Gambar 5. Penampakan Fisik dan Struktur Granul Bumbu Penyedap Rasa Spirulina pada berbagai Konsentrasi Natrium Alginat

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 6. Bumbu Penyedap Granul Non-Monosodium Glutamate dengan Konsentrasi Maltodekstrin (a) 0%, (b) 10%, (c) 15%, (d) 20%, dan (e) 25%

Gambar 5. Tekstur dan Struktur Bumbu Penyedap Blok Spirulina Perlakuan Kontrol (A) dan Maltodekstrin 10% (B).

Natrium Alginat 4% Natrium Alginat 0% Natrium Alginat 2% Natrium Alginat 1% Natrium Alginat 3%

4. PEMBAHASAN 4.1. Penampakan Fisik Bumbu Penyedap Blok Spirulina 4.2. Sifat Higroskopis Bumbu Penyedap Blok Spirulina

NATRIUM ALGINAT SEBAGAI ENKAPSULAN SPIRULINA DALAM FORMULASI BUMBU PENYEDAP GRANUL NON-MONOSODIUM GLUTAMATE

PEMBAHASAN 4.1. Penampakan Fisik Bumbu Penyedap Granul Non-Monosodium Glutamate Pada Berbagai Konsentrasi Maltodekstrin

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

NATRIUM ALGINAT SEBAGAI ENKAPSULAN Spirulina DALAM FORMULASI BUMBU PENYEDAP BLOK NON-MSG

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

Lampiran 1. Diagram alir proses maserasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. HASIL PENGAMATAN 3.1. Kadar Air pada Sawi Sendok dan Sawi Putih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

2. Menentukan kadar berbagai tablet Vitamin C menggunakan metoda HPLC. HPLC(HighPerfomance Liquid Cromatografi)

SEJARAH. Pertama kali digunakan untuk memisahkan zat warna (chroma) tanaman

Gambar 6. Hasil Analisis Sensori Flavored Edible Film

Konsentrasi Asidulan (%) ,12 ± 0,18 bc

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

Kadar air (basis kering) = b (c-a) x 100 % c-a

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual

BAB V HASIL PENELITIAN

HIGH PERFORMANCE LIQUIDCHROMATOGRAPHY

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Prosedur Pengujian Kadar Kurkuminoid metode HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

LAPORANPRAKTIKUM AnalisaTabletVitaminCdenganHPLC (High PerformanceLiquidChromatography)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

: Jamu Flu Tulang. Jamu. Jamu Metampiron. Metampiron ekstraksi. 1-bubuk. Jamu. 2-bubuk. Tabel 1 Hasil Reaksi Warna Dengan pereaksi FeCl3

3.1. Nata Komersial Hasil pengujian nata de coco dapat dilihat pada Tabel 1. merupakan nata yang difermentasikan menggunakan media air kelapa.

Preparasi Sampel. Gaplek Terfortifikasi. Identifikasi Asam Amino Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Analisa Sensori Rating Sikhye

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI

Tests of Normality. Statistic df Sig. Statistic df Sig. AW_Segar,071 54,200 *,958 54,054 AW_Kering,118 54,059,954 54,037. Tests of Normality

3 Metodologi Penelitian

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Data Absorbansi dan Kurva Standar Pada Pengujian Kadar Amilosa

Lampiran 1 Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 1989)

BAB III METODE PERCOBAAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Praktikum Analisa Tablet Vitamin C dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatograph)

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

Senyawa Pahit Senyawa Asin Perisa (Flavoring) Penguat Rasa (Flavor Enhancer)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Fisiko Kimia

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY

Penentuan Kadar Tablet Asetosal Menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Tiffany Sabilla Ramadhani

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

3.1. Pengujian Kontaminan Logam Cd dan Cu Hasil pengujian sampel bebas kontaminan logam berat Cd dan Cu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

UJI BIOAKTIFITAS EKSTRAK LIPID DALAM Zymomonas mobilis DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

Lampiran 1 Media pupuk untuk pertumbuhan Spirulina fusiformis

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

konsentrasi pektin 20% Aquades TT TT Larutan buffer TT TT Keterangan : TT : Tidak terdeteksi (lebih kecil dari S 1)

1. KURVA STANDAR ASAM ASKORBAT

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC (High Performance Liquid Chromatography)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

EFISIENSI KOLOM. Bentuk-bentuk kromatogram

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KAROTENOID PADA DAUN TEH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KROMATOGRAFI PERMIASI GEL. Gel permeation chromatography

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

Transkripsi:

