BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB III METODE PENELITIAN. diberikan perlakuan. Penelitian eksperimen menurut Danim (2004) dapat

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok Pengertian layanan bimbingan kelompok

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

PENGEMBANGAN PERMAINAN SIMULASI KETERBUKAAN DIRI UNTUK SISWA SMP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

PENGENALAN DIRI. Materi Pelatihan. Waktu : menit (135 menit) Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instuksional Khusus : Metoda :

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

PENINGKATAN KONSEP DIRI POSITIF SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seorang

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok teman sebaya dan hubungan individu atau anggota kelompok yang mencakup

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang

Upaya Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karir Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas XII IPA di SMA N 8 Purworejo

BAB II LANDASAN TEORI. berdasarkan teori sosial kognitif. Bandura (1997) mendefinisikan self efficacy

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

c. Metode Curah Pendapat/Urun Pendapat/Brainstorming

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan Slameto (2003), belajar adalah

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan

skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PANDUAN PELATIHAN AUDITOR MUTU INTERNAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Sosial. tersebut cocok bagi suatu kelompok atau lingkungan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB II LANDASAN TEORI. dalam psikologi sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. berhasilnya suatu pendidikan yang berada di negara tersebut. Berhasilnya

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain

Nurul Hidayati Nafi ah dan Salmah Lilik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK

Upaya Mengatasi Keterlambatan Masuk Kelas Melalui Bimbingan Kelompok Dengan Menggunakan Media Sosiodrama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sebagai mahluk sosial, individu dituntut mampu mengatasi segala

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar merupakan hal yang selalu dilakukuan setiap individu dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang dipergunakan oleh guru. Pengertian lain ialah sebagai teknik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun

A. Standar Kompetensi 1. Memahami kebebasan berorganisasi.

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN KETERBUKAAN DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTAR TEMAN SEBAYA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK JOHARI WINDOW

cara-cara baru dan tidak terpaku pada satu cara saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan

Evaluasi rencana..., Dewi Resmini, FISIP UI, 2008.

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia yang berkualitas perlu disiapkan untuk berpartisipasi. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

Modul intervensi merupakan tindak lanjut dari hasil assesment. Modul intervensi seyogyanya tailor made, rasional dan mampu laksana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1. Pengertian Self Disclasure Keterbukaan diri cenderung bersifat timbal balik dan menjadi semakin mendalam selama hubungan komunikasi berlangsung. Hubungan yang baik dapat terbina bila seseorang mau mengungkapkan reaksi terhadap kejadian yang dialami orang lain akan mengenal diri seseorang bila orang tersebut mau terbuka. Menurut Johson (Supratiknya, 1994) menyatakan bahwa keterbukaan diri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap sesuatu yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, menurut Supratiknya (1994) keterbukaan diri dapat diartikan sebagai upaya mengungkapkan tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapi, termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan ketiga kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. 10

2.1.2. Ciri ciri Orang Terbuka Brooks dan Emmert (Rachmat, 2003) mengemukakan ciri-ciri orang terbuka dan orang tertutup (dogmatisme). Seperti yang terlihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 1. Ciri-ciri orang terbuka Terbuka 1. Menilai pesan secara obyektif, dengan menggunakan data dan keajekan Tertutup 1. Menilai pasar berdasar motif-motif pribadi logika 2. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa 3. Berorientasi pada isi 2. Berpikir simplistis, artinya berpikir hitam putih ( tanpa nuansa ). 3. Bersandar lebih banyak sumber pesan daripada isi pesan. 4. Mencari informasi dari berbagai sumber 4. Mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari sumbernya sendir, bukan dari kepercayaan orang lain. 5. Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya. 5. Secara kaku mempertahankan dan memegang teguh sistem kepercayaannya 6. Mencari pengertian pesan yang tidak 6. Menolak, mengabaikan, mendistorsi 11

sesuai dengan rangkaian kepercayaannya. dan menolak pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaannya. Ciri-ciri orang terbuka dapat diuraikan sebagai berikut :: a. Menilai pesan secara obyektif dengan menggunakan data dan logika. Orang yang dalam menerima pesan menggunakan akal pikiran yang baik, sedangkan pada orang tertutup cenderung menggunakan keyakinan. b. Mampu membedakan dan melihat nuansa dengan mudah. orang yang terbuka lebih mudah dalam membedakan situasi dan kondisi kapan mererka mau terbuka. c. Lebih menekankan pada isi. Dalam keterbukaan diri orang yang terbuka cenderung menekankan pada apa yang dibicarakan dari pada siapa d. Berusaha mencari informasi dario sumber lain. Mereka lebih senang mencari informasi dari berbagai sumber yang relefan sebagai bahan pertimbangannya. e. Bersifat profisional dan berusaha mencari informasi serta bersedia mengubah keyakinannya joika tidak sesuai dengan keadaan. Orang yang terbuka dan menerima kelemahannya dan berusaha untuk menyempurnakan dengan mencari informasi-informasi yang berhubungan dengan keyakinannya tersebut. 12

