Pendengaran. Artikel Asli

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pendengaran. Artikel Asli"

Transkripsi

1 Artikel Asli Pendengaran Gatot Irawan Sarosa, Alifiani Hikmah Putranti, Tri Kartika Setyarini Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr Kariadi- Fakultas Kedokteran Universitas Dionegoro, Semarang Latar belakang. Kejadian gangguan di negara maju 1 3 dari 1000 kelahiran hidu, sedangkan revalensi gangguan di Indonesia ±4,2%, enyebabnya antara lain asfiksia. Identifikasi dini usia 3 bulan ertama kehiduan dan intervensi otimal 6 bulan ertama mencegah gangguan bicara, bahasa, kognitif, ersonal sosial, emosional, erilaku, akademik dan keterbatasan kesematan kerja. Tujuan. Membuktikan asfiksia sebagai faktor risiko gangguan sensorineural dengan memertimbangkan rematuritas, obat ototoksik, dan ventilator mekanik. Metode. Penelitian observasional dengan rancangan kohort rosektif di RSUP Dr. Kariadi Semarang bulan Desember 2009 November Subjek enelitian 68 neonatus terdiri dari 34 neonatus kelomok asfiksia dan 34 neonatus tana asfiksia Pemilihan subjek secara consecutive samling, dicatat data klinis, laboratorium, dilakukan timanometri, oto acustic emission (OAE) ertama usia <1 bulan dan OAE kedua dan brainstem evoked resonse audiometry (BERA) usia 3 bulan. Analisis statistik dengan uji Chi-square, uji Mc Nemar dan uji t tidak berasangan, regresi logistik. Hasil. Kejadian gangguan 35,3% ada asfiksia berdasarkan OAE ertama (=0,003; RR:6,0; 95%CI:1,5-24,8), menjadi 20,6% ada OAE kedua (=0,15). ada asfiksia berat 57,1% berdasarkan OAE ertama (=0,003), menjadi 28,6% ada OAE kedua (=0,16). sedang ada asfiksia 11,8% berdasarkan BERA (=0,14). Faktor risiko rematuritas ada OAE ertama dan kedua =1,00. Obat ototoksik, ventilator mekanik dan gangguan ada OAE ertama (=0,005; RR:4,4; 95%CI:1,3-14,3 dan =0,03; RR:3,5; 95%CI:1,5-8,2). Analisis multi variat faktor risiko gangguan untuk asfiksia (OR 1,3; 95%CI 0,1-19,9; =0,84), obat ototoksik (OR 3,7; 95%CI 0,3-55,0; =0,34), ventilator mekanik (OR 1,5; 95%CI 0,2-10,2;=0,69) Kesimulan. Asfiksia meruakan faktor risiko gangguan usia kurang dari satu bulan. terbanyak ada asfiksia berat. Obat ototoksik dan ventilator mekanik meruakan faktor risiko gangguan usia kurang dari satu bulan. Prematuritas dan asfiksia, obat ototoksik, ventilator mekanik secara bersama-sama belum daat disimulkan sebagai faktor risiko gangguan. Sari Pediatri 2011;13(1):5-13. Kata kunci: OAE, gangguan, asfiksia neonatal. Alamat koresondensi: Dr. Gatot Irawan Sarosa, S.A. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr Kariadi Semarang Jl Dr Sutomo 18 Semarang. gt_irawan@ yahoo.com. 5

2 Prevalensi gangguan bilateral kongenital sedang samai sangat berat ada neonatus berkisar antara 1-3 dari 1000 kelahiran hidu. 1 Survei Kesehatan Indera Pendengaran di tujuh roinsi tahun menyebutkan revalensi gangguan dan ketulian di Indonesia 16,8% dan 0,4%. 2,3 Menurut data WHO tahun 2007, revalensi gangguan enduduk Indonesia dierkirakan 4,2%. 4 Asfiksia adalah keadaan neonatus yang gagal bernaas secara sontan dan teratur saat lahir atau beberaa saat setelah lahir sehingga mengakibatkan kurangnya oksigenasi atau erfusi jaringan, ditandai dengan hioksia, hierkarbi, dan asidosis. 5,6 Keadaan tersebut menyebabkan terjadi gangguan. 7 Deteksi dini gangguan yang daat digunakan ada bayi baru lahir adalah tes otoacoustic emissions (OAE), waktu engerjaannya ceat, dan efektif mengukur aktifitas roses biomekanik koklea, terutama outer hair cell, yang meruakan organ yang ertama kali terkena akibat asfiksia. Sensitivitas OAE 98%-100%, sesifitas 94%. 8,9 Pemeriksaan brainstem evoked resonse audiometry (BERA) digunakan sebagai deteksi dini gangguan karena daat digunakan untuk segala usia, efektif mengukur abnormalitas telinga tengah dan dalam. Sensitivitas BERA 100%, sedangkan sesifisitas 97-98%. 3 Metode Penelitian observasional telah dilakukan dengan rancangan kohort rosektif. Subyek enelitian adalah neonatus asfiksia dan neonatus tana asfiksia yang lahir dan dirawat di ruang bayi sehat, Perawatan Bayi Risiko Tinggi RSUP Dr. Kariadi Semarang, ada bulan Desember 2009 samai November 2010 Kriteria inklusi adalah neonatus dengan asfiksia sedang (skor agar <7) atau berat (skor agar <4) dan neonatus tana asfiksia (skor agar >7) yang mendaatkan engobatan sesuai rotokol Subbagian Perinatologi, orang tua bersedia anak diikutsertakan dalam enelitian, daat mengikuti enelitian samai tiga bulan. Kriteria eksklusi adalah riwayat infeksi intrakranial, gejala klinis infeksi TORCH, kelainan kongenital, hierbilirubinemia, dantuli konduktif. Subyek enelitian diilih secara non-random samling dengan metode consecutive samling. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi dicatat data klinis selama erawatan, kemudian dilakukan emeriksaan timanometri dan OAE untuk menyingkirkan tuli konduktif serta gangguan ada koklea. Bulan ketiga dilakukan emeriksaan timanometri, OAE dan BERA. Pemeriksaan dilakukan ahli audiologi tana melihat status riwayat asfiksia asien. ditentukan berdasarkan hasil emeriksaan OAE atau BERA. Uji hiotesis menggunakan uji 2. Risiko gangguan ada analisis bivariat dinyatakan sebagai risiko relatif (RR). Pengaruh variabel erancu yaitu rematuritas, obat ototoksik (gentamisin), dan ventilator mekanik terhada hubungan antara asfiksia dengan kejadian gangguan dilakukan uji regresi logistik dan dinyatakan sebagai adjusted odd ratio (OR). Batas kemaknaan bila <0,05. Protokol enelitian telah mendaat ersetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran FK UNDIP/ RSDK No.108/EC/FK/RSDK/2009 dan Direktur SDM dan Pendidikan RSUP Dr. Kariadi Semarang No. DL Diklit Persetujuan keluarga dalam bentuk informed consent tertulis. Penanganan asien sesuai rotokol di Subbagian Perinatologi, Identitas asien dirahasiakan. Hasil Selama eriode Desember 2009 samai November 2010 didaat 68 neonatus yang memenuhi kriteria inklusi, terdiri 34 neonatus dengan skor Agar <7 sebagai kelomok asfiksia dan 34 neonatus dengan skor Agar 7 sebagai kelomok tana asfiksia. Karekteristik ke dua kelomok tidak berbeda kecuali usia subyek saat emeriksaan ertama kelomok asfiksia lebih tua dibanding tana asfiksia. Hasil emeriksaan berdasarkan emeriksaan OAE ertama dan kedua tertera ada Tabel 2. Kejadian gangguan kelomok asfiksia 35,3% sedangkan tana asfiksia 5,9%. Asfiksia neonatal meruakan faktor risiko terjadinya gangguan berdasarkan emeriksaan OAE ertama, dengan risiko enam kali lebih besar terjadi gangguan dibandingkan tana asfiksia. Kelomok asfiksia 20,6% terdaat gangguan sedangkan tana asfiksia 5,9%. Asfiksia neonatal bukan faktor risiko gangguan 6

