METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk (KEP) dilakukan dengan menggunakan desain quasy experimental. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2011 yang dilakukan di dua kecamatan yaitu, kecamatan Sukalarang dan kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Cara Pemilihan Contoh Penentuan puskesmas Sukalarang dan puskesmas Sekarwangi (kecamatan Cibadak) sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa kedua puskesmas tersebut termasuk puskesmas yang diberi biskuit sebagai makanan tambahan oleh pemerintah setempat. Selain itu juga kedua puskesmas tersebut merupakan puskesmas yang berada di daerah dataran tinggi di kabupaten Sukabumi. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung mengenai program intervensi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk (KEP) di beberapa puskesmas di Kabupaten Sukabumi. Terdapat 10 puskesmas dari 10 kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian payung ini. Cara pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi. Pemilihan 10 puskesmas ini didasarkan pada data jumlah balita yang menderita gizi kurang dan gizi buruk (KEP) di daerah tersebut. Namun, dalam penelitian payung lokasi penelitian dibagi-bagi ke dalam beberapa wilayah berdasarkan dataran tinggi, dataran sedang, dan dataran rendah. Pada penelitian ini hanya mengambil beberapa lokasi yang berada di dataran tinggi, yaitu kecamatan Sukalarang dan kecamatan Cibadak. Penarikan contoh juga dilakukan secara purposive dengan kriteria inklusi sebagai berikut: 1. Balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk (KEP), dicirikan dengan tidak bertambahnya berat badan selama 3 kali penimbangan 2. Balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk (KEP) yang diberi makanan tambahan biskuit yang disubstitusi tepung ikan lele Dumbo (Clarias gariepinus) dan mengonsumsi biskuit tersebut selama 3 bulan berturut-turut
24 3. Balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk (KEP) yang tinggal di daerah dataran tinggi 4. Ibu dari balita gizi kurang dan gizi buruk (KEP) bersedia mengikuti penelitian ini selama 3 bulan dan bersedia diwawancarai Pada penelitian ini, salah jenis pertama () ditetapkan sebesar 5%, power test sebesar 1- (80%), dan peningkatan Z-skor (BB/U) setelah intervensi sebesar. Rumus untuk menghitung perkiraan besar contoh berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Steel dan Torrie (1991): Keterangan : n = besar sampel = suatu nilai sehingga P( Z > z) = 1 -, Z adalah peubah acak normal baku = suatu nilai sehingga P( Z > z) = 1-, Z adalah peubah acak normal baku = 1,2 (perkiraan standar deviasi status gizi (BB/U) berdasarkan penelitian Pramuditya 2010) = 1 (Peningkatan z-skor (BB/U) yang diharapkan setelah intervensi) Berdasarkan perhitungan dalam rumus matematis tersebut, dengan nilai Z 1- = 1,96 dan nilai Z 1- = 0,842 dapat ditentukan nilai n = 22,61 dibulatkan menjadi 23 sebagai batas minimal dari besar contoh yang disyaratkan. Data dari puskesmas Sekarwangi dan Sukalarang, menunjukkan bahwa balita penerima program PMT berjumlah 37 balita dengan rincian 15 balita dari puskesmas Sukalarang dan 22 balita dari puskesmas Sekarwangi. Total balita yang menerima PMT berupa biskuit yang disubstitusi tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dari kedua kecamatan tersebut berjumlah 37 balita, tetapi yang memenuhi kriteria contoh dan berpartisipasi dalam penelitian ini hingga akhir hanya berjumlah 36 balita. Satu balita mengalami drop out dikarenakan tidak memenuhi salah satu kriteria inklusi penelitian. Sebanyak 21 balita adalah penerima PMT biskuit di kecamatan Cibadak dan 15 balita penerima PMT biskuit di kecamatan Sukalarang (Gambar 2).
