Bab 5 Ringkasan Komik atau yang dikenal dengan sebutan manga adalah salah satu budaya pop negeri sakura, Jepang. Dewasa ini, manga tidak hanya dikenal di Jepang. Saat ini manga telah dikenal luas oleh masyarakat dunia. Kini, manga pun tidak hanya ada dalam versi bahasa Jepang. Saat ini kita tidak perlu harus bisa bahasa Jepang untuk membaca manga Jepang, karena saat ini banyak sekali manga Jepang yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Tentu saja dalam hal ini kegiatan menerjemahkan adalah unsur yang primer atau utama. Menerjemahkan berarti mengubah teks dari suatu bahasa ke bahasa lain. Untuk menerjemahkan teks, seorang translator diharapkan tidak hanya menguasai kedua bahasa. Translator pun dituntut harus mengerti budaya kedua Negara. Terutama dalam penerjemahan novel, komik dan cerita fiksi lainnya. Hal ini dikarenakan dalam teks pada novel, komik dan cerita fiksi lainnya sering muncul suatu kata yang tidak mungkin dapat diterjemahkan secara harafiah ke bahasa target. Dan kerap kali kata tersebut memiliki kaitan atau unsur budaya yang tidak dimiliki oleh kedua negara asal bahasa tersebut. Sehingga untuk dapat menerjemahkan kata tersebut, translator harus mengerti budaya bahasa sumber untuk mendapatkan pengertian secara benar. Translator juga harus mengerti budaya bahasa target agar dapat menemukan padanan kata yang atau semirip mungkin. Terdapat beberapa metode penerjemahan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli terjemahan seperti Newmark, Nida dan yang lainnya. Pada penulisan ini, penulis memilih dua diantara sekian banyak metode penerjemahan yang ada agar penulisan ini 48
lebih spesifik dan tidak meluas. Metode yang dipilih oleh penulis adalah metode pelesapan dan metode penyetaraan yang dikemukakan oleh Newmark. Setelah melakukan analisis, penulis menyimpulkan bahwa dari kedua metode penerjemahan yang disampaikan oleh penulis; metode pelesapan dan metode penyetaraan; metode penyetaraan adalah metode yang lebih sering digunakan dalam menerjemahkan teks dalam bahasa Jepang ke bahasa Indonesia dibandingkan metode pelesapan. Terutama dalam penerjemahan komik. Sedangkan metode pelesapan adalah metode yang lebih jarang digunakan dalam menerjemahkan teks bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. Berikut adalah grafik kean penggunaan kedua metode dari hasil analisis penulis pada bab 3 sebelumnya. Grafik Hasil Analisis Dengan Metode Pelesapan tidak 57% 43% Grafik Hasil Analisis Dengan Metode Penyetaraan tidak 0% 100% 49
Berikut penulis juga akan mendaftar kata yang mengalami metode pelesapan dan metode penyetaraan. Tabel 30. Daftar Kata Yang Mengalami Metode Pelesapan dan Penyetaraan Kata yang mengalami metode pelesapan ものびちゃんにあのこと歌そんならきこえなったちゃんときょだい Kata yang mengalami metode penyetaraan Dia Sekarang Kemana? Dia Kita Giant! Kami Kamu Ini Piringan hitam Kita Mengeluarkan Nobita 50
Dari tabel diatas kita dapat melihat dengan jelas bahwa dalam penerjemahan bahasa Jepang ke bahasa Indonesia penggunaan metode penyetaraan lebih sering digunakan dibandingkan dengan metode pelesapan. Dan pada penggunaan metode penyetaraan kata yang sering dimunculkan adalah kata penunjuk pelaku atau subjek. Metode penyetaraan sering digunakan untuk memunculkan subjek atau unsur pelaku. Hal ini di karenakan pada teks bahasa sumber dalam hal ini bahasa Jepang, sering tidak mempergunakan kata subjek atau unsur pelaku. Sedangkan pada teks bahasa target yaitu bahasa Indonesia, subjek adalah salah satu unsur bahasa yang memiliki peranan yang penting. Metode Pelesapan jarang digunakan karena dasar kalimat bahasa Jepang khususnya bahasa percakapan adalah sangat praktis dan sering melesapkan kata-kata tertentu. Terutama untuk pelesapan pelaku. Sementara pada bahasa Indonesia, pelesapapan kata adalah hal yang tidak lazim digunakan meskipun hanya dalam bahasa percakapan sehari-hari Maka dari itu, metode penyetaraan sering terjadi pada kalimat bahasa Jepang yang tidak memiliki subjek, tetapi pada hasil terjemahannya dalam bahasa Indonesia, translator mempergunakan metode penyetaraan dengan menghadirkan keberadaan subjek. Namun penggunaan metode penyetaraan tidak hanya terjadi pada unsur subjek. Dari hasil persentase, penulis juga menyimpulkan bahwa penggunaan metode penyetaraan dengan tujuan memberikan kesan atau amanat yang sama bagi para pembaca baik kepada pembaca dalam bahasa sumber maupun pembaca dalam bahasa target adalah hal yang baik dan benar. Selama pesan tersebut tersampaikan apa adanya dan sama seperti pesan asli yang disampaikan dalam bahasa sumber. 51
Sedangkan untuk menggunakan metode pelesapan kita harus lebih hati-hati mengingat persentase kean yang didapat dari hasil analisa pada bab 3 tidak pernah mencapai 100% seperti pada analisis penggunaan metode penyetaraan. Kesimpulannya, seorang translator memiliki hak untuk menggunakan kedua metode tersebut sehingga dapat memberikan pengertian yang sama seperti yang diberikan oleh penulis dalam teks bahasa sumber sehingga dapat mencapai tujuan penerjemahan serta dapat menghasilkan penerjemahan yang baik. Baik secara terpisah, maupun digunakan secara bersamaan. 52