3 berdasarkan emeriksaan OAE kedua. Kejadian gangguan berdasarkan emeriksaan OAE ertama dan kedua ada kelomok asfiksia dan tana asfiksia tertera ada Tabel 3. Pada kelomok asfiksia, 12 subyek terdaat gangguan ada emeriksaan OAE ertama, 50% di antaranya masih terdaat gangguan ada emeriksaan OAE kedua. Hasil normal emeriksaan OAE ertama 22 subyek, 4,5% di antaranya terdaat gangguan ada emeriksaan OAE kedua. Pada kelomok tana asfiksia, 2 subyek terdaat gangguan ada emeriksaan OAE ertama dan semuanya menjadi normal ada e- Tabel 1. Karakteristik subyek enelitian Karakteristik Jenis kelamin bayi; n (%) Cara lahir; n (%) Sectio caesaria Rerata berat lahir (gram) Rerata kadar bilirubin indirek (mg/dl) Rerata kadar bilirubin total (mg/dl) Rerata usia saat emeriksaan ertama (hari) Rerata usia saat emeriksaan kedua (hari) Asfiksia n = (58,8) 14 (41,2) 8 (23,5) 16 (47,1) 10 (29,4) 3082,4 ± 397,94 7,1 ± 2,01 7,5 ± 1,99 4,4 ± 2,31 97,4 ± 14,39 Kelomok Tana asfiksia n = (50) 17 (50) 9 (26,5) 21 (61,8) 4 (11,8) 3105,9 ± 508,98 7,1 ± 2,83 7,5 ± 2,76 3,7 ± 2,67 98,6 ± 12,74 Tabel 2. Hasil emeriksaan OAE ertama dan kedua Hasil emeriksaan OAE Kelomok (+) (-) Pertama, n(%) Asfiksia Tana asfiksia Kedua, n(%) Asfiksia Tana asfiksia Uji Chi-Square, Uji Fisher-Exact 12 (35,3) 2 (5,9) 7 (20,6) 2 (5,9) 22 (64,7) 32 (94,1) 27 (79,4) 32 (94,1) RR (95% CI) 6,0 (1,5-24,8) 3,5 (0,8-15,7) P 0,003 0,15 Tabel 3. Kejadian gangguan berdasarkan emeriksaan OAE ertama dan kedua Hasil emeriksaan OAE kedua Hasil emeriksaan OAE ertama (+) (-) Kelomok asfiksia, n(%) Kelomok tana asfiksia, n(%) Uji Mc Nemar 6 (50) 1 (4,5) 0 (0,0) 2 (6,3) 6 (50) 21 (95,5) 2 (100) 30 (93,7) 0,13 1,00 7

