laporan Titrasi asam basa TUJUAN A. JUDUL : TITRASI ASAM BASA : Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam. C. DASAR TEORI : Titrasi adalah cara analasis tentang pengukuran jumlah larutan yang di butuhkan untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan lain. Analisis yang berkaitan dengan volume-volume larutan pereaksi disebut analisis volumetric. Dalam volumetric sering juga dipakai istilah titer yang berarti bobot suatu zat yang ekuivalen dengan 1 ml larutan setandar. Umpamakan 1 ml larutan zat A ekuivalen dengan 0,010 gram NaOH. Maka dikatakan bahwa titer larutan standar A terhadap NaOH adalah 0,010 gram. Penetapan volumetric kadar zat B dari suatu buret dititrasi (diteteskan) larutan standar A sampai titik ekuivalennya tercapai, yaitu sampai: banyak mol zat A : banyak mol zat B = perbandingan koefisiennya menurut persamaan reaksi. Dalam titrasi titik ekuivalen tersebut ditetapkan dengan memakai suatu indicator yaitu suatu zat yang harus mengalami perubahan saat titik ekuivalen tercapai. Bila dilakukan pada larutan asam kuat berbasa satu dengan basa kuat berasam satu, atau asam kuat berbasa dua dengan basa kuat berasam dua diterapkan rumus sebagai berikut. V 1. M 1 = V 1. M 2 Referensi : Ari harnanto, kimia 2 untu sma.hal:178-179 Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratoriumuntuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisa titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aa + tt hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standarisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisa titrimetri.
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/titrasi Titrasi merupakan salah satu cara untuk mentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan ph. ph pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang ph dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi. Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air akan terurau dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik equivalen dari titrasi asam air, yaitu sama dengan 7. Referensi : team teaching,praktikum kimdas 2. D. ALAT DAN BAHAN Alat Gelas kimia pipet tetes buret
Corong Gelas erlenmeyer gelas ukur BAHAN 1. NaOH 0,05 2. HCl 3. Phenoftalein 4. Aquadest 5. Kertas saring / tissu E. PROSEDUR KERJA
F. HASIL PENGAMATAN Tabel Hasil Pengamatan Titrasi Asam Basa Titrasi V asam(v 1 ) V titrasi V rata-rata(v 2 ) titrasi I 10 ml 9,8 ml II 10 ml 8.5 ml 9.15 ml G. PERHITUNGAN V 1. N 1 = V 2. N 2 10 ml. N 1 = 9,15 ml. 0,1 N 10 ml N 1 = 0,915 N 1 = 0,0915 M H. PEMBAHASAN Titrasi adalah cara analasis tentang pengukuran jumlah larutan yang di butuhkan untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan lain. Analisis yang berkaitan dengan volume-volume larutan pereaksi disebut analisis volumetric. Dalam percobaan titrasi asam basa yang telah di lakukan, ( Titrasi HCl dengan zat titran NaOH ), didapatkan data sebagai berikut: Reaksi: HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l) Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa perbandingan mol antara HCl dan NaOH sama sehingga untuk menghitung konsentrasi dari larutan HCl yang didasarkan atas hasil percobaan, m aka dapat digunakan persamaan berikut ini: V 1. N 1 = V 2. N 2 Keterangan: M 1 = Normalitas asam (HCL) M 2 = Normalitas basa kuat (NaOH) V 1 = volume larutan asam V 2 = volume larutan basa Dalam percobaan pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 10 ml dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes penoftalin. NaOH 0,01 M 50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator
berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 9,8 ml. Sedangkan dalam percobaan kedua dengan cara yang samadengan percobaan yang pertama didapatkan volume titrasinya 8,5 ml. dan dihitung rata-ratanya dari titrasi pertama dan kedua didapat volume rata-ratanya 9,15 ml. dengan menggunakan rumus untuk mencari normalitas larutan asam didapat N 1 = 0,0915 M. Berdasarkan teori, larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentukanya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya (dalam percobaan ini adalah NaCl). Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H + sama dengan jumlah ion OH - maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas ph larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen. Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsesntrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi alkalimetri. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titranditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka ph-nya 7 (netral). Rentang ph yang menimbulkan perubahan besar warna indikator disebut dengan interval transisi. Larutan standar adalah larutan yang disiapkan dengan cara menimbang secara akurat suatu zat yang memiliki kemurnian tinggi dan melarutkannya dengan sejumlah tertentu pelarut dalam gelas erlenmeyer. Larutan standart yang dipersiapkan dengan cara seperti ini disebut sebagai larutan standart primer. I. KESIMPULAN 1. Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti.
2. Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. 3. Titik akhir titrasi adalah titik dalam titrasi yang ditandai dengan perubahan warna indikator. 4. Perubahan PH dalam titrasi asam basa disebut kurva titrasi. 5. Jika asam ditetesi basa, maka PH larutan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi asam maka PH larutan akan turun. J. JAWABAN PASCA PRAKTIKUM 1. Indikator Bromis Timol biru dapat digunakan untuk menentukan ph semua jenis larutan. Brom timol biru adalah asam dipotrik lemah dan mengalami perubahan warna dalam dua selang ph salah satu selang ph ialah dari 1,2 ke 2,8 dan perubahan warna dari merah menjadi kuning, selang lain ialah dari ph 8,0 ke 9,6 dengan perubahan warna kuning menjadi biru. 2. Dik : [ NaOH ] = 0,05 M, V = 15,3 ml, Mr = 40 [ HCl ] = 0,1 M, V = 10 ml, Mr = 36,5 Dit : A. Normalitas ( N )...? B. Molaritas (M)...? C. Gr / L...? penye : A. N. NaOH = m.ekivalen = 0,05 N N.HCl = m ekivalen = 0,1 N B. Gr NaOH = m.v.mr = 0,05 x 15,3 x 40 = 36,5 grm Gr HCl = 0,1 x 10 x 36,5 = 36,5 grm M NaOH = = = 0,05 M M HCl = = = 0,1 M C. Gr/L NaOH = = 2000 Gr/L Gr/L HCl = 3650 Grm/L DAFTAR PUSTAKA Harnanto, Ari. 2009. Kimia 2 untuk SMA. Jakarta : Erlangga. http://id.wikipedia.org/wiki/titrasi team teaching. 2011. Modul praktikum kimia dasar II. Gorontalo : F MIPA
Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa I. Tujuan Mengetahui molaritas suatu asam basa dengan menggunakan metode titrasi asam basa II. Dasar Teori Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa) Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi. Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indicator.
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat yang diketahui konsentrasinya secara tepat. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi netralisasi asam basa. Titik ekuivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan ph. Pada titik ekuivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang ph dimana titik ekuivalen berada. Pada umumnya titik ekuivalen tersebut sulit diamati, yang mudah diamati adalah titik akhir yang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik ekuivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi dicapai yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekuivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi. Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa kuat dalam air terurai dengan sempurna. Oleh karena itu, ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik ekuivalen dari titrasi asam kuat dan basa kuat, ph larutan pada temperatur 25 C sama dengan ph air yaitu sama dengan 7. ( Penuntun Praktikum Kimia Dasar II, UNG 2012 : 05 ) Jika suatu asam atau basa dititrasi, setia penambahan pereaksi akan mengakibatkan perubahan ph. Grafik yang diperoleh dengan menyalurkan ph terhadap volume pereaksi yang ditambahkan disebut kurva titrasi. Ada empat macam perhitungan jika suatu asam dititrasi dengan suatu basa. - Titik awal, sebelum penambahan basa. - Daerah antara (sebelum titik ekuivalen), larutan mengandung garam dan asam yang berlebih. - Titik ekuivalen, larutan mengandung garam. - Setelah titik ekuivalen, larutan mengandung garam dan basa berlebih. Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan dimasukkan ke dalam wadah atau tabung. Larutan lain yaitu basa, dimasukkan ke dalam buret lalu dimasukkan ke dalam asam, mula-mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai titik setara dari titrasi tersebut tercapai. Salah satu usaha untuk mencapai titik setara dalam melalui perubahan warna dari indikator asam basa. Titik pada saat titrasi dimana indikator berubah warna dinamakan titik akhir (end point) dari indikator. Yang diperlukan adalah memadankan titik akhir indikator yang perubahannya terjadi dalam selang ph yang meliputi ph sesuai dengan titik setara. Indikator asam basa adalah asam lemah yang tak terionnya (Hln) mempunyai warna yang berbeda dengan warna anionnya. Jika sedikit indikator dimasukkan dalam larutan, larutan
