PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO Basori Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan proses dan hasil belajar menulis permulaan siswa kelas II SD Negeri Janti Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo menggunakan teknik kata lembaga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Hasil penelitian membuktikan bahwa teknik kata lembaga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil menulis siswa. Pada siklus I, rata-rata hasil nilai proses adalah 56,25 dengan persentase ketuntasan 80%, sementara rata-rata hasil nilai menulis adalah 65,88 dengan persentase ketuntasan 30%. Pada siklus II, rata-rata hasil nilai proses adalah 86,88 dengan persentase ketuntasan adalah 92%, sementara rata-rata hasil menulis adalah 86,87 dengan persentase ketuntasan 100%. Kata Kunci: peningkatan, menulis permulaan, teknik kata lembaga Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang turut andil dalam menentukan keberhasilan kemampuan menulis yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar selanjutnya. Kelas II sekolah dasar adalah jenjang pendidikan awal, di sini mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia lebih dititik beratkan pada keterampilan menulis siswa. Materi menulis diberikan kelas II sekolah dasar dengan tujuan agar peserta didik mampu mengenal huruf, selanjutnya merangkai menjadi sebuah kata, kemudian sebuah kalimat yang harus dipahami maknanya. Secara sederhana, menulis kelas II sekolah dasar lebih ditekankan pada upaya pengenalan huruf, artinya mendidik anak agar dapat mengenali dan mengubah lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pelaksanaan pengajaran menulis di kelas II sekolah dasar tidaklah mudah seperti pelaksanaan pengajaran di SMP maupun SMA. Kondisi psikologis yang masih labil juga merupakan faktor yang menghambat pelaksanaan pengajaran menulis di kelas II sekolah dasar. Guru dapat melatih peserta didiknya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya. Berbagai metode dan pendekatan pembelajaran menulis juga dapat diujicobakan siswa sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis. Pemerintah melalui Dinas Pendidikan membuat kebijakan untuk mengajarkan menulis di sekolah mulai tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah atas. Pembelajaran menulis yang diajarkan pertama kali untuk siswa kelas II SD adalah menulis permulaan. Menulis permulaan sebagai dasar dan modal awal bagi seorang pembaca untuk dapat menulis pada tingkat tingkat berikutnya. Dalam KTSP 2006 yang terdapat dalam NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014 Halaman 288
kompetensi dasar, pada siswa kelas II SD diharapkan mampu menulis beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas tiga sampai lima kata. Untuk memenuhi kompetensi dasar tersebut, siswa perlu diberikan pembelajaran menulis permulaan dengan cara yang tepat dan benar, agar mereka dapat menulis dengan mudah sekaligus memahami isinya. Mengingat masingmasing siswa mempunyai irama perkembangan dan kematangan yang berbeda-beda, maka guru di tuntut agar dapat memilih dan menggunakan teknik atau pendekatan menulis permulaan dalam kegiatan pembelajaran secara tepat dan benar. Dalam pembelajaran menulis permulaan di sekolah, guru menggunakan metode mengeja. Dengan metode mengeja, banyak siswa mengalami kesulitan dalam menulis kata-kata yang menggunakan konsonan atau vokal rangkap. Untuk mengatasinya, peneliti menggunakan teknik kata lembaga dalam pembelajaran membaca permulaan. Dengan menggunakan teknik kata lembaga, siswa akan belajar menulis dalam bentuk kata, bukan dalam bentuk suku kata. Kata-kata tersebut ditulis dengan prosedur (1) kata di uraikan menjadi suku kata-suku kata, (2) suku kata diuraikan menjadi huruf demi huruf, (3) huruf demi huruf dirangkai menjadi suku kata, (4) suku kata -suku kata dirangkai menjadi kata (Haryadi, 2006:47). Berdasarkan uraian di depan, peneliti akan mencari solusi atas permasalahan yang muncul akibat rendahnya keterampilan menulis siswa, terutama siswa kelas II SDN Janti Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014. Solusi yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis bahasa Indonesia adalah pembelajaran menulis menggunakan teknik kata lembaga. Berdasarkan latar belakang, masalah penelitian ini adalah (1) b agaimanakah peningkatan proses pembelajaran membaca menulis permulaan siswa kelas II SD Negeri Janti Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo menggunakan teknik kata lembaga dan (2) bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran membaca menulis permulaan siswa kelas II SD Negeri Janti Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo menggunakan teknik kata lembaga. Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan proses belajar menulis permulaan siswa kelas II SD Negeri Janti Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo menggunakan teknik kata lembaga dan (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar menulis permulaan siswa kelas II SD Negeri Janti Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo menggunakan teknik kata lembaga. Hasil penelitian ini dapat berguna baik secara praktis maupun teoritis. Secara praktis, hasil penelitian dapat bermanfaat bagi guru-guru SDN Janti Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo pada umumnya, dan guru kelas II sebagai sarana untuk melihat efektifitas teknik kata lembaga dalam pembelajaran membaca menulis permulaan yang sudah dilaksanakan selama ini. Dengan melihat kondisi objektif tersebut, guru kelas II dapat melaksanakan perbaikan atau peningkatan pembelajaran membaca menulis permulaan sehingga proses dan hasil pembelajaran membaca menulis semakin lebih baik. Secara teoritis, hasil penelitian ini bisa memvalidasi teori yang menyatakan bahwa (1) belaj ar tidak hanya sekedar menghafal, (2) siswa belajar dari mengalami, (3) pengetahuan yang dimiliki seorang siswa terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan, (4) NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014 Halaman 289
pengetahuan tidak dapat dipisahpisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan, (5) siswa mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru, (6) siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilakukan di kelas II SDN Janti Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, siklus pertama pada tanggal 19 Desember 2013 dan siklus kedua pada tanggal 23 Desember 2013. Pemilihan SDN Janti sebagai tempat penelitian dikarenakan (1) peneliti mengajar di SDN Janti; (2) siswa kelas II SDN Janti mengalami kesulitan menulis permulaan; dan (3) penggunaan teknik kata lembaga dalam menulis permulaan belum pernah digunakan. Subjek penelitian adalah siswa kelas IISDN Janti yang berjumlah 10 siswa yang terdiri dari 4 perempuan dan 6 laki-laki. Mereka berasal dari lingkungan yang berbeda, ada yang dari TK dan ada pula yang berasal dari rumah tangga. Mereka juga berasal dari keluarga yang bervariasi, seperti buruh tani, petani, dan sebagian kecil adalah pedagang. Keadaan ekonomi sosial mereka juga bervariasi. Langkah-langkah penelitian meliputi persiapan dan pelaksanaan penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan antara lain (1) menyiapkan model pembelajaran yang akan digunakan dan materi yang akan diajarkan, (2) menyiapkan rencana pembelajaran dengan teknik kata lembaga, (3 ) menetapkan pelaksanaan penilaian proses dan hasil pembelajaran mengenai menulis permulaan menggunakan teknik kata lembaga, (4) menyiapkan alat yang akan digunakan dalam penelitian, dan (5) menyiapkan data siswa kelas II. Pelaksanaan penelitian menjelaskan tentang jumlah putaran yang dilaksanakan dalam rangka memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Masing-masing putaran terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti. Dalam hal ini, peneliti secara berkesinambungan mengamati, mencatat, merefleksi, dan mempelajari secara mendalam seluruh rangkaian pembelajaran. Untuk mendukung dan memperlancar pelaksanaan penelitian, peneliti juga menyiapkan instrumen pendamping lainnya, yakni (1) silabus, (2) rencana pembelajaran, (3) lembar pengamatan awal, (4) lembar observasi, (5) lembar refleksi, dan (6) lembar evaluasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Data awal yang diperoleh menunjukkan bahwa pembelajaran menulis permulaan di kelas II SD Negeri Janti, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo belum berjalan dengan lancar sehingga hasil belajar siswa masih jauh dari target yang diharapkan. Hal itu terlihat dari kegiatan pembelajaran yang berlangsung dan dari hasil evaluasi yang diberikan guru. Pada saat pembelajaran berlangsung, minat belajar siswa tampak masih rendah. Hal itu terbukti dari berbagai fakta, yaitu siswa bermain sendiri, siswa kurang aktif, dan siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Pada saat pembelajaran menulis permulaan di kelas II SD Negeri Janti, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 65,40. Dari 10 siswa kelas II, hanya tiga siswa yang mendapat nilai lebih besar dari nilai Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yaitu 70. NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014 Halaman 290