4 meriksaan OAE kedua. Hasil normal emeriksaan OAE ertama 32 subyek, 6,3% di antaranya terdaat gangguan ada emeriksaan OAE kedua. Uji statistik menunjukkan hasil emeriksaan OAE ertama dan kedua ada kedua kelomok tidak berbeda bermakna. Hubungan derajat asfiksia dengan kejadian gangguan berdasarkan emeriksaan OAE ertama dan kedua tertera ada Tabel 4. Berdasarkan emeriksaan OAE ertama, asfiksia berat 57,1% terjadi gangguan sedangkan asfiksia sedang 29,6%, secara statistik menunjukkan erbedaan bermakna. Berdasarkan emeriksaan OAE kedua, asfiksia berat 28,6% terjadi gangguan sedangkan asfiksia sedang 18,5%, secara statistik tidak berbeda bermakna. Hasil emeriksaan berdasarkan emeriksaan BERA ada kedua kelomok enelitian tertera ada Tabel 5. Subyek yang mengalami gangguan ada kelomok asfiksia terbanyak derajat sedang (11,8%) sedangkan tana asfiksia seluruhnya derajat ringan. Hubungan faktor yang berengaruh terhada kejadian gangguan berdasarkan emeriksaan OAE ertama dan kedua tertera ada Tabel 6 dan 7. Tabel 4. Derajat asfiksia berdasarkan hasil emeriksaan OAE ertama dan kedua Derajat asfiksia n(%) Asfiksia berat (Agar <4) Asfiksia sedang (Agar 4-6) asfiksia (Agar 7) Uji Chi-Square Pemeriksaan OAE ertama (+) 4 (57,1) 8 (29,6) 2 (5,9) (-) 3 (42,9) 19 (70,4) 32 (94,1) Pemeriksaan OAE kedua (+) 0,003 2 (28,6) 5 (18,5) 2 (5,9) (-) 5 (71,4) 22 (81,5) 32 (94,1) 0,16 Tabel 5. Hasil emeriksaan gangguan berdasarkan emeriksaan BERA Hasil emeriksaan BERA Kelomok n(%) berat sedang ringan Tana gangguan Asfiksia 1 (2,9) 4 (11,8) 2 (5,9) 27 (79,4) 0,14 Tana asfiksia 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (5,9) 32 (94,1) Uji Chi-Square Tabel 6. Faktor yang berengaruh terhada kejadian gangguan berdasarkan hasil emeriksaan OAE ertama Variabel Prematuritas, n(%) Obat ototoksik, n(%) Ventilator mekanik, n(%) Hasil emeriksaan OAE ertama (+) (-) 0 (0,0) 14 (21,2) 11 (35,5) 3 (8,1) 4 (57,1) 10 (16,4) Uji Fisher-exact Uji Chi-Square 2 (100) 52 (78,8) 20 (64,5) 34 (91,9) 3 (42,9) 51 (83,6) RR (95% CI) - 4,4 (1,3-14,3) 3,5 (1,5-8,2) 1,00 0,005 0,03 8

5 Tabel 7. Faktor yang berengaruh terhada kejadian gangguan berdasarkan hasil emeriksaan OAE kedua Hasil emeriksaan OAE kedua RR Variabel (95% CI) Prematuritas, n(%) Obat ototoksik, n(%) Ventilator mekanik, n(%) Uji Fisher-exact (+) 0 (0,0) 9 (13,6) 7 (22,6) 2 (5,4) 2 (28,6) 7 (11,5) (-) 2 (100) 57 (86,4) 24 (77,4) 35 (94,6) 5 (71,4) 54 (86,8) - 4,2 (0,9-18,7) 2,5 (0,6-9,7) 1,00 0,07 0,23 Tabel 8. Analisis regresi logistik engaruh asfiksia neonatal, obat ototoksik dan ventilator mekanik terhada kejadian gangguan berdasarkan emeriksaan OAE ertama dan kedua Hasil emeriksaan OAE ertama Hasil emeriksaan OAE kedua Faktor risiko Adjusted Adjusted 95% CI OR OR 95% CI Asfiksia neonatal 5,0 0,5-49,1 0,17 1,3 0,1-19,9 0,84 Obat ototoksik 1,5 0,2-11,8 0,71 3,7 0,3-55,0 0,34 Ventilator mekanik 3,0 0,5-16,9 0,22 1,5 0,2-10,2 0,69 Risiko relatif (RR) rematuritas terhada terjadinya gangguan berdasarkan emeriksaan OAE ertama dan kedua tidak daat dihitung. Berdasarkan emeriksaan OAE ertama, obat ototoksik dan ventilator mekanik meruakan faktor risiko gangguan. Neonatus yang mendaat obat ototoksik memunyai risiko 4,4 kali lebih besar terjadi gangguan dibanding yang tidak mendaat obat ototoksik. Neonatus yang menggunakan ventilator mekanik memunyai risiko 3,5 kali lebih besar terjadi gangguan dibanding tana ventilator mekanik. Berdasarkan emeriksaan OAE kedua, obat ototoksik dan ventilator mekanik bukan faktor risiko gangguan. Analisis regresi logistik engaruh asfiksia neonatal, obat ototoksik, dan ventilator mekanik terhada kejadian gangguan berdasarkan emerik- saan OAE ertama dan kedua tertera ada Tabel 8. Subyek dengan asfiksia neonatal, obat ototoksik, dan ventilator mekanik secara bersama-sama bukan faktor risiko terhada gangguan baik berdasarkan emeriksaan OAE ertama mauun kedua. Pembahasan Menurut Lasky 10 reson ertama terhada suara dimulai sejak janin berusia minggu dan maturasi system auditori terjadi ada masa gestasi 30 minggu. Kami mendaatkan, meskiun rerata usia emeriksaan ertama berbeda bermakna namun usia neonatus termuda 35 minggu. Perbedaan tersebut tidak memengaruhi hasil OAE karena secara anatomis dan fungsional koklea terbentuk semurna saat kehamilan trimester kedua. Asfiksia neonatal menyebabkan kerusakan koklea akibat kurangnya oksigenasi dan erfusi jaringan yang daat berlanjut menjadi kematian sel melalui mekanisme selective neuronal necrosis dan aotosis. 7 Schmutzhard dkk 11 menemukan casase-3 yang meruakan marker aotosis ada hair cell, sel ganglion siral, dan sel marginalis dari stria vaskularis ada neonatus dengan asfiksia. Berdasarkan OAE ertama, dijumai neonatus dengan asfiksia 35,3% mengalami gangguan sedangkan tana asfiksia hanya 5,9%. Asfiksia neonatal meruakan faktor risiko terjadinya gangguan berdasarkan emeriksaan OAE 9