25 Kabupaten Sukabumi purposive Kecamatan Cibadak Kecamatan Sukalarang Penerima Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit 22 balita 15 balita Memenuhi kriteria sebagai contoh 21 balita 15 balita 36 balita Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara secara langsung dengan ibu balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk (KEP) dan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk. Data sekunder diperoleh dari puskesmas setempat dan Dinas Kesehatan kabupaten Sukabumi. Data primer yang diperoleh meliputi karakteristik contoh dan keluarga contoh yang terdiri dari identitas contoh (nama, jenis kelamin, umur, urutan anak), identitas keluarga contoh, data sosial ekonomi keluarga contoh (pendapatan keluarga contoh, pendidikan, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, dan pengetahuan gizi dan kesehatan), data tingkat kepatuhan konsumsi makanan tambahan biskuit, data konsumsi makanan, dan kejadian sakit (morbiditas). Data-data tersebut diperoleh dari ibu balita (contoh) melalui wawancara secara langsung menggunakan kuesioner. Selain itu diambil pula data antropometri balita yang terdiri dari berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Pengukuran antropometri yang meliputi BB
26 dan TB merupakan data dasar yang diambil sebanyak 2 kali selama penelitian berlangsung. Data dasar tersebut diambil pada awal penelitian dan akhir peneltitian (baseline and endline) untuk melihat adanya perbedaan status gizi balita pada awal intervensi dan akhir intervensi diberikan. Data sekunder meliputi profil/ gambaran umum wilayah kabupaten Sukabumi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, gambaran umum daerah penelitian yang didapatkan dari kantor kecamatan atau puskesmas setempat, catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi mengenai data puskesmas di daerah penelitan, data jumlah balita gizi kurang dan gizi buruk (KEP) di desa yang terkait penelitian, dan data-data dari instansi terkait yang diperlukan untuk mendukung penelitian. Jenis dan cara pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4. No Data Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data Jenis data Cara Pengumpulan Data 1 Karakteristik/ identitas contoh (balita): Primer Wawancara dengan ibu balita menggunakan Nama kuesioner Jenis kelamin Umur Urutan anak, dll 2 Karakteristik sosial ekonomi Primer Wawancara dengan ibu keluarga contoh: balita menggunakan Pendapatan kuesioner Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Jumlah anggota keluarga 3 Pengukuran antropometri: Primer Penimbangan secara Berat badan langsung Tinggi badan 4 Kondisi Lingkungan Primer Wawancara dengan ibu balita menggunakan kuesioner 5 Pola asuh makan dan hidup sehat 6 Konsumsi pangan balita Kuantitas Primer Primer Wawancara dengan ibu balita menggunakan kuesioner Metode food recall 2x24 jam Waktu Pengumpulan Data (2 kali) (2 kali)
27 No Data 7 Tingkat kepatuhan konsumsi makanan tambahan biskuit: Jenis data Primer Cara Pengumpulan Data Wawancara dengan ibu balita dan pencatatan harian oleh petugas kesehatan. Waktu Pengumpulan Data Setiap minggu selama 3 bulan Jumlah yang diberikan Jumlah yang dikonsumsi Dicatat dalam form isian Jumlah sisa Siapa yang mengonsumsi Alasan tidak mengonsumsi 8 Morbiditas Primer Wawancara dengan ibu balita menggunakan kuesioner 9 Status gizi Primer Pengukuran antropometri (BB dan TB) Pengolahan dan Analisis Data (2 kali) (2 kali) Data yang diperoleh tersebut selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif sengan menggunakan program SPSS versi 16,0 for Windows. Pengolahan data meliputi editing, coding, dan entry data yang dilakukan secara manual dan menggunakan program computer Microsoft Excel. Semua data yang diperoleh dikumpulkan, dikelompokan kemudian ditabulasikan dan dianalisis secara statistik analitik dan deskriptif. Analisis deskriptif disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase, nilai minimum dan maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Spearman dan uji t dengan menggunakan Paired Samples T Test. Data konsumsi pangan diperoleh secara kuantitatif. Secara kuantitatif konsumsi pangan diperoleh dengan metode recall 2 x 24 jam. Recall dilakukan secara berulang sebanyak 2 kali, yaitu pada saat awal sebelum intervensi dan saat akhir dilakukan intervensi. Selanjutnya dilakukan perhitungan kandungan gizi pangan yang dikonsumsi balita. Tingkat konsumsi pangan balita dihitung setelah kandungan zat gizi pangan yang dikonsumsi telah diketahui. Berikut di bawah ini rumus untuk menghitung kandungan zat gizi pangan dan tingkat konsumsi zat gizi.
