BAB V HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan neonatus yang memenuhi kriteria inklusi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Karakteristik sampel, faktor risiko tumbuh kejar. dijadikan sebagai sampel, terdiri atas 13 bayi KMK dan 13 bayi SMK.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 53 pasien dengan polineuropati diabetika DM

HASIL PENELITIAN. variabel faktor demografis, faktor risiko vaskuler, dan karakteristik infark Karakteristik Faktor Demografis Subyek

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

Berdasarkan Data Survei Kesehatan Indera

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016

Dalam dua dekade terakhir teknik monitor

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Telinga

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini didapatkan 65 orang penderita pasca stroke iskemik dengan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

Faktor Risiko Refrakter Trombosit pada Anak

Sri Lestari Kartikawati, Endang Sutedja, Dzulfikar DLH ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

ABSTRACT. : Ice chocolate, hygiene handler, Coliform, Escherichia coli

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model struktural.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan.

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Penderita Pasca Stroke Dalam Upaya Rehabilitasi Di RS St. Elisabeth Medan

Pendengaran. Artikel Asli

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

SUMMARY HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DAN LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KAIDUNDU KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013

PENJELASAN MENGIKUTI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB 5. HASIL PENELITIAN. diperoleh 52 subjek yang menderita LLA yang terbagi menjadi 2 kelompok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Diabetes melitus tipe 1 (DM tipe 1) Gambaran Tekanan Darah Anak dengan Diabetes Mellitus Tipe 1 di Indonesia

PERBEDAAN MASALAH MENTAL DAN EMOSIONAL BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN AGAMA

Hubungan Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil terhadap BBLR di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2005

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi,

Fator-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care K4 di Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo

Regresi Rasio Prevalensi dengan Model Log-Binomial: Isu Ketakkonvergenan. Netti Herawati 1) Alfian Futuhul Hadi 2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

Perbandingan kadar asam folat pada kehamilan dengan preeklampsia dan kehamilan normal

ABSTRACT. : Unmet need, Family Planning

BAB III METODE PENELITIAN

Perbandingan Tatalaksana Konstipasi Kronis antara Disimpaksi per Oral dengan per Rektal di Instalasi Kesehatan Anak RS DR Sardjito Yogyakarta

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

Materi KBK sem 7 Prinsip data Prinsip statistik dalam penelitian Statistik deskriptif Statistik inferensial

ISSN : Muchsin, Haryono, Rosyidah Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA NEONATUS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sampling, (e) Validitas dan Reliabilitas, (f) Metode analisis data

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti termasuk dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik. Diikuti prospektif. Perawatan terbuka (Kontrol)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI MADRASAH ALIYAH AL-HUDA KOTA GORONTALO

Analisis Kepuasan Pengunjung Terhadap Pelayanan Perpustakaan ITS

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN AKTIVITAS PENERBANGAN DI BANDARA ADI SUCIPTO DENGAN NILAI AMBANG PENDENGARAN PADA ANAK

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah episode demam neutropenia berjumlah 20.

HUBUNGAN KESEHATAN RUMAH TINGGAL TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA BALITA DI DESA SAMBANGAN KECAMATAN BATI-BATI KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012

ANALISIS NON-PARAMETRIK UJI KOEFESIEN KONTINGENSI. Oleh: M. Rondhi, SP, MP, Ph.D

Keywords : Bank Waste, Community Participation, Characteristics, Enabling Supporting

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terminal yang menjalani hemodialisa rutin di unit hemodialisa RS

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup Fisiologi dan Ilmu Kedokteran

Fetal Outcome pada Kehamilan Aterm Anemia dan Tidak Anemia di RS Achmad Mochtar Bukittinggi

Dhiva Ryan Hardine 1), Aisyah Abdullah 2), Muhammad Ikbal 3), Nur Chamidah 4)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. No. Responden :

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Medan.Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam

ASUPAN MAKANAN DAN PERTUMBUHAN BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR

KUISIONER HUBUNGAN KUALITAS LAYANAN PETUGAS TERHADAP LOYALITAS PASIEN RAWAT INAP DIRUMAH SAKIT YADIKA PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche Siswi SMP Adabiah

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: Latar Belakag

Transkripsi:

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik ibu dan neonatus Pengambilan samel dilakukan ada bulan Maret 2009 samai Aril 2010, didaatkan jumlah keseluruhan neonatus yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 48 bayi, 6 orang tua/wali bayi menolak mengikuti enelitian dan 6 bayi dro out karena tidak melakukan emeriksaan OAE dan BERA kedua. Neonatus aterm dengan bilirubin total > 5 mg/dl Maret 2009- Aril 2010 48 neonatus 6 orang tua/wali bayi menolak mengikuti enelitian 6 bayi dro out Kelomok Kontrol (Bilirubin indirek < 12 mg/dl) 18 neonatus Kelomok Kasus (Bilirubin indirek > 12 mg/dl) 18 neonatus Gambar 4: Jumlah subyek ada kelomok enelitian Total subyek enelitian adalah 36 neonatus yang memenuhi kriteria sebagai subyek enelitian dengan kadar bilirubin total > 5 mg/dl, terdiri atas 18 neonatus dengan kadar bilirubin indirek < 12 mg/dl sebagai kelomok kontrol 55

dan 18 neonatus dengan kadar bilirubin indirek > 12 mg/dl ada eriode yang sama sebagai kelomok kasus. Karakteristik neonatus ditamilkan ada tabel 3. Tabel 3. Karakteristik neonatus ada kelomok kasus dan kontrol Kelomok kadar bilirubin indirek Karakteristik neonatus Kelomok kasus Kelomok kontrol (> 12 mg/dl) (< 12 mg/dl) n = 18 n = 18 Berat lahir (gram) 3080,6 ± 509,94 3036,1 + 514,44 0,6* Jenis kelamin bayi Laki-laki 14 (77,7%) 5 (27,7%) Peremuan 4 (22,3%) 13 (72,3%) 0,003 Usia saat emeriksaan ertama (hari) 7,6 ± 5,96 4,1 + 1,21 0,09* Usia saat emeriksaan kedua (hari) 103,6 ± 13,33 101,9 + 11,32 0,7 Cara lahir Sontan 7 (38,8%) 4 (22,2%) Sectio caesaria 9 (50%) 12 (66,5%) Ekstraksi vakum 2 (11,2%) 2 (11,2%) 0,9 * Uji Mann-Whitney Uji Chi-Square Uji t-tidak berasangan Uji Kolmogorov- Smirnov Tabel 3 menunjukkan rerata berat badan lahir ada kelomok kasus adalah lebih berat dibanding ada kelomok kontrol, akan tetai secara statistik erbedaan tersebut tidak bermakna (=0,6) antara kelomok kasus dan kelomok kontrol. Berdasarkan jenis kelamin bayi, ada kelomok kasus lebih banyak bayi berjenis kelamin laki-laki, sebaliknya ada kelomok kontrol lebih banyak berjenis kelamin eremuan. Hasil uji statistik menunjukkan erbedaan tersebut adalah bermakna (=0,003). Umur subyek enelitian ada saat emeriksaan endengaran ertama kelomok kasus adalah lebih tua dibanding kelomok kontrol, akan tetai secara statistik erbedaan tersebut adalah tidak bermakna (=0,09). Hal yang sama juga tamak ada umur subyek enelitian ada saat emeriksan endengaran kedua. 56

