BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Konsepsi Kegelisahan merupakan hal yang lumrah dirasakan bagi setiap manusia dalam kesehariannya. Baik itu kegelisahan yang timbul dari suatu permasalahan yang kecil maupun permasalahan yang besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa rasa gelisah akan mempengaruhi psikis manusia, yang tak jarang membuat manusia merasa ingin meluapkan atau mencurahkan unekuneknya. Tidak sedikit juga seniman yang dengan kreatifnya meluapkan atau mencurahkan kegelisahannya ke dalam suatu karya seni. Bentuk kegelisahan yang dirasakan seorang seniman pun bermacam-macam untuk diungkapkan ke dalam karya seni, misalnya seperti kegelisahan dalam lingkup sosial, politik, budaya, bahkan kegelisahan dalam kehidupan pribadinya. Untuk itu, ide mengenai kegelisahan ini diimplementasikan ke dalam karya seni. Melalui karya seni, diharapkan pesan dari seniman dapat tersampaikan kepada masyarakat luas sebagai curahan hati, dan masyarakat dapat belajar dari pengalaman hidup yang seniman alami. Oleh karena itu, dalam proses implementasi tersebut memerlukan peninjauan terkait suatu bentuk kegelisahan, yaitu tidak lepas dari kajian serupa yang pernah diteliti sebelumnya. Berikut adalah beberapa kajian terkait yang pernah diteliti sebelumnya: 5

2 6 a. Btari Widya Pradipta Salah satu kajian terdahulu yang membahas tentang suatu kegelisahan dibuat oleh Btari Widya Pradipta dalam jurnalnya yang berjudul Kajian Karya Seni Performans Melati Suryodarmo. Ia mengkaji sebuah karya seniman performans, Melati Suryodarmo, yang berjudul I m a Ghost in My Own House. Dalam kajiannya, ia menjelaskan mulai dari proses pelaksanaan hingga konsep karya performans Melati Suryodarmo. Gambar 1. Dokumentasi karya performans berjudul I m a Ghost in My Own House oleh Melati Suryodarmo (Sumber: Screenshot Jurnal Btari Widya Pradipta, 2013) Karya performans tersebut dilaksanakan di Lawangwangi Creative Space pada akhir tahun 2012 dan merupakan karya salah satu karya performans Melati dengan durasi terpanjang yang dilaksanakan selama 12 jam non-stop di atas tumpukan arang. Dalam bahasan konsep di balik karya, Melati merujuk pada rasa kesepian, keterasingan, serta tidak adanya keberadaan. Melati lebih berbicara mengenai masalah yang bersinggungan dengan kehidupan pribadinya. Bagi sang seniman, karyanya memiliki fungsi sebagai terapi tersendiri dalam menghadapi krisis atau

3 7 permasalahan yang dialaminya dalam kehidpan pribadinya, baik dalam konteks sosial maupun konteks kehidupan rumah tangganya, sebagai wanita, serta sebagai manusia. Tujuan karyanya tersebut adalah sebagai media seniman untuk menyampaikan gagasan keterasingan dan perasaan terisolir, serta usahanya dalam menghapus rasa kegelisahannya. Begitu pula dengan penulis, karya seni performans Melati Suryodarmo yang dikaji dalam jurnal ini memiliki kesamaan konsep serta fungsi dengan karya yang diangkat dalam Tugas Akhir, yakni sebagai luapan suatu kegelisahan dan memiliki fungsi sebagai terapi tersendiri atas suatu persoalan yang dialami. Kegelisahan yang diangkat berdasarkan pengalaman pribadi. Melalui karya-karya yang disajikan, penulis memberikan ilustasi berupa karya seni grafis berdasarkan cerita-cerita dalam pengalaman hidup. Sumber: Jurnal Btari Widya Pradipta berjudul Kajian Seni Performans Melati Suryodarmo b. Nurfitrianah Octavianingrum R. P. Konsep serupa mengenai kegelisahan juga diangkat oleh Nurfitrianah Octavianingrum R. P. dalam jurnalnya yang berjudul Gelisah dalam Kosong pada tahun Dalam jurnalnya ia membahas tentang kegelisahan pribadinya yang kemudian diimplementasikan ke dalam sebuah karya seni lukis. Idenya didapatkan dari kesadaran atas kanvas kosong yang belum diisi kemudian dimanfaatkan sebagai media untuk menuangkan rasa gelisah, pertanyaan, serta pernyataan tentang proses pencarian kesadaran berkarya. Gaya ekspresif merupakan gaya yang digunakan dalam mengimplementasikan idenya ke dalam karya seni

4 8 lukis. Menurutnya gaya ekspresif mewakilkan kebebasan dalam berkarya tanpa adanya batasan atas dasar kegelisahan jiwa. Proses berkaryanya juga dianggap sebagai terapi yang dapat menenangkan rasa gelisah yang dialaminya. Gambar 2. Karya Nurfitrianah Octavianingrum R. P. berjudul Tertekan dalam Tenang, ukuran 100x130 cm, Mix Media di atas kanvas, 2012 (Sumber: Screenshot Jurnal Nurfitrianah Octavianingrum R. P., 2013) Beberapa medium berbeda dalam pembuatan karyanya, seperti cat minyak, cat akrilik, poliester, impasto, pasta modeling, gesso, dan lainlain. Dalam pengerjaannya beberapa kanvas langsung digarap sekaligus, perpindah-pindah, dan tidak terfokus hanya pada satu kanvas. Dalam konsep dan karyanya memperlihatkan seberapa kesadaran dalam berkarya dengan media kanvas kosong yang memberi kebebasan berekspresi dalam kejujuran atas kesadaran estetik dengan intuitif. Berdasarkan kajian dalam jurnal ini, penulis menemukan suatu kesamaan dalam menciptakan karya seni berupa konsep kegelisahan serta fungsi dari penciptaan karya seni tersebut. Namun juga memiliki suatu