akan berubah warna menjadi warna (1) atau warna (2) tergantung pada apakah kesetimbangan bergerak ke arah bentuk asam atau anion. Arah pergeseran kesetimbangan dalam reaksi berikut tergantung pada [H 3 O + ] atau dengan kata lain pada ph. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut. Warna (2) Warna (1) Hln + H 2 O H 3 O + + ln - (Ralph H petrucci, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern : 308-310) Seorang analisis mengambil faedah dari perubahan besar dari ph yang terjadi dalam titrasi agar dapat menentukan kapan titik ekivalennya akan tercapai. Ada banyak asam dan basa organik dan basa organik lemah yang bentuk-bentuk tak berdisosiasi dan ionnya menunjukka wrana yang berbeda warna. Molekul-molekul demikian dapat digunakan untuk menentukan kapan cukup titran telah ditambahkan dan disebut indikator visual. Suatu contoh yang sederhana adalah para-nitrofenol, yang merupakan suatu asam lemah da berdisosiasi. Bentuk tak terdisosiasi adalah tak berwarna, tetapi anionnya, yang mempunyai sistem ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua yang berganti-ganti (suatu system terkonjugasikan), berwarna kuning. Molekul-molekul atau ion-ion yang mempunyai system terkonjugasikan, menyerap cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang dibandingkan dengan molekul-molekul sebanding tetapi yang tanpa system terkonjugasikan. Cahaya yang diserap sering ada pada bagian spectrum yang tampak, dan dengan demikian molekul atau ionnya berwarna. Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Ia mulamula berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian, dengan kehilangan hidrogen ke dua, menjadi ion dengan system terkonjugasikan, maka dihasilakanlah wrana merah. Metal oranye, indikator lain yang secara luas digunakan, merupakan basa dan berwarna kuning dalam bentuk molekular. Penambahan ion hidrogen menghasilkan suatu kation yang berwarna merah muda. Perubahan minimum dalam ph yang diperlukan untuk suatu perubahan warna disebut jangkau indicator. Pada harga ph antara,warna yang ditunjukkan bukan warna merah atau kuning, tetapi sedikit agak kuning. Pada ph 5,pK a dari HIn, kedua bentuk berwarna sama konsentrasinya, yaitu HIn separuh tenetralisasikan. Seringkali kita mendengar terminology seperti suatu indikator yang berubah warna pada ph 5 telah digunakan ini berarti bahwa pk a indicator sebesar 5 dan jangkauannya sebesar ph 4 sampai 6.
Pada titrasi asam lemah, pemilihan indikator jauh lebih terbatas untuk suatu asam dengan pk a 5 kira-kira kepunnyaan asma asetat, ph lebih tinggi dari 7 pada titik ekivalen, dan perubahan dalam ph relatif kecil. Phenoftalein berubah warna pada kira-kira titik ekivalen dan merupakan indicator yang cocok. Dalam hal asam yang sangat lemah, misalnya pk a = 9, tidak ada perubahan dalam ph yang besar terjadi sekitar titik ekivalen. Jadi volume basa yang lebih besar akan diperlukan untuk merubah warna suatu indikator dan titik ekivalen tidak akan di deteksi dengan ketepatan yang biasa diharapkan. Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada ph larutan. Beberapa contoh yang lebih penting dari garam-garam demikian dalam kimia analitik adalah oksilat sulfida, hidrogsida, karbonat dan fosfat. Ion hidroksida bereaksi dengan anion garam untuk membentuk asam lemah, dengan demikian meningkatkan kelarutan garam. ( R.A. Day, Jr. Analisa Kimia Kuantitatif : 141-145) Teori bonsted lowry melukiskan reaksi asam basa dalam peristiwa perpindahan proton, yaitu perbadingan kekuatan asam basa menentukan kearah mana reaksi asam basa akan terjadi., yaitu dari kombinasi asam basa yang lebih kuat ke yang lebih lemah. Teori lewis memnadang reaksi aram basa dari arah pembentukan ikatan kovalen antara zat penerima pasangn electron (asam) dengan pemberi (donor) electron (basa). Gunanya yang paling besar adalah dalam keadaan dimana reaksi terjadi tanpa kehadiran suatu pelarut atau pada saat suatu asam tidak mengandung atom hidrogen. Ada beberapa macam titrasi bergantung pada reaksinya. Salah satunya adalah titrasi asam basa. Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat didalam larutan. Titrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara. (James E. Brady, Kimia Universitas Asas dan Struktur edisi 5 : 178) Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan ph. ph pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang ph dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi. Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air akan terurau dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat
langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik equivalen dari titrasi asam air, yaitu sama dengan 7. Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut: 1. Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air. 2. Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat 3. Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam 4. Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit. 5. mengubah lakmus biru menjadi merah 1. Kaustik 2. Rasanya pahit Sifat-sifat Basa : 3. Licin seperti sabun 4. Nilai ph lebih dari sabun (>7) 5. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru 6. Dapat menghantarkan arus listrik III. Alat dan Bahan 1. Statif dan klem 2. Buret 3. Gelas/labu Erlenmeyer 100ml (3buah) 4. Gelas kimia 250ml (2buah) 5. Pipet tetes 6. Corong 7. Gelas/silinder ukur
8. Larutan NaOH 0,1M 9. Larutan HCl yang akan ditentukan konsentrasinya 10. Indicator phenolphthalein (PP) 11. Pipet Volume IV. Cara Kerja 1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan (III. Alat dan Bahan) 2. Bersihkan alat-alat sebelum digunakan (bila perlu) 3. Memasang buret pada statif 4. Menutup kran pada buret, kemudian masukkan larutan NaOH 0,1M ke buret menggunakan gelas kimia 5. Membuka kran pada buret untuk mengepaskan larutan NaOH 0,1 M tepat pada skala 0 buret 6. Ambil 10ml larutan HCl dengan pipet volume, tuangkan dalam tabung Elemeyer 7. Teteskan larutan HCl dalam elemeyer dengan indicator PP sebanyak 2 tetes 8. Letakkan erlenmayer pada ujung bawah buret. 9. Lakukan titrasi, hingga larutan HCl berubah warna menjadi pink 10. Bila telah terjadi perubahan warna hentikan proses titrasi 11. Catatlah volume NaOH yang digunakan dengan menghitung V awal V akhir 12. Lakukan langkah 6-11 sebanyak 3 kali, dan usahakan perubahan warna sesedikit mungkin (tepat pada ekuivalen) V. Hasil Pengamatan Percobaan Volume HCl (ml) Volume NaOH (ml)
Pertama 10 15,3 Kedua 10 14,3 Ketiga 10 14,3 Rata-rata Volume NaOH (ml) 14,8 VI. Analisa Data -Pertanyaan : a) Hitunglah Volume rata-rata NaOH! b) Hitung Konsentrasi HCl! -Jawaban : a. Vrata-rata = (15,3 + 14,3 + 14,3) : 3 = 14,8 ml b. V1 x M1 = V2 x M2 10. x M1 = 14,8. o,1 M1 = 0,148 Jadi konsentrasi HCl adalah 0,148 M. VII. Kesimpulan Kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitu dengan mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 2 tetes indicator PP dengan NaOH (titran). Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 2 tetes indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH yang digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung. Volume rata-rata NaOH untuk melakukan titrasi adalah 14,8 ml. Konsentrasi HCl yang digunakan untuk titrasi adalah 0,148 M.
I. JUDUL TITRASI ASAM BASA II. TUJUAN Untuk menentukan normalitas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat III. ALAT DAN BAHAN 1. Gelas arloji 2. Corong 3. Labu ukur 100 ml 4. Erlenmeyer 250 ml 5. Aquadest 6. Indicator PP 7. Batang pengaduk 8. Timbangan 9. Buret 50 ml 10. Piala gelas 11. Asam oksalat 0,63 gram 12. NaOH encer IV. DASAR TEORI Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa). Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan
kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi. Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indicator. V. CARA KERJA Membuat Larutan NaOH 0,1 N 1. Timbang 0,4 gram NaOH dengan timbangan 2. Dilarutkan di dalam piala gelas dengan aquadest 3. Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml melalui corong 4. Piala gelas dibilas sampai bersih 5. Air bilasan dimasukkan ke dalam labu ukur 6. Di encerkan dengan aquadest sampai tanda batas 7. Dikocok 12 kali Penetapan Titar NaOH 0,1 N 1. Timbang asam oksalat sebanyak 0,063 gram pada kertas timbang/kaca arloji 2. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml 3. Kaca arloji dibilas dengan aquadest 4. Cairan pembilas dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 5. Dilarutkan dengan air sampai dengan 25 ml 6. Tambahkan indicator PP 2 tetes 7. Titar dengan larutan NaOH 0,1 N 8. Penitaran diakhiri setelah terjadi perubahan warna dari tidak tidak berwarna menjadi merah jambu/pink. VI. PENGOLAHAN DATA Pembakuan NaOH
Mg asam oksalat Volume NaOH 63 mg 12 ml 63 mg 11 ml 63 mg 12 ml Kadar NaOH Titrasi pertama Kadar NaOH = V asam oksalat x N asam oksalat/ V naoh = 63 mg x 0,1/12 ml = 0,525 N Titrasi kedua Kadar NaOH = V asam oksalat x N asam oksalat/ V naoh = 63 mg x 0,1/11 ml = 0,5727 N Titrasi ketiga Kadar NaOH = V asam oksalat x N asam oksalat/ V naoh = 63 mg x 0,1/12 ml = 0,525 N Rata-rata 0,525 N + 0,5727 N + 0,525 N = 1,6227 N/3 = 0,5409 N VII. PEMBAHASAN Reaksi yang terjadi antara asam oksalat dengan NaOH adalah sebagai berikut : 2NaOH + H 2 C 2 O 4 Na 2 C 2 O 4 + 2H 2 O Pada standarisasi NaOH terhadap asam oksalat indicator yang digunakan adalah penolftalein atau PP 1 %,pada saat indicator ditambahkan warna larutan tetap bening,setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak 12 ml larutan berubah menjadi warna pink atau merah muda. Perubahan warna pada larutan disebabkan oleh resonansi isomer electron. Berbagai indicator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda,sehingga menunjukan warna pada range ph yang berbeda. Indicator
penolftalein adalah indicator yang dibuat dengan kondensasi anhidrida fthalein dengan fenol. Jika indicator ini digunakan,maka akan menunjukan ph yang berkisar antara 8,2 10,0 atau berlangsung antara basa kuat dengan asam kuat. Dari hasil praktikum,di dapatkan normalitas NaOH melalui perhitungan sebagai berikut : Rata-rata 0,525 N + 0,5727 N + 0,525 N = 1,6227 N/3 = 0,5409 N Jadi kadar NaOH pada proses titrasi yan dilakukan adalah sebanyak 0,5409 N. Terjadinya kesalahan dalam melakukan praktikum ini disebabkan oleh beberapa factor,diantaranya: 1. Kesalahan pada saat penimbangan asam oksalat 2. Kesalaha pada saat memasukan asam oksalat pada labu ukur 3. Dan kesalahan kecil lainnya termasuk pembersihan pada bagian muka bagian atas buret yang tidak di lap oleh tisu. Ada dua cara untuk mengetahui titik ekivalen pada titrasi, 1. Memakai ph meter untuk memonitor ph selama titrasi dilakukan. Kemudian membuat plot antara ph dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut dinamakan titik ekivalen. Cara ini jarang dilakukan karena harus menggunakan sarana yang mendukung. 2. Memakai indicator asam basa, indicator ditambahkan 2 hingga 3 tetes pada titran sebelum proses titrasi dilaukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi. Pada saat inilah titrasi dihentikan. Perubahan warna diharapkan tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua. Agar mendapatkan hasil titrasi yang maksimal. Warna yang cocok adalah warna yang berada di tengah-tangah. Tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. VIII. KESIMPULAN 1. Kadar larutan asam dapat ditentukan dengan menggunakan laruta basa yang sudah diketahui kadarnya,dan sebaiknya kadar suatu larutan basa dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui kadarnya. 2. Pada standarisasi NaOH terhadap asam oksalat indicator yang digunakan adalah penolftalein atau PP 1 %. 3. kadar NaOH pada proses titrasi yan dilakukan pada praktikum di atas adalah sebanyak 0,5409 N.
Reaks i: 0 K O M E N T A R : P O S K A N K O M E N T A R Posting LamaBeranda Pengikut Google+ Followers Langganan