Hasil Penelitian Siklus I Pada siklus pertama ini disajikan hasil penelitian satu putaran yang terdiri dari 1) perencanaan tindakan; 2) pelaksanaan tindakan yang berupa kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, kegiatan penutup; 3) observasi tindakan; dan (4) refleksi tindakan. Perencanaan Untuk melaksanakan penelitian, diperlukan suatu rancangan penelitian yang akan digunakan sebagai bahan intervensi, yaitu penyusunan desain pembelajaran menulis permulaan menggunakan teknik kata lembaga. Dalam silabus telah direncanakan secara lengkap tentang satuan pendidikan, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi ajar, media dan sumber pembelajaran, rencana penilaian, serta alokasi waktunya. Satuan pendidikan telah disebut menulis permulaan dengan mendeskripsikan benda di sekitar dan menyalin puisi anak. Sedangkan dalam kompetensi dasar adalah menulis permulaan dengan mendeskripsikan benda di sekitar. Kompetensi dasar tersebut lebih rinci ditulis dalam indikator pembelajaran, yaitu 1) menulis kata sederhana, 2) menulis kata berkonsonan rangkap, dan 3) menulis kalimat sederhana. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan indikator tersebut, dipilih materi pembelajaran yang sesuai dengan tema, yaitu hewan dan tumbuhan. Untuk mendukung materi pembelajaran, guru merencanakan menggunakan media gambar karena dapat mengingatkan pada peristiwa yang pernah dilalui. Dalam rencana penilaian, guru menugaskan siswa untuk menuliskan nama hewan dan atau tumbuhan, serta membuat kalimat dari nama hewan dan atau tumbuhan itu. Di akhir pembelajaran, siswa diberikan PR untuk berlatih menulis sesuai contoh yang diberikan dan akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Penilaian tersebut dilengkapi dengan instrumen penilaian berupa lembar observasi untuk menilai hasil tulisan siswa. Pelaksanaan Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dijelaskan skenario pembelajaran yang meliputi kegiatan awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru melaksanakan apersepsi. Dengan apersepsi, guru memiliki tujuan untuk mengajak siswa mengungkapkan sesuatu berdasarkan pengalamannya sehingga dapat dibahas dalam materi pembelajaran. Kelanjutan dari kegiatan awal adalah kegiatan inti pembelajaran. Sebelum mengadakan tanya jawab, guru memasang beberapa gambar yang akan dibahas dalam pembelajaran ini. Guru kemudian menjelaskan tentang gambargambar yang dipasang di papan tulis. Selanjutnya guru menjelaskan langkahlangkah menulis dengan teknik kata lembaga. Untuk kata sederhana, caracara yang dilakukan adalah 1) menuliskan satu kata yang telah disebutkan siswa, misalnya sapi; 2) menguraikan kata atas suku-sukunya, sa pi; 3) menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya, s a p i; dan 4) menggabungkan huruf dengan kata, sapi. Untuk kata berkonsonan rangkap, cara yang digunakan sama, namun menggunakan kata-kata berkonsonan rangkap yang disebutkan siswa, seperti kerbau, kucing, anjing, anggrek, dan lain-lain. Setelah selesai menjelaskan keduanya, guru lantas memberi latihan pada siswa. Siswa diminta untuk menuliskan nama binatang atau tumbuhan sesuai gambar yang dipajang. Setelah selesai menulis nama, siswa diminta untuk membuat kalimat dengan memakai nama-nama binatang atau tumbuhan yang mereka dapat. Semua siswa aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebagian NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014 Halaman 291