f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaaanya. Orang yang terbuka akan mampu menerima pesan yang tidak sesuai dengan gagasannya. Dari ciri-ciri di atas apabila diterapkan secara tepat dan didukung oleh sikap saling percaya akan dapat menciptakan hubungan yang intim. Begitu pula jika diterapkan dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Dalam proses mengajar tersebut diperlukan suatu keterbukaan diri dari siswa dan guru agar tercipta suatu interaksi yang baik karena diharapkan sikap keterbukaan diri tersebut dapat mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai dean saling mengembangkan hungan sehingga tercipta situasi belajar yang sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. 2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri Faktor-faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri menurut Jourard (Devito, 1989) adalah sebagai berikut : a. The Dyadic Effec Menurut Jourard (Devito, 1989 ) Bila seseorang membuka sesuatu tentang dirinya pada orang lain, ia cenderung memunculkan tingkat keterbukaan balasan pada orang yang kedua. Inilah yang disebut efek dyadic. Dari pernyataan diatas mengandung pengertian bahwa jika keterbukaan diri dilakukan secara baik dan akrab akan membangkitkan balasan keterbukaan diri yang serupa dari orang lain 13

dan bila keterbukaan diri dilakukan secara dangkal atau sederhana maka akan membangkitkan balasan keterbukaan diri. b. Audience Size Ukuran pendengar sangat mempengaruhi keefektifan seseorang dalam melakukan keterbukaan diri. Keterbukaan diri dinggap lebih efektif bila berada dalam situasi kelompok yang kecil dibandingkan jika berada dalam kelompok besar, karena dalam kelompok yang kecil interaksi anggota kelompok lebih mudah dan cepat mendapat respon atau umpan balik dari orang lain c. Topik Topik pembicaraan mempengaruhi kuantitas dan tipe keterbukaan diri. Dalam keterbukaan diri orang cenderung lebih suka terbuka tentang informasi mengenai pekerjaan atau hobi daripada tentang kehidupan keluarga atau keadaan ekonominya. d. Valance Dalam keterbukaan diri lebih ditekankan pada isi, maksudnya adalah lebih mengarah pada apa yang diungkapkan daripada kepada siapa informasi tersebut diungkapkan. Keterbukaan dianggap berhasil apabila seseorang memahami betul terhadap apa yang diinformasikan baik positif maupun negatif karena hal itu sangat menentukan dalam perkembangan selanjutnya. 14

e. Gender Dalam penelitian diungkapkan bahwa keterbukaan diri cenderung dimilikioleh kaum wanita daripada pria. Maksudnya adalah dalam kehidupan, wanita lebih terbuka kepada orang lain dari pada laki-laki. Pada dasarnya wanita dan pria sama-sama membutuhkan orang lain hanya saja wanita bila dalam kehidupan sehari-hari mengalami kejadian tertuntu atau informasi-informasi baik tentang dirinya maupun orang lain mereka cepat- cepat membaginya dengan orang lain baik kesenangan maupun kesusahan yang sedang dialami, sebaliknya laki-laki lebih senang diam atau memendam sendiri permasalahannya daripada membeberkan kepada orang lain akibatnya laki-laki lebih cepat terserang stress dan usianyapun tidak panjang. f. Receiver Relationship dalam keterbukaan diri penerima hubungan menjadi faktor penting. Karena keterbukaan diri dianggap berhasil jika ada umpan balik dari pendengar informasi. Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda harus kepada siapa mereka harus terbuka kepda temantemannya daripada orang tuanya, karena usia mereka yang tergolong remaja dimana mereka senang berkelompok dan meras lebih mudah dalam mengungkapkan reaksinya terhadap kejadia-kejadian tertentu karena merasa memiliki satu tujuan. Sebaliknya wanita lebih senang membuka 15