Hasil uji statistik menunjukkan erbedaan tersebut adalah tidak bermakna (=0,7). Cara lahir sebagian besar subyek enelitian ada kelomok kasus dan kontrol lahir secara sectio secaria, selanjutnya adalah lahir sontan dan aling sedikit adalah lahir dengan ekstraksi vakum. Namun hasil uji statistik menunjukkan erbedaan distribusi cara lahir antara kedua kelomok enelitian adalah tidak bermakna (=0,9). Rerata bilirubin indirek ada kelomok kasus adalah 14,97 ± 3,81 mg/dl dengan kadar bilirubin indirek terendah 12,15 mg/dl dan nilai tertinggi 27,87 mg/dl sedangkan ada kelomok kontrol adalah 9,06 ±1,62 mg/dl dengan kadar bilirubin indirek terendah 4,89 mg/dl dan nilai tertinggi 11,41 mg/dl.. tabel 4. Karakteristik ibu ada kelomok kasus dan kontrol ditamilkan ada Tabel 4. Karakteristik ibu ada kelomok kasus dan kontrol Kelomok kadar bilirubin indirek Karakteristik ibu Kelomok kasus Kelomok kontrol (> 12 mg/dl) (< 12 mg/dl) P n = 18 n = 18 Umur ibu (tahun) 30,9 ± 6,34 28,22 + 5,64 0,2* Pendidikan ibu; n (%) Tamat SD 3 (16,7%) 1 (5,6%) Tamat SMP 4 (22,2%) 4 (22,2%) Tamat SMU 6 (33,4%) 9 (50%) Tamat PT 5 (27,7%) 4 (22,2%) 1,0 Pekerjaan ibu; n (%) Tidak bekerja 12 (66,5%) 14 (77,7%) Guru 2 (11,2%) 0 (0%) Buruh tani 1 (5,6%) 0 (0%) Pedagang 0 (0%) 1 (5,6%) Swasta 3 (16,7%) 3 (16,7%) 1,0 SB= simang baku * Uji Mann-Whitney Uji Kolmogorov-Smirnov 57

Tabel 4 menunjukkan usia ibu ada kelomok kasus adalah lebih tua dibanding ibu ada kelomok kontrol, akan tetai secara statistik erbedaan tersebut adalah tidak bermakna (=0,2). Pendidikan ibu ada kedua kelomok enelitian sebagian besar adalah tamat SMU, sedangkan yang aling sedikit adalah tamat SD, namun hasil uji statistik menunjukkan tidak ada erbedaan yang bermakna ada distribusi tingkat endidikan ibu ada kedua kelomok enelitian. Jenis ekerjaan ibu ada kedua kelomok enelitian menunjukkan sebagian besar ibu adalah tidak bekerja, sedangkan jenis ekerjaan yang terbanyak adalah sebagai swasta. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada erbedaan yang bermakna antara jenis ekerjaan ibu ada kedua kelomok enelitian (=1,0). 5.2. Hasil emeriksaan endengaran Hasil emeriksaan OAE awal dan OAE kedua serta BERA awal dan BERA kedua tidak menunjukkan erbedaan yang bermakna secara statistik ada kedua kelomok enelitian. (tabel 5) 58

Tabel 5 Hasil emeriksaan gangguan endengaran Hasil emeriksaan gangguan endengaran Kelomok kadar bilirubin indirek Kelomok kasus Kelomok kontrol (> 12 mg/dl) (< 12 mg/dl) n = 18 n = 18 Hasil emeriksaan OAE awal 1,0 Refer 1 (5,6%) 1 (5,6%) Pass 17 (94,4%) 17 (94,4%) Hasil emeriksaan OAE kedua 0,5 Refer 0 (0%) 2 (11,2%) Pass 18 (100%) 16 (88,8%) Hasil emeriksaan BERA awal 0,4 Gangguan endengaran (+) 6 (33,3%) 3 (16,7%) Gangguan endengaran (-) 12 (66,7%) 15 (83,3%) Hasil emeriksaan BERA kedua 1,0 Gangguan endengaran (+) 1 (5,6%) 2 (11,1%) Gangguan endengaran (-) 17 (94,4%) 16 (88,9%) Uji Fisher-exact Tabel 5 menunjukkan berdasarkan emeriksaan OAE awal ada kelomok kasus dan kontrol dijumai masing-masing 1 neonatus dengan hasil OAE refer (ada kelainan), sedangkan hasil ass (tidak ada kelainan) ada kelomok kasus dan kontrol masing-masing 17 neonatus. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada erbedaan bermakna ada distribusi hasil emeriksaan OAE antara kedua kelomok (=1,0). Hasil emeriksaan OAE kedua menunjukkan ada kelomok kasus tidak dijumai hasil refer dan seluruhnya (18 neonatus) adalah ass, sedangkan ada kelomok kontrol dijumai 2 neonatus dengan hasil refer dan 16 neonatus dengan hasil ass. Hasil uji statistik menunjukkan erbedaan tersebut adalah tidak bermakna (=0,5). Pemeriksaan BERA ada saat awal ada kelomok kasus lebih banyak yang didiagnosis menderita gangguan endengaran dibanding ada kelomok kontrol. Namun hasil uji statistik menunjukkan erbedaan tersebut adalah tidak bermakna (=0,4). Pada emeriksaan BERA kedua jumlah neonatus yang 59