6 ertama, dengan kemungkinan enam kali lebih besar terjadi gangguan ada neonatus dengan asfiksia dibandingkan tana asfiksia. Hasil ini hamir sama dengan enelitian Flint 12 yang melaorkan kejadian gangguan ada anak dengan riwayat asfiksia neonatal adalah 36% (<0,05). Penelitian Jiang 13 ada neonatus aterm dengan asfiksia melaorkan kejadian gangguan yang lebih rendah, 9,5-22,2% (<0,05). Pemeriksaan ada enelitian Jiang 13 dilakukan ada usia satu bulan, sedangkan ada enelitian kami dilakukan ada usia kurang dari 1 minggu. Perbedaan umur ini menyebabkan erubahan angka kejadian gangguan karena sebagian besar kasus gangguan ada asfiksia neonatal tidak ermanen. Terdaat erbedaan bermakna kejadian gangguan berdasarkan emeriksaan OAE ertama dengan derajat asfiksia ada enelitian ini. Kejadian gangguan terbanyak ada asfiksia berat sebesar 57,1%. Hasil yang berbeda ditemukan Jiang dkk 13 yaitu 18,5-25,6% ada neonatus aterm (<0,05) dan Kilic dkk 14 27,6% ada neonatus reterm (<0,05) dengan asfiksia berat.zang dkk 15 mendaatkan neonatus aterm dengan asfiksia sedang dan berat 22,2% mengalami gangguan berdasarkan OAE (<0,01). Kerusakan hair cell ada asfiksia sebagian bersifat reversibel, yang daat terjadi karena erbaikan oksigenasi dan erfusi ada koklea hingga jaringan otak. 16 Maturitas dan lastisitas jalur auditori mulai dari koklea berua erubahan ukuran serta bentuk dari hair cell hingga maturitas fungsi sina dan roses sentral auditori temoral otak yang ditunjukkan dengan erkembangan fungsi talamus-kortikal juga menyebabkan erbaikan hasil emeriksaan. Plastisitas diengaruhi ula oleh stimulasi kronik dan komleks sehingga terjadi roses erbaikan sistem. 11,13 Pemeriksaan OAE kedua ada enelitian kami menunjukkan neonatus dengan riwayat asfiksia 20,6% mengalami gangguan sedangkan neonatus tana riwayat asfiksia hanya 5,9%, namun asfiksia neonatal belum daat disimulkan sebagai faktor risiko terjadinya gangguan berdasarkan emeriksaan OAE kedua. Penurunan kejadian gangguan tersebut disebabkan terjadi erbaikan hasil emeriksaan OAE ada delaan orang neonatus. ada asfiksia berat 28,6%, sedangkan ada asfiksia sedang 18,5%, namun secara statistik tidak berbeda bermakna. Hasil yang serua ada enelitian Zang dkk 15 dari 12 neonatus dengan asfiksia sedang dan berat yang mengalami gangguan saat usia 1 bulan, 25% menunjukkan hasil normal saat emeriksaan OAE ulang usia 6 bulan, meskiun erbedaan tersebut tidak bermakna bila dibandingkan dengan hasil emeriksaan OAE ertama. Orang tua asien yang mengalami gangguan ada emeriksaan OAE ertama dilakukan edukasi dan elatihan untuk memberikan stimulasi suara sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. 17 Patofisiologi delayed-onset gangguan hingga saat ini masih belum jelas. 18 Terdaat delaan neonatus yang mengalami erbaikan ada emeriksaan OAE kedua, tiga neonatus yang mengalami delayedonset gangguan, terdiri satu (4,5%) neonatus dengan riwayat asfiksia dan dua (6,3%) neonatus tana riwayat asfiksia, hasil emeriksaan OAE ertama normal tetai emeriksaan OAE kedua terdaat gangguan. Penelitian retrosektif oleh Weichbold dkk 19 menemukan dari 105 neonatus dengan hasil normal ada emeriksaan OAE saat usia kurang dari 7 hari, 23 (22%) subyek mengalami delayed-onset gangguan ada usia 1-63 bulan. Satu (4,3%) subyek diantaranya dengan riwayat asfiksia berat mengalami gangguan sedang ada usia 26 bulan. Terdaat 6 (26%) subyek tana faktor risiko mengalami gangguan sedang (3 subyek) dan berat (3 subyek) saat usia 8-58 bulan. Pemeriksaan OAE dan BERA ulang akan dilakukan ada usia 6 bulan. Penyebab gangguan ada asfiksia neonatal diduga karena adanya kerusakan sel otak akibat keadaan hioksia dan iskemia sehingga distribusi oksigen ke berbagai jaringan menurun. Taha awal terjadi mekanisme komensasi berua eningkatan aliran darah ke otak yang diicu oleh enurunan resistensi serebrovaskular dan hiertensi sistemik. Pada asfiksia berat aliran darah ke otak justru menurun akibat eningkatan resistensi serebrovaskular. Fase lanjut terjadi kegagalan mekanisme homeostatis dimana curah jantung menurun dan terjadi hiotensi sistemik dengan akibat enurunan aliran darah ke otak. 7 Proses tersebut terjadi ada sel otak dan batang otak dalam waktu 10 menit setelah terjadi hioksia. Tingkat kerusakan sel sangat diengaruhi lama dan derajat asfiksia. 11 Derajat gangguan berdasarkan emeriksaan BERA ada usia tiga bulan tidak menunjukkan erbedaan antara neonatus dengan 10