5 9 perbedaan dalam pengungkapan kegelisahannya, seperti dalam jurnal ini sang seniman mengangkat kegelisahannya berdasarkan kesadarannya terhadap bidang kanvas yang masih kosong dan mengungkapkan pendapat-pendapatnya, sedangkan penulis mengungkapkan kegelisahannya berdasarkan cerita-cerita dari pengalaman hidup dalam lingkup dunia seni rupa. Memiliki kesamaan fungsi karya seni yang diciptakan antara sang seniman dengan penulis, yaitu berupa terapi untuk mengurangi kegelisahan yang dialami. Sumber: Jurnal Nurfitrianah Octavianingrum R. P. berjudul Gelisah dalam Kosong 2. Referensi Teoritik a. Psikologi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik nornal maupun abnormal dan pengaruhnya terhadap perilaku. Psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa. Psikologi adalah sebuah ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari tentang perilaku dan fungsi mental manusia. Para ahli dalam bidang psikologi disebut sebagai psikolog. Para psikolog mempelajari tentang fungsi mental dalam perilaku individu maupun suatu kelompok, serta mempelajari tentang proses fisiologis (organ) dan neurobiologis (sel saraf) yang menjadi dasar perilaku. ( Menurut Crow & Crow, psikologi ialah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, baik hubungan sesama manusia maupun bukan manusia, seperti

6 10 hewan, iklim, kebudayaan, dan sebagainya. Banyak pula cabang ilmu psikologi yang dapat dipelajari, seperti psikologi sosial, psikologi pendidikan, psikologi abnormal, dan sebagainya ( hli_menurut_crow_and_crow). b. Kegelisahan Kegelisahan berasal dari kata gelisah yang artinya rasa tidak tentram di hati, selalu khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas, dan sebagainya. Kegelisahan artinya perasaan gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik terhadap sesuatu. Beberapa orang berpendapat bahwa seorang yang merasa gelisah akan dihantui rasa khawatir atau takut (Prasetya, 2011: 197). Setiap manusia pasti pernah merasakan suatu kegelisahan dalam hidupnya. Kegelisahan ini apabila dirasakan atau diderita cukup lama, akan mengakibatkan suatu gangguan penyakit, dan akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia (Prasetya, 2011: 198). Seorang yang sedang gelisah dapat diketahui gejalanya melalui tingkah laku atau gerak-geriknya dalam situasi tertentu. Misalnya seperti berjalan mondar-mandir dalam ruangan tertentu sambil menundukkan kepalanya, memandang jauh ke depan sambil mengepal-ngepalkan tangannya, duduk termenung sambil memegang kepalanya, duduk dengan wajah murung atau sayu, berdiam diri, malas berbicara, menggelengkan kepalanya, dan lain-lain (Mulyadi, 1998: 113). Kegelisahan muncul akibat perbuatan diri sendiri atau karena perbuatan atau keadaan dari luar diri manusia, yang memberikan pengaruh

7 11 atau dampak yang merugikan pada psikologis manusia tersebut. Pengaruh yang ditimbulkan tidak hanya pada diri sendiri, melainkan dapat juga pada orang lain, baik yang berada disekitar maupun pada masyarakat luas (Mulyadi, 1998: 113) Misalnya dalam dunia akademis seni rupa, seorang mahasiswa dituntut menyelesaikan suatu karya seni pada tenggang waktu yang telah ditentukan, namun karena kendala teknis yang rumit akhirnya hingga mendekati tenggang waktu yang telah ditentukan karya masih belum dapat diselesaikan. Akibatnya suasana dalam diri mahasiswa tersebut menjadi tidak menentu dan merasa gelisah, apakah ia sanggup menyelesaikan tanggung jawabnya atau tidak, sehingga mahasiswa harus berusaha meminta dispensasi dari dosen yang bersangkutan sebagai usaha untuk mengurangi kegelisahannya, karena saat itu ia sedang mengerjakan sesuatu yang belum pasti. Hal yang mendasari manusia dapat merasakan gelisah adalah karena manusia memiliki hati dan perasaan. Kegelisahan memiliki bermacammacam bentuk, seperti keterasingan, kesepian, serta ketidakpastian. Hal-hal tersebut yang dapat mengubah kebahagian dan kegembiraan pada manusia, yang kemudian muncul perasaan tidak tentram, khawatir, cemas, takut, jijik, dan sebagainya (Sulaeman, 1998: 80). Dalam buku yang ditulis Sulaeman (1998: 80), Sigmund Freud membagi perasaan cemas menjadi tiga macam, yaitu: 1. Kecemasan obyektif. Kecemasan ini kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya lupa mematikan kompor, lupa mengerjakan tugas,

