KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN DIKAITKAN DENGAN KEWENANGAN NOTARIS DALAM LEGALISASI DAN WAARMERKING BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: BAGUS TRI PRASETYO NIM: 060200056 DEPARTEMEN HUKUM PERDATA PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010
KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN DIKAITKAN DENGAN KEWENANGAN NOTARIS DALAM LEGALISASI DAN WAARMERKING BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: BAGUS TRI PRASETYO NIM: 060200056 KETUA DEPARTEMEN HUKUM PERDATA DAGANG Prof. Dr. Tan Kamello, SH. MS NIP: 196204211988031004 DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum Zulkarnain Mahfudz, SH. CN NIP: 196511101985031022 NIP: 19590624198831002 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan yang tiada henti-hentinya akan kehadhirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum. Shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan jalan dan menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yang disinari oleh nur iman dan Islam. Skripsi ini berjudul: Kekuatan Pembuktian Akta di Bawah Tangan Dikaitkan dengan Kewenangan Notaris dalam Legalisasi dan Waarmerking Berdasarkan Undang-undang No. 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan pendidikan ini banyak mengalami kesulitan-kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya suatu masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M. Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum. 3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU. 4. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU. 5. Bapak Muhammad Husni, SH, M. Hum sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU. 6. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS sebagai Ketua Jurusan Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum. 7. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum sebagai Dosen Pembimbing I, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Bapak selama ini kepada penulis. 8. Zulkarnain Mahfudz, SH, CN, sebagai sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Bapak selama ini kepada penulis. 9. Seluruh staf Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum USU. 10. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum USU. 11. Ayahanda dan ibunda yang tercinta, sembah sujud ananda haturkan atas curahan dan belaian kasih sayang yang tulus dan dengan susah payah dan segala upaya telah membesarkan dan mendidik ananda hingga ananda
dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi, serta seluruh keluarga besar yang memberikan dorongan semangat kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesai skripsi ini. 12. Buat teman-temanku yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, kalian akan selalu dihatiku. 13. Buat semua pihak yang telah berpartisipasi atas penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangannya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih. Medan 20 Mei 2009 Bagus Tri Prasetyo
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... ABSTRAKSI... BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Permasalahan... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 5 D. Keaslian Penulisan... 6 E. Tinjauan Kepustakaan... 6 F. Metode Penelitian... 21 G. Sistematika Penulisan... 24 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA... 26 A. Pengertian akta... 26 B. Persyaratan Suatu Akta... 28 C. Macam-macam Akta... 30 D. Kekuatan Pembuktian Akta... 38 BAB III TINJAUAN TERHADAP NOTARIS DAN KEWENANGANNYA DALAM UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS... 42 A. Karakteristik Notaris... 42 B. Syarat, Kewajiban dan Larangan Bagi Notaris... 44 C. Pengawasan Notaris Melalui Lembaga Majelis Pengawas... 47
D. Sumber Kewenangan Notaris... 51 E. Kewenangan Legalisasi dan Waarmerking Notaris... 55 BAB IV KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN DIKAITKAN DENGAN LEGALISASI DAN WAARMERKING NOTARIS... 61 A. Kekuatan Pembuktian Akta di Bawah Tangan Dikaitkan dengan Legalisasi dan Waarmerking Notaris... 61 B. Kewenangan Hakim Membatalkan Akta di Bawah Tangan yang telah Memperoleh Legalisasi dari Notaris... 66 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 70 A. Kesimpulan... 70 B. Saran... 71 DAFTAR PUSTAKA... 72
ABSTRAKSI Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum. Selain dari akta otentik yang dibuat oleh notaris, terdapat akta lain yang disebut sebagai akta di bawah tangan, yaitu akta yang sengaja dibuat oleh para pihak untuk pembuktian tanpa bantuan dari seorang pejabat pembuat akta. Akta di bawah tangan juga dapat disebut sebagai akta otentik apabila akta tersebut diakui oleh para pembuatnya ditambah lagi melalui pengesahan (legalisasi) dan pendaftaran (waarmerking) pada pejabat notaris. Hal ini dimungkinkan oleh Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang mengatur tentang kewenangan notaris, yang salah satunya adalah membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.dengan demikian, kekuatan pembuktian akta di bawah tangan yang telah didaftarkan tersebut akan sama dengan kekuatan pembuktian akta otentik. Permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah permasalahan tentang pengaturan tentang akta otentik dan akta di bawah tangan di Indonesia, pengaturan tentang kewenangan legalisasi dan waarmerking notaris dalam Undang-undang Jabatan Notaris, dan kekuatan pembuktian akta di bawah tangan dikaitkan dengan kewenangan legalisasi dan waarmerking notaris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis didalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process). Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini didasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif. Akta otentik dan akta di bawah tangan di Indonesia diatur secara jelas dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. KUH Perdata secara tegas membedakan kedua akta ini, khususnya dalam hal lahirnya kedua akta ini, dimana akta otentik lahir dari melalui keikusertaan pejabat yang berwenang untuk itu, sedangkan akta di bawah tangan lahir hanya berdasarkan inisiatif para pihak tanpa mengikusertakan keterlibatan pejabat yang berwenang untuk itu. Kewenangan legalisasi dan waarmerking diatur dalam pasal 15 ayat 2 Undang-undang Jabatan Notaris yang menyebutkan tentang beberapa kewenangan notaris selain sebagai pejabat pembuat akta otentik, yaitu mengesahkan tanda tangan serta membukukan surat di bawah tangan. Akta di bawah tangan yang telah memperoleh legalisasi ataupun waarmerking dari notaris kekuatan pembuktiannya tidak dapat dipersamakan dengan akta otentik, sebab akta otentik hanyalah akta yang dibuat oleh pejabat notaris, bukan yang dilegalisasi atau diwaarmerking oleh notaris. Namun dibandingkan dengan akta di bawah tangan pada umumnya, akta di bawah tangan yang telah dilegalisasi ataupun diwaarmerking jelas memiliki kelebihan.