7 asfiksia dan tana asfiksia. ada neonatus dengan asfiksia terbanyak derajat sedang (11,8%) sedangkan tana asfiksia seluruhnya derajat ringan. Weichbold dkk 19 mendaatkan gangguan sedang 6,7% terjadi ada anak dengan riwayat asfiksia berat. Jiang dkk 20 melaorkan asfiksia neonatal memengaruhi komonen erifer dan sentral, karena neonatus dengan asfiksia dijumai hasil refer ada emeriksaan OAE dan eningkatan yang bermakna interval III-V dan I-III ada emeriksaan BERA. Schmutzhard dkk 11 melaorkan adanya aotosis ada jaringan telingan dalam, namun tidak dijumai aotosis ada jaringan lobus temoralis ada neonatus asfiksia. Terbukti bahwa hioksia menyebabkan kerusakan koklea terlebih dahulu dibanding kerusakan jaringan otak. 11 Prematuritas meruakan salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya asfiksia. 21 Faktor rematuritas tidak bermakna terhada kejadian gangguan ada emeriksaan OAE ertama mauun kedua. Meyer dkk 22 dan Ohl dkk 23 juga mendaatkan bahwa faktor rematuritas tidak bermakna terhada terjadinya gangguan. Ototoksisitas aminoglikosid berhubungan dengan lama terai, konsentrasi dalam serum, kombinasi terai dengan obat ototoksik lain, dan aaran langsung ada organ. 24,25 Joint Committee on Infant Hearing menyatakan bahwa emberian obat ototoksik >5 hari berisiko terjadi gangguan. 25 Konsentrasi uncak obat ototoksik dalam serum adalah 5-10 mg/l yang dicaai dengan dosis 4-5 mg/ kg/hari. Konsentrasi >10 mg/l diduga bereran ada kerusakan vestibulokoklear sehingga emantauan konsentrasi obat dalam serum sebaiknya dilakukan secara serial. 27 Beberaa enelitian menunjukkan bahwa konsentrasi obat ototoksik dalam erilymh berhubungan dengan konsentrasi dalam serum. 25 Obat ototoksik (gentamisin) meruakan faktor risiko gangguan berdasarkan emeriksaan OAE ertama, dengan kemungkinan 4,4 kali lebih besar dibandingkan yang tidak mendaat obat ototoksik. Zamani dkk 24 juga mendaatkan obat ototoksik (gentamicin dan amikacin) berhubungan bermakna dengan gangguan ada usia kurang dari tiga bulan.kami memberikan gentamisin dengan dosis 5-7 mg/kg/hari dosis tunggal dan hanya lima asien yang mendaatkan terai lebih dari lima hari. Konsentrasi obat ototoksik dalam serum tidak daat dieriksa karena tidak tersedia sarana. ada asien yang mendaat terai kombinasi dengan obat otoksik lain. Penggunaan ventilator mekanik berengaruh terhada kejadian gangguan akibat bising (noise) alat tersebut sehingga menyebabkan kerusakan telinga dalam. Jenis kerusakan tergantung intensitas, lama ajanan dan frekuensi bising. Bising intensitas sedang (50-85 db) mengakibatkan erubahan ringan ada silia dan Hensen s body yang sebagian masih reversibel. 28 Penelitian tentang tingkat bising di NICU oleh Berg dkk 29 mendaatkan rerata intensitas bising di NICU adalah (56,96±2,71) db dengan intensitas uncak (82-102,1) db. Joint Committee on Infant Hearing menyatakan enggunaan ventilator mekanik lebih dari lima hari berisiko terjadi gangguan. 26 Penggunaan ventilator mekanik meruakan faktor risiko gangguan berdasarkan emeriksaan OAE ertama, dengan kemungkinan 3,5 kali lebih besar. Temuan ini sesuai dengan enelitian Zamani dkk 24 dan Hille dkk 30 yang mendaatkan bahwa enggunaan ventilator mekanik berhubungan bermakna dengan gangguan ada bayi usia kurang dari tiga bulan. Neonatus yang menggunakan ventilator mekanik ada enelitian ini adalah neonatus dengan asfiksia berat (7 neonatus) dengan lama enggunaan 1 3 hari. Pasca erawatan, aaran terhada bising berkurang atau tidak ada dan terjadi lastisitas dan maturitas koklea sehingga emeriksaan OAE kedua tidak bermakna. Analisis multivariat menunjukkan asfiksia neonatal, obat ototoksik dan ventilator mekanik belum daat disimulkan sebagai faktor risiko gangguan. Temuan tersebut berbeda dengan enelitian Hille dkk 30 yang menemukan ada analisis multivariat asfiksia neonatal (OR 1,7; 95%CI 1,0-2,7) dan ventilator mekanik lebih dari lima hari (OR 3,6; 95%CI 2,1-6,0) meruakan faktor risiko gangguan. Perbedaan tersebut kemungkinan karena jumlah subyek enelitian ini hanya 68 neonatus sedangkan enelitian Hille dkk 30 lebih banyak yaitu 2186 neonatus sehingga daat memengaruhi hasil analisis. Keterbatasan enelitian adalah tidak daat melakukan emeriksaan segera setelah lahir karena baru daat dilakukan setelah asien tidak memerlukan oksigenasi, tidak memeriksa konsentrasi obat ototoksik dalam serum karena tidak tersedia sarana, dan tidak memeriksa TORCH. 11

