BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan berat dan panjang, serta kadar hemoglobin ikan lele disajikan sebagai berikut: 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele a. Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui pengaruh nyata pemberian tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan benih ikan lele. Hasil uji pendahuluan yang dilakukan selama 1 minggu perlakuan menunjukkan bahwa pemberian pakan pelet komersial dengan variasi dosis tepung ikan gabus 2gr/100gr pelet, 4gr/100gr pelet, 6 gr/100 gr pelet dan 8gr/100gr pelet dapat diterima. Karena mengalami perbedaan yang nyata dalam perbandingan setiap perlakuan yang diujikan. Hasil uji pendahuluan tersebut dapat digunakan untuk variasi konsentrasi dosis tepung ikan gabus yang digunakan untuk penambahan pelet pakan ikan pada uji selanjutnya, Tabel 8 berikut ini menunjukkan hasil dari uji pendahuluan. 43
Tabel 8. Hasil Rata-Rata Pengukuran Berat dan Panjang Selama Uji Pendahuluan Benih Ikan Lele. No. Perlakuan Pakan (gr/100gr) Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) Panjang Awal (cm) Panjang Akhir (cm) 1 Kontrol 0,32 0,33 3,21 3,58 2 2 0,32 0,39 3,21 3,8 3 4 0,32 0,47 3,20 3,88 4 6 0,32 0,58 3,22 4,25 5 8 0,32 0,65 3,21 4,36 b. Pertumbuhan Ikan Lele Uji pertumbuhan benih ikan lele dengan perlakuan variasi dosis tepung ikan gabus pada pakan komersial berdasarkan pada indikator pertambahan berat (gr) dan panjang (cm) benih ikan, yang dilakukan selama 40 hari perlakuan. Pengukuran ikan lele diambil dari 10 sampel acak tiap pengulangan perlakuan atau sama dengan 30 sampel tiap perlakuan. Rata-rata hasil pengukuran ikan lele yang dilakukan disajikan dalam tabel berikut: Tabel 9. Hasil Rata-Rata Pengukuran Benih Ikan Lele Selama Perlakuan. No. Perlakuan Pakan (gr/100gr) Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) Panjang Awal (cm) Panjang Akhir (cm) 1 Kontrol 0,32 4,85 3,21 7,48 2 2 0,32 5,05 3,21 7,79 3 4 0,32 5,78 3,20 8,16 4 6 0,32 6,63 3,22 9,06 5 8 0,32 7,19 3,22 9,49 Tabel 9 menunjukkan hasil pengukuran pertumbuhan di setiap perlakuan pada ikan lele. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan benih ikan lele yang 44
Berat (gr) paling tinggi baik berat dan panjang adalah perlakuan pakan 8gr/100gr dengan pertambahan berat sebesar 6,87 gr dan panjang 6,27 cm, sedang paling rendah adalah perlakuan pakan kontrol yaitu tanpa penambahan tepung ikan gabus dengan berat 4,53 gr dan panjang 4,27 cm. Pengukuran berat benih ikan lele menggunakan satuan gram (gr) dan diukur pada akhir penelitian yaitu pada hari ke- 40. Terdapat perbedaan pertambahan berat pada benih lele di antara kelima jenis perlakuan pakan, seperti yang ditunjukkan pada grafik dari gambar 6 berikut: 8 Awal Akhir Pertambahan 6,63 6,31 5,78 5,46 4,85 5,05 4,53 4,73 7,19 6,87 0 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 Kontrol 2gr/100gr 4gr/100gr 6gr/100gr 8gr/100gr Gambar 6. Grafik rata-rata pengukuran dan pertambahan berat benih ikan lele. Pertambahan berat tertinggi benih ikan lele terdapat pada perakuan pakan 8gr/100gr, kemudian dilanjutkan oleh perlakuan pakan 6gr/100gr yang pertambahan beratnya lebih rendah daripada perlakuan pakan 8gr/100gr, dan selanjutnya oleh perlakuan pakan 4gr/100gr yang pertambahan beratnya rendah daripada perlakuan 45