menderita gangguan endengaran justru lebih banyak ada kelomok kontrol dibanding kelomok kasus, namun hasil uji statistik menunjukkan erbedaan tersebut adalah tidak bermakna (=1,0). Kejadian gangguan endengaran berdasarkan emeriksaan BERA saat awal dan kedua ada kelomok kasus dan kontrol ditamilkan ada tabel 6. Tabel 6. kejadian gangguan endengaran berdasarkan emeriksaan BERA saat awal dan kedua Hasil emeriksaan BERA awal Kelomok Kasus Hasil emeriksaan BERA kedua Gangguan Gangguan Pendengaran Pendengaran (+) (-) Gangguan endengaran (+) 0 (0,0%) 6 (100%) 0,1 Gangguan endengaran (-) 1 (8,3%) 11 (91,7%) Kelomok kontrol Uji Mc Nemar Gangguan endengaran (+) 0 (0,0%) 3 (100%) Gangguan endengaran (-) 2 (13,3%) 13 (86,7%) 5.3.Hubungan antara kadar hierbilirubinemia indirek dengan kejadian gangguan endengaran Kejadian gangguan endengaran ada emeriksaan BERA awal sebanyak 9 kasus (25%) dan kejadian gangguan endengaran ada emeriksaan BERA kedua sebanyak 3 kasus (8,3%). Kadar bilirubin indirek subyek enelitian berdasarkan hasil emeriksaan BERA awal dan kedua ditamilkan ada tabel 7. 60

Tabel 7. Kadar bilirubin indirek (mg/dl) berdasarkan hasil emeriksaan BERA awal dan kedua Hasil emeriksaan Rerata (mg/dl) Pemeriksaan BERA awal Gangguan endengaran (+) 14,18 + 6,289 Gangguan endengaran (-) 11,29 + 2,995 0,2 Pemeriksaan BERA kedua Gangguan endengaran (+) 12,33 + 5,506 Gangguan endengaran (-) 11,99 + 4,127 0,9 Uji Mann- Whitney Tabel 7 menunjukkan kadar bilirubin indirek ada subyek enelitian dengan gangguan endengaran berdasarkan hasil emeriksaan BERA awal mauun BERA kedua adalah lebih tinggi dibanding subyek enelitian tana gangguan endengaran. Hasil uji statistik menunjukkan erbedaan tersebut adalah tidak bermakna. Hubungan antara adanya aaran bilirubin indirek dengan kejadian gangguan endengaran berdasarkan emeriksaan BERA awal ditamilkan ada tabel 8. Tabel 8. Hubungan antara adanya aaran hierbilirubin indirek dengan kejadian gangguan endengaran berdasarkan emeriksaan BERA awal Hasil emeriksaan BERA awal RR (95% Interval Kelomok Gangguan Gangguan keercayaan) endengaran (+) endengaran (-) Kasus 6 (33,3%) 12 (66,7%) 2 (0,6 s/d 6,8) 0,4 Kontrol 3 (16,7%) 15 (83,3%) Uji Fisher-Exact Tabel 8 menunjukkan ada saat emeriksaan BERA awal kejadian gangguan endengaran lebih banyak dijumai ada kelomok kasus, sedangkan 61

