BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Gagasan atau ide merupakan hal yang harus dimiliki seorang pencipta karya seni dalam proses penciptaan karya seni. Subjektifitas dari seorang pencipta karya seni menggambarkan latar belakang yang kompleks. Seperti pengalaman hidupnya, pengamatan terhadap objek atau bentuk-bentuk yang dikenalnya. Secara psikologi langkah pertama lahirnya karya seni adalah pengamatan peristiwa sesungguhnya bukan peristiwa yang lepas dan berdiri sendiri, karena ketika orang mengamati objek, maka akan ada dorongan dan rangsangan. Selanjutnya orang akan menangkap suatu objek secara pribadi sesuai dengan pengalamnnya. Biasanya objek benda atau hal yang menimbulkan ide dalam kelahiran suatu karya seni. Konsep kegelisahan penulis dalam lingkup seni rupa akan diimplementasikan ke dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan konsep tersebut didukung dengan adanya kajian-kajian dari beberapa sumber mengenai kegelisahan. Dengan diwujudkannya gagasan tersebut, diharapkan karya yang diciptakan dapat menjadi sarana bercerita ataupun luapan emosi, dan diharapkan proses berkaryanya dapat menjadi terapi yang dapat mengurangi atau meredakan rasa kegelisahan. Melalui karya yang diciptakan ini juga diharapkan dapat menjadi cara untuk menghibur diri dan sebagai bentuk 25
26 introspeksi diri, mengingat kegelisahan yang timbul merupakan akibat dari kekurangan yang ada dalam diri penulis. Karya yang ditampilkan merupakan sebuah ilustrasi, yang mana dalam visualisasinya penulis ingin mengajak penikmatnya untuk dapat juga merasakan kegelisahan yang dirasakan oleh penulis. Demi terwujudnya hal tersebut, perlu adanya unsur-unsur visual yang mendukung. Setiap karya yang dibuat, menampilkan figur manusia gundul dan tanpa pakaian yang merupakan bentuk dari kemurnian dan kejujuran atas pengalaman yang diilustrasikan dalam karya. Serta mata terpejam sebagai wujud bahwa penulis benar-benar meresapi dan merasakan kegelisahannya untuk diilustrasikan. Penulis mencoba menggunakan gaya surealis dalam karya yang ditampilkan, karena proses berimajinasi dengan gaya surealis untuk menyampaikan suatu gagasan melalui bentuk yang mengandung filosofi terbilang lebih menarik menurut penulis. 2. Konsepsi Konsep yang dipilih yaitu mengenai kegelisahan pribadi dalam lingkup seni rupa. Suasana kegelisahan yang ditampilkan tidak lugas atau tidak secara apa adanya. Namun, konsep mengenai kegelisahan ini ditampilkan dengan diwakili oleh figur dan bentuk yang terkait dengan konsep. Figur manusia dengan bahasa tubuhnya dan objek-objek pendukung yang ditampilkan memiliki makna yang berhubungan dengan kegelisahan pribadi. Gagasan tersebut akan diimplementasikan dalam bentuk karya seni rupa dua dimensi, yaitu dalam bentuk seni grafis cetak tinggi yang menggunakan teknik hardboardcut.
27 Unsur-unsur seni rupa akan dikomposisikan sedemikian rupa untuk mewujudkan suatu karya seni grafis. Selanjutnya akan dijelaskan masingmasing unsur rupa yang ada dalam karya-karya ini. a. Garis Garis bermacam sifatnya seperti panjang, pendek, lurus, melengkung, halus/tipis, tebal, dan lainnya. Garis juga ada yang semu dan nyata. Dalam karya ini terdapat beberapa contoh garis yang telah disebutkan di atas. Misalnya, pada karya 1 terdapat garis nyata yang digunakan dalam membuat bentuk pusaran yang berputar-putar di atas kepala. Sedangkan garis semu, digunakan sebagai pembatas suatu warna tanpa adanya sebuah garis nyata yang membatasi atau tanpa adanya gradasi dalam perbedaan warna, garis semu ditampilkan dalam pantulan cahaya pada kaca jam pasir yang terdapat pada karya 5. Garis nyata pada bentuk pusaran Gambar 6. Contoh garis nyata (Sumber : Dokumentasi Fadil Azis Algoffar, 2017)
28 Garis semu yang terbentuk karena dua warna yang berbeda Gambar 7. Contoh garis semu (Sumber: Dokumentasi Fadil Azis Algoffar, 2017) b. Bidang Bidang terbagi menjadi bidang geometrik dan biomorfik. Bidang geometrik yang digunakan di dalam karya seperti persegi, lingkaran, oval dan segitiga. Sedangkan bidang biomorfik terbentuk dalam objek lain seperti figur manusia dan objek pendukung lainnya. Dalam karya yang dibuat olet penulis terdapat unsur bidang geometrik dan biomorfik dalam beberapa karyanya, seperti pada karya 1 terdapat bidang geometrik lingkaran yang diterapkan dalam memvisualkan bentuk jam. Kemudian pada karya 3 terdapat bidang biomorfik yang diterapkan dalam memvisualkan awan-awan.