dirinya kepada orang tua atau teman prianya, karena mereka dianggap mampu membantu dan memberikan perlindungan kepada dirinya. 2.1.4. Aspek-aspek Keterbukaan diri Aspek-aspek keterbukaan diri siswa menurut Brooks dan Emeert (Nurmawati, 2005) adalah : a. Menilai pesan secara obyektif,dengan menggunakan data dan ketetapan logika Indikatornya :- Lebih melihat penilaian secara obyektif, logis,cukup bukti - Setiap pesan akan dievaluasi tidak berdasarkan desakan dari dalam individu (dogmatis, egois, kebiasaan diri ) b. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa. Indikator : - Berpikir pada bentuk antara - Tidak memiliki pola pikir yang sederhana c. Berorientasi pada isi Indikator : - Mengacu pada materi yang sedang dikerjakan - Tidak terikat pada otoritas yang lain. d. Memberi informasi dari berbagai sumber Indikator : - Terbuka terhadap pendapat orang lain - Menyerap informasi dari berbagai sumber 16

e. Lebih bersifat provesional dan bersedia mengubah kepercayaannya Indikator : - Mampu membuat perbandingan dari beberapa pendapat menjadi sebuah kepercayaan baru akan tetapi tetap mempertimbangkan. f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya Indikator : - Mampu memahami pesan yang tidak sesuai dengan gagasan atau penilaiannya - Tahan dalam suasana inkonsisten 2.2. Permainan Simulasi Bimbingan Kelompok 2.2.1. Bimbingan Kelompok Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2004). Berdasarkan pemaparan tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan kelompok untuk memberikan bantuan kepada peserta didik/siswa yang dilakukan oleh seorang 17

pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak. 2.2.2. Tujuan Bimbingan Kelompok Kesuksesan layanan bimbngan kelompok sangat dipengaruhi sejauh mana tujuan yang akan dicapai dalam layanan layanan kelompok yang diselenggarakan. Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 2-3) adalah sebagai berikut : a.tujuan Umum Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosisalisasi/berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak obyektif, sempit dan terkukung serta tidak efektif b.tujuan Khusus Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong 18

pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. 2.3. Teknik Bimbingan Kelompok Keberhasilan dari suatu program bimbingan akan ditentukan oleh ketepatan menggunakan teknik bimbingan disamping kemampuan dan ketrampilan petugas petugasnya. Menurut Hendra dkk (2003) ada beberapa teknik bimbingan kelompok yang perlu dipahami oleh para petugas bimbingan disekolah antara lain : teknik home room, diskusi kelompok, pelajaran bimbingan, kelompok kerja, pengajaran remidi, sosiodrama, psikodrama, ceramah bimbingan, karya wisata, organisasi siswa, proses katarsis dan wawancara bimbingan. Sedangkan menurut Romlah (2001) ada beberapa teknik dalam pelaksanaksanaan bimbingan kelompok, yaitu teknik pemberian informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah (problem solving), permainan peran (rale playing), permainan simulasi (simulation games), karya wisata (field trip) dan teknik penciptaan suasana kekeluargaan (home room). Teknik yang digunakan oleh Peneliti adalah menggunakan teknik permainan simulasi, karena dengan menggunakan teknik ini semua siswa bisa memecahkan masalah, memperjelas masalah dan mengembangkan pribadi individu siswa 19

2.4. Permainan Simulasi Model permainan simulasi didesain untuk membantu siswa mempelajari dan menganalisis dunia nyata secara aktif. Siswa yang terlibat dalam simulasi mempunyai peranan masing-masing dan berinteraksi dengan siswa yang lainnya. Siswa mengambil keputusan sendiri dan menanggung konsekuensi dari keputusannya. Metode pembelajaran yang seperti ini, tentunya memudahkan siswa memahamai konsep-konsep permainan, karena objek yang dipelajari siswa dapat mengalami dalam kehidupan sehari-hari. (Hasibuan dan Moedjiono, 1993). Menurut Adams dalam Romlah (2001) menyatakan bahwa permainan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya permainan simulasi dapat dikatakan merupakan gabungan antara teknik permainan perasaan dan teknik diskusi. Cara melaksanakan permainan simulasi, langkah yang pertama adalah menentukan peserta permainan yaitu terdiri dari fasilitator, penulis, pemain, pemegang peran dan penonton. Setelah peserta permainan ditentukan, permainan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menyediakan alat permainan beserta kelngkapannya. b. Fasilitator menjelaskan tujuan permainan. 20