pakan 8gr/100gr dan 6gr/100gr. Perlakuan yang mempunyai pertambahan berat lebih rendah dilanjutkan oleh perlakuan pakan 2gr/100gr dan diteruskan perlakuan pakan kontrol. Hasil analisis ragam pengaruh variasi dosis ikan gabus terhadap berat benih ikan lele berdasarkan analisis One Way Anova didapatkan nilai rata-rata variasi antar kelompok dan p<0,01. Nilai rata rata variasi antar kelompok perlakuan menunjukkan angka 121.777 dan nilai rata- rata variasi dalam perlakuan sebesar 42.795. Didapatkan F hitung sebesar 103.15 dengan p = 0,000 angka tersebut lebih kecil dari nilai kritis 0,01 (p<0,01). Hal ini bermakna bahwa perlakuan pemberian tepung ikan gabus berpengaruh nyata terhadap berat ikan lele. Pengujian lanjut yang digunakan adalah uji DMRT (Duncan s Multi Range Test) dengan hasil sebagai berikut: Tabel 10. Hasil Uji Lanjut Duncan s Multi Range Test Berat Ikan Subset for alpha = 0.05 Notasi Perlakuan Ulangan DMRT 1 2 3 4 K 30 4.5293 A P1 30 4.7260 A P2 30 5.4563 B P3 30 6.3147 C P4 30 6.8727 D Sig..163 1.000 1.000 1.000 Keterangan: Huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata (p>0,05) Hasil uji Duncan s Multi Range Test menunjukkan bahwa pada kontrol dan perlakuan P1 dengan dosis 2/100gr memiliki nilai ratarata yang berada dalam satu kolom tabel sama yang berarti bahwa 46
Panjang (cm) kedua perlakuan tersebut memiliki pengaruh yang hampir sama. Perlakuan P2 (4/100gr), P3 (6/100gr) dan P4 (8/100gr), ketiganya berada dalam kolom yang berbeda-beda berarti bahwa tiap perlakuan tersebut memiliki pengaruh yang berbeda dari perlakuan lainya. Perlakuan kontrol memiliki perbedaan nyata dengan pengaruh dari dosis perlakuan P2 (4/100gr), P3 (6/100gr) dan P4 (8/100gr). Beda nyata memiliki makna bahwa ada pengaruh dalam perlakuan pada pemberian tepung ikan gabus terhadap pertambahan berat ikan lele. 10 Awal Akhir Pertambahan 9,49 9,06 8,16 7,48 7,79 6,27 5,84 4,96 4,27 4,58 3,21 3,21 3,2 3,22 3,22 0 Kontrol 2gr/100gr 4gr/100gr 6gr/100gr 8gr/100gr Gambar 7. Grafik rata-rata pengukuran dan pertambahan panjang benih ikan lele. Hasil pengukuran pertambahan panjang ikan lele juga menunjukkan adanya perbedaan pada benih di tiap jenis perlakuan pakan, seperti yang terlihat pada gambar 7. Pertambahan panjang tertinggi benih ikan lele terdapat pada perlakuan pakan 8gr/100gr, kemudian dilanjutkan oleh perlakuan pakan 6gr/100gr yang pertambahan panjangnya lebih rendah daripada perlakuan pakan 47
8gr/100gr. Perlakuan pakan 4gr/100gr pertambahan panjangnya lebih rendah daripada perlakuan pakan 8gr/100gr dan 6gr/100gr. Perlakuan yang mempunyai pertambahan panjang lebih rendah lagi dilanjutan oleh perlakuan pakan 2gr/100gr dan diteruskan perlakuan pakan kontrol sebagai yang paling rendah. Hasil analisis ragam pengaruh variasi dosis ikan gabus terhadap pertumbuhan panjang benih ikan lele berdasarkan analisis One Way Anova didapatkan nilai rata-rata variasi antar kelompok dan p<0,01. Nilai rata-rata variasi antar kelompok perlakuan menunjukkan angka 85.874 dan nilai rata-rata variasi dalam perlakuan sebesar 42.094. Didapatkan F hitung sebesar 73.951 dengan p = 0,000 angka tersebut lebih kecil dari nilai kritis 0,01(p<0,01). Hal ini bermakna bahwa perlakuan pemberian tepung ikan gabus berpengaruh nyata terhadap panjang ikan lele. Hasil uji DMRT (Duncan s Multi Range Test) menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol berbeda nyata dengan pengaruh dari semua dosis perlakuan yang diberikan, yang ditunjukan dengan tidak adanya perlakuan yang berada dalam satu kolom yang sama dengan perlakuan kontrol. Perlakuan P1 dengan dosis 2/100gr, P2 dengan dosis (4gr/100gr), P3 dosis (6gr/100gr) dan P4 dengan dosis (8gr/100gr) memiliki kolom tabel yang berbeda-beda, berarti bahwa setiap perlakuan memberikan perbedaan pengaruh terhadap 48
pertumbuhan panjang benih ikan lele. Hasil pengujian lanjut DMRT (Duncan s Multi Range Test) disajikan dalam tabel berikut. Tabel 11. Hasil Uji Lanjut Duncan s Multi Range Test Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus terhadap Panjang Ikan Lele. Perlakuan Ulangan Subset for alpha = 0.05 Notasi 1 2 3 4 5 DMRT K 30 4.3067 A P1 30 4.6100 B P2 30 4.9900 C P3 30 5.8700 D P4 30 6.3067 E Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Keterangan: Huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata (p>0,05) 2. Hemoglobin Ikan Lele Kadar hemoglobin (Hb) dalam darah benih ikan lele dihitung pada akhir penelitian dengan mengambil 4 sampel ikan lele pada tiap perlakuan. Hasil perhitungan kadar hemoglobin ikan lele disajikan dalam tabel berikut: Tabel 12. Hasil Rata-Rata Kadar Hemoglobin Ikan Lele No. Perlakuan Kadar Hemoglobin (gr/100gr) (gr/dl) 1 Kontrol 5,34 2 2 6,65 3 4 7 4 6 8,35 5 8 9,9 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, menunjukkan bahwa ratarata kadar hemoglobin ikan lele yang paling tinggi adalah pada perlakuan 8gr/100gr dan yang paling rendah adalah perlakuan kontrol tanpa 49
kadar hemoglobin (g/dl) tambahan tepung ikan gabus didalamnya. Grafik yang menunjukkan hasil pengukuran hemoglobin dalam darah ditunjukan dalam gambar 8. 12 10 8 6 4 2 0 5,34 6,65 7 Perlakuan 8,35 9,9 kontrol 2gr/100gr 4gr/100gr 6gr/100gr 8gr/100gr Gambar 8. Grafik pengaruh tepung ikan gabus terhadap kadar hemoglobin. Terdapat perbedaan kadar hemoglobin ikan lele di antara kelima jenis pakan. Grafik pada gambar 8 menunjukkan kadar hemoglobin tertinggi ikan lele terdapat pada perlakuan pakan 8gr/100gr, kemudian dilanjutkan oleh perlakuan pakan 6gr/100gr yang jumlah kadar hemoglobin lebih rendah daripada perlakuan pakan 8gr/100gr. Perlakuan pakan 4gr/100gr memiliki kadar hemoglobin yang lebih rendah daripada perlakuan pakan 8gr/100gr dan 6gr/100gr. Perlakuan dengan kadar hemoglobin lebih rendah terdapat pada perlakuan pakan 2gr/100gr dan paling rendah pada perlakuan pakan kontrol. Hasil analisis ragam pengaruh tepung ikan gabus terhadap kadar hemoglobin benih ikan lele berdasarkan analisis One Way Anova nilai rata-rata variasi antar kelompok dan p<0,01. Nilai rata rata variasi antar kelompok perlakuan menunjukkan angka 48.260 dan nilai rata- rata variasi dalam perlakuan sebesar 18.230. Didapatkan F hitung sebesar 50
9.927 dengan p = 0,000 angka tersebut lebih kecil dari nilai kritis 0,01 (p<0,01). Hal ini bermakna bahwa perlakuan pemberian tepung ikan gabus berpengaruh nyata terhadap berat ikan lele. Pengujian lanjut yang digunakan adalah uji DMRT (Duncan s Multi Range Test) dengan hasil sebagai berikut: Tabel 13. Hasil Uji Lanjut Duncan s Multi Range Test Kadar Hemoglobin Subset for alpha = 0.05 Notasi Perlakuan Ulangan DMRT 1 2 3 K 4 5.3500 A P1 (2/100gr) 4 6.6500 6.6500 AB P2 (4/100gr) 4 7.0000 7.0000 AB P3 (6/100gr) 4 8.3500 8.3500 BC P4 (8/100gr) 4 9.9000 D Sig..062.055 0.65 Keterangan: Huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata (p>0,05) Hasil uji Duncan s Multi Range Test menunjukkan bahwa pada kontrol dengan perlakuan P1(2/100gr), P2(4/100gr) memiliki nilai ratarata yang berada dalam satu kolom notasi uji lanjut yang sama dan berarti bahwa ketiga perlakuan tersebut memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata. Perlakuan P1(2/100gr), P2(4/100gr) dengan perlakuan P3(6/100gr) tidak memiliki perbedaan nyata ditunjukan berada dalam satu kolom notasi yang sama, namun P3(6/100gr) berbeda nyata dengan kontrol(0/100gr) karena memiliki kolom notasi yang berbeda. Perlakuan P4(8/100gr) memiliki notasi uji lanjut yang sama dengan P3(6/100gr) yang berarti tidak berbeda nyata, namun P4(8/100gr) berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, P1, dan P2 yang ditunjukan dengan perbedaan 51
kolom notasi uji lanjut. Beda nyata dalam uji lanjut memiliki makna bahwa ada pengaruh nyata dalam perlakuan pada pemberian tepung ikan gabus terhadap kadar ikan lele. Berdasarkan uji lanjut tersebut, juga dapat diketahui bahwa perlakuan P4(8/100gr) memberikan perbedaan nyata terhadap perlakuan P1, P2 dan kontrol dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3. 3. Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur pada penelitian ini adalah ph air, suhu air dan kandungan Oksigen terlarut (DO). Hasil pengukuran rata-rata perameter kualitas air yaitu ph air pada angka 7 atau normal, suhu air 28 o C dan kandungan Oksigen terlarut (DO) 3,7 mg/l. Kualitas air merupakan faktor terpenting dalam keberhasilan pembenihan. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas air, dalam penelitian ini dilakukan pergantian air sebanyak 75% yang dilakuan 5 hari sekali. Pengontrolan kualitas air juga dilakukan yaitu dengan memperhatikan parameter kualitas air berupa suhu, ph, dan DO dalam pemeliharaan kualitas air. Tabel hasil pengukuran kualitas air disajikan dalam sebagai berikut: Tabel 17. Rata-Rata Parameter Kualitas Air No. Parameter Hasil 1. ph 7 2. Suhu Air 28 o C 3. Kandungan Oksigen Terlarut (DO) 3,7 mg / L 52
B. Pembahasan Penelitian ini berjudul Pengaruh Pemberian Tepung Ikan Gabus (Channa striata, BLOCH) terhadap Pertumbuhan dan Kadar Hemoglobin Ikan Lele (Clarias gariepinus, VAR.). Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan dan kadar hemoglobin ikan lele. Pengukuran pertumbuhan dan kadar hemoglobin ikan lele dilakukan pada hari ke-40 perlakuan. Benih ikan lele uji yang digunakan yaitu benih berumur 14 hari dengan rentang ukuran panjang antara 3,10-3,40 cm dan berat 0,31-0,33 gr dari satu indukan lele sangkuriang yang diperoleh dari pembenih ikan lele di Kalasan, Prambanan, Sleman, DIY. Pengukuran pertumbuhan ikan didasarkan pada pertambahan ukuran awal hingga akhir perlakuan. Pertumbuhan panjang diukur dari ujung kepala hingga ujung ekor ikan lele menggunakan kertas milimeter blok dengan ketelitian 0,1 cm, sedangkan berat ikan lele diukur dengan menggunakan timbangan analitik berketelitian 0,01 gr. Penghitungan hemoglobin dalam darah ikan lele dilakukan dengan metode Sahli dan akan didapatkan nilai hemoglobin dengan satuan gram per desiliter (gr/dl). Parameter kualitas air yang diukur yaitu derajat keasaman, temperatur, dan Oksigen terlarut. Ikan lele yang digunakan pada penelitian memiliki ukuran 3,10 3,40 cm yang dapat dikategorikan sebagai ikan lele stadium benih. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2000: 4) benih ikan lele pendederan pertama memiliki umur 2 minggu dengan ukuran rata-rata 3 cm. Pemberian pakan pada ikan untuk pertama kalinya dapat dilakukan sejak masuk ke stadium 53
benih awal, yaitu saat cadangan makanan pada kantung kuning telur telah habis. Ukuran ikan stadium benih ini tergolong kecil sehingga pakan yang yang diberikan harus sesuai dengan bukaan mulutnya. Penyesuaian ukuran perlakuan pakan campuran tepung ikan gabus dilakukan agar setiap benih ikan mampu mengkonsumsi pakannya, dan dapat tumbuh dengan baik tanpa kekurangan nutrisi dan cadangan makanan dalam tubuh akibat dibatasi oleh ukuran pakan. Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan berakibat pada penurunan ketahanan tubuh bahkan kematian benih lele. Penelitian pertumbuhan yang dilakukan selama 40 hari mendapatkan hasil bahwa pertumbuhan ikan lele perlakuan pakan campuran dosis 8gr/100gr yaitu sebesar 6,87 gr dan 6,27 cm sebagai yang paling tinggi, kemudian perlakuan pakan dengan dosis 6gr/100gr yaitu sebesar 6,31 gr dan 5,84 cm, setelah itu perlakuan pakan dengan 4gr/100gr yaitu sebesar 5,46 gr dan 4,96 cm, dan pertumbuhan yang lebih rendah terdapat pada perlakuan 2gr/100gr yaitu sebesar 4,73 gr dan 4,58 cm dan dilanjutkan perlakuan kontrol sebagai yang paling rendah pertumbuhanya yaitu sebesar 4,53 gr dan 4,27 cm. Pertambahan ukuran berat dan panjang merupakan salah satu indikator pertumbuhan yang dapat diamati secara kuantitatif. Pertumbuhan pada benih ikan akan dipengaruhi oleh jenis pakan yang digunakan. Kandungan pakan yang penting bagi pertumbuhan adalah protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, serta faktor lain yang ikut berperan dalam pertumbuhan seperti air dan Oksigen. Ikan lele merupakan ikan 54
karnivora yang memerlukan asupan protein diatas 30 %, sehingga protein pakan yang diformulasikan pada pelet ikan lele harus disesuaikan dengan kebutuhan ikan lele. Tubuh ikan akan mengkonversi protein dalam pakan menjadi bentuk yang sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Ikan muda yang sedang tumbuh akan lebih banyak menggunakan energi dibandingkan ikan dewasa, karena energi pada ikan muda selain digunakan untuk aktivitas dan pemeliharaan tubuh, juga dibutuhkan untuk pertumbuhan. Pemberian protein pada benih ikan lele dengan kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi diharapkan akan mempercepat laju pertumbuhan secara signifikan Analisis one way anova terhadap perlakuan variasi dosis tepung ikan gabus pada pelet menunjukkan adanya pengaruh terhadap pertumbuhan berat dan panjang dengan nilai signifikasi 0,000 (p<0,01), seperti yang ditunjukan pada tabel 10 dan 11. Perlakuan dengan dosis 8/100gr memberikan pengaruh yang tertinggi dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainya. Rata-rata pertumbuhan ikan lele memiliki grafik yang terus naik dapat diartikan bahwa semakin banyak pemberian tepung ikan gabus di dalam pakan berbanding lurus dengan pertumbuhan yang semakin baik. Pertumbuhan yang terus meningkat dalam perlakuan disebabkan karena tepung ikan gabus pada perlakuan mengandung nutrisi yang tinggi, sehingga benih ikan mendapat nutrisi yang lebih tinggi untuk pertumbuhanya. Seperti yang dijelaskan oleh Price & Wilson (2006: 97) bahwa ketersediaan zat gizi (protein, vitamin, mineral) merupakan salah satu faktor yang memicu dan mempercepat pertumbuhan. Ikan gabus 55
memiliki 8 macam asam amino esensial dan albumin yang berperan dalam membantu pertumbuhan ikan, serta adanya mineral Zinc (Zn) dalam jumlah yang tinggi yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan menjaga ketahanan tubuh benih ikan lele. Pertambahan berat dan panjang perlakuan pelet campuran menunjukkan adanya pengaruh laju pertumbuhan yang lebih cepat. Perlakuan tepung ikan gabus dosis 8gr/100gr dengan rata-rata berat akhir 7,19 gr dan panjang akhir 9,49 cm memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan lele normal, menurut Badan Standardisasi Nasional (2000: 4) ukuran benih ikan lele umur 54 hari atau pendederan ke-3 memiliki rentang ukuran berat minimal 5 gr dan panjang total 5-8 cm. Tingginya kandungan albumin tepung ikan gabus (20,8% total protein) yang diberikan ke pelet komersial dapat membantu tubuh dalam meningkatkan dan menyetabilkan kadar albumin di dalam plasma darah serta meningkatkan pertumbuhan (Asfar, et al., 2014: 152-153). Asfar juga mengemukakan bahwa albumin di dalam darah berperan dalam mengangkut molekul-molekul kecil yang kurang larut air seperti asam lemak, anion dan kation kecil serta unsur-unsur runutan mengingat fungsi albumin adalah sebagai protein transport. Peningkatan dan stabilitas kadar albumin dalam darah menyebabkan distribusi zat-zat makanan di dalam tubuh berjalan lancar sehingga metabolisme dan pertumbuhan tidak terhambat. 56
Pada perlakuan kontrol yaitu pelet tanpa penambahan tepung ikan gabus didapatkan hasil pertumbuhan rata-rata paling rendah sebesar 4,54 gr dan 4,27 cm. Perlakuan kontrol bila dibandingkan dengan perlakuan dosis tertinggi dengan berat 6,87 gr dan panjang 6,27 cm memiliki perbandingan yang sangat signifikan, ditunjukan dengan analisis lanjut DMRT (Duncan s Multi Range Test) pada tabel 11 dan 13. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa pemberian pakan komersial dengan penambahan dosis ikan gabus memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ikan lele dengan laju pertumbuhan yang lebih cepat. Benih ikan lele sangat mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan terutama pengaruh temperatur. Pada kasus-kasus pembudidayaan, fluktuasi suhu merupakan hal yang sangat sulit dikontrol seperti perubahan suhu siang dan malam. Pemberian pakan ketiga atau pukul 19.00 pada penelitian diketahui biasanya ikan malas untuk makan. Pengaruh dari penurunan suhu lingkungan merupakan faktor yang menyebabkan menurunya nafsu makan, walaupun ikan lele merupakan ikan nokturnal. Keadaan perut yang kosong pada benih ikan ditambah suhu lingkungan yang rendah dapat mengakibatkan menurunnya ketahanan tubuh. Indikasi saat ketahanan tubuh ikan menurun adalah penurunan nafsu makan yang ditunjukan dengan pakan pelet yang diberikan tidak habis termakan seluruhnya dan akan mengakibatkan stres pada benih. Kondisi tersebut berberapa kali dijumpai disemua perlakuan terutama kontrol, hal ini terjadi sebelum dan setelah penggantian air akuarium. 57
Keadaan stres hampir dialami oleh semua benih terutama perlakuan kontrol, hal ini menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat dan mungkin terganggu. Pakan yang tidak termakan juga akan menyebabkan kualitas air menurun karena pakan pelet mudah larut dalam air dan menyebabkan banyak pakan menjadi terbuang. Pakan yang terlarut semakin lama akan terakumulasi dan menyebabkan air menjadi toksik atau beracun sehingga menambah faktor stres pada ikan. Pakan merupakan faktor eksternal utama yang dapat digunakan untuk membantu menjaga ketahanan tubuh ikan saat terjadi tekanan atau stres pada benih. Laporan berbagai studi kasus menyebutkan bahwa pemberian ekstrak ikan gabus dapat meningkatkan nafsu makan. Meningkatnya nafsu makan ikan dapat mengurangi kondisi stres yang dialami benih ikan lele secara berangsurangsur, hal ini dapat dikaitkan dengan keberadaan mineral Seng dalam ekstrak ikan gabus yang berperan di dalam bekerjanya lebih dari 10 macam enzim. Menurut Suprayitno, dkk. (1996: 144), Zinc merupakan suatu komponen dari beberapa sistem enzim, yang berfungsi di dalam sintesis protein, transport karbon dioksida dan di dalam proses penggunaan vitamin A, serta berperan di dalam sintesis Deoxyiribose-Nukleat Acid (DNA) dan Ribonucleic Acid (RNA). Pemberian tepung ikan gabus yang mengandung Zn organik juga berguna untuk menjaga sistem imun tubuh (Asfar, et al., 2014: 52). Seng dalam bentuk organik seperti pada ikan gabus diketahui mudah diserap oleh tubuh dibandingkan bentuk anorganik, bila terjadi 58
defisiensi Zinc dapat menghambat pembelahan sel, pertumbuhan, serta perbaikan jaringan (Santoso, 2009: 71). Pengukuran kadar hemoglobin ikan lele dilakukan pada hari ke-40 uji perlakuan dengan menggunakan 4 sampel acak dari tiap perlakuan. Pengambilan darah benih ikan lele dengan menggunakan jarum suntik 0,5 cc yang ditusukan pada bagian vena caudal pada ikan dan kemudian darah dimasukan ke dalam mikrotube yang telah berisi larutan EDTA. EDTA berfungsi mencegah penggumpalan sampel darah pada ikan lele. Hemoglobin merupakan komponen dalam sel darah merah atau eritrosit yang berperan mengangkut Oksigen, yang selanjutnya didistribusikan ke setiap organ tubuh untuk melakukan metabolisme seluler. Rendahnya kadar hemoglobin pada eritrosit dapat menyebabkan laju metabolisme menurun dan energi yang dihasilkan menjadi rendah. Menurut Bastiawan, et al. (2001: 21) Hb berfungsi mengikat Oksigen yang kemudian akan digunakan untuk proses katabolisme sehingga dihasilkan energi. Kondisi metabolisme yang rendah dan kekurangan energi akan menyebabkan ikan mudah stress dengan perilaku yang pasif atau lemah dan tidak memiliki nafsu makan yang ditandai dengan terlihat diam di dasar atau menggantung di bawah permukaan air (Bastiawan, et al., 2001: 22). Data mengenai gambaran darah normal spesies ikan air tawar di Indonesia belum banyak diinformasikan. Menurut Musa, et al. (2013: 3) mengemukakan bahwa kadar hemoglobin benih ikan lele yang dibudidayakan pada kolam konvensional rata-rata sebesar 7,03±2,4 g/dl. 59
Perbedaan kadar hemoglobin pada ikan lele tidak dapat ditentukan oleh umur ikan atau ukuran ikan saja, melainkan juga pengaruh dari faktor lingkungan dan pakan. Penentuan kadar hemoglobin darah ikan lele pada penelitian ini menggunakan metode Sahli. Data kadar hemoglobin tertinggi pada penelitian ini didapatkan pada perlakuan pemberian dosis ikan gabus 8/100gr dengan nilai rata-rata 9,9 gr/dl dan kontrol sebagai yang terendah dengan rata-rata 5,34 gr/dl. Nilai hemoglobin sebesar 9,9 gr/dl pada ikan lele stadium benih termasuk kisaran pada rentang tertinggi, sedangkan hemoglobin ikan lele kontrol termasuk kisaran terendah walaupun masuk dalam kategori hemoglobin normal. Urutan kedua, ketiga, dan keempat secara berurutan dari yang tertinggi didapatkan oleh perlakuan 6gr/100gr dengan nilai 8,35 gr/dl; 4gr/100gr dengan nilai 7 gr/dl; 2gr/100gr dengan nilai 6,65 gr/dl yang semuanya masuk dalam kisaran normal. Uji Ragam One Way Anova (p 0,01) yang dilakukan pada hasil kadar hemoglobin ikan lele perlakuan dan kontrol memberikan pengaruh dengan nilai signifikansi 0,000 atau lebih kecil dari (p 0,01). Nilai signifikasi yang lebih kecil dari nilai kritis menunjukkan bahwa pemberian tepung ikan gabus dalam pakan komersial berpengaruh nyata terhadap kadar hemoglobin ikan lele. Uji lanjut DMRT yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa perlakuan dengan dosis tepung ikan gabus 8/100gr memberikan pengaruh nyata terhadap perlakuan kontrol. Albumin dan protein yang terkandung di dalam tepung ikan gabus akan meningkatkan nilai plasma darah yang membantu benih 60
ikan lele dalam mendistribusikan zat-zat makanan sehingga dapat menjaga dan meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah. Glisin yang merupakan jenis asam amino dominan dalam ikan gabus (sebesar 12,49% total protein) juga merupakan protein pembentuk heme dalam sintesis hemoglobin, sehingga mampu membentuk hemoglobin saat terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah sampai kadar di bawah kisaran normal. Menurut Kennelly & Victor (2006: 51-52) untuk meningkatkan kadar Hb diperlukan lebih banyak konsumsi zat Besi dan faktor yang membantu pembentukan hemoglobin darah. Ada beberapa faktor yang mendukung pembentukan Hb oleh zat Besi, salah satunya adalah Zinc. Zinc yang terkandung dalam tepung ikan gabus dapat berperan membentuk transferin sebagai alat transportasi zat Besi ke tempat yang membutuhkan. Menurut Murray (2006: 34) transferin adalah protein plasma yang berperan sentral dalam mengangkut zat Fe ke tempat yang membutuhkan. Pakan memegang peranan penting pada benih setelah terjadi pergeseran sumber makanan dari cadangan kuning telur yang menempel di perut beralih ke pakan yang ada di lingkungan. Pemberian pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi akan meningkatkan taraf hidup dan keberhasilan pembenihan yang ditunjukan melalui pertumbuhan yang baik. Pakan yang akan dikonsumsi oleh ikan akan menghasilkan energi setelah dirombak menjadi molekul yang lebih sederhana, serta energi tersebut dapat dimanfaatkan untuk beraktivitas dan tumbuh. Ikan yang hidup di alam dapat 61
memenuhi kebutuhan makannya dengan pakan yang tersedia di alam, dan mempunyai kesempatan untuk memilih pakan yang disukai. Ikan dalam lingkungan budidaya lebih tergantung dengan pakan buatan dan tidak dapat memilih makanan yang disukai. Pakan ikan yang memiliki protein rendah akan mengakibatkan perkembangan dan pertumbuhan ikan terganggu, karena protein yang tidak mencukupi untuk ikan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan pada ikan. Terganggunya perkembangan dan pertumbuhan pada ikan akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga daya tahan tubuh ikan menurun dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Pengukuran dan penentuan formulasi pakan pada ikan budidaya harus dibuat sesuai dengan kebutuhan ikan dan ditujukan agar mendapatkan hasil yang maksimal. Pemberian tepung ikan gabus yang mengandung protein albumin, asam amino penting, dan mineral Zn mampu meningkatkan pertumbuhan ikan pada masa awal pertumbuhannya. 62