29 Gambar 8. Contoh bidang geometris pada bentuk jam (Sumber: Dokumentasi Fadil Azis Algoffar, 2017) Gambar 9. Contoh bidang biomorfik pada bentuk-bentuk awan (Sumber: Dokumentasi Fadil Azis Algoffar, 2017) c. Warna Dalam karya ini penulis hanya memunculkan hitam dan putih dalam unsur pewarnaan, yang mana warna putih dimunculkan dari warna dasar kanvas dan warna hitam dari tinta hasil proses mencetak. Dalam proses pencetakan penulis hanya menggunakan warna hitam, sesuai dengan konsep
30 kegelisahan, yang mana rasa gelisah merupakan salah satu bentuk dari kesuraman. Selain itu penulis mencetak karya grafis hanya menggunakan warna hitam karena ingin memunculkan detail dari efek cukilan yang dihasilkan. Terdapat juga beberapa karya (karya 4, karya 5, karya 6) yang mana di dalamnya memunculkan sebagian besar berupa blok warna hitam yang sangat kuat, guna mendukung konsep karya yang berada dalam suatu tempat yang gelap. Warna putih dalam karya ini dimunculkan dari warna dasar kanvas dan bentuk dari bagian hardboard yang telah dicukil. d. Tekstur Terdapat dua jenis tekstur yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Dalam karya ini hanya terdapat jenis tekstur semu. Tekstur semu yang ditampilkan misalnya pada karya 3, kesan kasar dapat dirasakan pada latar yang berbatu dan tebing-tebing di sekitar objek utama. Kesan kasar yang muncul tercipta dari efek cukilan yang memperhatikan wujud dari sebuah latar berbatu dan tebing. Dalam karya ini, unsur gelap dan terang juga turut mendukung munculnya dan memperkuat efek tekstur semu. Gambar 10. Tekstur semu pada latar berbatu dan tebing yang terkesan kasar (Sumber: Dokumentasi Fadil Azis Algoffar, 2017)
31 e. Ruang Ruang sering dikaitkan dengan bidang, keluasan, dan batas, namun terkadang ruang bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah. Seperti dalam karya ini, beberapa karya (karya 4, karya 5, karya 6) menggunakan unsur ruang yang bersifat tidak terbatas. Menyesuaikan dengan konsep yang mana dalam implementasinya diilustrasikan dalam suatu tempat yang gelap (kegelapan). Latar tempat dalam karya memberi kesan seperti dalam suatu ruang yang tidak terbatas dan tidak terjamah. f. Cahaya dan Bayang-bayang Unsur cahaya pada karya dua dimensional merupakan ilusi yang diakibatkan oleh pembubuhan atau penambahan warna terang pada bagian tertentu. Karya-karya yang diciptakan ini juga terdapat unsur cahaya dan bayang-banyang di dalamnya. Seperti dalam karya 1, penulis membubuhkan warna terang pada wajah yang menghadap ke atas, kemudian memberikan efek warna gelap pada bagian bawah wajah (dagu dan leher), sehingga menghasilkan efek adanya sumber cahaya yang menerangi wajah dan efek bayang-bayang pada dagu dan leher yang tidak terkena cahaya.
32 Gambar 11. Cahaya pada wajah dan bayang-bayang pada dagu dan leher (Sumber: Dokumentasi Fadil Azis Algoffar, 2017) B. Implementasi Rupa 1. Media Media yang digunakan untuk merefleksikan kehelisahan penulis ke dalam karya seni grafis adalah hardboard sebagai bahan utama atau master plate yang nantinya akan dicetak pada sebuah bidang kosong berupa kanvas menggunakan tinta cetak berbasis minyak. Penulis menggunakan hardboard berukuran 90cm x 120cm sebagai bahan utama dalam pembuatan karya seni grafis cetak tinggi ini karena hardborad merupakan medium yang mudah untuk dicukil dan cukup mudah untuk membuat detail suatu objek. Selain itu, dengan harga yang cukup terjangkau, penulis dapat menghemat pengeluaran untuk menghasilkan suatu karya seni. Penulis pun sudah cukup terbiasa dengan penggunaan hardboard
33 sebagai bahan utama dalam proses pembuatan karya seni grafis sejak menempuh perkuliahan Studio Grafis I. Sedangkan penulis menggunakan kanvas sebagai bidang cetak berukuran 100cm x 130cm. Menurut penulis kanvas merupakan medium yang mudah untuk ditemukan. Alasan penulis menggunakan kanvas sebagai bidang cetak juga adalah mengingat ukuran hardboard sebagai master plate yang cukup besar, dan membandingkan dengan jika mencetak pada sebuah kertas yang ukuannya pun besar, menurut penulis kertas akan rentan sobek dan tidak menjamin untuk tingkat keamanannya setelah proses mencetak bahkan setelah proses penyajian. 2. Proses Adapun proses dalam pengerjaan karya seni grafis cetak tinggi dengan menggunakan teknik cukil hardboard adalah sebagai berikut: 1. Sumber Ide Adanya gagasan untuk mengangkat kegelisahan pribadi, berawal dari pengamatan, perenungan, dan penghayatan penulis pada sebuah permasalahan. Penulis mengamati bahaimana masalah tersebut dapat terjadi dan bagaimana sumber permasalahannya. Merenungkan atas permasalahan yang terjadi, apakah kegelisahan yang timbul akibat ulah diri penulis, atau penulis yang dirugikan sehingga merasakan suatu kegelisahan. Penulis pun menghayati perasaan dan permasalahan yang dialami sehingga dapat memunculkan ide atau gagasan untuk mengilustrasikannya ke dalam karya seni grafis.
