130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student engagement, dibuktikan dengan nilai rata-rata student engagement di tiap minggu pembelajaran PiTBL di atas nilai netral. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ini dapat menjadi solusi untuk melakukan pembelajaran aktif yang efektif dan efisien. 2. Tidak terdapat peningkatan terhadap student engagement dari metode pembelajaran PBL ke metode pembelajaran PiTBL, disebabkan oleh karena: intervensi ini merupakan metode baru bagi mahasiswa dan merupakan sebuah pilot project; fase perkembangan kelompok menjadi high performing team membutuhkan waktu yang cukup lama, dan belum terbiasanya mahasiswa melakukan proses diskusi bersama di kelas besar dengan suasana belajar yang kurang tenang. 3. Perbedaan kuantitas dari konten pembelajaran yang harus dipelajari oleh mahasiswa dan faktor alami perkembangan Tim menyebabkan peningkatan student engagement dalam pembelajaran PiTBL hanya terjadi berurutan dari minggu-3 ke minggu-4 dan 5, dan nilai rata-rata terendah untuk student engagement adalah di minggu-3. 4. Persepsi mahasiswa dalam hal akuntabilitas dalam menjalani metode pembelajaran PiTBL adalah positif 130
131 5. Persepsi mahasiswa dalam hal preferensi pada metode pembelajaran PBL dan PiTBL adalah mereka lebih cenderung memiliki preferensi terhadap metode pembelajaran PiTBL. 6. Persepsi mahasiswa dalam hal kepuasan mereka dengan metode pembelajaran PiTBL adalah positif. V.2. Saran 1. Saran untuk institusi pendidikan a. Penelitian ini merupakan pilot project untuk mengimplementasikan salah satu model integrasi dari metode pembelajaran PBL dan TBL dalam kurikulum. Hasil yang telah didapatkan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan, acuan dan pertimbangan dalam mengimplementasikan salah satu model integrasi PBL dan TBL pada Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan. Dengan melakukan persiapan yang lebih matang dan melakukan perombakan terhadap kurikulum untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dari aktivitas pembelajaran dari metode ini, pembekalan terhadap dosen yang terlibat sebagai fasilitator pembelajaran, serta melakukan benchmark tentang bagaimana praktik baik yang telah dilakukan dalam mengimplementasikan metode integrasi ini, perlu untuk dilakukan supaya hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan maksimal. b. Jika ingin mengintegrasikan metode pembelajaran PiTBL ke dalam kurikulum, maka STIKES A. Yani perlu memperhatikan beberapa hal
132 yaitu: pembekalan terhadap dosen tentang bagaimana memfasilitasi diskusi PBL dalam kelas besar dan bagaimana memfasilitasi TBL, mengevaluasi proses fasilitasi dari dosen pada pembelajaran yang dilakukan, serta melakukan perubahan terhadap kurikulum menyesuaikan dengan kebutuhan dari aktivitas pembelajaran dalam metode PiTBL. 