3. HASIL PENGAMATAN 3.1. Penampakan Fisik Penampakan fisik dan struktur granul bumbu penyedap rasa Spirulina dalam berbagai perlakuan konsentrasi natrium alginat dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Penampakan Fisik dan Struktur Granul Bumbu Penyedap Rasa Spirulina pada berbagai Konsentrasi Natrium Alginat Dari Gambar 5, dapat dilihat bahwa bumbu penyedap rasa Spirulina granul pada perlakuan tanpa penambahan natrium alginat (kontrol) maupun dengan penambahan natrium alginat memiliki warna hijau kebiruan. Peningkatan konsentrasi penambahan natrium alginat menyebabkan warna bumbu penyedap rasa Spirulina granul semakin memudar. Granul yang dihasilkan pada perlakuan kontrol memiliki struktur yang lebih kompak dibanding dengan sampel yang diberi penambahan natrium alginat. Semakin tinggi konsentrasi natrium alginat yang ditambahkan, struktur granul yang dihasilkan semakin berpori. 3.2. Hasil Analisis Karakteristik Fisik Hasil pengamatan analisis karakteristik fisik yang meliputi higroskopisitas, flowability, dan kelarutan pada bumbu penyedap rasa Spirulina granul dengan perlakuan bahan enkapsulan natrium alginat pada berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 4. 17

18 Tabel 4. Karakteristik fisik bumbu penyedap rasa Spirulina granul pada berbagai konsentrasi natrium alginat Konsentrasi Natrium Alginat (%) Kadar Air (%wb) Higroskopisitas (%) Angle of Repose ( ) Kelarutan (%) 0 4.40 ± 0.26 d 25.18 ± 1.33 a 37.31 ± 0.89 a 79.47 ± 1.59 c 1 4.15 ± 0.45 d 26.15 ± 0.72 a 35.05 ± 0.19 b 97.33 ± 1.67 d 2 3.03 ± 0.29 c 26.48 ± 0.61 a 34.01 ± 0.28 c 97.80 ± 0.75 d 3 2.00 ± 0.28 b 34.18 ± 1.25 b 32.84 ± 0.15 d 76.93 ± 1.99 b 4 1.45 ± 0.30 a 47.70 ± 2.24 c 30.10 ± 0.46 e 51.07 ± 2.94 a Keterangan: *Semua nilai merupakan nilai mean ± standar deviasi. **Nilai dengan superscript yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan dalam satu kolom (signifikansi < 0.05) berdasarkan uji One way Anova. Hasil uji higroskopisitas yang didapatkan dari Tabel 4 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi natrium alginat yang ditambahkan, kadar air yang diperoleh semakin menurun, namun persentase higroskopisitas yang dihasilkan semakin tinggi. Kadar air mulai mengalami penurunan secara signifikan pada konsentrasi penambahan natrium alginat sebesar 2%, sementara peningkatan persentase higroskopisitas tidak memberikan hasil yang signifikan hingga penambahan natrium alginat sebesar 2%. Penambahan natrium alginat diatas 2% meningkatkan persentase higroskopisitas secara signifikan. Dari hasil uji flowability yang ditunjukkan dalam nilai angle of repose pada Tabel 4, diketahui bahwa peningkatan konsentrasi natrium alginat yang ditambahkan dapat menurunkan nilai angle of repose secara signifikan. Nilai angle of repose yang tertinggi didapatkan pada perlakuan kontrol, yakni sebesar 37.31 ± 0.89. Nilai yang terendah didapatkan pada penambahan natrium alginat 4%, yakni sebesar 30.10 ± 0.46. Dari Tabel 4, dapat diketahui bahwa hasil uji kelarutan yang diperoleh mengalami peningkatan persentase kelarutan seiring dengan peningkatan konsentrasi natrium alginat hingga konsentrasi 2%. Peningkatan persentase kelarutan secara signifikan terjadi antara perlakuan kontrol dengan perlakuan penambahan natrium alginat 1%. Penambahan natrium alginat 2% juga menyebabkan peningkatan persentase kelarutan dari penambahan natrium alginat 1%, namun nilainya tidak berbeda nyata. Peningkatan konsentrasi natrium alginat lebih lanjut (diatas 2%) menyebabkan penurunan persentase kelarutan secara signifikan. Tren nilai kadar air, higroskopisitas, flowability, dan kelarutan pada berbagai konsentrasi natrium glutamat dapat dilihat pada Gambar 6.

19 5 Kadar Air (%) 4 3 2 1 Higroskopisitas (%) 0 0 1 2 3 4 (a) 50 45 40 35 30 25 20 (b) 40 Angle of Repose ( ) Kelarutan (%) 38 36 34 32 30 (c) 100 90 80 70 60 50 (d) Gambar 6. Karakteristik Fisik pada berbagai Konsentrasi Natrium Alginat (a) Kadar Air; (b) Higroskopisitas; (c) Flowability; (d) Kelarutan

20 Dari Gambar 6, diketahui bahwa tren persentase kadar air semakin menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi natrium alginat. Tren persentase higroskopisitas cenderung meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi natrium alginat, namun peningkatan persentase higroskopisitas yang tajam baru terjadi ketika konsentrasi natrium alginat melebihi 2%. Tren flowability yang ditunjukkan dalam nilai angle of repose mengalami penurunan seiring dengan peningkatan konsentrasi natrium alginat, yang nilainya berkisar 30-40. Tren persentase kelarutan mengalami peningkatan yang cukup besar dari konsentrasi natrium alginat 0% (kontrol) ke konsentrasi natrium alginat 1%, kemudian peningkatan yang tidak signifikan dan cenderung mendatar dari konsentrasi natrium alginat 1% ke konsentrasi natrium alginat 2%, dan selanjutnya mengalami penurunan yang tajam dari konsentrasi natrium alginat 2% hingga konsentrasi natrium alginat 4%. 3.3. Hasil Pendugaan Kadar Asam Glutamat Hasil kromatografi analisis kadar asam glutamat standar 50 ppm dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Kromatogram Asam Glutamat Standar 50 ppm Dari Gambar 7, diketahui bahwa senyawa asam glutamat terdeteksi oleh detektor HPLC pada menit ke 3.892 dengan luas area sebesar 1140446 yang kemudian dijadikan acuan dalam pengujian dan penghitungan kadar asam glutamat pada sampel.

21 Hasil kromatografi pendugaan kadar asam glutamat bumbu penyedap rasa Spirulina granul dalam berbagai konsentrasi natrium alginat dapat dilihat pada Gambar 8. (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 8. Kromatogram Asam Glutamat pada berbagai Konsentrasi Natrium Alginat (a) 0%; (b) 1%; (c) 2%; (d) 3%; (e) 4%

22 Dari Gambar 8, diketahui bahwa seluruh sampel menghasilkan kromatogram dengan puncak yang membelah (peak splitting). Senyawa yang diduga asam glutamat pada sampel dengan perlakuan natrium alginat 0%, 1%, 2%, 3% dan 4% terdeteksi oleh detektor HPLC secara berurutan di menit ke 3.817, 3.842, 3.775, 3.883, dan 3.733. Berdasarkan hasil kromatogram pada Gambar 8, dilakukan penghitungan kadar asam glutamat yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kadar asam glutamat bumbu penyedap rasa Spirulina granul pada berbagai konsentrasi natrium alginat Konsentrasi Natrium Kadar Asam Glutamat Luas Area Kromatogram Alginat (%) (g/100 g) 0 19783615 0.09 a 1 24622395 0.11 b 2 24854139 0.11 b 3 27041253 0.12 b 4 28254840 0.12 b Keterangan: 1. Kadar asam glutamat biomassa Spirulina kering yang digunakan sebagai bahan adalah 0.96 g/100g 2. Semua nilai merupakan nilai mean dari dua kali pengulangan analisis kadar asam glutamat. 3. Nilai dengan superscript yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan dalam satu kolom (signifikansi < 0.05) berdasarkan uji One way Anova. Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa adanya penambahan natrium alginat memberikan hasil kadar asam glutamat dalam bumbu penyedap rasa Spirulina granul yang lebih tinggi secara signifikan bila dibandingkan dengan tanpa penambahan natrium alginat (kontrol). Peningkatan konsentrasi natrium alginat dari 1% ke 4% juga disertai dengan peningkatan kadar asam glutamat dalam bumbu penyedap rasa Spirulina granul, namun tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Tren nilai kadar asam glutamat pada berbagai konsentrasi natrium glutamat dapat dilihat pada Gambar 9. Kadar Asam Glutamat (g/100g) 0.13 0.12 0.11 0.1 0.09 0.08 Gambar 9. Kadar Asam Glutamat pada berbagai Konsentrasi Natrium Alginat

23 Dari Gambar 9, diketahui bahwa tren kadar asam glutamat bumbu penyedap rasa Spirulina granul mengalami peningkatan tajam dari perlakuan natrium alginat 0% (kontrol) ke perlakuan natrium alginat 1%. Peningkatan konsentrasi natrium alginat lebih lanjut juga menyebabkan peningkatan kadar asam glutamat bumbu penyedap rasa Spirulina granul, namun peningkatannya tidak terlalu besar antar konsentrasi.