BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang saling terkait, sehingga menghasilkan perubahan perilaku (Gagne, 1977 cit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang saling terkait, sehingga menghasilkan perubahan perilaku (Gagne, 1977 cit"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait, sehingga menghasilkan perubahan perilaku (Gagne, 1977 cit Anni, 2004). Menurut Gagne, belajar merupakan kegiatan yang komplek yang nantinya akan menghasilkan suatu hasil belajar yang berupa kemampuan. Setelah belajar, orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kemampuan tersebut berasal dari stimulasi lingkungan yang akan melalui proses kognitif yang dilakukan oleh peserta didik Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kemampuan baru. Menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu: kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar. Dari proses belajar ini diharapkan akan dapat diperoleh hasil belajar berupa perubahan tingkah laku yang mencakup pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang sifatnya menetap (Nasution, 2000: Darsono, 2001: Slameto, 2003). Ada 2 faktor utama yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai peserta didik, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor internal, Pada faktor internal, hal yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik bersumber dari dalam dirinya seperti motivasi, masalah kesehatan, kemampuan, rasa aman, dan berbagai kebutuhannya. Apabila peserta didik 1

2 2 merasa belajarnya kurang sehat, tidak aman, kemampuan belajarnya rendah, kurang motivasi dalam belajar dan sebagainya, maka sudah tentu kelancaran atau kelangsungan belajar akan terhambat/terganggu, mungkin terhalang sama sekali. 2. Faktor eksternal, Hal-hal yang dapat mempengaruhi belajar pada peserta didik dapat bersumber dari luar dirinya (faktor eksternal) seperti: masalah kebersihan, udara yang panas dan lingkungan yang kurang mendukung dalam aktivitas belajar. Secara khusus, faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kelancaran dan kelangsungan belajar peserta didik, dapat dibedakan dalam beberapa aspek antara lain: a) dari sekolah, yang dapat berupa interaksi guru dengan peserta didik, cara penyajian, hubungan antar peserta didik, media pendidikan, kurikulum, keadaan gedung, waktu belajar, metode belajar; b) dari masyarakat di antaranya media massa, kegiatan lain, teman bergaul, cara hidup di lingkungan; dan c) dari keluarga, yaitu cara orangtua mendidik, suasana keluarga, pengertian orangtua, keadaan sosial ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan (Roestiyah, 1996). Bila berbagai faktor eksternal yang berpengaruh pada peserta didik di atas apabila dapat ditanggulangi dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan, maka akan ada kecenderungan peserta didik memperoleh prestasi yang semakin baik. Di Indonesia, hampir semua fakultas kedokteran menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan metode pembelajaran PBL mulai tahun Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY mulai menerapkan PBL pada tahun Kurikulum PBL di UMY didasarkan pada

3 3 sistem blok. Selama pendidikan sarjana mahasiswa UMY harus menyelesaikan 24 blok dalam waktu 4 tahun. Dari hasil evaluasi kelulusan blok selama proses pembelajaran menggunakan PBL diketahui bahwa blok Alimentari memiliki jumlah kelulusan yang paling rendah dibandingkan dengan blok yang lain, yaitu 12% (24 mahasiswa dari 200 mahasiswa). Blok ini merupakan blok kesembilan dari 24 blok dan merupakan blok tahun kedua. Dalam Blok Alimentari terdapat 15 departemen yang terlibat dalam proses pembelajaran. Dari 15 departemen hanya satu departemen yang jumlah soal dijawab dengan benar memenuhi standar kelulusan, yaitu Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, sedangkan pada 14 departemen lainnya jumlah soal yang terjawab dengan benar < 50%. Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada Grafik 1. Model pembelajaran yang digunakan di FKIK UMY menggunakan metode PBL. Proses belejar mengajar pada metode ini terdiri dari kuliah tatap muka, tutorial, praktikum, dan pembelajaran skill. Berdasarkan evaluasi proses pembelajaran, diketahui bahwa ada beberapa penyebab yang memungkinkan peserta didik mengalami kegagalan dalam ujian blok, terutama pada blok alimentari, di antaranya adalah perkuliahan sering tidak tepat waktu, bahkan dilaksanakan mendekati ujian akhir, sehingga waktu untuk mempelajari materi sangat kurang, dosen tidak datang dan hanya memberikan handout, padahal mahasiswa masih bergantung pada proses perkuliahan (FGD, 2010).