siswa yang belum mengerti masih menanyakan kepada gurunya. Guru dengan sabar membimbing setiap siswa dalam mengerjakan tugasnya. Semua siswa melanjutkan mengerjakan tugasnya masing masing. Ada beberapa siswa yang melihat hasil tulisan temannya. Ada pula beberapa siswa yang masih menanyakan tentang tulisannya. Guru dengan sabar membimbing dan megarahkan siswanya dalam mengerjakan tugasnya. Kemudian masing-masing siswa melaporkan hasil pekerjaannya. Mereka mempunyai hasil kerja yang berbedabeda. Perbedaan itu diharapkan akan menyempurnakan pengalaman siswa. Kemampuan itu dapat dilakukan dengan komunikasi dua arah antara siswa satu dengan yang lainnya. Tentu hal ini akan membuat kerangka berpikir siswa menjadi mudah dan terarah. Setelah masing-masing siswa membacakan hasil pekerjaannya, guru mengajak siswa membahas dan menyimpulkannya. Pengamatan Pengamatan tindakan ditekankan pada penilaian atas proses pembelajaran dan hasil menulis siswa. Jadi, kemampuan menulis permulaan yang dinilai bukan hanya hasilnya, tetapi juga prosesnya. Berikut disajikan daftar-nilai hasil proses dan hasil menulis permulaan siklus I siswa kelas II SD Negeri Janti Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo. Setelah dilihat pada tabel hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran pada siklus I belum berhasil. Refleksi Refleksi diarahkan pada 1) kegiatan awal pembelajaran, 2) kegiatan inti pembelajaran, dan 3) kegiatan penutup pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang digunakan pada siklus I secara umum sudah cukup baik. Akan tetapi, nilai akhir secara individual masih kurang karena banyak siswa yang belum mampu menulis dengan benar. Peranan media gambar pada pelaksanaan tindakan ini belum memberikan hasil yang optimal karena pemahaman anak tentang nama gambar dengan kata yang harus dipasangkan masih belum dapat menyatu. Meskipun dapat menyebutkan nama gambar dengan baik, siswa tetap saja kesulitan untuk menuliskannya. Pada kegiatan inti secara keseluruhan masih kurang. Dalam kegiatan ini masih tampak dominasi siswa yang tidak bisa menulis permulaan. Siswa yang belum bisa menulis sangat terlihat jelas sehingga mereka bergantung pada teman-teman yang pandai. Selain itu, siswa belum terbiasa dengan metode yang baru sehingga cenderung bingung dan kurang merespons kegiatan yang seharusnya mereka lakukan. Pada saat menunjukan hasil kerjanya, banyak siswa yang tidak memperhatikan temannya di depan. Kondisi itu disebabkan guru kurang bisa mengelola kelas sehingga kondisi kelas kurang kondusif selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Namun, kegiatan penutup sudah bagus karena siswa diberi kesempatan untuk melaksanakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Karena masih ada kekurangan pada hasil pengamatan siklus I, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian ke siklus ke II agar nilai siswa dapat memenuhi KKM. Hasil Penelitian Siklus II Sebagaimana kegiatan pada siklus I, pada kegiatan ini disajikan hasil penelitian berupa 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan yang berupa kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, kegiatan penutup pembelajaran, 3) observasi tindakan, dan 4) refleksi tindakan. Perencanaan NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014 Halaman 292
Perencanaan pembelajaran pada siklus II sebenarnya hampir sama dengan siklus I. Perbedaannya terletak pada penjelasan guru tentang cara menulis menggunakan teknik kata lembaga. Pada siklus I, guru secara runtut menjelaskan cara menulis menggunakan teknik kata lembaga. Namun pada siklus II siswa sudah paham dalam mengerjakan tugas yang diberikan sehingga guru tidak perlu mengulang penjelasan tentang menulis dengan teknik kata lembaga. Dalam siklus II ini guru masih menggunakan teknik kata lembaga agar siswa mampu melakukan perbaikan. Selain itu, digunakan pula metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan pemberian tugas. Pelaksanaan Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dijelaskan skenario pembelajaran yang meliputi kegiatan awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit, dimulai dengan mengondisikan kelas untuk siap belajar dengan ucapan salam pembuka. Setelah itu, guru mengadakan apersepsi dengan menyanyikan lagu alphabet, tanya jawab tentang lagu, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memberi tugas yang akan dikerjakan siswa. Setelah melakukan apersepsi, guru kembali memajang gambar hewan dan tumbuhan di papan tulis. Siswa disuruh mengamati gambar-gambar tersebut, lalu bertanya jawab tentang pembelajaran menulis permulaan yang dulu belum berhasil. Karena itu, perlu perbaikan agar semua siswa mampu menulis permulaan dengan baik dan benar. Setelah menggali ingatan siswa tentang menulis dengan teknik kata lembaga, guru lantas memberi latihan pada siswa. Siswa diminta untuk menuliskan nama binatang atau tumbuhan sesuai gambar yang dipajang. Setelah selesai menulis nama, siswa diminta untuk membuat kalimat dengan memakai nama-nama binatang atau tumbuhan yang mereka