BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, menurut Hamidi (2007:4) bahwa penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang mengutamakan pada pengukuran variabel, dengan menggunakan perhitungan (angka-angka) atau uji statistik. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menghasilkan uraian data yang valid mengenai kecenderungan munculnya tema konflik pacaran pada akun instagram @alfysaga. Adapun penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe deskriptif dengan dasar analisis isi. Dimana tipe penelitian ini bermaksud menghitung dan menjelaskan suatu masalah yang diperoleh dengan cara mengukur aspek-aspek tertentu dari isi (content) yang akan dilakukan secara kuantitatif. Dasar dalam penelitian ini adalah deskriptif yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu teks tertentu. Desain analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, atau menguji hubungan di antara variable. Analisis isi semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik suatu pesan (Eriyanto, 2015;47). Peneliti ingin mendeskripsikan atau menjelaskan konflik dan penyebabnya yang sering terjadi dalam berpacaran pada akun instagram @alfysaga. 28
3.2 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah kumpulan video dalam akun instagram @alfysaga yang memiliki pengikut (followers) lebih dari 1 juta, mulai tanggal 01 November 2016 31 Januari 2017. Dibatasinya tanggal tersebut dikarenakan pada tanggal tersebut akun @alfysaga sering dan mulai rutin mengunggah video dengan tema konflik pacaran. 3.3 Unit Analisis Unit analisis merupakan sesuatu yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini unit analisisnya adalah video yang mengandung kategori sub konflik personal dan sub konflik interpersonal dalam akun instagram @alfysaga periode 01 November 2016 31 Januari 2017. Dengan menganalisa audio yaitu suara yang berupa dialog dan visual yaitu adegan yang diperagakan oleh tokoh dalam video. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen yang dimiliki pribadi oleh peneliti, gambaran umum instagram dan akun @alfysaga yang diperoleh dari internet pada media sosial instagram dengan memanfaatkan fitur ponsel yaitu screen capture. Dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk: 1. Menambah kelengkapan data 2. Mengetahui keadaan yang sangat kompleks 3. Mengetahui keaslian data Dalam hal ini penelitian juga menggunakan lembar coding yang bertujuan untuk menghitung atau mengukur aspek tertentu dari isi media. Tujuannya untuk memberikan kode- 29
kode tertentu kepada masing-masing kategori atau nilai dari setiap variabel yang dikumpulkan datanya, selanjutnya data tersebut diisi oleh pengkoder yang telah ditentukan yang bertujuan untuk mencari tingkat kesepakatan antar pelaku coding. 3.5 Teknik Analisis Data Analisis data pada bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan hasil temuan penelitian dalam akun instagram @alfysaga. Untuk memudahkan dalam menganalisis data, maka dibuatlah beberapa kategori. Sehingga, hasil akhir yang diperoleh sangat maksimal. Analisis ini adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan suatu pesan secara deskriptif aspek-aspek dari isi, maka statistik yang dipakai ialah statistik deskriptif dengan cara membuat tabel frequensi, kemudian dilakukan analisis frequensi terhadap kemunculan kategori pada tiap-tiap video yang dianalisis berdasarkan rumus mencari mean (Rachmad Kriyantono, 2009 dalam Prasmoko, Endwi, 2011), yaitu : M = fx N Mean sendiri bermaksud untuk mengetahui nilai rata-rata pada data yang tersedia (Saleh,Samsubar, 1998:14). Dalam analisis isi, alat ukur yang dipakai adalah lembar coding (coding sheet). Kita harus memastikan bahwa lembar coding yang kita pakai adalah alat ukur terpercaya (Eriyanto,2015). Dalam penelitian ini, pengkodingan data dilakukan oleh peneliti dengan dibantu 2 koder. Koder 1 dan 2 adalah koder yang dipilih peneliti, yang memiliki latar belakang yang sama, yaitu pengguna instagram dan penikmat video akun @alfysaga. Hasil pengkodingan data dimaksudkan untuk menguji data, apakah nilai validitas dan reliabilitasnya sudah tinggi dan memenuhi kaidah penelitian atau belum. Pengkategorisasian yang dimaksud guna menjawab permasalahan penelitian adalah sebagai berikut: 30