8 12 orang tua yang mengkhawatirkan anaknya karena belum pulang, dan sebagainya. 2. Kecemasan neurotik (saraf). Kecemasan ini muncul karena adanya pengamatan secara naluri manusia terhadap sesuatu yang sekiranya membahayakan dirinya. Misalnya seseorang yang sedang beradaptasi dengan lingkungan yang baru, fobia terhadap suatu hal, gugup atau canggung ketika bertemu dengan seorang yang disukainya, dan sebagainya. 3. Kecemasan moral. Setiap individu memiliki bermacam-macam emosi, seperti iri, demdam, dengki, benci, takut, dan lain-lain. Rasa ini biasanya dihubungkan dengan keadaan orang lain. Seperti iri dan sebagainya itu tidak cukup beralasan, yang mana hanya memandang dirinya sendiri (egoisme) dan merupakan sikap yang tidak terpuji baik di hadapan masyarakat maupun Tuhan sang pencipta. Dengan adanya sikap ini manusia akan mengalami rasa khawatir, cemas, takut, jijik, bahkan putus asa. Mengatasi kegelisahan ini memiliki dua cara, yaitu bersifat horizontal dan bersifat vertikal. Mengatasi kegelisahan yang bersifat horizontal pertama-tama harus mulai dari diri sendiri, yaitu kita harus bersikap tenang. Dengan bersikap tenang kita dapat berpikir dengan jernih dan tenang, serta memahami kondisi baik dalam diri sendiri maupun orang lain, sehingga kita dapat menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi. Kemudian untuk mengatasi kegelisahan yang bersifat vertikal, yaitu dengan adanya hubungan antara manusia dengan Tuhan sang pencipta, dengan cara berdoa dan

9 13 berserah diri, mengharapkan sesuatu yang terbaik dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian dapat mengurangi atau mengatasi kegelisahan yang dirasakan (Mulyadi, 1998: 116). c. Ilustrasi Menurut buku yang ditulis oleh Rusmadi (1994: 1), Robert Ross mengemukakan ilustrasi adalah gambar atau wujud lain yang ditujukan untuk menerangkan dan menghias. Ditampilkan dengan suatu kepribadian dan mengandung daya tarik serta merangsang dan memberi motif bagi suatu gerak. Ilustrasi merupakan wujud penggambaran berdasarkan suatu cerita yang berfungsi memperjelas dan menghias yang penerapannya dapat berupa gambar dua dimensional, bentuk tiga dimensional, tulisan, ucapan, gerak (tari), bunyi (musik), dan sebagainya (Rusmadi, 1994: 2). Dalam penciptaan karya Tugas Akhir, penulis mengimplementasikan konsep kegelisahannya dengan mengilustrasikan cerita-cerita yang dialami. Cerita-cerita yang penulis ilustrasikan dalam karya tidak dengan secara lugas, namun dengan proses berfikir dan berimajinasi kemudian penulis mengilustrasikan cerita-cerita kegelisahannya secara menarik, seperti menanamkan suatu makna pada objek-objek tertentu atau bahasa tubuh yang divisualkan. d. Seni Grafis Seni grafis dapat didefinisikan sebagai ungkapan karya seni rupa dua dimensional yang memanfaatkan proses cetak-mencetak. Dalam pengerjaannya dapat menggunakan beberapa teknik, yang pada umumnya

10 14 seperti cetak tinggi (Woodcut, Hardboardcut, Linocut, Relief Print), cetak dalam (Etsa, Drypoint), cetak datar (Lithography, Kitchen Litho), dan cetak saring (Serigrafi, Screen Printing). Karena menggunakan sistem cetak, maka memungkinkan adanya proses pengulangan pencetakan, oleh karena itu hasil cetakan dapat berjumlah lebih dari satu atau jamak (Budiwirman, 2012: 96). Grafis berasal dari graphein menulis atau menggambar (Yun). Seni (cetak) grafis merupakan penggubahan gambar yang melalui proses cetak manual dan menggunakan material tertentu, dengan tujuan memperbayak karya, minimal 2 hasil cetakan (Susanto, 2012: 162). Seni grafis secara sederhana merupakan bentuk ungkapan seni rupa dua dimensi yang memanfaatkan proses cetak. Karya grafis memungkinkan diperoleh jumlah lebih dari satu. Hal tersebut menjadi poin positif seni grafis dibandingkan dengan seni dua dimensi lainnya seperti seni lukis dan seni gambar lainnya. Seperti halnya jari-jari yang diberi cat atau tinta kemudian ditempelkan di beberapa tempat, dengan demikian akan tercipta hasil cetakan-cetakan dari jari-jari tersebut (Budiwirman, 2012: 74). Proses cetak dalam seni grafis cenderung terbatas pada proses manual, yaitu proses langsung yang melibatkan ketrampilan tangan sang seniman. Dalam seni grafis biasanya terdapat keterangan yang ditulis dibawah gambar hasil cetakan berupa edisi, teknik pembuatan, judul, nama seniman, serta tahun pembuatan. Hal tersebut guna mempertegas keaslian karya dan ditulis dengan menggunakan pensil. Penulisan edisi ditulis berdasakan jumlah cetakan keseluruhan, misalnya 5/12, dimaksudkan bahwa karya tersebut merupakan hasil cetakan ke-5 dari keseluruhan 25 cetakan.

