. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat meningkatkan mutu atau kualitas dari produk Salisil Talk Wangi di PT Nusantara Beta Farma. Salah satu metode atau pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dari suatu produk yang diteliti adalah menggunakan metode DMAI (Define, Measure, Analyze, dan Improve). Metode ini digunakan karena metode ini dapat menghilangkan defect (cacat) dan meningkatkan kualitas dari proses yang diamati. Pada tahap measure digunakan peta kontrol P, karena data yang digunakan pada penelitian ini berupa data atribut. Sementara pada tahap analyze dilakukan menggunakan Fishbone diagram dan Failure Mode and Effect Analysis. Output akhir yang diharapkan dari penelitian ini yaitu pemberian rekomendasi perbaikan kualitas proses produksi pada produk Salisil Talk Wangi. Sehingga diharapkan nantinya biaya kerugian yang dialami perusahaan menjadi kecil dengan berkurangnya jumlah produk cacat yang terjadi pada produk Salisil Talk Wangi.. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan data yang didapatkan ketika melakukan survei pendahuluan diketahui bahwa terdapat data proporsi cacat per harinya yang melebihi dari batas yang ditetapkan oleh perusahaan. Batas yang ditetapkan oleh perusahaan per harinya adalah sebesar 5%. Sementara pada kenyataannya ditemukan produk Salisil Talk Wangi yang memiliki proporsi cacat melebihi dari batas yang ditetapkan tersebut. Sehingga hal tersebut menyebabkan perusahaan melakukan pengerjan ulang (rework) untuk memperbaiki kualitas produk. Proses rework yang dilakukan 8

perusahaan tentu saja dapat menambah biaya produksi dan juga memerlukan waktu yang lebih banyak dari biasanya. Jadi perumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana mendapatkan usulan perbaikan yang cocok pada produk Salisil Talk Wangi untuk mengurangi jumlah cacat yang terjadi. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan usulan perbaikan dari proses produksi pada produk Salisil Talk Wangi di PT Nusantara Beta Farma sehingga dapat mengurangi jumlah produk cacat yang terjadi. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Produk yang diteliti pada tugas akhir ini adalah Salisil Talk Wangi. 2. Data produk cacat yang digunakan pada penelitian ini berupa data produk Salisil Talk Wangi pada bulan Agustus 2016 sampai Juni 2017. 3. Penelitian ini dilakukan sampai tahap pemberian rekomendasi. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan tugas akhir. 9

BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan tentang teori-teori yang mendukung dalam pembuatan laporan penelitian tugas akhir. Teori-teori yang digunakan antara lain mengenai pengendalian kualitas, tujuan pengendalian kualitas, alat bantu pengendalian kualitas dan metode DMAI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang langkah-langkah serta metode-metode yang digunakan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di tempat penelitian. Metodologi penelitian digunakan agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan secara sistematis dan jelas sehingga sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisikan tentang jenis data yang dikumpulkan dan pengolahan untuk mendapatkan rekomendasi perbaikan dari proses produksi Salisil Talk Wangi. Pengolahan yang dilakukan berupa tahap define untuk menggambarkan permasalahan secara umum, tahap measure untuk melakukan pengukuran terhadap permasalahan yang ada, tahap analyze untuk menganalisis penyebab permasalahan yang terjadi, dan tahap improve untuk memberikan usulan perbaikan dari proses produksi Salisil Talk Wangi. BAB IV ANALISIS Bab ini berisikan tentang analisis berdasarkan hasil atau data yang didapatkan pada masing-masing tahap DMAI yaitu pada tahap define, measure, analyze, dan improve. BAB IV PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya. 10