34 2. Interpretasi Gagasan untuk mengangkat rasa gelisah yang dialami penulis ini selanjutnya perlu dilakukan interpretasi berupa pengolahan ide dan aspekaspek visual untuk menjadi suatu karya seni grafis. Pada tahap ini juga perlu dilakukan pencarian referensi terkait konsep kegelisahan yang hendak dibuat. Selain referensi, penulis juga harus mempertimbangkan faktor-faktor keseluruhan seperti unsur visual, media, hingga hasil yang ingin dicapai. 3. Pembuatan karya a. Setelah melakukan interpretasi, penulis membuat suatu sketsa pada sebuah bidang kertas terkait perasaan gelisah yang dialami. Sketsa ini digunakan sebagai acuan sebelum dipindahkan ke astas bidang hardboard untuk dicukil. b. Menyiapkan kanvas. Dalam hal ini penulis menggunakan kanvas yang telah dispanram guna mencegah hasil yang tidak sesuai saat proses mencetak. Setelah dispanram, kemudian kanvas diblok secara halus dengan menggunakan cat akrilik agar dapat menutup pori-pori dan mengurangi tekstur pada kanvas. Tujuannya agar pada saat proses mencetak, gambar yang dihasilkan dapat sesuai dengan master plate, atau agar hasil cetakan tidak menimbulkan efek tekstur kanvas. c. Mulai pengerjaan cukilan pada hardboard yang telah disketsa. Dalam pengerjaan cukilan, penulis harus memperhatikan berbagai hal, seperti bagian mana saja yang harus dicukil dan mana yang tidak, karakter cukilan, hingga ketelatenan saat mencukil. Hal tersebut guna mendapatkan efek dan detail, atau hasil yang ingin dicapai. Penunlis
35 menggunakan alat cukil merk Sakura karena kualitas barang yang cukup bagus. d. Kemudian proses pemberian tinta cetak pada permukaan hardboard yang telah dicukil. Dalam tahap ini penulis menggunakan roll khusus seni grafis agar mudah rata pada permukaan hardboard. Saat proses pemberian tinta, penulis harus memperhatikan ketebalan tintanya, tidak boleh terlalu tipis dan tidak boleh terlalu tebal. Karena apabila terlalu tipis dikhawatirkan akan sulit tercetak pada bidang kanvas, dan tidak boleh terlalu tebal agar tinta yang diberikan tidak masuk ke dalam celah/bagian yang telah dicukil, yang sehingga akan menyebabkan berkurangnya detail hasil cetakan. e. Saat proses mencetak juga sangat diperlukan pertimbangan teknik terlebih dahulu guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Saat proses mencetak, penulis perlu membuat mal-malan (acuan cetak) pada lantai untuk mengindari bergesernya master plate atau bergesernya bidang cetak. Selain itu pentingnya acuan cetak juga untuk mencegah tidak sesuainya posisi yang diharapkan pada hasil cetak. Pada proses ini, penulis menggunakan centong nasi berbahan kayu untuk menggosok bagian bekalang kanvas agar gambar telah dicukil pada hardboard dapat tercetak dengan baik. Jika dirasa tinta sudah tercetak dengan rata pada bidang kanvas, angkat kanvas secara perlahan. f. Tahap terakhir, tunggu hingga tinta yang telah yang telah tercetak pada kanvasmengering. Kemudian tulis keterangan karya berupa edisi, teknik,
36 judul, nama seniman, serta tahun pembuatan pada sisi bagian bawah karya. 3. Penyajian Dalam dunia seni rupa, penyajian suatu karya seni adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan. Sebab apabila penyajian suatu karya seni kurang diperhatikan, maka dampak yang ditimbulkan adalah karya menjadi kurang menarik untuk disajikan, serta yang seharusnya karya tersebut enak untuk dilihat bisa menjadi kurang enak untuk dilihat, bahkan dapat membuat penikmat seni menjadi tidak tertarik untuk melihat dan mengapresiasi karya tersebut. Penyajian suatu karya juga menjadi suatu hal yang penting untuk kelayakan pajang, terlebih dalam suatu pameran. Oleh karena itu, penulis pun memperhatikan soal penyajian karya. Karya seni grafis yang telah dibuat, disajikan dengan menggunakan kanvas yang telah dispanram. Penulis menggunakan spanram dengan pertimbangan kelayakan pajang/pamer, yaitu spanram dengan ketebalan samping minimal 5cm.