11 15 e. Seni Grafis (Cetak Tinggi) Cetak tinggi atau relief print merupakan suatu karya seni grafis yang metode pencetakan gambarnya menonjol lebih tinggi yang menjadi permukaan yang akan dicetak (Susanto, 2012: 78). Cetak tinggi disebut demikian karena permukaan acuan cetak yang akan diberi tinta berada paling tinggi. Proses pencetakan pada umumnya dilakukan dengan cara dipres maupun gosok pada bagian belakang bidang cetak. Cetak tinggi ini antara lain, cukilan kayu (woodcut), cukilan lino (linocut), dan torehan kayu (wood engraving). Ciri khas karya cukilan kayu terletak pada pemanfaatan efek serat kayu (tekstur). Cetak tinggi atau relief print adalah salah satu dari beberapa macam teknik cetak yang memiliki acuan permukaan timbul atau meninggi, dimana permukaan timbul tersebut berfungsi sebagai penghantar tinta. Bagian yang dasar atau permukaan yang tidak timbul merupakan bagian yang tidak akan terkena tinta atau disebut bagian negatif, sedangkan bagian yang kena tinta disebut bagian positif. Untuk memperoleh acuan cetak yang timbul dapat dilakukan dengan cara menghilangkan bagian-bagian yang tidak diperlukan menghantarkan tinta, sehingga tinggal bagian-bagian yang memang berfungsi sebagai penghantar warna atau tinta (Marianto, 1988: 15-20). f. Komponen Seni 1. Subject Matter Subject Matter dalam seni adalah suatu persoalan yang diungkapkan pada suatu karya, biasanya disebut sebagai pokok permasalahan atau tema. Dengan demikian, subject matter merupakan

12 16 hal-hal apa saja yang menjadi pokok permasalahan yang diungkapkan ke dalam suatu karya seni (Mulyadi, 1998: 15). Dalam menciptakan suatu karya seni, tema merupakan suatu gagasan yang akan dikomunikasikan oleh seorang seniman kepada penikmat karya seni. Tema dapat berupa masalah sosial, budaya, religi, pendidikan, politik, dan sebagainya. Aspek yang dapat dikritisi adalah sejauh mana tema tersebut dapat menyentuh dan dapat diterima oleh penikmat karya seni (Bahari, 2014: 22). 2. Bentuk Bentuk dimaksudkan sebagai totalitas karya. Suatu bentuk tercipta dari segenap unsur yang mewujudkan suatu karya seni, seperti garis, bidang (shape), warna, tekstur, ruang, dan cahaya atau gelap terang. Unsur-unsur tersebut diatur dengan berdasarkan keseimbangan (balance), ritme, dominan, harmoni, dan lain-lain (Mulyadi, 2000: 29). 3. Isi Isi disubut kualitas atau arti yang ada dalam suatu karya seni. Isi juga dimaksudkan sebagai final statement, mood (suasana hati) atau pengalaman penghayat, isi merupakan arti yang esensial dari pada bentuk, dan sering kali dinyatakan sebagai bentuk sejenis emosi, aktifitas intelektual atau asosiasi yang yang kita lakukuan terhadap suatu karya seni. Apabila ada suatu usaha untuk menganalisa mengapa bentuk dari suatu karya menimbulkan emosi atau ekspresi terhadap kita, atau menstimulasi aktifitas intelektual penghayatnya, sebenarya kita sedang berhaapan dengan isi atau arti (Mulyadi, 2000:16-17).

13 17 g. Unsur Seni 1. Garis Menurut buku yang ditulis oleh Hakim (1997: 35), menyatakan bahwa garis dimulai dari sebuah titik, merupakan jejak yang ditimbulkan oleh titik- titik yang digerakan atau merupakan sederetan titik- titik yang berhimpit. Juga merupakan goresan atau sapuan yang sempit dan panjang sehingga membentuk seperti benang atau pita. Wujud garis terdiri dari garis aktual/garis formal (grafis, tergambar, sungguh, nyata, kongkrit) dan garis ilusif/sugestif (khayal, semu). 2. Bidang (Shape) Bidang terbentuk oleh sebuah garis yang kedua ujungnya saling terhubung. Bidang merupakan suatu bentuk yang disekelilingnya dibatasi oleh garis. 3. Warna Bidang atau Shape (Ing.) adalah area. Bidang terbentuk karena ada 2 atau lebih garis yang bertemu (bukan berhimpit). Dengan kata lain, bidang adalah sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik oleh garis formal maupun garis yang sifatnya ilusif, ekspresif atau sugestif (Susanto, 2012: 55). Warna didefinisikan sebagai getaran atau gelombang dari suatu benda atau objek yang diterima oleh indera penglihatan atau mata yang mana objek tersebut terkena pancaran cahaya (Susanto, 2012: 433). Warna adalah gelombang cahaya dengan frekuensi yang dapat mempengaruhi penglihatan kita. Warna memiliki tiga dimensi dasar yaitu hue, nilai (value), dan intensitas (intensity) (Bahari, 2014: 100).

14 18 4. Tekstur Tekstur adalah kesan halus atau kasar yang terdapat pada permukaan suatu benda atau objek, atau perbedaan tinggi rendahnya permukaan suatu benda atau objek. Tekstur juga merupakan rona visual yang menegaskan karakter suatu benda (Bahari, 2014: 101). 5. Ruang Ruang merupakan istilah yang dikaitkan dengan bidang dan keluasan. Ruang yang tercipta akan terasa memili volume. Dalam seni rupa orang sering mengaitkan ruang adalah bidang yang memiliki batas atau limit, walaupun kadang-kadang ruang bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah (Susanto, 2012: 338). 6. Cahaya dan Bayang-bayang Bayang-bayang pada suatu karya, diakibatkan oleh adanya pembubuhan terang berupa efek cahaya pada bagian tertentu pada suatu objek, baik dua dimensi maupun tiga dimensi. Dalam karya dua dimensi bayang-bayang ditimbulkan oleh perbedaan gelap dan terang yang dibubuhkan pada suatu warna. Berbeda dengan karya tiga dimensi yang mana bayang-bayang timbul melalui cahaya yang diberikan pada karya tersebut (Bahari, 2014: 103). B. Referensi Karya Dalam pengolahan konsep kegelisahan, penulis memiliki referensi beberapa karya seniman, diantaranya Edvard Munch, Agnes Cecile, dan Muhlis Lugis. Pemilihan seniman-seniman tersebut sebagai referensi, didasarkan pada konsep