28 Kandungan Zat Gizi Pangan KGij = x Gij x Keterangan: KGij Bij Gij BDDj = jumlah zat gizi I dari setiap jenis pangan j = berat pangan j dalam gram = kandungan zat gizi I dari pangan j = persen jumlah pangan j yang dimakan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Keterangan : TKGi = tingkat kecukupan zat gizi i Ki = konsumsi zat gizi i TKGi = x 100% AKGi = kecukupan zat gizi I yang dianjurkan Perhitungan tingkat kecukupan zat gizi khusus untuk energi dan protein memperhitungkan berat badan aktual contoh yang dibandingkan berat badan anak balita standar yang terdapat pada AKG. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut Departemen Kesehatan (1996) adalah: (a) defisit tingkat berat (<70% AKG); (b) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (c) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (d) normal (90-119% AKG); dan (e) kelebihan ( 120% AKG). Tingkat kepatuhan dicatat dalam form pemantauan yang berisi banyaknya biskuit yang dibagikan kepada balita per minggu, biskuit yang dikonsumsi oleh balita per hari dan sisa yang tidak dikonsumsi. Data kepatuhan dicatat oleh petugas kesehatan selama intervensi berlangsung. Tingkat kepatuhan dihitung dengan dengan cara menjumlahkan semua biskuit yang dikonsumsi balita selama 88 hari makan anak (HMA) dibagi jumlah biskuit yang seharusnya dikonsumsi oleh balita selama 88 hari kemudian dikalikan 100%. Pengelompokkan tingkat kepatuhan dibagi menjadi tiga, yaitu rendah (jika kepatuhan < 50%), cukup (jika kepatuhan 50-70%), dan tinggi (kepatuhan 70%) (Adi 2010). Status gizi diukur dengan menggunakan metode antropometri (BB dan TB) yang didasarkan umur setiap bulan. Pengukuran ini dilakukan sebanyak dua
29 kali, dimulai sebelum intervensi dan setelah intervensi. Hasil dari pengukuran tersebut disajikan dalam bentuk indeks antropometri (BB/TB, BB/U, dan TB/U) berupa nilai terstandar (Z skor). Status gizi dikategorikan menurut Z-skor dengan software WHO Antro 2005. Pengkategorian status gizi anak balita berdasarkan Z-skor dengan menggunakan baku antropometri WHO (2005) untuk indikator BB/U, TB/U, dan BB/TB adalah sebagai berikut : Indikator BB/U Gizi Buruk Z-skor < - 3,0 Gizi Kurang Z-skor - 3,0 s/d Z-skor < - 2,0 Gizi Baik Z-skor - 2,0 s/d Z-skor 2,0 Gizi Lebih Z-skor > 2,0 Indikator TB/U Sangat pendek Z-skor < - 3,0 Pendek Z-skor -3,0 s/d Z-skor < -2,0 Normal Z-skor -2,0 Indikator BB/TB Sangat kurus Z-skor < - 3,0 Kurus Z-skor - 3,0 s/d Z-skor < - 2,0 Normal Z-skor - 2,0 s/d Z-skor 2,0 Gemuk Z-skor > 2,0 Morbiditas atau angka kesakitan dapat diperoleh dengan wawancara secara langsung dengan ibu balita. Data morbiditas ini dihitung berdasarkan kejadian sakit (frekuensi dan lama sakit) yang dialami selama intervensi, sebelum intervensi, dan setelah intervensi untuk mengetahui apakah ada perbedaan kejadian sakit antara pada awal dan akhir intervensi. Kemudian data kejadian sakit tersebut dihitung dengan menjumlahkan frekuensi terjadinya penyakit infeksi (ISPA, demam, diare, cacar, dan