dapat. Pada akhir kegiatan, siswa membacakan hasil tulisannya di depan kelas. Setelah itu, siswa bersama guru memberi komentar atas hasil pekerjaan siswa lainnya. Guru memberi pujian bagi siswa yang paling benar dalam menulis, disusul dengan tanya jawab tentang hal-hal yang belum dimengerti siswa. Setelah menyimpulkan cara menulis dan membaca yang benar, guru memberi pesan moral agar siswa lebih giat belajar, karena untuk menjadi orang sukses bukan dengan berdiam diri tapi karena giat belajar. Pengamatan Pengamatan tindakan ditekankan pada penilaian atas proses pembelajaran dan hasil menulis siswa. Jadi, kemampuan menulis permulaan yang dinilai bukan hanya hasilnya, tetapi juga prosesnya. Berikut disajikan daftar-nilai hasil proses dan hasil menulis permulaan siklus II siswa kelas II SD Negeri Janti Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo. Setelah dilihat pada tabel hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran pada siklus II sudah berhasil. Refleksi Refleksi diarahkan pada 1) kegiatan pendahuluan pembelajaran, 2) kegiatan inti pembelajaran, dan 3) kegiatan penutup pembelajaran. Kegiatan pendahuluan pembelajaran dilakukan pada tahap awal menulis, sedangkan tahap akhir dan pelaporan dilakukan pada awal kegiatan guru memberikan penjelasan. Dalam memberikan penjelasan, guru berbicara seperlunya agar alokasi waktu yang digunakan tidak tersita. Penjelasan yang diberikan guru berapa langkah-langkah pelaksanaan NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014 Halaman 293
sesuai tujuan pembelajaran sehingga siswa dapat mengikuti secara efektif dan efisien. Kegiatan inti pembelajaran dilakukan terhadap basil tindakan yang berupa proses dan hasil. Dari hasil refleksi yang dilakukan secara kolaboratif dengan guru kelas II, dapat dikemukakan bahwa hasil tindakan yang berupa proses sudah dilakukan dengan baik. Pada tahap awal menulis, kegiatan mengamati gambar juga sudah berjalan dengan baik. Pada tahap penulisan, beberapa proses kegiatan telah dilakukan siswa. Dengan bimbingan dan penjelasan guru, siswa dapat melaksanakan dengan baik. Mereka yang belum mengerti langsung bertanya kepada guru. Tahap revisi dan publikasi pun telah dilakukan siswa dengan baik, mulai dari menulis kata sederhana, menulis kata berkonsonan rangkap, dan membuat kalimat sederhana. Sementara itu, hasil tindakan melaporkan hasil tulisan di depan kelas juga dapat dikatakan baik.berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka kegiatan perbaikan bisa dihentikan pada siklus II. Sekolah bertanggung jawab dalam pelaksanaan kurikulum yang mencakup 1) pengembangan silabus; 2) perencanaan pembelajaran dan penilaian; dan (3) pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran, serta pelaksanaan dan pengelompokan penilaian hasil belajar (Majid, 2006:38). Berdasarkan uraian tersebut, maka pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru adaiah membuat silabus, membuat perencanaan pembelajaran dan penilaian, pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran, serta pelaksanaan dan pengelompokan penilaian belajar. Pada penelitian ini mata pelajaran yang diteliti adaiah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kelas yang dijadikan subjek penelitian adaiah kelas II semester II. Tema yang dipilih adalah mengenal hewan dan tumbuhan di sekitar. Strategi pembelajarannya adalah menulis permulaan menggunakan teknik kata lembaga. Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah 2x35 menit (1 kali pertemuan) dengan menggunakan dua siklus, siklus I satu kali pertemuan, dan siklus II satu kali pertemuan. Pembelajaran menulis permulaan meggunakan tahapan-tahapan mulai dari mengamati gambar, menulis kata, dan membuatnya menjadi kalimat sesuai ejaan yang benar. Pada kegiatan akhir diadakan tanggapan dan penilaian bersama terhadap jalannya pembelajaran. Pada kegiatan penutup, guru dan siswa mengadakan refleksitentang kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dan guru memberi penguatanterhadap siswa dengan memberikan pujian bahwa siswa telah melakukanpembelajaran sesuai perencanaan. Berdasarkan penjabaran temuan penelitian dan tujuan umum pembelajaran pada Bab IV, dapat ditunjukkan adanya urutan pembelajaran mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan, dan hasil pelaksanaan. Pada perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah menentukan standar kompetensi. Pada penelitian ini standar kompetensi yang dipilih adalah menulis permulaan dengan mendeskripsikan benda di sekitar dan menyalin puisi anak. Kompetensi dasar yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar secara sederhana dengan bahasa tulis. Hasilpenelitian yang dijabarkan pada Bab IV menunjukkan bahwa peran guru sangat besar untuk mencapai keberhasilan siswa dalam pembelajaran menulis permulaan. Peran guru disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran menulis permulaan menggunakan teknik kata lembaga. NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014 Halaman 294