15 19 berkarya masing-masing seniman yang sesuai dengan konsep kegelisahan yang diangkat penulis dalam penciptaan karya Tugas Akhir. Seniman-seniman ini mempunyai karakteristik yang berbeda dalam menampilkan karya dengan tema kegelisahan. Penulis terinspirasi baik dari segi konsep maupun bentuk visual karya. 1. Edvard Munch Edvard Munch merupakan seniman kelahiran 12 Desember 1863 asal Norwegia. Ia merupakan pelukis aliran ekspresionis dan seorang printmaker. Kesengsaraan atau penderitaan sangat mempengaruhi karyanya dalam perkembangan ekspresionisme di Jerman pada awal abad ke-20. Salah satu karya dari Edvard Munch yang sangat terkenal adalah sebuah lukisan berjudul The Scream. Lukisan tersebut dianggap sebagai ikon penggambaran penderitaan dan merupakan salah satu bagian dari seri yang disebut The Frieze of Life, yang mana Munch mengangkat kehidupan, cinta, ketakutan, kematian, dan kesedihan sebagai tema dalam karyanya. (

16 20 Gambar 3. Karya Edvard Munch The Scream, ukuran 91x74 cm, medium tempera, cat minyak, pastel, tahun 1893 (Sumber: id.wikipedia.org) Lukisan tersebut menggambarkan dirinya yang merasakan kecemasan, ketakutan, dan kesedihan, dengan cakrawala senja berwarna merah darah, yang dilihat setelah letusan gunung Krakatau pada Munch merasakan jeritan yang tidak henti-hentinya melintas di alam. Munch berusaha menutupi telinganya dengan kedua tangannya agar tidak mendengar jeritan yang menekannya, entah suara sungguhan atau suara yang membayanginya. Munch menciptakan karya tersebut ke dalam beberapa versi, seperti tempera di atas karton, kemudian cat minyak, tempera, dan pastel di atas karton, dan Munch juga menciptakannya ke dalam versi seni grafis teknik lithografi. ( Edvard Munch dijadikan sebagai salah satu sumber referensi dalam berkarya. Aspek yang dapat diambil dari proses kreatif Edvard Munch yaitu konsepnya yang mengangkat kehidupan, cinta, takut, kematian, dan kesedihan

17 21 sebagai tema dalam karyanya, yang mana hal tersebut merupakan sebuah kegelisahan Edvard Munch. Seperti halnya penulis mengangkat konsep kegelisahan dalam karyanya yang berdasarkan pengalaman hidupnya. Yang membedakan karya penulis dengan karya Edvard Munch adalah implementasi dalam perwujudan suatu karya, yaitu Edvard Munch mengimplementasikan kegelisahannya berupa karya seni lukis, sedangkan penulis berupa karya seni grafis, yang mana dalam proses penciptaan karya itu sendiri sudah berbeda. 2. Agnes Cecile Silvia Pelissero atau yang sudah sering dikenal sebagai Agnes Cecile, merupakan seniman asal Roma, Italy, kelahiran tahun Agnes Cecile dikenal sebagai seniman lukis cat air, yang sebagian besar karya-karyanya memberikan visual portrait wajah sebagai objek utamanya. ( Karya Agnes Cecile yang sebagian besar memberikan visual portrait wajah sebagai objek utamanya, dan yang menarik adalah kekuatan ekspresiekspresi wajah yang diwujudkan dalam karyanya dapat mengajak penikmat karyanya untuk ikut larut merasakan seperti yang divisualkan melalui ekspresi wajah dalam karyanya

18 22 Gambar 4. Karya Agnes Cecile I Could but I Can t, ukuran 100x150 cm, akrilik, cat air, pen di atas kanvas, tahun 2014 (Sumber: agnes-cecile.deviantart.com) Penulis terinspirasi oleh konsep yang diangkat oleh karya Agnes Cecile yang mana dalam karyanya memberikan kesan keresahan, kesedihan, bahkan kemarahan serta visual ekspresi wajah yang mendukung konsepnya. Karyakarya Agnes Celcile juga merupakan wujud dari apa yang sedang ia rasakan dan respon terhadap perasaannya. Dalam beberapa karya yang telah diciptakan penulis juga menggunakan ekspresi wajah sebagai sarana untuk memperkuat konsep dalam mengilustrasikan ceritanya. Ekspresi wajah yang divisualkan penulis dalam karyanya sebagian besar dengan mata terpejam, yang mana merupakan wujud bahwa penulis benar-benar meresapi dan merasakan kegelisahannya untuk diilustrasikan.

19 23 3. Muhlis Lugis Muhlis Lugis merupakan seniman grafis kelahiran Makassar, Sulawesi, Selatan, tahun Ia merupakan seniman lulusan S2 Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Namanya sudah tidak asing di dunia seni grafis Indonesia. Muhlis Lugis terkenal dengan karya seni grafis cukil kayunya. Ia juga merupakan seniman grafis yang mendapatkan penghargaan juara ke-3 dalam kompetisi dan pameran berskala Internasional Trienale Seni Grafis V pada tahun Visual serta karakter cukilan rapi dan halus yang dihasilkan terasa sangat khas melekat pada karyanya. Sebagian besar dalam berkarya Muhlis Lugis menggunakan gaya surealis. Gaya surealisnya sangat kuat terasa ketika Muhlis Lugis menggunakan figur manusia dengan posisi kepala diganti menjadi sebuah kaki atau tangan, serta dengan objek dan latar sebagai pendukung konsepnya. Penulis terinspirasi oleh alur atau serat cukilan pada figur manusia dalam karya-karya Muhlis Lugis. Karena dengan alur atau serat cukilan yang seperti itu dapat lebih mudah untuk menghasilkan efek gelap terang atau bayang-bayang pada objek sehingga detail objek pun dapat ditonjolkan. Selain itu warna hitam putih pada sebagian besar karya Muhlis Lugis menjadi inspirasi penulis dalam menciptakan karya sebagai pendukung konsep kegelisahan yang diangkat. Sebagai pembeda antara karya yang diciptakan penulis dan Muhlis Lugis adalah pada konsep yang mana Muhlis Lugis lebih mengimplementasikan kritikannya dalam kehidupan sosial dan keadilan,