kejadian tidak ada gangguan endengaran lebih banyak ada kelomok kontrol, namun hasil uji statistik menunjukkan erbedaan tersebut adalah tidak bermakna (=0,4). Nilai risiko relatif (RR) adalah 2 namun menimbang rentang interval keercayaan yang masih melingkui angka 1 dan nilai yang tidak bermakna maka adanya aaran hierbilirubinemia indirek tidak disimulkan sebagai faktor risiko adanya gangguan endengaran. Hubungan antara aaran bilirubin indirek dengan kejadian gangguan endengaran berdasarkan emeriksaan BERA kedua ditamilkan ada tabel 9. Tabel 9. Hubungan antara adanya aaran hierbilirubin indirek dengan kejadian gangguan endengaran berdasarkan emeriksaan BERA kedua Hasil emeriksaan BERA kedua RR (95% Interval Kelomok Gangguan Gangguan keercayaan) endengaran (+) endengaran (-) Kasus 1 (5,6%) 17 (94,4%) 0,5(0,05 s/d 5,03) 1,0 Kontrol 2 (11,1%) 16 (88,9%) Uji Fisher-Exact Tabel 9 menunjukkan ada saat emeriksaan BERA kedua kejadian gangguan endengaran lebih banyak dijumai ada kelomok kontrol, sebaliknya kejadian tidak ada gangguan endengaran lebih banyak ada kelomok kasus. Hasil uji statistik menunjukkan erbedaan tersebut adalah tidak bermakna (=1,0). Nilai risiko relatif (RR) adalah 0,5. Namun menimbang rentang interval keercayaan yang masih melingkui angka 1 dan nilai yang tidak bermakna maka adanya aaran hierbilirubinemia indirek tidak disimulkan sebagai faktor rotektif adanya gangguan endengaran. 62

5.4. Faktor-faktor yang turut berengaruh terhada kejadian gangguan endengaran Distribusi faktor-faktor yang turut berengaruh terhada kejadian endengaran ada kelomok kasus dan kontrol ditamilkan ada tabel 10. Tabel 10. Distribusi faktor-faktor yang turut berengaruh terhada kejadian gangguan endengaran ada kelomok kasus dan kontrol Kelomok kadar bilirubin indirek Kasus (n=18) Kontrol (n=18) Mendaat obat yang bersifat ototoksik Ya 5 (27,7%) 4 (22,3%) Tidak 13 (72,3%) 14 (77,7%) 1,0 Terai fototerai Tidak 1 (5,6%) 15 (83,3%) Ya 17 (94,4%) 3 (16,7%) <0,001 Terai tranfusi tukar Tidak 17 (94,4%) 18 (100%) Ya 1 (5,6%) 0 (0,0%) 1,0 Uji Fisher-Exact Tabel 10 menunjukkan jumlah subyek enelitian yang tidak mendaat obat ototoksik adalah lebih banyak dibandingkan dengan yang mendaat obat ototoksik. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada erbedaan yang bermakna ada distribusi enggunaan obat ototoksik ada kedua kelomok (=1,0). Kelomok kasus sebagian besar enderita mendaat fototerai hanya 1 subyek enelitian yang tidak mendaat fototerai. Pada kelomok kontrol sebagian besar tidak mendaat fototerai, hanya 3 neonatus yang mendaat fototerai. Hasil uji statistik menunjukkan erbedaan tersebut adalah bermakna (<0,001). Selanjutnya ada tabel 10 tamak sebagian besar subyek enelitian ada kelomok kasus dan kontrol tidak mendaat transfusi tukar. Hanya 1 subyek 63