Pembelajaran menulis permulaan menggunakan teknik kata lembaga ditekankan pada keaktifan siswa. Peserta didik diharapkan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai potensi masingmasing. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran seorang guru perlu menyusun rencana pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif, sistimatis, dan efisien. Kegiatan terstruktur adalah kegiatan yang direncanakan untuk dilakukan siswa dalam rangka pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran dapat aktif, kreatif, dan menyenangkan, guru sebaiknya menggunakan beberapa metode pembelajaran. Metode yang digunakan sebaiknya bervariasi agar kegiatan belajar mengajar dapat menyenangkan. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Apabila digunakan dengan tepat, sarana dan prasarana akan dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Pada pembelajaran menulis permulaan dengan teknik kata lembaga juga menggunakan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang digunakan pada penelitian ini adalah 1) gedung sekolah, 2) ruang kelas, 3) meja kursi, dan 4) gambar-gambar. Gedung sekolah merupakan sarana untuk kegiatan pembelajaran formal, ruangkelas digunakan untuk kegiatan belajar mengajar menulis permulaan, meja kursi dimanfaatkan siswa untuk mengonsep tulisan yang ada pada gambar, dan gambar dimanfaatkan untuk memancing imajinasi siswa sehingga mampu menulis dengan benar. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada masing-masing siklus, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik kata lembaga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar menulis pada siswa kelas II SDN Janti, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo. Penggunaan teknik kata lembaga pada pembelajaran Bahasa Indonesia terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis pemulaan, baik dalam proses maupun hasil. Hal itu dapat dibuktikan dari meningkatnya hasil prestasi siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, rata-rata hasil nilai proses adalah 56,25 dengan persentase ketuntasan 80%, sementara pada siklus II meningkat menjadi 6,88 dengan persentase ketuntasan 92%. Selain peningkatan proses, penggunaan teknik kata lembaga juga terbukti dapat meningkatkan hasil nilai menulis siswa. Hal itu dapat dibuktikan dari meningkatnya hasil prestasi siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, rata-rata hasil nilai menulis adalah 65,88 dengan persentase ketuntasan 30%, sementara pada siklus II meningkat menjadi 86,87 dengan persentase ketuntasan 100%. Saran Setelah peneliti melakukan penelitian berdasarkan rumusan masalah, maka peneliti memiliki beberapa saran bagi berbagai pihak. Bagi guru kelas II, penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan pada anak. Siswa juga diharapkan lebih antusias, disiplin, tekun, dan kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Bagi penyusun bahan ajar, materi dalam pembelajaran menulis permulaan menggunakan teknik kata lembaga dapat digunakan untuk NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014 Halaman 295
contoh penyusunan bahan ajar. Bagi penyusun kurikulum, penelitian ini dapat dijadikan acuan alternatif dalam penyusunan kurikulum. Sementara bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menemukan strategi lain dalam pembelajaran menulis sehingga pembelajaran dapat lebih menyenangkan, bergairah, dan bermakna. DAFTAR RUJUKAN Akhdiah, Sabarti. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa. Jakarta: Dirjen Depdiknas. BSNP. 2006. Model KTSP dan Model Silabus Mata Pelajaran SD/MI. Jakarta: Cipta Jaya. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pembelajaran dengan Alat Peraga Pias-Pias Huruf. Jakarta: UI Press. Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi. Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014 Halaman 296