RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Denpasar pada tanggal 16 Desember 1993, merupakan putra Kedua dari dua bersaudara pasangan I Made Suwija dan Ni Nyoman Supariani. Penulis menempuh pendidikan di TK Putra Budaya (1998-1999), kemudian melanjutkan kelas 1-3 di SD NO 3 Kesiman (1999-2002) dan melanjutkan kelas 4-6 di SD NO 22 Dauh Puri (2002-2005). Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Abiansemal (2005-2008) dan SMA Negeri 8 Denpasar (2008-2011). Pada tahun 2011 penulis di terima sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana melalui jalur SNMPTN. Selama perkuliahan penulis juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan penulis melaksanakan penelitian di bidang parasitologi dan mengambil judul Prevalensi Infeksi Cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. i
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Sampel diperiksa menggunakan metode kosentrasi apung, dengan zat pengapung NaCl jenuh. Hasil pemeriksaan 90 sampel feses Anjing Kintamani Bali ditemukan 20 sampel terinfeksi cacing Toxocara canis sehingga prevalensinya sebesar 22,22 %. Dari hasil penelitian ini, Prevalensi Anjing Kintamani Bali yang terinfeksi cacing Toxocara canis berdasarkan umur dibawah satu tahun sebesar 22,85%, dan diatas satu tahun sebesar 21,81%. Berdasarkan jenis kelamin jantan sebesar 25 %, dan betina sebesar 18,42%. Berdasarkan sistem pemeliharaan dikandangkan sebesar 21,42 %, dan dilepaskan sebesar 22,91%. Setelah dianalisis dengan uji Chi-square, maka didapatkan hasil dari analisis statistik yakni hubungan prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali dari umur, jenis kelamin dan sistem pemeliharaan tidak terdapat hubungan yang signifikan (P>0.05) antara satu dengan yang lain. Kata kunci : Prevalensi, infeksi cacing Toxocara canis, Anjing Kintamani Bali. ii
ABSTRACT This study aims to determine the prevalence of Toxocara canis infections in Kintamani dogs as a pure Bali dog, in Sukawana village, Kintamani Sub-Distric, Bangli Regency, Bali. Samples are examined using floating concentration methods, with saturated NaCl flotation agent. Results of the examination of 90 faecal samples Kintamani Bali Dog was found 20 samples infected with Toxocara canis so the prevalence of 22.22%. From these results, the prevalence of infected Kintamani dogs by Toxocara canis based on the age under a year of 22.85%, and above the a year amounted to 21.81%. Based on the male dog of 25% and amounted to 18.42% in females dog. Under the maintenance system are grounded of 21.42%, and was released of 22.91%. After analyzed with the Chi-square test, then the results obtained from statistical analysis of the relationship by prevalence of infectiontoxocara canis in Kintamani dog _ of age, gender and system of maintenance there is no significant relationship (P> 0.05) between one another. Keywords: Prevalence, infection of Toxocara canis, Kintamani dog iii
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Prevalensi Infeksi Cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali tepat pada waktunya. Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari segala batuan dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana beserta Pembantu Dekan. 2. Bapak drh. I Made Dwinata, M.Kes., selaku pemimbing I dan Bapak Prof. Dr. Drh. I Ketut Puja, M.Kes., selaku pemimbing II atas segala bimbingan, arahan, nasehat, dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai. 3. Bapak drh. Ida Bagus Made Oka, M.Kes., Ibu Dr. drh. Ida Ayu Pasti Apsari, MP., dan Bapak drh. Anak Agung Gde Arjana, M.Kes. selaku dosen penguji yang banyak memberikan masukan dan saran demi perbaikan penulisan skripsi ini. 4. Bapak drh.pudji Rahardjo, MS., sebagai Pemimbing Akademis. 5. Bapak, Ibu dosen, dan staf pegawai Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. 6. Kepada masyarakat Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Yang telah membantu dan melayani penulis dalam mengumpulkan sampel Anjing Kintamani Bali. 7. Keluarga terutama Bapak (Drs. I Made Suwija), Ibu (Ni Nyoman Supariani,S.Pd) dan Kakak (Ni Putu Ari Wiratini) yang telah memberikan motivasi baik secara moral maupun materi dengan segala usaha agar dapat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan. iv