2. Saran untuk penelitian selanjutnya a. Untuk dapat membandingkan efektivitas intervensi pembelajaran perlu mempertimbangkan untuk menggunakan kelompok kontrol. Kelompok kontrol ini adalah kelompok yang menggunakan metode pembelaran lain yang digunakan sebelumnya. Sehingga efektivitas dari veriabel yang diukur dapat diperoleh dengan baik. b. Penelitian ini hanya mengukur dampak dari PiTBL pada waktu yang cukup singkat, dimana mungkin hal ini tidak dapat mengukur secara valid dari efektivitas metode pembelajaran ini. Oleh karena itu untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat dilakukan penelitian dengan durasi yang cukup lama, misalnya dalam 1 semester, untuk dapat melihat efektivitas dari metode ini dengan lebih baik. c. Selain itu dampak dari efektivitas metode ini tidak hanya diukur student engagemet dan persepsi saja, untuk penelitian berikutnya sebaiknya dapat menilai dampak terhadap performa mahasiswa yang mencerminkan hasil dari proses pembelajaran, yaitu seperti aspek
133 kognitif, kemampuan dalam problem-solving, critical thinking, communication dan team-work. V.3. Ringkasan Penelitian Perubahan adalah menjadi karakteristik tetap dalam sebuah masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan, sehingga proses pembaruan kurikulum yang berkelanjutan menjadi hal yang familiar dilakukan di pendidikan kedokteran dan profesi kesehatan untuk meningkatkan kualitas dari proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan (Haidet et al, 2005; Dolmans et al, 2015). Reformasi besar dalam perubahan ini adalah pergeseran paradigma pembelajaran dari teacher-centered menjadi student-centered, yang dimulai dengan berkembangnya metode pembelajarn Problem-Based Learning (PBL) dan diikuti oleh metodemetode pembelajaran aktif lainnya, seperti Team-Based Learning (TBL) (Barrows & Tamblyn, 1980; Frenk et al, 2010; McMahon, 2010). Berkembang pesatnya kedua metode pembelajaran ini menimbulkan pertanyaan: manakah yang lebih baik? Beberapa litaratur menyebutkan bahwa selain memiliki beberapa perbedaan, kedua metode ini memiliki kesamaan dalam hal: sama-sama berdasarkan pada teori pembelajaran konstruksivisme, dimana mahasiswa didorong untuk mengaplikasikan pengetahuan baru yang didapat untuk membahas sebuah kasus dalam kelompok yang kemudian mengintegrasikan pengetahuanpengetahuan baru tersebut untuk disampaikan kepada anggota
134 kelompoknya; hasil belajar berupa penguasaan yang progresif dari pengetahuan-pengetahuan yang fundamental dan aplikasi dari pengetahuan tersebut untuk problem solving; mampu mengembangkan kemampuan berkomunikasi efektif; mempu meningkatkan student engagement; dan mampu meningkatkan performa akademik mahasiswa (Thompson et al, 2007; Parmelee, 2010; Dolmans et al, 2015). Selain itu literatur juga menyebutkan bahwa kedua metode ini memiliki perbedaan-perbedaan dalam hal keunggulan dan kelemahan dari masing-masing metode. Jika diintegrasikan maka keunggulan dari masingmasing metode akan dapat menutupi kelemahan-kelemahan yang dimiliki, sehingga dapat meningkatkan kualitas dari proses dan hasil pembelajarannya (Dolmans et al, 2015). PBL dianggap unggul dari TBL dalam hal adanya aktivasi dari prior-knowledge yang didapatkan dari diskusi kelompok kecil sebelum self-study yang dianggap memiliki efek positif pada kemampuan kognitif mahasiswa (Dolmasn & Smith, 2006; Van Blankestein et al, 2011 dalam Dolmans et al, 2015). Sementara TBL dianggap memiliki keunggulan dalam hal kemampuannya dalam menciptakan efektivitas dalam pembelajaran kelompok kecil yang independen dalam kelas yang besar, hingga pada rasio mahasiswa berbanding dosen > 200:1, tanpa menghilangkan efek positif dari peran dosen sebagai fasilitator pembelajaran dalam kelompok kecil (Kelly et al, 2005; Haidet et al, 2005).
135 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Achmad Yani Yogyakarta (STIKES A. Yani) merupakan salah satu institusi pendidikan kesehatan yang responsif dalam menyikapi perkembangan di bidang pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan metode pembelajaran PBL di instistusi ini sejak tahun ajaran 2013-2014. Sebagai institusi pendidikan kesehatan swasta yang baru berdiri sejak tahun 2005, pada awal penerapan PBL institusi ini mengalami beberapa kendala, seperti permasalahan klasik yang dialami institusiinstitusi lain, yaitu kurangnya SDM yaitu dosen yang menjadi fasilitator dalam tutorial PBL. Hal ini juga disampaikan oleh Asesor untuk proses visitasi Akreditasi Prodi S1 Keperawatan, bahwa pertimbangan masalah keberlangsungan dari implementasi PBL harus mempertimbangkan antara rasio dosen dan mahasiswa yang dimiliki. Oleh karena itu mereka berkeinginan untuk mencoba inovasi pembelajaran berupa metode pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan sumber daya yang mereka miliki. Oleh karena itu, melihat kebutuhan akan adanya inovasi terhadap metode pembalajarannya peneliti ingin melakukan uji coba (pilot project) dari integrasi metode pembelajaran PBL dan TBL di STIKES Achmad Yani. Dengan merujuk kepada model integrasi metode pembelajaran PBL dan TBL dari Dolmans et al (2015), yaitu dengan memasukkan karakteristik penting dari PBL ke dalam TBL, peneliti akan menilai keberhasilan dari metode ini dengan menilai dampaknya terhadap student
136 engagement, akuntabilitas, preferensi serta kepuasan mahasiswa di Prodi S1 Keperawatan STIKES Achmad Yani. Peneliti menggunakan istilah PiTBL (Problem-based In Team-Based Learning) pada integrasi metode pembelajaran PBL dan TBL tersebut. Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-eksperimental dengan One-Group Pretest-Posttest Design, untuk melihat pengaruh intervensi dari metode pembelajan PiTBL terhadap student engagement dan persepsi mahasiswa terhadap pengalaman belajar dengan metode ini. Pengumpulan data sebelum dan sesudah intervensi (pre dan post test) dilakukan untuk student engagement, menggunakan Classroom Engagement Survey dari Fund for the Improvement or Post Secondary Education (FIPSE), Baylor University (2003), dengan post test dilakukan di tiap minggu selama lima minggu intervensi. Sementara untuk menilai persepsi mahasiswa menggunakan instrumen PiTBL-SAI, yang merupakan modifikasi dari instrumen TBL-SAI yang dikembangkan oleh Mennenga (2010). Penelitian dilakukan di Program Studi S1 Keperawatan STIKES A. Yani pada tanggal 4 April 2016 sampai dengan 6 Mei 2016, dengan subyek penelitiannya adalah seluruh mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES A. Yani yang mengikuti Blok Fluid, Elektrolit and Elimination. Metode pembelajaran PiTBL terdiri dari dua kali pertemuan di tiap Minggu, yaitu pertemuan-i untuk melakukan diskusi tutorial PBL merumuskan LO dan pertemuan-ii untuk melaksanakan fase in-class
137 diskusi TBL. Pertemuan-I dilaksanakan di hari Senin dan pertemuan-ii dilaksanakan di hari Jumat, dan disela-selanya diisi dengan Resource Sessions berupa pembelajaran yang lain seperti: kuliah, role play, praktikum dan belajar mandiri. Diskusi PiTBL dilakukan selama 5 Minggu pembelajaran dalam Blok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap student engagement, dibuktikan dengan nilai rata-rata student engagement di tiap minggu pembelajaran PiTBL di atas nilai netral; 2) Tidak terdapat peningkatan terhadap student engagement dari metode pembelajaran PBL ke metode pembelajaran PiTBL; 3) Student engagement dalam pembelajaran PiTBL mengalami penurunan dari minggu-i ke II dan III, dan mengalami peningkatan dari minggu ke-iii ke IV dan V; 4) Persepsi mahasiswa dalam hal akuntabilitas dalam menjalani metode pembelajaran PiTBL adalah positif; 5) Persepsi mahasiswa dalam hal preferensi pada metode pembelajaran PiTBL adalah positif; 6) Persepsi mahasiswa dalam hal kepuasan mereka dengan metode pembelajaran PiTBL adalah positif. Penelitian ini memberikan rekomendasi bagi institusi untuk dapat mengembangkan pembelajaran model integrasi metode pembelajaran PBL dan TBL untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran, serta memberikan gambaran pada institusi pendidikan keperawatan dan profesi kesehatan lain tentang model integrasi dari metode pembelajaran PBL dan TBL.