8 Kesimulan Asfiksia meruakan faktor risiko gangguan usia kurang dari satu bulan, gangguan terbanyak ada asfiksia berat. Obat ototoksik dan ventilator mekanik meruakan faktor risiko gangguan usia kurang dari satu bulan. Prematuritas dan asfiksia, obat ototoksik, ventilator mekanik secara bersama-sama belum daat disimulkan sebagai faktor risiko gangguan. Dierlukan enelitian lanjutan dengan jumlah samel lebih besar dengan memerhatikan angka kejadian faktor risiko gangguan selain asfiksia neonatal, dan erlu dilakukan emeriksaan TORCH. Neonatus asfiksia, mendaat obat ototoksik gentamicin serta ventilator mekanik erlu skrining gangguan untuk identifikasi, dan intervesi dini ada usia tiga bulan ertama khususnya bulan ertama kehiduan agar tumbuh kembang daat otimal. Daftar ustaka 1. Thomson DC, McPhilis H, Davis RL, Lieu TL, Homer CJ, Helfand M. Universal Newborn Hearing Screening. JAMA 2001; 286: Runjan L, Amir I, Suwento R. Skrining gangguan ada neonatus risiko tinggi. Sari Pediatri 2005; 6: Suwento R. ada bayi dan anak. Dalam: Abstrak seminar sehari enatalaksanaan gangguan dan ketulian; Semarang; 2007.h World Health Organization, situation review and udate on deafness, hearing loss and intervention rogrammes: roosed lans of action for revention and alleviation of hearing imairment in countries of the South-East Asia Region, Dharmasetiawani N. Asfiksia dan resusitasi bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, enyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI, h Khreisat WH, Habahbeh Z. Risk factors of birth ashyxia: A study at Prince Ali Ben Al-Hussein Hosital. Pakistan J Med Science 2005; 21: Menkes JH, Sarnat HB. Perinatal ashyxia and trauma. Edisi ke-6. Philadelhia: Liincott Williams & Wilkins, 2000.h Cunningham M, Cox EO. Hearing assessment in infants and children : Recommendations beyond neonatal screening. Pediatrics 2003;111: Stearn N, Swaneoel DW. Identifying hearing loss by means of iridology. African J Traditional, Comli and Altern Med 2007;4: Lasky RE, Williams AL. The develoment of the auditory system from concetion to term. NeoReviews 2005;6: Schmutzhard J, Glueckert R, Sergi C, Schwentner I, Abraham I, Schrott-Fischer A. Does erinatal ashyxia induce aotosis in the inner ear?. Hear Res 2009;250: Flint EF. Severe childhood deafness in Glasgow, J Laryngol Otol. 1983;97: Jiang ZD. Maturation of eriheral and brainstem auditory function in the first year following erinatal ashyxia: a longitudinal study. J Seech Lang Hear Res 1998;41: Kilic I, Karahan H, Kurt T, Ergin H, Sahiner T. Brainstem evoked resonse audiometry and risk factors in remature infants. Marmara Medical J 2007;20: Zang Z, Wilkinson AR, Jiang ZD. Distortion roduct otoacoustic emissions at 6 months in term infants after erinatal hyoxia-ischaemia or with a low agar score. Eur J Pediatr 2008; 167: Jiang ZD, Yin R, Shao XM, Wilkinson AR. Brain-stem auditory imairment during the neonatal eriod in term infants after ashyxia: dynamic changes in brain-stem auditory evoked resonse to clicks of different rates. Clin Neurohysiol 2004;115: Deartemen Kesehatan Reublik Indonesia. Pedoman elaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak h Holster IR, Hoeve LJ, Wieringa MH, Willis-Lorrier RMS, Gier HHW. Evaluation of hearing loss after failed neonatal hearing screening. J Pediatr 2009;155: Weichbold V, Nekahm-Heis D, Welzl-Mueller K. Universal newborn hearing screening and ostnatal hearing loss. Pediatrics 2006;117: Jiang ZD, Brosi DM, Wilkinson AR. Differences in imaired brainstem conduction between neonatal chronic lung disease and erinatal ashyxia. Clin Neurohysiol 2009;121: Sills JH. Perinatal ashyxia. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE, enyunting. Neonatology; Management, Procedures. On-Call Problems, Disease and Drug. Edisi ke-5. New York: McGraw-Hill, 2006.h

9 22. Meyer C, Witte J, Hildmann A, Hennecke KH, Schunck KU, Maul K dkk. Neonatal screening for hearing disorders in infants at risk: incidence, risk factors, and follow u. Pediatrics 1999;104: Ohl C, Dornier L, Czajka C, Chobaut JC, Tavernier L. Newborn hearing screening on infants at risk. Int J Pediatr Otorhinolaryngol 2009;73: Zamani A, Daneshjou K, Ameni A, Takand J. Estimating the incidence of neonatal hearing loss in high risk neonates. Acta Medica Iranica 2004;42: Hain TC. Ototoxic medications. Diunduh dari URL: htt:// html Diakses ada tanggal 10 Agustus Joint Committee on Infant Hearing. Year 2007 osition statement: rinciles and guidelines for early hearing detection and intervention rograms. Pediatrics 2007;120: de Hoog M, van den Anker JN. Theraeutic drug monitoring of aminoglycoside in neonates. Clin Pharmacokinet 2009;48: Bashirudin J, Soetirto I. akibat bising. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Keala Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; h Berg AL, Chavez CT, Seranos YC. Monitoring noise levels in a tertiary neonatal intensive care unit. CICSD 2010; 37: Hille ETM, van Straaten HLM, Verkerk PH. Prevalence and indeendent risk factors for hearing loss in NICU infants. Acta Pædiatrica 2007; 96:

BAB I PENDAHULUAN. US Preventive Service Task Force melaporkan bahwa prevalensi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. US Preventive Service Task Force melaporkan bahwa prevalensi gangguan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pendengaran dapat terjadi pada neonatus. Prevalensi gangguan pendengaran bilateral kongenital sedang sampai sangat berat pada neonatus berkisar antara 1 dari

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak subbagian Perinatologi dan Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94 BAB VI PEMBAHASAN Pembahasan Hasil Karakteristik neonatus pada penelitian ini: berat lahir, usia saat pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94 gram) lebih berat daripada

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan neonatus yang memenuhi kriteria inklusi

BAB V HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan neonatus yang memenuhi kriteria inklusi BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik ibu dan neonatus Pengambilan samel dilakukan ada bulan Maret 2009 samai Aril 2010, didaatkan jumlah keseluruhan neonatus yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hearing loss atau kurang pendengaran didefinisikan sebagai kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Hearing loss atau kurang pendengaran didefinisikan sebagai kurangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hearing loss atau kurang pendengaran didefinisikan sebagai kurangnya pendengaran lebih dari 40 desibel (db) dari pendengaran normal orang dewasa (lebih dari 15 tahun)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya subbagian Perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 32 minggu, mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi

Lebih terperinci

Berdasarkan Data Survei Kesehatan Indera

Berdasarkan Data Survei Kesehatan Indera Artikel Asli Risiko Gangguan Pendengaran pada Neonatus Hiperbilirubinemia Gatot Irawan Sarosa, Alifiani Hikmah Putranti, JC Susanto Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr Kariadi, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Universal Newborn Hearing Screening. JAMA 2001; 286: risiko tinggi. Sari Pediatri 2005 Maret; 6(4):

DAFTAR PUSTAKA. Universal Newborn Hearing Screening. JAMA 2001; 286: risiko tinggi. Sari Pediatri 2005 Maret; 6(4): DAFTAR PUSTAKA 1. Thompson DC, McPhilips H, Davis RL, Lieu TL, Homer CJ, Helfand M. Universal Newborn Hearing Screening. JAMA 2001; 286:2000-10. 2. Runjan L, Amir I, Suwento R. Skrining gangguan pendengaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan indera pendengaran merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Studi yang dilakukan pada bayi baru lahir didapatkan 2-3/1000 bayi lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Studi yang dilakukan pada bayi baru lahir didapatkan 2-3/1000 bayi lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Studi yang dilakukan pada bayi baru lahir didapatkan 2-3/1000 bayi lahir dengan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran yang terjadi pada bayi baru lahir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 53 pasien dengan polineuropati diabetika DM

