Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP SD Negeri Karangdadap, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa tentang makhluk hidup. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan ( observation), dan refleksi (reflection). Metode pengambilan data menggunakan metode tes dan non tes. Metode non tes yang digunakan yaitu observasi, dan dokumentasi. Alat pengambilan data yang digunakan berupa soalsoal tes dan lembar observasi. Penelitian dilakukan di SD Negeri Karangdadap, Kabupaten Pekalongan pada semester I Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan cooperative learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa tentang makhluk hidup. 2016 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Kata Kunci: Motivasi; Makhluk Hidup; Cooperative Learning PENDAHULUAN Selama ini dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru jarang menggu-nakan model pembelajaran yang bervariatif, guru dalam menyampaikan materi pelajaran tanpa memperhatikan ketertarikan peserta didik akan materi yang disampaikan, penggunaan media yang kurang tepat, pemilihan metode yang tidak relevan atau alat evaluasi yang hanya mengukur hasil belajar peserta didik tanpa mengukur kemampuan peserta didik secara komprehensif seperti mengukur ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap beberapa model pembelajaran yang ada, padahal penggunaan model-model pembelajaran sangat diperlukan dalam meningkatkan kompetensi profesional guru, yang kesemuanya diharapkan dapat menjabarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Salah satu mata pelajaran yang dikembangkan dalam KTSP adalah mata pelajaran IPA yang materinya mencakup biologi, fisika dasar, dan kimia dasar. Pembelajaran mata pelajaran IPA sangat kompleks dan komprehensif maka guru perlu meningkatkan kualitas pembelajarannya, diawali dengan merancang pembelajaran yang baik dengan memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar, karakteristik peserta didik, materi yang diajarkan, dan sumber bahan yang tersedia. Sehingga akan menghasilkan prestasi belajar anak yang maksimal, yang dapat dilihat dari ketuntasan hasil belajarnya. Syarat minimal ketuntasan belajar anak adalah nilai hasil belajar setiap anak minimal sama dengan KKM (Depdiknas, 2008). Mata pelajaran IPA di SDN Karangdadap Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan khususnya pada materi Sumber-sumber energi panas dan bunyi ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan. Dari data 16 siswa yang mendapat nilai 8 ada 9 anak. Sedangkan yang lain kurang dari 8 7
dengan nilai rata-rata kelas 65. Siswa yang tidak pernah belajar dirumah yang seharusnya siswa SD masih perlu banyak bimbingan orang tua. Penyebabnya jelas, orang tua kurang memperhatikan pendidikan anak. Karena mayoritas penduduk desa Kebonsari bekerja sebagai petani dan buruh. Masyarakat diwilayah ini kurang begitu memperhatikan masalah pendidikan. Guru mengatasi masalah tersebut akan melakukan diskusi dengan teman sejawat dan berusaha mengidentifikasi masalah. Dari menentukan masalah akhirnya menemukan berbagai masalah sebagai berikut : Tingkat penguasaan siswa terhadap materi rendah;motivasi belajar siswa pada pembelajaran rendah;siswa kurang aktif dalam pembelajaran;metode dan media pembelajaran kurang maksimal. Berdasarkan pengalaman ini guru berusaha menggunakan model Cooperative Learning. Tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mendukung. Salah satu faktor yang memiliki peran dalam rangka mencapai tujuan adalah ketepatan mengorganisir peserta didik. Guru sebagai pemegang kendali di kelas, mempunyai tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu guru dituntut untuk mencari model atau metode pembelajaran yang dapat membawa pengaruh besar pada pola fikir siswa dalam peningkatan aktifitas dan prestasi belajar siswa, yaitu dengan menggunakan variasi metode pembelajaran, diantaranya dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (Anita Lie, 2002). Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalama, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masingmasing. Slavin (dalam Isjoni, 200 9) mengemukakan, In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Penggunaan strategi Jigsaw Learning menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Dengan strategi ini diharapkan dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa. Berdasar uraian diatas peneliti berpendapat bahwa keterkaitan siswa akan sebuah materi yang dipelajari merupakan modal awal mencapai keberhasilan. Keterkaitan tersebut akan menjadikan sebuah pemicu munculnya hasil yang baik. Yaitu dengan mengarahkan siswa pada sesuatu yang baru, praktis, sesuai pada pengalaman yang nyata. Apabila dalam diri siswa sudah tertanam motivasi yang besar, maka dengan sendirinya siswa tersebut akan mudah dan penuh sadar melakukan sesuatu guna mencapai hasil yang diharapkan. Untuk mendapatkan hasil memuaskan, guru dituntut menyajikan materi dan mengelola siswa dalam KBM senantiasa menyenangkan dan tidak membosankan dengan model pembelajaran yang variatif. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan menjadi solusi terbaik bagi guru agar tercipta KBM yang diinginkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan siklus menggunakan pola yang mencakup kegiatan perencanaan ( planning), 8 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 4. Juli 2016 (Edisi Khusus)