campak) pada data baseline (bulan 0), bulan ke-1, bulan ke-2, dan bulan ke-3 selama intervensi. Pola asuh yang diamati dalam penelitian ini adalah pola asuh makan dan pola asuh hidup sehat. Pola asuh diukur dengan penilaian pola asuh yang ditentukan oleh pengkategorian dari jawaban responden. Responden yang menjawab tidak diberi nilai 0, nilai 1 untuk responden yang menjawab kadangkadang, dan nilai 2 bagi responden yang menjawa ya. Selanjutnya dari masingmasing item pertanyaan dibuat ke dalam bentuk tabel sebaran frekuensi yang terdiri dari jumlah (n) dan persentasenya. Total skor yang diperoleh kemudian
30 dipersentasekan dengan total skor seharusnya dan hasilnya dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu kurang (<60%), sedang (60-80%), dan baik (>80%). Kondisi lingkungan diukur dengan penilaian kondisi lingkungan yang ditentukan oleh bobot skor dari setiap jawaban pertanyaan, yaitu 3 (untuk jawaban yang paling sesuai), 2 (untuk jawaban yang sesuai), dan 1 (untuk jawaban yang kurang sesuai). Selanjutnya dari masing-masing item pertanyaan dibuat ke dalam bentuk tabel sebaran frekuensi yang terdiri dari jumlah (n) dan persentasenya. Total skor yang diperoleh dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu kurang (< 60%), sedang (60-80%), dan baik (>80%) (Khomsan 2000). Cara pengelompokan dan pengkategorian variabel disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Cara pengelompokkan dan pengkategorian variabel No Variabel Kategori Pengukuran 1 Karakteristik/ identitas contoh (balita): Nama - Jenis kelamin 1) Laki-laki 2) Perempuan Umur balita (WHO 2006) Urutan anak, dll 1) 12-23 bulan 2) 24-35 bulan 3) 36-47 bulan 4) 48-60 bulan - 2 Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Umur orang tua (Papalia and Olds 1986) 1) Remaja (< 20 tahun) 2) Dewasa awal (20-40 tahun) 3) Dewasa tengah (41-65 tahun) 4) Dewasa lanjut (>65 tahun) Pendapatan (BPS 2009) Berdasarkan garis kemiskinan provinsi Jawa Barat tahun 2009: 1. Miskin (Rp. < 191.985) 2. Tidak miskin ( 191.985) Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua 0) Tidak sekolah 1) SD/ sederajat 2) SMP/ sederajat 3) SMA/ sederajat 4) PT 0) Tidak bekerja 1) Petani 2) Pedagang 3) Buruh tani 4) Buruh non tani 5) PNS/ ABRI/ Polisi 6) Jasa (tukang ojeg, tukang cukur, calo, dsb)
31 No Variabel Kategori Pengukuran 7) Ibu rumah tangga (IRT) 8) Lainnya Besar keluarga (BKKBN 1998) 3 Pengukuran antropometri: Berat badan Tinggi badan 4 Kondisi Lingkungan (kondisi rumah, sumber air minum, sarana pembuangan sampah dan air limbah) 5 Pola asuh makan Riwayat pemberian ASI Cara memberikan makan 6 Pola asuh hidup sehat (mandi, sikat gigi, cuci tangan, keramas, gunting kuku, dan menggunakan alas kaki) 7 Konsumsi pangan balita Recall 2 x 24 jam 8 Tingkat kepatuhan konsumsi makanan tambahan biskuit 9 Morbiditas (Kejadian sakit) 1) Keluarga kecil ( 4 orang) 2) Keluarga sedang (5-6 orang) 3) Keluarga besar ( 7 orang)..kg.cm 1) Kurang ( <60%) 2) Sedang ( 60-80%) 3) Baik (>80%) 1) Rendah (<60%) 2) Sedang (60-80%) 3) Baik (>80%) 1) Rendah (<60%) 2) Sedang (60-80%) 3) Baik (>80%) Klasifikasi tingkat kecukupan: 1) Desifit tingkat berat (<70% AKG) 2) Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 3) Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 4) Normal/ cukup (90-119% AKG) 5) Kelebihan ( 120% AKG) 1) Kurang patuh (<50%) 2) Cukup patuh (50-75%) 3) Patuh ( 75%) 0 = Tidak sakit 1 bulan terakhir 1 = Sakit 1 bulan terakhir Frekuensi sakit Dianalisis berdasarkan rata-rata standar deviasi Lama sakit Dianalisis berdasarkan rata-rata standar deviasi 10 Status gizi (BB/U) 1) Gizi Buruk (Z-skor < - 3,0) 2) Gizi Kurang (Z-skor - 3,0 s/d Z-skor < - 2,0) 3) Gizi Baik (Z-skor - 2,0 s/d Z-skor 2,0) 4) Gizi Lebih (Z-skor > 2,0)
32 No Variabel Kategori Pengukuran Status gizi (TB/U) 1) Sangat pendek (Z-skor < - 3,0) 2) Pendek (Z-skor - 3,0 s/d Z-skor < - 2,0) 3) Normal (Z-skor - 2,0) Status gizi (BB/TB) 1) Sangat kurus (Z-skor < - 3,0) 2) Kurus (Z-skor - 3,0 s/d Z-skor < - 2,0) 3) Normal (Z-skor - 2.0 s/d Z-skor 2,0) 4) Gemuk (Z-skor > 2,0) Definisi Operasional Contoh adalah balita baik berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan berada dalam rentang usia (12-60 bulan) yang memiliki status gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan BB/U dengan nilai Z-skor <-3,0 atau Z-skor - 3,0 s/d Z-skor < - 2,0 dan diberikan intervensi PMT biskuit yang disubstitusi tepung ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) selama 88 hari. Ibu Balita adalah ibu yang memiliki anak balita yang menjadi contoh dalam penelitian. Biskuit PMT adalah produk makanan kering (biskuit) yang disubstitusi dengan menggunakan tepung ikan lele Dumbo (Clarias gariepinus) sehingga mengandung protein yang tinggi. Tingkat kepatuhan adalah tingkat kesadaran dan kepatuhan ibu balita dalam memberikan biskuit PMT pada balita gizi kurang atau gizi buruk selama 88 hari berturut-turut setiap harinya. Pola pengasuhan adalah kepedulian orang tua (ibu) dalam memberikan asuhan dalam memperhatikan asupan konsumsi gizi balita dan kondisi kesehatan lingkungan sekitar. Tingkat Pendidikan orang tua contoh adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh Pendapatan Keluarga Contoh adalah pendapatan keluarga contoh dalam satu bulan, yang dinyatakan dalam Rp/kapita/bulan. Pendapatan Per Kapita adalah jumlah penerimaan ayah dan ibu setiap bulan dalam rupiah dibagi dengan banyaknya anggota keluarga. Konsumsi pangan adalah semua makanan baik makanan harian maupun makanan tambahan (biskuit PMT) yang dikonsumsi contoh.
33 Status gizi balita adalah kondisi tubuh balita (contoh) yang ditentukan berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB dengan menggunakan baku antropometri WHO 2005. Morbiditas adalah suatu kejadian penyakit infeksi (ISPA, demam, diare, cacar, dan campak) (frekuensi dan lama sakit) yang pernah diderita oleh contoh selama penelitian berlangsung. Kejadian sakit adalah lamanya sakit infeksi yang pernah diderita oleh balita (contoh) selama penelitian.