20 24 sedangkan penulis lebih menekankan pada kegelisahan yang dirasakan berdasarkan pengalaman hidupnya di dunia seni rupa. Gambar 5. Karya Muhlis Lugis Penoda Keadilan, ukuran 125x125 cm, cukil kayu di atas kanvas, tahun 2013 (Sumber: indonesianpainter.com) Dalam salah satu karyanya yang berjudul Penoda Keadilan, Muhlis Lugis memberikan visual figur manusia yang duduk pojok suatu ruangan, dengan posisi kepalanya diganti menjadi tangan sedang yang memegang timbangan rusak. Dengan gaya surealisnya, Muhlis Lugis menggambarkan sang penoda keadilan yang menambah jumlah pengadilan yang sesat, sehingga mengakibatkan timbangan keadilan tercampak, tak mampu lagi kembali tegak. Melalui karya ini Muhlis Lugis menuangkan kegelisahannya dalam tragedi kemanusiaan yang dirasakannya. ( Lugis.pdf)

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Gagasan atau ide merupakan hal yang harus dimiliki seorang pencipta karya seni dalam proses penciptaan karya seni. Subjektifitas dari seorang

Lebih terperinci

PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS SEBAGAI REFLEKSI KEGELISAHAN PRIBADI

PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS SEBAGAI REFLEKSI KEGELISAHAN PRIBADI PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS SEBAGAI REFLEKSI KEGELISAHAN PRIBADI KONSEP PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR MINAT UTAMA: SENI GRAFIS Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Ide dalam proses penciptaan karya seni dapat diperoleh dari hasil pengalaman pribadi maupun pengamatan lingkungan. Kemudian, melalui proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan pada umumnya ada tiga elemen dalam berkomunikasi yaitu pembicara, pendengar dan sebuah

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas. 68 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya, hal itu diawali dengan adanya dorongan perasaan untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tema kekerasan terhadap anak (child abuse) akan diwujudkan dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan tema tersebut didukung dengan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tikus termasuk dalam mamalia kecil, memiliki setidaknya 28 famili. Tikus dimasukkan dalam Ordo Rodentia yang artinya Hewan Pengerat. Ada sekitar

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tema Karya yang di Angkat Penulis mengangkat bentuk visualisasi gaya renang indah ke dalam karya seni grafis karena berenang merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis A. Pemilihan Ide Pengkaryaan BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Lingkungan Pribadi Ide Lingkungan Sekitar Kontemplasi Stimulasi Sketsa Karya Proses Berkarya Apresiasi karya Karya Seni Bagan 3.1 Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Riset Ide Kemunafikan merupakan salah satu fenomena dalam masyarakat, oleh karena itu riset idenya merupakan forming dari beberapa kasus yang terjadi di masyarakat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis Alasan penulis mengangkat momen keluarga sebagai sumber ide dalam penciptaan seni grafis, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah memberi

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang dari dalam maupun luar individu itu sendiri. Sebagai contoh, ketika

BAB I PENDAHULUAN. datang dari dalam maupun luar individu itu sendiri. Sebagai contoh, ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekspresi merupakan pelampiasan emosi perasaan baik secara individu maupun bersama. Ekspresi bisa muncul karena dorongan positif maupun ngeatif. Banyak faktor yang melatarbelakangi

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Serangga bersayap sisik ini biasanya memiliki sayap yang sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang bersayap indah, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan citra visual melalui unsur titik, garis, bidang, tekstur, dan warna. Sebagai karya seni murni,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Berawal dari ketertarikan penulis terhadap para pemain dari film animasi Legend Of The Guardian yang tidak lain adalah burung hantu. Meskipun film ini berjenis

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA A. Implementasi Teoritis Mengamati anak-anak baik dalam kehidupan dirumah ataupun diluar rumah, memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa kecil

Lebih terperinci

pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman

pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: THREE GIRLS IN THE BEDROOM Judul : Three Girls in the Bedroom Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2006 Media : Oil on canvas Dipamerkan pada acara: Pameran Seni Rupa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN 28 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Pemilihan Ide Pengkaryaan Bagan 3.1. Proses berkarya penulis 29 Seni adalah manifestasi atau perwujudan keindahan manusia yang diungkapkan melalui penciptaan

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 50 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Perwujudan Karya Seni Kemajuan yang tengah dialami oleh kaum feminis (perempuan) merupakan suatu titik puncak kejenuhan atas ideologi patriarki, penulis sendiri

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan. September 2011 merupakan awal mula dimana saya mendalami seni rupa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan. September 2011 merupakan awal mula dimana saya mendalami seni rupa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan September 2011 merupakan awal mula dimana saya mendalami seni rupa di Program Pascasarjana ISI Yogyakarta. Di kampus inilah saya banyak bertemu dengan seniman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Perasaan atau kekuatan emosional yang besar dalam diri seorang manusia pasti mengalami sebuah perasaan tertentu yang timbul dari ransangan indera yang dicerapnya.