tindakan ( action), observasi ( observation), dan refleksi ( reflection) atau evaluasi (Suharsimi Arikunto, 2009). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III semester 1 tahun ajaran 2015/2016 SD Negeri Karangdadap Kabupaten Pekalongan. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes untuk memantau semua aktivitas kegiatan pada saat pembelajaran berlangsung baik faktor guru, siswa dan keadaan kelas. Adapun halhal yang akan diamati pada aktivitas siswa adalah proses kegiatan belajar siswa, persiapan siswa dan hasil evaluasi. Sedangkan pada faktor guru yang akan diamati adalah mulai dari persiapan guru dalam perangkat pembelajaran seperti rencana pembelajaran dan soal-soal tes serta pelaksanaan pembelajaran. Analisis data yang digunakan adalah data-data kuantitatif dengan analisis data kuantitatif sedangkan data-data kualitatif menggunakan analisis data diskriptif kualitatif dengan menggunakan langkah-langkah: melakukan reduksi data (mengelompokkan data menurut kategori tertentu), display data atau pemaparan data, penarikan kesimpulan atau verivikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Perencanaan. Tahap perencanaan yang dilakukan diantaranya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek, merencanakan pembentukan kelompok, menyusun alat evaluasi, menyiapkan lembar observasi dan instrumen penelitian. Pelaksanaan tindakan. Tindakan yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing berlangsung dalam dua kali pertemuan, dan tiap pertemuan alokasi waktunya 35 menit. Pada siklus ini siswa mempelajari kompetensi dasar ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup. Pengamatan. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati yaitu pemahaman konsep, kerja sama, disiplin, percaya diri dan hasil kerja. Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa pada siklus 1 memperoleh rata-rata. Refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan dalam kegiatan belajar mengajar tersebut penerapan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok pada materi energi bunyi sudah dilaksanakan tetapi hasil akhir belum maksimal (ketuntasan 61 %) hal ini dikarenakan :Guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok pada materi energi belum maksimal, sehingga sering terjadi kekosongan kegiatan. Masih terdapat siswa yang belum aktif karena belum terbiasa belajar dengan cara pembelajaran kooperatif, sehingga kegiatan tanya jawab belum begitu lancar. Siklus II Perencanaan. Tahap perencanaan yang dilakukan diantaranya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek, merencanakan pembentukan kelompok, menyusun alat evaluasi, menyiapkan lembar observasi dan instrumen penelitian. Pelaksanaan tindakan. Tindakan yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing berlangsung dalam dua kali pertemuan, dan tiap pertemuan alokasi waktunya 35 menit. Pada siklus ini siswa mempelajari kompetensi dasar ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup. 9
Pengamatan. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati yaitu pemahaman konsep, kerja sama, disiplin, percaya diri dan hasil kerja. Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa pada siklus 1 memperoleh rata-rata. Refleksi. Berdasarkan pengamatan pada penelitian tindakan kelas siklus II, penerapan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok menurut peneliti sudah mendekati sempurna dengan nilai tertinggi 90 dan ketuntasan belajarnya mencapai 96 %.Dalam kegiatan pembelajaran siswa sebagian besar sudah aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan tertib, lancar, dan menghasilkan hasil prestasi belajar siswa yang maksimal. Peningkatan aktivitas belajar siswa pada kegiatan prasiklus, siklus I dan siklus II daat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II Aspek Pengamatan Prasiklus Siklus I Siklus II Pemahaman konsep Kerjasama Disiplin Ide Kreatif Percaya Diri Hasil Kerja Jumlah Rerata Kualifkasi 52 48 48 52 300 KB Peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukkan perubahan yang belum berarti karena masih dalam klasifikasi kurang baik yaitu rerata. Setelah dilakukan refleksi maka pada kegiatan tindakan siklus II terjadi peningkatan rerata menjadi dengan klasifikasi baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. 60 62 60 348 KB 68 65 72 75 420 B 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Pra Siklus Siklus I Siklus II Gambar 1. Rata-rata aktivitas siswa pada prasiklus, siklus I dan siklus II 10 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 4. Juli 2016 (Edisi Khusus)
Hasil Belajar terjadi peningkatan dari kegiatan prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Prasiklus, siklus I dan siklus II Periode Nilai Terendah Tertinggi Rata-rata Jumlah Siswa Tuntas Kondisi Awal 40 60 9 Siklus I 75 14 Siklus II 90 22 Hasil yang diperoleh dari tes pada siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan belajar yang diperoleh siswa yaitu 91%, dengan perincian 23 siswa yang mendapatkan nilai 60 sejumlah 14 artinya sudah memenuhi KKM, sedangkan siswa yang mendapat nilai 60 9 orang atau sebanyak 61%. Sedangkan tes yang diberikan pada siklus II hasilnya menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa yang memenuhi KKM dapat mencapa 100% dengan perincian 22 siswa mendapatkan nilai 60. SIMPULAN Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dikelas IV SDN 02 Kebonsari Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan dapat disimpulkan prestasi belajar IPA siswa melalui model pembelajaran Cooperative Learning kelas IV dapat ditingkatkan ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa, aktifitas belajar siswa dalam kelompok. Peningkatan ketiga komponen tersebut ditunjukkan dengan perolehan skor rata-rata tes formatif yang meningkat dari kondisi awal sebesar, siklus I sebesar menjadi pada siklus II. Presentase tuntas belajar klasikal pada kondisi awal sebesar 39%, siklus I sebesar 61% meningkat menjadi 96% pada siklus II. Nilai belajar siswa secara klasikal meningkat dari siklus I rata-rata menjadi pada siklus II dan nilai rata-rata siswa dalam kelompok meningkat pada siklus I cukup menjadi sangat baik pada siklus II. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada Ibu Kepala Sekolah, Guru, Observer dan siswa kelas III SD Negeri Karangdadap Pekalongan. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2008. Materi Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas. Isjoni, M. 2009. Pembelajaran Kooperatif ; Meningkatkan Kecerdasan Kominikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grassindo. Suharsimi Arikunto. 2009. penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 11