8. Kepada rekan-rekan perjuangan selama penelitian I Gede Jaya Rama Glantiga dan Putu Angga Andika Putera yang membuat perjalanan penelitian lebih berkesan dan bermakna. 9. Sahabat terdekat Gita Permana, Hermadi Putra, Juninata, Edi Suryawan, Agung Wisada, Priatna, Suta Negara, yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman Angkatan 2011 khususnya pasukan lebah. 11. Lembaga Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Badan Eksekutif Mahasiswa, Badan Perwakilan Mahasiswa dan Suara Satwa. 12. Serta seluruh teman teman Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Denpasar, Januari 2016 Penulis v
DAFTAR ISI Halaman RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4 2.1 Anjing... 4 2.2 Anjing Kintamani Bali... 4 2.3 Toxocara canis... 6 2.4 Klasifikasi Toxocara canis... 6 2.5 Morfologi Toxocara canis... 7 2.6 Siklus Hidup Toxocara canis... 7 2.7 Patogenesis Toxocariasis... 8 2.8 Gejala Klinis... 9 2.9 Kerangka Konsep... 10 2.10 Hipotesis... 11 BAB III MATERI DAN METODE... 12 3.1 Objek Penelitian... 12 3.2 Bahan Penelitian... 12 3.3 Alat-alat Penelitian... 12 3.4 Rancangan Penelitian... 12 3.5 Variabel Penelitian... 12 3.5.1 Variable Bebas... 12 3.5.2 Variable Tergantung... 13 3.6 Cara Pengambilan Data... 13 3.7 Prosedur Penelitian... 13 3.7.1 Pengambilan Sampel... 13 3.7.2 Pemeriksaan Feses... 13 3.8 Penghitungan Prevalensi... 14 3.9 Analisis Data... 14 3.10 Lokasi dan Waktu Penelitian... 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 15 4.1 Hasil... 15 vi
4.1.1 Prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali... 15 4.2 Pembahasan... 19 4.3 Pengujian Hipotesis... 21 BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 22 5.1 Simpulan... 22 5.2 Saran... 22 DAFTAR PUSTAKA... 24 LAMPIRAN... 27 vii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali berdasarkan Umur... 19 Tabel 2. Prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali berdasarkan Jenis Kelamin... 21 Tabel 3. Prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali Sistem Pemeliharaan... 22 viii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Perbandingan prevalensi infeksi cacing Toxocara canis. pada Anjing Kintamani Bali yang berumur diatas satu tahun dan berumur dibawah satu tahun... 20 Gambar 2. Perbandingan prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali yang berjenis kelamin jantan dan berjenis kelamin betina 21 Gambar 3. Perbandingan prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali dengan sistem pemeliharaan dikandangkan dan dilepaskan... 22 ix
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Keterangan dan Data hasil penelitian pada sample feses Anjing Kintamani Bali... 31 Lampiran 2. Gambar-gambar pada saat penelitian... 34 Lampiran 3. Uji Chi-Square hubungan prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali yang berumur diatas satu tahun dengan Anjing Kintamani Bali yang berumur dibawah satu tahun... 36 Lampiran 4. Uji Chi-Square hubungan prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali yang berjenis kelamin jantan dengan Anjing Kintamani Bali yang berjenis kelamin betina... 37 Lampiran 5. Uji Chi-Square hubungan prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali yang dikandangkan dengan Anjing Kintamani Bali yang dilepaskan... 38 x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan bukti genetik berupa fosil dan uji DNA, anjing adalah jenis mamalia karnivora yang telah mengalami proses penjinakan atau domestikasi dari srigala sejak puluhan ribu tahun yang lalu, atau mungkin sudah sejak seratus ribu tahun yang lalu. Namun, ada juga hasil penelitian yang mengungkapkan sejarah domestikasi anjing belum begitu lama (Dharmawan,2009). Anjing telah berkembang menjadi ratusan ras dengan berbagai macam variasi dan salah satunya terdapat di Pulau Bali, yang dikenal dengan Anjing Kintamani Bali. Anjing Kintamani Bali adalah sebutan kelompok anjing lokal jenis pegunungan yang hidup di sekitar Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Anjing