1.Konflik Personal, yaitu konflik seseorang dengan dirinya sendiri. a. Pertentangan Keinginan : konflik ini akan terjadi bila keinginan kita memiliki dua keinginan dan tidak bisa tercukupi sekaligus. a. Hambatan Dalam pencapaian Tujuan : kkonflik ini akan terjadi bila tujuan yang ingin kita capai terhambat karena adanya atau tidak adanya sesuatu. 2.Konflik Interpersonal, yaitu konflik yang terjadi karena pertentangan dengan orang lain. a. Perbedaan Karakter : setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda dan tidak semua bisa diterima dengan mudah. b. Keseimbangan Peran : konflik ini terjadi jika keseimbangan peran tidak terjalin dengan baik, misal : seorang lelaki harusnya mengayomi kekasihnya, tetapi hal itu tidak terjadi, maka konflik bisa saja terjadi. 3.6 Uji Reliabilitas Kategori Berdasarkan penelitian, maka kategori yang sudah diidentifikasi harus diuji terlebih dahulu. Agar layak digunakan dalam penelitian, maka harus dilakukan pengujian kategori agar dapat mengetahui reliable atau tidaknya kategori yang telah digunakan. Formula holsti adalah uji reliabilitas yang sering digunakan antar-coder selain presentase persetujuan. Reliabilitas ditunjukkan dalam presentase persamaan antar-coder ketika menilai suatu isi (Eriyanto, 2014:290).rumus untuk menghitung reliabilitas adalah sebagai berikut (Holsti, 1969; dalam Eriyanto, 2015) : Reliabilitas Antar-Coder = 2M N1+N2 Dimana M adalah jumlah coding yang sama (disetujui oleh masing-masing coder), N1 adalah jumlah coding yang dibuat oleh coder 1, dan N2 adalah jumlah coding yang dibuat oleh coder 2. Reliabilitas bergerak antara 0 hingga 1, dimana 0 berarti tidak ada satu pun yang 31
disetujui oleh para coder dan 1 berarti persetujuan sempurna diantara para coder. Makin tinggi angka, makin tinggi pula angka reliabilitas. Dalam formula holsti, angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%. Artinya kalau perhitungan menunjukkan angka reliabilitas di atas 0,7 berarti alat ukur ini benar-benar reliable. Meskipun sederhana dan banyak dipakai, formula holsti memiliki kelemahan mendasar. Kedua perhitungan reliabilitas ini tidak memperhitungkan peluang (chance) probabilitas. Kedua perhitumgam ini hanya memperhitungkan apakah diantara dua coder itu terdapat persetujuan atau tidak, tanpa memperhitungkan berapa kategori yang dipakai. Padahal, seharusnya jumlah kategori akan menentukan peluang (chance) terjadinya persetujuan. Semakin sedikit kategori, secara teoritis peluang terjadinya persetujuan ini juga makin besar. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, Scott membuat suatu indeks reliabilitas (index of reliability/pi). Formula ini sering juga disebut dengan formula Scott/Scott s pi. Dalam formula Scott ini, faktor peluang (chance) terjadinya persamaan/agreement di antara coder diperhitungkan. Semakin besar kategori semakin kecil peluang terjadinya persamaan/agreement di antara coder diperhitungkan. Dibandingkan formula holsti dan persentase persetujuan, formula yang dibuat oleh Scott ini lebih valid dalam mengukur angka reliabilitas. Rumus untuk menghitung reliabilitas antar-coder (intracoder reliability) dari Scott sebagai berikut : Pi = % Persetujuan yang diamati % Persetujuan yang diharapkan 1 % Persetujuan yang diharapkan Untuk menghitung persetujuan yang diamati, dapat menggunakan proses seperti dalam perhitungan untuk persentase persetujuan. Kita tinggal membagi unit yang disetujui dengan total semua unit. Sementara untuk menghitung persetujuan yang diharapkan dapat dilakukan denganmenghitung proporsi dari masing-masing kategori dan kemudian dikuadratkan. Jika kedua angka tersebut telah diperoleh, tinggal memasukkan ke dalam rumus. Angka reliabilitas 32
bergerak dari angka 0 hingga 1, di mana semakin besar angka menunjukkan semakin tinggi pula reliabilitas dari alat ukur (Eriyanto, 2015: 292). 33