Lebih terperinci

A. Implementasi Teoritik

A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Lebah Madu adalah serangga kaya manfaat, dalam klasifikasi dunia binatang, lebah dimasukan dalam Ordo Hymenoptera yang artinya sayap bening.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Masa anak-anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Masa anak-anak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Masa anak-anak 1. Pengertian anak-anak Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian ini adalah lukisan Tetet Cahyati yang bertema Bandung merupakan lukisan ekspresivisme-abstrak yang bersumber gagasan dari

Lebih terperinci

III. PROSES PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN III. PROSES PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dunia virtual dalam media sosial memang amat menarik untuk dibahas, hal ini pulalah yang membuat penulis melakukan sebuah pengamatan, perenungan

Lebih terperinci

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA 2017 Judul : "Kakak dan Adik" Nama seniman : Basuki Abdullah tahun : 1971 ukuran : 65 x 79 cm. Lukisan Basuki Abdullah yang berjudul Kakak dan Adik (1978) ini merupakan

Lebih terperinci

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran. Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik

Lebih terperinci

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desain Grafis Desain grafis terdiri dari dua buah kata yaitu desain dan grafis, desain merupakan proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pada dasarnya digunakan untuk mewakili perasaan manusia. Melalui seni lukis seseorang dapat menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bentuk visual yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan (Konsep Sejenis) a. Tulisan Terdahulu Seniman yang baik selalu menghasilkan karya-karya yang mempunyai ciri khas dengan simbol-simbol pribadi yang bermakna.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang kami menulis makalah ini ialah untuk menjelaskan karya seni rupa dua dimensi secara lebih rinci. Penjelasan karya seni rupa dua dimensi akan meliputi

Lebih terperinci

MANUSIA DAN KEGELISAHAN

MANUSIA DAN KEGELISAHAN Nama : Musafak NPM : 35412164 Kelas : 1ID08 A.Pengertian Kegelisahan : 1 Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tentram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin terdengar biasa di telinga, sebutan yang sepintas telah biasa didengar di berbagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni grafis tradisional ditengah arus kemajuan dibidang percetakan. Cetak tradisional mampu mempertahankan eksistensinya di masyarakat, karena sebuah karya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

2014 GUNUNG KRAKATAU SEBAGAI IDE BERKARYA SENI GRAFIS

2014 GUNUNG KRAKATAU SEBAGAI IDE BERKARYA SENI GRAFIS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni selalu berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia sejak saat adanya peradaban manusia dan akan terus berkembang sampai masa yang akan

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Penciptaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Penciptaan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Penciptaan 1. Pengertian Seni Pengertian mengenai seni, salah satunya adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya, pengalaman batin itu disajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah karya seni yang diciptakan tidak lepas dari emosional, tekanan psikologis, kepribadian, bahkan dari pengalaman seseorang yang menciptakan karya seni tersebut. Tekanan-tekanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN 53 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide atau Gagasan Beberapa faktor dapat mempengaruhi sebagian karya dari ide yang dihasilkan seorang seniman, faktor tersebut bisa datang dari dalam maupun luar yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penampilan serta identitas. Wajah merupakan salah satu bagian terpenting pada

BAB I PENDAHULUAN. penampilan serta identitas. Wajah merupakan salah satu bagian terpenting pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wajah atau muka adalah bagian depan dari kepala pada manusia yang meliputi wilayah dari dahi hingga dagu. Wajah terutama digunakan untuk ekspresi wajah, penampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni grafis sudah jarang diminati, terutama yang masih menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Seni grafis sudah jarang diminati, terutama yang masih menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni grafis sudah jarang diminati, terutama yang masih menggunakan proses manual di zaman yang serba digital seperti sekarang ini. Kita tidak dapat mengelak,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

MANUSIA DAN KEGELISAHAN

MANUSIA DAN KEGELISAHAN MANUSIA DAN KEGELISAHAN I. Pengertian Kegelisahan Kegelisahan berasal dari kata gelisah. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram dihati atau selalu merasa khawati, tidak sapat tenang, tidak sabar lagi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN Manusia membuat suatu karya seni dengan maksud dan tujuan yang berbeda beda, perkembangan karya seni dan penggunaannya sendiri tidak lepas dari perkembangan manusia. Karya seni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN. Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan

BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN. Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan 48 BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN A. Kerangka Kerja Penciptaan Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan untuk mewujudkan kreativitas, tahapan-tahapan proses penulis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoritis Penulis mengangkat karya yang bertemakan masa kanak-kanak dalam penciptaan karya seni grafis, karena masa

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 21 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Langkah-Langkah Proses Berkarya Legenda yang dulu lahir dan tumbuh dalam masyarakat sendiri perlahan hilang atau dilupakan karena tak ada pola pewarisan yang

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai BAB III A. Implementasi Teoritis Bunga merupakan bagian pada tanaman yang memiliki bentuk dan warna yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai pembiakan pada tanaman, juga dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waktu merupakan seluruh rangkaian saat ketika proses keadaan berada atau berlangsung. Manusia modern menganggap waktu adalah hal yang berharga, setiap aktifitas

Lebih terperinci

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR Dalam desain, terdapat beberapa sistem tanda yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah desain komunikasi visual lingkungan, berupa Sign

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN

A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN Pendidikan karakter di Indonesia sedang marak dibicarakan dan menjadi sebuah tanggung jawab kita semua. Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu. secara harafiah yaitu air panas untuk teh. Chanoyu mempunyai nama