lokal jenis pegunungan ini memiliki penampilan yang sangat indah dan cantik yang berbeda dengan anjing Geladak yang ada di Bali (Puja, 2007). Pada saat ini peminat Anjing Kintamani Bali samakin meningkat, dikarenakan Anjing Kintamani Bali memiliki sifat pemberani, memiliki penampilan menarik dan anjing ras pertama di Indonesia yang diresmikan oleh PERKIN ( Perkumpulan Kinologi Indonesia). Saat ini Anjing Kintamani Bali sedang disiapkan untuk diajukan ke FCI (Federation Cynolagique Internationale) yang merupakan organisasi peranjingan internasional, untuk ditetapkan sebagai anjing ras dunia. Dalam rangka memajukan Anjing Kintamani Bali sebagai anjing ras dunia, diperlukan data yang berkaitan dengan gangguan-gangguan penyakit yang mungkin diderita pada Anjing Kintamani Bali. Anjing Kintamani Bali ini walaupun dipelihara dengan baik belum tentu bebas dari serangan penyakit baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit. Penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing masih banyak dijumpai pada anjing. Beberapa jenis cacing nematoda terutama yang termasuk dalam kelompok cacing usus dapat menimbulkan gejala seperti lemah, lesu, bulu kusam dan kekurusan (Soulsby, 1982). Ascariosis merupakan penyakit terpenting dari penyakit cacingan golongan nematoda. Ascariasis yang paling banyak mengakibatkan kerugian pada anjing adalah Toxocara canis (Subronto 2006). Toxocara canis tidak saja berbahaya bagi hospes, tetapi juga dilaporkan 1
dapat menginfeksi manusia, sehingga tergolong penyakit zoonosis (Uga et al., 1990 ; Sariego et al., 2012). Toxocara canis merupakan salah satu parasit yang dapat menginfeksi saluran pencernaan anjing, terutama pada anak anjing. Sebuah penelitian di AS didapatkan bahwa tingkat prevalensi Toxocara canis lebih tinggi pada anak anjing yang umurnya dibawah 6 bulan. Tingkat infeksi lebih tinggi pada anjing yang sistem pemeliharaan yang buruk. Selain itu, lingkungan sangat berperan dalam penularan, karena Toxocara canis lebih mudah hidup pada tempat yang lembab dan bisa bertahan lebih lama di dalam tanah (CDC 2013). Hasil penelitian prevalensi infeksi Toxocara canis pada anjing di Nigeria 31,80% (Kutdang et al., 2010). Beberapa penelitian prevalensi infeksi Toxocara canis yang dilakukan di Ethipoia 26,6% (Zelalem dan Addis, 2012) dan 32,03% (Dejene et al., 2013). Sedangkan prevalensi infeksi Toxocara canis di Thailand 6,6% (Wichit et al., 2014). Toxocara canis juga tersebar secara kosmopolit dan ditemukan di Indonesia. Di Jakarta prevalensi Toxocara canis sebesar 38,3% (Taniawati dan Margono, 2008). Toxocara canis sangat merugikan bagi kesehatan hewan maupun kesehatan manusia. Kerugian ditinjau dari sudut ekonomi juga sangat besar, termasuk biaya yang harus dikeluarkan dalam rangka usaha pengendaliannya. Sehingga akibat kerugian yang ditimbulkan, maka usaha pengendalian parasit merupakan suatu keharusan, sebab bila hal ini dibiarkan parasit akan terus merajalela (Sudardjat, 2012). Hingga saat ini belum ada data yang dipublikasikan berkaitan dengan prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali, terhadap umur, jenis kelamin dan sistem pemeliharaan sehingga perlu dilakukan penelitian. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Seberapa besar prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali? 2. Bagaimana hubungan prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada anjing Kintamani Bali terhadap umur, jenis kelamin, dan sistem pemeliharaan? 2
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. 2. Untuk mengetahui hubungan prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali terhadap umur, jenis kelamin, dan sistem pemeliharaan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi data-data yang menunjang ras Anjing Kintamani Bali menjadi salah satu anjing ras dunia serta memberikan informasi tentang prevalensi infeksi Toxocara canis kepada pecinta Anjing Kintamani Bali dan sebagai acuan untuk Dinas Kabupaten Bangli dan lembaga terkait lainnya dalam upaya pencegahan, pengobatan dan penanggulangan infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali 3