BAB IV HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 53 pasien dengan polineuropati diabetika DM BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Telah dilakukan enelitian ada 53 asien dengan olineuroati diabetika DM tie 2 yang berobat di oli Penyakit Saraf dan Poli Dalam RSUP Dr.Kariadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Telinga

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Telinga BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher, Ilmu Kesehatan Anak, serta Ilmu Kebidanan

Lebih terperinci

HEARING DISORDERS ON NEWBORN WITH PREMATURE RISK FACTORS AT GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN FAKTOR

HEARING DISORDERS ON NEWBORN WITH PREMATURE RISK FACTORS AT GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN FAKTOR HEARING DISORDERS ON NEWBORN WITH PREMATURE RISK FACTORS AT HOSPITAL OF PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN FAKTOR RISIKO PREMATUR DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi. Kesehatan indera pendengaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil WHO Multi Center

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil WHO Multi Center BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Perinatologi dan Neurologi. 4.. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. bayi dengan faktor risiko yang mengalami ketulian mencapai 6:1000 kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. bayi dengan faktor risiko yang mengalami ketulian mencapai 6:1000 kelahiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tuli kongenital merupakan masalah yang cukup serius dalam dunia kedokteran saat ini. Diperkirakan dalam 1000 bayi baru lahir terdapat 1 bayi menderita tuli kongenital

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian telah dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016 ANALISIS FAKT RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016 Rahmawati STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat koresondensi: Rahmaq320@gmail.com/085395118181 ABSTRAK BBLR adalah bayi dengan berat

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 Kedokteran Umum

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 Kedokteran Umum FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP SENSORINEURAL HEARING LOSS (SNHL) PADA PENDERITA SPEECH DELAY Studi di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun

Lebih terperinci

Dalam dua dekade terakhir teknik monitor

Dalam dua dekade terakhir teknik monitor Artikel Asli Hubungan Derajat Asidosis dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Bayi Asfiksia Heru Muryawan, Adhie Nur Radityo Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Dionegoro/RSUP Dr.Kariadi,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bulan terbukti dapat mencegah segalakonsekuensi tersebut. The Joint

BAB I PENDAHULUAN. bulan terbukti dapat mencegah segalakonsekuensi tersebut. The Joint BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan pendengaran pada masa bayi akan menyebabkan gangguan berbicara, berbahasa, kognitif, masalah sosial, dan emosional. Identifikasi gangguan pendengaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RS dr. Kariadi/ FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak 3.. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian akan dilaksanakan di Bangsal Anak RS. Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Berdasarkan WHO (2012), rubela adalah penyakit. infeksi virus RNA yang menular dan belum ada pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Berdasarkan WHO (2012), rubela adalah penyakit. infeksi virus RNA yang menular dan belum ada pengobatan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berdasarkan WHO (2012), rubela adalah penyakit infeksi virus RNA yang menular dan belum ada pengobatan khusus untuk infeksi rubela. Virus rubela bersifat teratogen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang/FK Universitas Diponegoro, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Faktor Risiko Gangguan Pendengaran pada Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Faktor Risiko Gangguan Pendengaran pada Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Faktor Risiko Gangguan Pendengaran pada Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hearing Impairment Risk Factors of Newborn Hearing Screening at PKU Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Perinatologi dan Sub Bagian Neurologi. 4.2 Waktu dan tempat

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. risiko : 1) usia, 2) hipertensi 3) diabetes melitus 4) hiperkolesterol 5) merokok

BAB 4 METODE PENELITIAN. risiko : 1) usia, 2) hipertensi 3) diabetes melitus 4) hiperkolesterol 5) merokok BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dengan desain kasus kontrol untuk menganalisis faktor risiko : 1) usia, 2) hipertensi 3) diabetes melitus 4) hiperkolesterol 5) merokok terhadap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi / FK UNDIP Semarang. 4.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah

Lebih terperinci

TESIS ASFIKSIA NEONATORUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL

TESIS ASFIKSIA NEONATORUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL TESIS ASFIKSIA NEONATORUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL PUTU VERITA WULANDARI NIM 1114018201 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP SENSORINEURAL HEARING LOSS (SNHL) PADA PENDERITA SPEECH DELAY : STUDI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG Debby Fatmala Rahayuningrum 1, Zulfikar

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. variabel faktor demografis, faktor risiko vaskuler, dan karakteristik infark Karakteristik Faktor Demografis Subyek

HASIL PENELITIAN. variabel faktor demografis, faktor risiko vaskuler, dan karakteristik infark Karakteristik Faktor Demografis Subyek 69 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini mendaatkan 31 subyek enderita asca stroke iskemik yang memenuhi kriteria. Karakteristik subyek enelitian dikelomokkan menurut

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP dr. Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bagian Obstetri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2 Asfiksia merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup Anak. Disiplin ilmu yang digunakan dalam ini adalah Ilmu Kesehatan 4.2 Tempat dan waktu Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang Indonesia. Ruang

Lebih terperinci

Fator-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care K4 di Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo

Fator-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care K4 di Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo ARTIKEL PENELITIAN Fator-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care K4 di Puskesmas Siatana Kota Gorontalo Factors Of Associated With The Visit Antenatal Care (ANC) K4 In Community

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai adalah obstetri dan ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik serta perinatologi. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya penyakit Infeksi dan Penyakit Tropik dan Bagian Mikrobiologi Klinik RSUP dr.kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi derajat kesehatan di suatu wilayah digambarkan dalam berbagai indikator derajat kesehatan. Indikator yang dinilai dan telah disepakati secara nasional sebagai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan 60 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Kepala Leher (THT-KL) RSUD dr. Moewardi Surakarta untuk dilakukan

Lebih terperinci

12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN

12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN 1 Skala vestibuli, berisi perilimf Helikotrema Skala tympani, berisi perilimf Foramen rotundum bergetar Menggerakkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR

Lebih terperinci

Hubungan Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil terhadap BBLR di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2005

Hubungan Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil terhadap BBLR di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2005 Alfaina Wahyuni, Firma Nur Rachmawati, Hubungan Preeklamsia Berat... Hubungan Preeklamsia Berat Pada Ibu Hamil terhada BBLR di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 25 The Relation Between Severe Preeclamsia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas untuk dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain. Proses pembentukan manusia berkualitas ini sebaiknya

Lebih terperinci

MEDIA MEDIKA INDONESIANA

MEDIA MEDIKA INDONESIANA Media Medika Indonesiana M Med Indones MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Cipta 2011 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah Faktor Risiko Kejadian Kurang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut WHO ( World Health Organization)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian Gastroenterologi, nutrisi metabolik dan perinatologi. 4.2. Tempat dan waktu

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor-faktor risiko

BAB 6 PEMBAHASAN. disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor-faktor risiko BAB 6 PEMBAHASAN Presbikusis merupakan penyakit kurang pendengaran sensorineral yang disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor-faktor risiko selain usia diduga dapat mempengaruhi terjadinya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

Pengembangan Sentra Diagnostik dan Gangguan Pendengaran dan Komunikasi di RSUP Fatmawati Jakarta

Pengembangan Sentra Diagnostik dan Gangguan Pendengaran dan Komunikasi di RSUP Fatmawati Jakarta Pengembangan Sentra Diagnostik dan Gangguan Pendengaran dan Komunikasi di RSUP Fatmawati Jakarta Rully Ferdiansyah 1 Heditya Damayanti I 2 Diana Rosalina 3 Sjafruddin 1 1 Divisi Neurootologi, 2 Divisi

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA NEONATUS

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA NEONATUS AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 75 80 Available online at htt://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.h/eja FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA NEONATUS Siti Rohani¹, Rini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. awal Maret 2016 sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. awal Maret 2016 sampai dengan jumlah sampel terpenuhi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus BAB VI PEMBAHASAN Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus yang lahir dan dirawat di bangsal NICU dan PBRT RSUP Dr Kariadi yang memenuhi kriteria penelitian dan telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan BAB V HASIL ENELITIAN 5.1 Karakteristik neonatus dan ibu engambilan sampel dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan Desember 2010, didapatkan jumlah keseluruhan neonatus yang memenuhi kriteria inklusi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS. environment

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS. environment 29 BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS 3.1. Kerangka teori environment Status ekonomi - Lingkungan - Yankes pendidikan Kultural Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) Faktor ibu - Umur ibu - Gravida

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Puskesmas Ngesrep, Puskesmas Srondol,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Puskesmas Ngesrep, Puskesmas Srondol, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

Pengaruh Riwayat Pemberian ASI Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta

Pengaruh Riwayat Pemberian ASI Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta Pengaruh Riwayat Terhada Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta 1 2 srilestarijs@yahoo.com 1 2 AKPER Insan Husada Surakarta Breast milk is the most erfect food for baby. Giving

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri. 3.2 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bagian Hematologi Onkologi. 4.2.Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, 2,8 juta kematian neonatus terjadi secara global. Penurunan angka mortalitas neonatus menurun

Lebih terperinci

PENGARUH ASFIKSIA NEONATAL TERHADAP TERJADINYA GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL

PENGARUH ASFIKSIA NEONATAL TERHADAP TERJADINYA GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL PENGARUH ASFIKSIA NEONATAL TERHADAP TERJADINYA GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL THE EFFECT OF NEONATAL ASPHYXIA TO SENSORINEURAL HEARING IMPAIRMENT Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010) BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asfiksia neonatal merupakan masalah global yang berperan dalam meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Insidensi asfiksia di negara maju 1,1 2,4 kasus

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan 79 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan September 2010 sampai dengan bulan Februari 2011 di Poli Rawat

Lebih terperinci

HUBUNGAN GANGGUAN PENDENGARAN DENGAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK SINDROM DOWN LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN GANGGUAN PENDENGARAN DENGAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK SINDROM DOWN LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN GANGGUAN PENDENGARAN DENGAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK SINDROM DOWN LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan rancangan belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. Padang Sari, Puskesmas Pudak Payung, dan RSUP Dr Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. Padang Sari, Puskesmas Pudak Payung, dan RSUP Dr Kariadi Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Ngesrep, Puskesmas Srondol,

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. 25 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

Perbandingan Tatalaksana Konstipasi Kronis antara Disimpaksi per Oral dengan per Rektal di Instalasi Kesehatan Anak RS DR Sardjito Yogyakarta

Perbandingan Tatalaksana Konstipasi Kronis antara Disimpaksi per Oral dengan per Rektal di Instalasi Kesehatan Anak RS DR Sardjito Yogyakarta Artikel Asli Perbandingan Tatalaksana Konstiasi Kronis antara Disimaksi er Oral dengan er Rektal di Instalasi Kesehatan Anak RS DR Sardjito Yogyakarta Wahyu Damayanti, Pradini, Zamrina, M. Juffrie Bagian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Rawat inap ulang merupakan masalah kesehatan yang penting. Hal ini disebabkan karena morbiditas yang bermakna dan mempengaruhi pembiayaan kesehatan yang meningkat.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang. 32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan di departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

Diabetes melitus tipe 1 (DM tipe 1) Gambaran Tekanan Darah Anak dengan Diabetes Mellitus Tipe 1 di Indonesia

Diabetes melitus tipe 1 (DM tipe 1) Gambaran Tekanan Darah Anak dengan Diabetes Mellitus Tipe 1 di Indonesia Artikel Asli Gambaran Tekanan Darah Anak dengan Diabetes Mellitus Tie 1 di Indonesia Indra W Himawan,* Aman B Pulungan,** Bambang Tridjaja,** Jose RL Batubara** *Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007 50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit

Lebih terperinci