enelitian ada kelomok kasus yang mendaat transfusi tukar. Hasil uji statistik menunjukkan erbedaan tersebut adalah tidak bermakna (=1,0). Hubungan antara faktor-faktor yang turut berengaruh terhada kejadian endengaran dengan kejadian gangguan endengaran berdasarkan emeriksaan BERA awal ditamilkan ada tabel 11. Tabel 11. Faktor erancu terhada hasil emeriksaan BERA awal. Variabel Obat ototoksik Hasil emeriksaan BERA awal Gangguan Gangguan endengaran endengaran (+) (-) RR (95% Interval keercayaan) Ya 3 (33,3%) 6 (66,7%) 1,5 Tidak 6 (22,2%) 21 (77,8%) (0,5 s/d 4,8) Fototerai Tidak 2 (12,5%) 14 (87,5%) 0,4 Ya 7 (35,0%) 13 (65,0%) (0,09 s/d 1,5) Tranfusi tukar Tidak 8 (22,9%) 27 (77,1%) 0,3 Ya 1 (100%) 0 (0,0%) (0,1 s/d 0,4 ) Uji Fisher-exact Persentase dihitung berdasarkan lajur 0,7 0,3 0,3 Data ada tabel 11 menunjukkan bahwa hubungan antara terai obat ototoksik, fototerai dan transfusi tukar dengan kejadian gangguan endengaran berdasarkan emeriksaan BERA awal adalah tidak bermakna. Nilai RR untuk faktor mendaatkan obat ototoksik adalah 1,5. Namun melihat nilai 95% interval keercayaan yang melingkui angka 1 dan nilai yang tidak bermakna maka obat ototoksik tidak daat disimulkan sebagai faktor risiko terjadinya gangguan endengaran ada neonatus. 64

Faktor mendaatkan fototerai memunyai nilai RR 0,4 dan faktor transfusi tukar memunyai nilai RR 0,3. Namun menimbang rentang nilai 95% interval keercayaan faktor mendaatkan fototerai dan transfusi tukar yang masih melingkui angka 1 maka faktor mendaatkan fototerai dan transfusi tukar tidak daat disimulkan sebagai faktor rotektif terhada terjadinya gangguan endengaran ada neonatus dengan hierbilirubinemi indirek. Hubungan antara faktor-faktor yang turut berengaruh terhada kejadian endengaran dengan kejadian gangguan endengaran berdasarkan emeriksaan BERA kedua ditamilkan ada tabel 12. Tabel 12. Faktor erancu terhada hasil emeriksaan BERA kedua Variabel Obat ototoksik Hasil emeriksaan BERA Kedua Gangguan Gangguan endengaran endengaran (+) (-) RR (95% Interval keercayaan) Ya 0 (0,0%) 9 (100%) 1,1 (0,9 s.d 1,2) 0,6 Tidak 3 (11,1%) 24 (88,9%) Terai fototerai Tidak 1 (6,3%) 15 (93,8%) 0,6 (0,06 s.d 6,3) 1,0 Ya 2 (10,0%) 18 (90,0%) Tranfusi tukar Tidak 3 (8,6%) 32 (91,4%) 0,9 (0,8 s.d 1,0) 1,0 Ya 0 (0,0%) 1(100%) Uji Fisher-exact Persentase dihitung berdasarkan lajur Data ada tabel 12 menunjukkan bahwa hubungan antara terai obat ototoksik, fototerai dan transfusi tukar dengan kejadian gangguan endengaran berdasarkan emeriksaan BERA kedua adalah tidak bermakna. Faktor fototerai memunyai nilai RR 0,6, namun menimbang rentang nilai 95% interval 65

keercayaan faktor mendaatkan fototerai yang masih melingkui angka 1 maka faktor mendaatkan fototerai tidak daat disimulkan sebagai faktor rotektif terhada terjadinya gangguan endengaran ada neonatus dengan hierbilirubinemia. 66