4 4 Grafik 1. Persentase kelulusan blok prodi pendidikan dokter FKIK UMY tahun 2009 (9: Blok Alimentari) Pada metode PBL, peserta didik dituntut untuk belajar secara mandiri (Self directed learning/sdl). Peserta didik diharuskan untuk dapat mengelola pembelajarannya secara mandiri yang meliputi tahapan pencapaian hasil dan tata cara belajarnya sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran pada akhir blok. Oleh karena itu, perlu adanya sistem pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk belajar secara mandiri. Berdasarkan hasil evaluasi proses pembelajaran, diketahui bahwa seringkali pembelajaran dilaksanakan tidak tepat waktu, sehingga materi pembelajaran

5 5 terlambat diterima peserta didik, sedangkan di sisi lain peserta didik seharusnya sudah dapat belajar secara mandiri. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini perlu adanya model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik belajar mandiri sekaligus dapat menggantikan kehadiran pendidik dalam penyampaian materi, yaitu computer assisted learning (CAL). Berkaitan dengan hal tersebut, Bright (1983) mengemukakan bahwa CAL akan sangat berguna dalam membantu peserta didik belajar secara mandiri. CAL yang bersifat dinamis menawarkan berbagai model belajar antara lain forum diskusi, chating, , manajemen secara mandiri; serta manajemen materi elektronis yang sudah tersedia, sehingga peserta didik mampu belajar dalam lingkungan belajar yang tidak jauh dengan suasana kelas, karena dapat berinteraksi langsung dengan pendidik dan peserta didik yang lain. CAL dapat digunakan untuk membantu proses transformasi paradigma pembelajaran dari teacher centered ke student centered learning. Dalam hal ini, peserta didik dituntut untuk belajar secara aktif dan kritis (Suteja dan Harjoko, 2008). Selain itu, CAL juga memiliki beberapa keuntungan, antara lain: a) pembelajaran menjadi lebih efektif, b) efisien serta mampu meningkatkan kualitas hasil pembelajaran, c) memiliki potensi memberdayakan mahasiswa, d) mendorong tumbuhnya ketrampilan belajar siswa, e) meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik dan ketrampilan berkomunikasi, dan f) mempunyai komponen intelegensi yang membuat program ini bersifat interaktif dan mampu memproses

6 6 data atau memberi jawaban bagi pengguna (Effendi, 2005). CAL adalah pembelajaran yang diakses melalui komputer dan merupakan bentuk pembelajaran yang menempatkan komputer sebagai sumber belajar. Dengan CAL, proses belajar bisa berlangsung secara individu dan mampu mengadopsi perbedaan individu peserta didik, karena pada intinya, CAL merupakan media ganda yang terintegrasi yang dapat menyajikan suatu paket ajar yang berisi komponen visual dan suara secara bersamaan. Pemanfaatan CAL ini sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti di bidang kedokteran (Ram et al., 1997; Reid dan Arends, 1998; Abdelhamid, 1999; Lin, 2002; Mechea dan Michea, 2002; Vrezas et al., 2003; Deniz dan Hasan, 2006; Miklaszewick et al., 2004; Potomkova et al., 2006). Semua penelitian yang telah dilakukan tersebut menyebutkan bahwa CAL merupakan piranti yang penting dalam penyampaian pembelajaran dalam bidang kedokteran, karena lebih efektif dan efisien. CAL juga dapat membantu self directed learning karena mudah digunakan, kecepatan pembelajaran dapat diatur sesuai dengan kepentingan peserta didik, tampilan yang disajikan berkualitas, praktis dan dapat diulang-ulang sehingga dapat meningkatkan motivasi (Potomkova et al., 2006). Selain itu, CAL juga dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa (Michea dan Michea, 2002; Vrezas et al., 2003, Miklaszewicz et al., 2004). Semua penelitian ini memanfaatkan e-learning sebagai media yang dapat meningkatkan motivasi karena dapat memberikan tampilan yang menarik dan bervariasi.

7 7 Menurut Abdelhamid (1999), problematika CAL dalam bidang kedokteran adalah tidak adanya desain instruksional yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Clark (2002) yang menyatakan bahwa komponen e-learning terdiri atas isi dan metode instruksional yang berbasis komputer. Pendapat ini juga didukung oleh hasil riset yang dikemukakan oleh Naidu (2006) yang mengatakan bahwa kunci keberhasilan pembelajaran berbantuan komputer bukan terletak pada teknologinya, melainkan adanya metode insruksional yang tepat. Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran ini dipilih metode pembelajaran CAL, karena pembelajaran menggunakan CAL dapat memberikan tampilan yang menarik dan bervariasi, hal ini dapat menurunkan beban kognitif ekstrinsik sehingga dapat memudahkan peserta didik belajar. Pembelajaran menggunakan CAL juga sangat fleksibel sehingga peserta didik dapat menentukan kecepatan pembelajaran yang sesuai dengan peserta didik. Selain itu, CAL juga dapat diakses oleh peserta didik tidak terbatas waktu dan tempat. Keberhasilan CAL sangat dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajarannya. Oleh karena kualitas proses pembelajaran sangat tergantung kepada rancangan pembelajaran, berarti perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dari perbaikan kualitas rancangan pembelajaran. Rancangan pembelajaran yang berkualitas baik memberi pengaruh pada kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik karena rancangan pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya

8 8 pengembangan rancangan pembelajaran yang berbantuan komputer tersebut. Ada banyak desain instruksional yang dikembangkan selama ini. Pada penelitian ini digunakan 9 langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne (2005), karena 9 langkah yang dikemukakan Gagne merupakan proses instruksi yang diberikan oleh pendidik supaya terbangun suasana pembelajaran yang efektif dalam diri peserta didik. Dengan adanya 9 langkah pembelajaran ini, diharapkan akan meningkatkan efek pembelajaran eksternal yang dilakukan oleh pendidik, karena 9 langkah yang dikemukakan oleh Gagne ini mempertimbangkan proses mental yang terjadi ketika peserta didik belajar. Sembilan langkah yang dikemukakan oleh Gagne ini merupakan urutan langkah yang diberikan oleh pendidik agar peserta didik dapat mudah memahami materi pembelajaran yang diberikan. Hal ini sesuai dengan karakter peserta didik yang masih sangat bergantung pada proses perkuliahan tatap muka yang masih banyak memberikan bimbingan kepada peserta didik, sedangkan proses internal yang terjadi ketika belajar akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab peserta didik, sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuan secara maksimal. Proses belajar merupakan pengembangan lingkungan internal dan eksternal serta interaksi dengan lingkungan. Ketika seseorang belajar, maka akan terjadi proses di memori pekerja (shorterm memory) dan memori penyimpan (longterm memory). Informasi yang diterima akan ditangkap oleh indera ketika informasi tersebut menarik bagi peserta didik, ketika stimulus yang datang sudah diterima

9 9 maka akan terjadi pengolahan informasi tersebut, informasi akan disimpan jika peserta didik merasa perlu dengan informasi tersebut sehingga harus tahu tujuan pembelajaran. Informasi ini akan dapat disimpan dalam memori penyimpan ketika stimulus yang diterima diulang-ulang, pengulangan ini dapat diberikan dengan memberikan materi pembelajaran secara lengkap tetapi harus bersifat kontektual, konseptual dan bermakna. Dalam proses belajar juga terjadi proses koneksi antara pengetahuan lampau yang sudah disimpan dengan pengetahuan baru, sehingga perlu diberikan rangsangan agar peserta didik dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Proses belajar akan lebih efektif jika pendidik memberikan bimbingan belajar. Untuk memacu peserta didik mau belajar, maka pendidik harus memberikan umpan balik hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik. Tujuan proses pembelajaran adalah pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan atau diaplikasikan ketika peserta didik menemukan masalah yang sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Oleh karena itu, perlu diberikan contoh kasus yang sesuai kenyataan sebagai latihan pembelajaran. Dengan demikian, 9 langkah yang diberikan Gagne merupakan instruksi pembelajaran yang harus dilakukan oleh pendidik dalam proses pembelajaan agar peserta didik mudah memahami materi pembelajaran, sedangkan desain instruksional yang lain berupa urutan penyusunan atau metode penyusunan desain instruksionalnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan 9 langkah Gagne untuk menyusun proses pembelajarannya. Sembilan langkah yang dikemukakan

10 10 oleh Gagne meliputi : gain attention, describe the goal, stimulate prior knowledge, present the material to be learned, provide guidance for learning, elicit performance, provide feedback, assess performance, dan enhance retention and transfer. Kesembilan instruksi ini merupakan instruksi dari luar yang harus diberikan pendidik kepada peserta didik agar pembelajaran efektif (Gagne, 2005). Oleh karena itu, pengembangan desain instruksional ini menggunakan model desain instruksional Gagne, karena urutan langkah yang diberikan lengkap, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik. Meskipun desain instruksional Gagne ini cukup baik, tetapi diduga bahwa pada pembelajaran yang menggunakan desain ini seorang pendidik akan banyak berperan, sehingga proses kemandirian peserta didik kurang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, diketahui bahwa pada pembelajaran yang menggunakan metode PBL, peserta didik diharapkan mampu belajar secara mandiri (self directed learning), sehingga perlu dikembangkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan belajar mandiri. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik adalah dengan menggunakan komputer. Oleh karena itu, dapat dikemukakan masalah umum penelitian adalah: Bagaimanakah model pembelajaran menggunakan CAL dengan aplikasi desain

11 11 instruksional Gagne untuk meningkatkan kemampuan analisis peserta didik pada blok Alimentari? Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, dapat dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian antara lain: 1) Bagaimanakah model pembelajaran berbantuan komputer (CAL) menggunakan desain yang lain disesuaikan dengan instruksional Gagne pada blok Alimentari yang dapat meningkatkan pemahaman materi pembelajaran bagi peserta didik? 2) Bagaimanakah keefektifan model CAL yang dibuat berdasarkan desain instruksional Gagne pada blok Alimentari dalam rangka meningkatkan kemampuan analisis peserta didik? C.Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengembangkan model CAL menggunakan aplikasi desain instruksional Gagne yang dapat meningkatkan pemahaman materi bagi peserta didik. Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Mengembangkan model pembelajaran CAL yang didasarkan pada desain instruksional Gagne pada Blok Alimentari. 2. Menguji keefektifan model pembelajaran menggunakan CAL yang dikembangkan berdasarkan desain instruksional Gagne pada Blok Alimentari.

12 12 D. Manfaat Penelitian Pengembangan model CAL berdasarkan desain instruksional Gagne ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang kriteria tampilan dan isi dalam pengembangan pembelajaran menggunakan CAL 2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pengganti sebagian porsi kuliah tatap muka apabila model ini efektif dalam membantu proses pembelajaran peserta didik. 3. Hasil penelitian dapat diterapkan sebagai model pembelajaran pada blok-blok yang lain. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang desain instruksional pembelajaran menggunakan CAL pada mahasiswa kedokteran belum banyak dilakukan. Di bidang kedokteran, CAL sudah banyak digunakan dalam membantu menyampaikan pembelajaran antara lain dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil penelitian pemanfaatan CAL sebagai bantuan pembelajaran No Peneliti Metode penelitian, fungsi CAL dan hasil 1 Ram et al. (1997) Pre and post test only design, CAL sebagai media ajar dengan hasil pembelajaran dengan model multidimensional dapat memacu peserta didik untuk berfikir secara integrasi 2 Reid et al. (2000) Post test only design, CAL sebagai media pembelajaran, dengan hasil CAL merupakan media pembelajaran yang efektif Perbedaan dan persamaan Berbeda dalam metode penelitian dan desain instruksional yang digunakan dalam pengembangan CAL tidak dijelaskan Berbeda dalam metode penelitian dan pengembangan CAL sebagai pelengkap pada metode pembelajaran tatap muka, sehingga hanya sebagai penyampaian materi

13 13 No Peneliti Metode penelitian, fungsi CAL dan hasil 3 Abdelhamid(1999) Post test only design, CAL sebagai media pembelajaran, dengan hasil multidimensial model merupakan media yang sesuai digunaan untuk memberikan pembelajaran 4 Michea dan Post test only design, CAL sebagai Michea (2002) media pembelajaran, dengan hasil penggunaan multimedia sangat 5 Deniz dan Car(2006) 6 Potomkova et al.( Collins et al., (2008) 8 Tenison RD (2010) efektif untuk pembelajaran Post test only control groupdesign, Sebagai media pembelajaran pelengkap pembelajaran konvensional, dengan hasil pembelajaran dengan komputer meningkatkan nilai akhir peserta didik Hasil review beberapa penelitian dari tahun dengan hasil pembelajaran menggunakan komputer merupakan piranti yang efektif dalam pembelajaran di kedokteran Pre and post test only design, Sebagai media pembelajaran pelengkap pembelajaran konvensional, CAL dapat meningkatkan nilai akhir peserta didik Literatur review tentang refleksi teori belajarn dan desain instruksional 9 Tsai (2011) Review tentang aplikasi desain instruksional Gagne-Brigs ke dalam pembelajaran bahsa 10 Calistan (2014) Studi kasus penggunaan desain instruksional pada pembelajaran sains, pendidik dan peserta didik lebih memilih desain instrksional yang lnier diantaranya Bloom, Dick dan Carey, dan Gagne 11 Ng (2014) Penelitian tentang kombinasi 4 step Peyton dan desain instruksional Ggane pada pembelajaran pemeriksaan slit lamp, hasil sangat efektif Perbedaan dan persamaan Berbeda dalam metode penelitian dan pengembangan CAL dengan integrasi ilustrasi dan grafik yang merupakan pilot project Berbeda dalam metode penelitian dan pengembangan CAL menggunakan aplikasi yang sudah jadi dari pengembang Berbeda dalam metode penelitian dan pengembangan CAL hanya digunakan untuk penyampaian materi pembelajaran Berbeda dalam metode penelitian dan pengembangan CAL dari masing-masing penelitian tidak jelas Berbeda dalam metode penelitian dan desain instruksional yang digunakan dalam pengembangan CAL tidak dijelaskan Berbeda dalam metode penelitian dan hanya berupa literatur review Berbda dalam metode penelitian yang hanya berupa review, tidak dilakukan penelitian eksperimental Berbeda pada metodenya yang berupa penelitian kualitataif untuk mencarai informasi tentang desain isntruksional yang sesuai untuk pembelajaran sains secara konvensional Peneltiain pada pembelajaran psikomotor di skills lab dengan cara tatap muka.

14 14 Sebagian besar penelitian yang telah disebutkan di atas menggunakan komputer sebagai media yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran, tetapi bukan digunakan sebagai instruksi yang diberikan secara lengkap. Dengan demikian, CAL hanya digunakan sebagai alat untuk menyampaikan materi pembelajaran, sedangkan kegiatan pembelajaran yang yang lain tidak dimasukkan ke dalam CAL tersebut. Sebagian penelitian juga menggunakan CAL sebagai pelengkap kegiatan pembelajaran tatap muka agar lebih menarik. Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, diketahui bahwa sebagian besar penelitian menggunakan CAL hanya sebagai media penyampaian materi tanpa didasari pengembangan desain instruksional dan sebagian yang lain tidak dijelaskan secara lengkap. Pada penelitian ini, CAL digunakan secara mandiri untuk memberikan semua instruksi pembelajaran, sehingga semua desain harus memenuhi instruksi Gagne yang dipilih sebagai metode pengembangan desain instruksional karena peserta didik masih sangat bergantung pada pembelajaran tatap muka yang masih banyak bergantung pada instruksi yang diberikan oleh pendidik. Oleh karena itu, penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya. Selain keaslian seperti yang disebutkan di atas, penyajian konten pembelajaran menggunakan CAL yang dikembangkan juga didasari oleh kemampuan pemrosesan informasi oleh peserta didik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kriteria baku desain instruksional pembelajaran menggunakan CAL di bidang kedokteran yang efektif memang belum pernah dilakukan.

15 15

MODEL PEMBELAJARAN KOGNITIF MENGGUNAKAN COMPUTER ASSISTED LEARNING. M. Khotibuddin Sri Sundari

MODEL PEMBELAJARAN KOGNITIF MENGGUNAKAN COMPUTER ASSISTED LEARNING. M. Khotibuddin Sri Sundari MODEL PEMBELAJARAN KOGNITIF MENGGUNAKAN COMPUTER ASSISTED LEARNING M. Khotibuddin Sri Sundari BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Membentuk seorang dokter tidak dapat dilepaskan dari dasarnya yaitu teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student 130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student engagement, dibuktikan dengan nilai rata-rata student engagement di tiap minggu pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher

I. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pendidikan kedokteran, menyebabkan perlu diadakan perubahan pada kurikulum pendidikan dokter khususnya kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, keberhasilan pendidikan sangat terpengaruh oleh proses pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta teknologi. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta teknologi. Perubahan-perubahan BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dunia pendidikan adalah dunia yang terus berubah sesuai perkembangan zaman dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta teknologi. Perubahan-perubahan yang terjadi meletakkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menganalisis merupakan bagian penting dalam kemampuan berfikir tingkat tinggi, hal ini disebabkan karena jika siswa sudah memiliki kemampuan berfikir analitis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan guru yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan guru yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan guru yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah kemampuan dalam mengelola kelas dengan sebaik-baiknya. Menurut Depdiknas (dalam Melaningsih, 2010:3),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu

TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem Based Learning (PBL) Problem based learning (PBL) adalah cara belajar dengan kelompok kecil yang distimulasi oleh skenario atau masalah. Dari masalah tersebut mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti lebih banyak diferensiasinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses kegiatan untuk memperoleh perubahan dengan tujuan, dimana setiap manusia memiliki cara yang berbeda. Kesulitan belajar yang dihadapi mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global saat ini, menuntut perguruan tinggi untuk menyesuaikan tuntutan dunia kerja, alasan ini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran sejak berdiri tahun 1993.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pergeseran paradigma pendidikan kedokteran di Indonesia dari pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher centered learning/tcl) kearah pembelajaran berpusat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pendidikan suatu negara adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pendidikan suatu negara adalah terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pendidikan suatu negara adalah terbentuknya individu yang cakap dan mandiri melalui suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini perkembangan teknologi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam rangkaian peristiwa sejarah, sejarah identik dengan konsep perubahan dimana konsep ini mengindikasikan bahwa segala hal yang ada didunia ini pasti mengalami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehidupan di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu.

Lebih terperinci

Perkuliahan Pada Pendidikan Dokter (Sistem Pembelajaran PBL) Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Perkuliahan Pada Pendidikan Dokter (Sistem Pembelajaran PBL) Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Perkuliahan Pada Pendidikan Dokter (Sistem Pembelajaran PBL) Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sistem Pendidikan di Fakultas Kedokteran Unand 1. Tahun 1955 1983 : Paradigma Klinik 2.

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. Pendukung utama terlaksananya sasaran pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian BAB I PENDAHULUAN E. Latar belakang Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belajar didefinisikan sebagai proses perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman, dan belajar juga didefinisikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah hal yang memiliki posisi penting di dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pencarian suatu metode dan model pembelajaran yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang literate terhadap sains.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bellanita Maryadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bellanita Maryadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan manusia yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika sebagai salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah, dimana masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem PBL (Problem Based Learning) merupakan metoda pembelajaran yang meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal berpikir kritis dan memecahkan masalah (problem solving

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA-BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 MAESAN BONDOWOSO Yulian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penguasaan suatu konsep di dalam upaya memperkaya informasi

BAB I PENDAHULUAN. Proses penguasaan suatu konsep di dalam upaya memperkaya informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses penguasaan suatu konsep di dalam upaya memperkaya informasi dan ilmu pengetahuan, telah banyak digunakan berbagai solusi untuk mencari tahu bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berkaitan erat dengan istilah belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar (Sudjana, 2013 : 28) menunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan sanggat tergantung pada proses pembelajaran di dalam kelas. Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi yang diharapkan dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi yang diharapkan dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi yang diharapkan dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (JPTE) dalam mempelajari materi kuliah pemrograman komputer adalah mampu memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar yang efektif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan interaksi antara guru sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada

PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada J.A. Comenius (1592-1670): Permulaan pembelajaran harus dimulai dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, karena belajarlah manusia bisa bertahan hidup dan bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan mendasar bagi calon perawat dalam pemahaman patofisiologi, penilaian klinis, dan prosedur keperawatan.

Lebih terperinci

Desain dan Pengembangan e-learning

Desain dan Pengembangan e-learning Desain dan Pengembangan e-learning Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. http://blog.uny.ac.id/hermansurjono Pendahuluan Pembelajaran di kelas Transfer pengetahuan/informasi Pendekatan kuliah/ceramah Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terbagi menjadi beberapa jenis, seperti yang tercantum pada penjelasan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 15,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA SKRIPSI Oleh : Ahmad Faizal NIM K4305026 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsep pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik profesional

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsep pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik profesional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikan harkat dan martabat

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6 Adult Learning dan Berpikir Kritis By : Kelompok 6 Anggota kelompok Wahyu Prasetyo A. (09020037) Cut Ainunin Nova (09020038) Riza Nur Azizi (09020039) Fadhiel Yudistiro (09020040) Fatimah (09020041) Erwin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan individual discovery, proses pembelajaran yang sebelumnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. merupakan individual discovery, proses pembelajaran yang sebelumnya lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia terus dilakukan oleh berbagai instansi yang dilandasi akan pentingnya pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang telah digunakan oleh pendidik selama lebih dari 50 tahun. Pembelajaran berbasis masalah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih lemahnya proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar mandiri merupakan faktor penting dalam sistem pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Belajar mandiri merupakan faktor penting dalam sistem pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self-directed Learning (SDL) atau belajar mandiri adalah usaha individu yang otonomi untuk mencapai kompetensi akademis. Knowles mendeskripsikan belajar mandiri sebagai

Lebih terperinci

KOMPONEN DESAIN INSTRUKSIONAL

KOMPONEN DESAIN INSTRUKSIONAL KOMPONEN DESAIN INSTRUKSIONAL Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI SISTEM INSTRUKSIONAL Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu system, yaitu menekankan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran dianggap dapat berhasil apabila proses dan hasil belajarnya baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berkembangnya ilmu dan teknologi telah membawa perubahan pada learning material atau materi pembelajaran. Dick and carey (1978 :127) menyatakan dua jenis pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada peserta didik telah diterapkan pada perguruan tinggi di dunia termasuk di Indonesia. Berbagai model telah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka misi pendidikan di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang berupaya untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, terampil, profesional, dan berdisiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Materi Ekologi merupakan materi yang mempelajari hubungan timbal balik

BAB I PENDAHULUAN. Materi Ekologi merupakan materi yang mempelajari hubungan timbal balik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Materi Ekologi merupakan materi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan (kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya) (KBBI, 1997). Ekologi

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN STANDAR PROSES PEMBELAJARAN BADAN PENJAMINAN MUTU (BAJAMTU) UNIVERSITAS GUNADARMA 2017 Deskripsi Standar Proses Pembelajaran adalah acuan proses pembelajaran, yang merupakan kriteria minimal pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN. 1. Pembelajaran Langsung 2. Pembelajaran Discovery 3. Pembelajaran Kooperatif 4. Pembelajaran Aktif

PEMBELAJARAN. 1. Pembelajaran Langsung 2. Pembelajaran Discovery 3. Pembelajaran Kooperatif 4. Pembelajaran Aktif PEMBELAJARAN 1. Pembelajaran Langsung 2. Pembelajaran Discovery 3. Pembelajaran Kooperatif 4. Pembelajaran Aktif Pembelajaran Langsung Philosophy Gagne (1977, 1985) Belajar adalah kegiatan komprehensif

Lebih terperinci

Desain dan Pengembangan e-learning Pendahuluan Desain E-learning Desain E-learning

Desain dan Pengembangan e-learning Pendahuluan Desain E-learning Desain E-learning 1 2 Desain dan Pengembangan e-learning Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. http://blog.uny.ac.id/hermansurjono Pendahuluan Pembelajaran di kelas Transfer pengetahuan/informasi Pendekatan kuliah/ceramah Permasalahan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING 111 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM PENGATURAN REFRIGERASI Raden I. Saputra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah banyak memberi pengaruh pada dunia pendidikan, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Penilaian Konvensional Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi siswa dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi siswa dengan lingkungannya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar terjadi karena adanya interaksi siswa dengan lingkungannya (Winarno, 2007). Proses belajar dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah, selain bertanggung jawab untuk mengatur,

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT DI KELAS RSBI XI IPA 1 SMA N 1 SURAKARTA SKRIPSI OLEH: KARTIKA WIDIASTUTI K4305016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar melibatkan keterampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara intensif di tanah air karena mutu pendidikan di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara intensif di tanah air karena mutu pendidikan di Indonesia masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu usaha yang harus dilakukan secara intensif di tanah air karena mutu pendidikan di Indonesia masih dalam kategori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan yang diinginkan (Slameto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan yang diinginkan (Slameto, 2010). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi adalah era dimana setiap individu dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi adalah era dimana setiap individu dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi adalah era dimana setiap individu dituntut untuk berkompeten dalam menghadapi persaingan hidup, untuk itu dalam rangka mempersiapkan generasi muda Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA (Sains) berupaya meningkatkan minat siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang alam seisinya yang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada buku panduan akademik PSIK tahun 2007 tercantum bahwa model pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sesuai kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat untuk mencari, mengembangkan dan juga membekali siswa dengan berbagai kompetensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada beberapa dekade sekarang ini, kegiatan pembelajaran tradisional yang didominasi pada guru (pembelajaran yang berpusat pada guru) cenderung menjadi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan era globalisasi membuat setiap orang harus mampu untuk bersaing sesuai kompetensi yang dimiliki. Upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) tertuju pada

Lebih terperinci

antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran

antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dapat dilakukan di mana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja. Belajar tidak dapat dibatasi oleh kondisi apapun selama manusia itu masih memiliki keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang penting pada mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010) yang mengungkapkan bahwa kemampuan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969, selanjutnya banyak fakultas

Lebih terperinci