c. Menetukan permainan, pemegang peran dan penulis. d. Menjelaskan aturan permainan. e. Bermain dan berdiskusi. f. Menyimpulkan hasil diskusi. g. Menutup permainan dan menentukan waktu dan tempat bermain berikutnya Menurut Sukmadewi (2003) menyatakan bahwa ada tahap-tahap dalam model pembelajaran permainan simulasi dibagi atas empat bagian, yaitu: orientasi (orientations), penyiapan peserta, dalam hal ini siswa (participant preparations), pelaksanaan simulasi (simulation/enactment operations), diskusi. a. Orientasi Siswa memerlukan orientasi terhadap permainan simulasi yang akan diikuti. tahap ini bermanfaat bagi siswa jika sebelumnya tidak pernah mengikuti kegiatan pembelajaran yang menggunakan simulasi. Perlu dijelaskan kepada siswa mengenai permasalahan yang akan disimulasikan, Bagian terpenting dalam fase ini adalah penjelasan terhadap situasi simulasi. Siswa diberikan bayangan-bayangan dalam pelaksanaan simulasi. Hal lain yang perlu dijelaskan kepada siswa adalah tentang tujuan yang akan dicapai setelah permainan simulasi selesai. Penjelasan terhadap situasi permainan dimaksudkan 21

untuk memberikan arah dan pedoman dalam melakukan pembahasan terhadap hasil hasil simulasi. b. Penyiapan peserta Bagian-bagian ini sebagai berikut : a. menyusun scenario simulasi. b. menetapkan prosedur. c. mengorganisasikan peserta. Guru menyusun dan menjelaskan kepada siswa skenario simulasi, yaitu tentang apa saja yang akan dilakukan oleh peserta simulasi. Termasuk di dalamnya adalah aturan-aturan yang harus diikuti siswa, prosedur dan keputusan-keputusan yang harus dilakukan. Langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan peserta. Jika siswa perlu dikelompokkan, maka guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Berikutnya adalah pembagian peranan dalam permainan simulasi. Siapa atau kelompok mana yang mempunyai suatu peranan perlu dijelaskan kepada siswa. Juga, apa yang dilakukan oleh masing-masing pemegang peran. c) Pelaksanaan simulasi Bagian ini terdiri atas simulasi, dan penutup simulasi. Pelaksanaan simulasi adalah bagian utama dari metode ini. Semua komponen berinteraksi untuk 22

memperoleh pengalaman-pengalaman yang disimulasikan, selanjutnya hal itu dipahami sebagai bagian dari pelajaran. Siswa menerapkan permainan, sementara fasilitator memfasilitasi pelaksanaan simulasi. Fasilitator yang dilakukan sangat penting, karena menginginkan siswa untuk mempunyai cukup kebebasan untuk menganalisis situasi, menyelesaikan permasalahan, dan membuat keputusan tanpa terlalu banyak partisipasi dari guru. Siswa akan mempunyai pengertian di dalam dirinya bahwa telah melakukan sesuatu untuk memperoleh pengetahuan bagi dirinya sendiri. Singkatnya, guru hanya mengarahkan jika perlu, khususnya menjaga siswa agar berada dalam perannya masing-masing. d) Diskusi Bagian dari diskusi adalah berikut ini. a. Refleksi terhadap pelaksanaan simulasi, b. Menghubungkan simulasi dengan dunia nyata. Permainan simulasi bukanlah pengalaman belajar, tetapi pembelajaran yang sebenarnya baru ditentukan setelah diskusi. Setalah diskusi berakhir, barulah siswa memperoleh pelajaran yang dituntut untuk dikuasai oleh siswa. Pada bagian ini terdapat empat hal yang harus diperhatikan, yaitu: pengalaman, identifikasi, analisis dan generalisasi. Pada metode ini, semua pengalaman 23

yang diperoleh selama simulasi perlu direview agar nantinya dihubungkan dengan dunia nyata. Identifikasi bermakna mendeskripsikan pengalaman dalam data-data yang terkumpul. Analisis dilakukan untuk melihat simulasi secara lebih mendalam dan bermakna, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih baik. Terakhir adalah generalisasi, yaitu membuat generalisasi dari hasil-hasil yang diperoleh selama simulasi untuk memperoleh pengetahuan yang dituntut untuk dikuasai oleh siswa. 2.5. Penelitian yang Relevan Dias Ratnawati (2007), dalam penelitiannya menemukan bahwa layanan bimbingan kelompok (permainan simulasi) efektif dalam meningkatkan keterbukaan diri siswa SMA Negeri Getasan Kabupaten Semarang. Romi Dwi Setyo Wibowo (2010), menemukan bahwa teknik permainan simulasi (bimbingan kelompok) efektif dalam meningkatkan keterbukaan diri siswa SMA Negeri 3 Malang yang ditunjukan dengan adanya perbedaan interaksi antara kelompok eksperimen dengan kontrol. Selain itu dalam penelitian Astri dityaningrum (2010), menemukan bahwa treatment permainan simulasi terbukti efektif untuk meningkatkan keterbukaan diri siswa SMA Salahudin. 24

2.6. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : Teknik permainan simulasi efektif dapat meningkatkan keterbukaan diri pada siswa kelas XI E SMK PGRI 2 Salatiga. 25