II. KAJIAN PUSTAKA. apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu. secara harafiah yaitu air panas untuk teh. Chanoyu mempunyai nama II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Istilah sadō atau chanoyu mengundang banyak pertanyaan seperti apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu secara harafiah yaitu air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA FOTOGRAFI CHILD IN YELLOW WITH WATERMELON

DESKRIPSI KARYA FOTOGRAFI CHILD IN YELLOW WITH WATERMELON DESKRIPSI KARYA FOTOGRAFI CHILD IN YELLOW WITH WATERMELON Jenis Karya Judul Ukuran Media/Teknik Tahuan Pembuatan Pencipta : Fotografi : Chid in Yellow with Watermelon : 40 cm x 60 cm : Fotografi : 2012

Lebih terperinci

BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoristis

BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoristis BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoristis Penulis mengangkat Ikan Lele sebagai tema dalam seni grafis, karena ikan lele adalah ikan air tawar yang memiliki bentuk

Lebih terperinci

Menggambar Unsur Unsur Tata Letak / Stefanus Y. A. D / 2013

Menggambar Unsur Unsur Tata Letak / Stefanus Y. A. D / 2013 1 KATA PENGANTAR Bahan ajar ini mempelajari tentang unsur unsur tata letak yang akan menjiwai rancangan desain komunikasi visual, agar hasil rancangan dapat berkualitas dan secara visual sedap dipandang.

Lebih terperinci

BAB III Membuat Sketsa

BAB III Membuat Sketsa BAB III Membuat Sketsa Pada dasarnya sketsa merupakan sebuah gambar sederhana dengan sentuhan goresan pensil namun tetap memperlihatkan nilai estetika pada objek yang digambar. Permasalahannya menggambar

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: HOME SWEET HOME Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: HOME SWEET HOME Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn 1 DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: HOME SWEET HOME Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn Judul : Home Sweet Home Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2006 Media : Oil on canvas Dipamerkan pada acara Penciptaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seni 1. Pengertian Seni Menurut Soedarso (1988: 16-17) bahwa kata seni berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti pemujaan, palayanan, donasi, permintaan atau mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya Pada dasarnya manusia punya dua sifat bahkan multi complex 1 baik sifat atau pemikirannya, walaupun pada dasarnya mampu bersosialisasi tapi cenderung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X

BAB III METODE PENCIPTAAN. cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X BAB III METODE PENCIPTAAN A. Visualisasi Karya Karya lukis ini sebanyak 4 karya. Karya pertama berukuran 125 cm X 140 cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X 50 cm,

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN Judul : Keluarga Nelayan Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2005 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara: Pameran Karya Seni Rupa tingkat Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA YANG BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK 1.Nozzle Nozzle merupakan perangkat yang tidak kalah penting dalam pemadaman, fungsi nozzle ini adalah mempermudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

gambar, lukisan, tabel, atau foto yang dimanfaatkan untuk memberikan penjelasan atas suatu media komunikasi visual

gambar, lukisan, tabel, atau foto yang dimanfaatkan untuk memberikan penjelasan atas suatu media komunikasi visual IllustrAsi gambar, lukisan, tabel, atau foto yang dimanfaatkan untuk memberikan penjelasan atas suatu media komunikasi visual sarana pendukung cerita dan sebagai pengisi ruang kosong FUNGSI 1. Menarik

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang 54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia dilahirkan dengan dibekali potensi rasa, karsa, dan cipta. Potensi ini terus dikembangkannya, sejalan dengan pertambahan pengalaman atau usia dan proses

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Waktu merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari rutinitas kehidupan manusia, tanpa waktu manusia akan sulit menjalankan kewajibannya. Waktu adalah

Lebih terperinci

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn Modul ke: Studio Desain 1 Fakultas 02FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 9 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Seni bentuk Isi Batasan seni, cara pandang serta penafsiran

Lebih terperinci

ANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS

ANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS ANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR DiajukanuntukMemenuhiSebagianPersyaratan GunaMeraihGelarSarjanaSeni Program StudiSeniRupaMurni Oleh : OKI SETIYAWAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan 33 BAB III METODE PENCIPTAAN Setiap orang pasti mempunyai kegelisahan terhadap suatu persoalan yang ada didalam dirinya ataupun dilingkungan sekitar, sehingga menumbuhkan gagasan untuk keluar dari kegelisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan pemberontakan artistik terhadap standar umum seni di akhir abad ke 19 di Perancis. Daripada melukis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia merupakan salah satu negara yang mengikuti perkembangan mode (trend) di dunia. Menurut buku Perancangan Buku Ilustrasi Motif Navajo pada Pelaku

Lebih terperinci

Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi

Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. Alifiannisa A.W. (03) Nurul Khairiyah (23) Ulinnuha Mastuti H. (32) Yunita Dwi A. (33) X MIA 5 SMA Negeri 1 Mejayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk ekspresi pribadi(http://wikipedia.com/senirupa).

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk ekspresi pribadi(http://wikipedia.com/senirupa). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Perkembangan dunia kesenirupaan saat ini sudah sangat pesat sekali dengan inovasi bahan dan media dari karya seni rupa yang sudah beragam dan kadang tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN 26 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Proses berkesenian atau dalam hal ini adalah berkarya seni grafis tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan alam, karya grafis merupakan manifestasi

Lebih terperinci

BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis

BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis A. Garis / Line Garis atau line adalah suatu goresan, batas limit dari suatu benda, massa, ruang, warna, dan sebagainya. Dari pengertian diatas, garis dapat digolongkan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosial budaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci