I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

PEMBAHASAN Penetapan Target

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

I. PENDAHULUAN. Menurut data Ditjen Perkebunan, areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 17 provinsi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya (Vademecum PTPN IV, 2010).

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

I. PENDAHULUAN. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar.

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

2013, No.217 8

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

I.PENDAHULUAN. yang mengalami pertumbuhan produksi yang cukup pesat dibandingkan dengan

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

KAJIAN KEGIATAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

EFEKTIFITAS PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI AFDELING III KEBUN CINTA RAJA PT. BUANA ESTATE TUGAS AKHIR

Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN

guineensis Jacq. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion dari bahasa Yunani yang

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ringkasan. Agro Masang Perkasa III (AMP-III) Tapian kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA

MEMANEN KELAPA SAWIT. Pendahuluan

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

KAJIAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.

KAJIAN KEGIATAN PANEN DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

II. TINJAUAN PUSTAKA. terletak di daerah tropis atau subtropis. Perkebunan digunakan untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

= pemanen. Sistem Penunasan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis

KARAKTERISTIK TEKNIK PEMANENAN BUAH SAWIT DAN ANALISIS ENERGI POTENSIAL TANDAN BUAH SAWIT MUHAMMAD IQBAL NAZAMUDDIN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Sei Batang Ulak, Kabupaten Kampar, Riau

TINJAUAN PUSTAKA. di tempat pengumpulan hasil, pelepahdi letakan di gawangan mati.

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI DADAP PTPN III ASAHAN SUMATERA UTARA BINA MANASEH SIANIPAR

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau

Jojon Soesatrijo. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

Produksi dan Panen Kelapa Sawit

KAJIAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN TENGGARONG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

POTONG BUAH (PANEN) MANAGEMENT TRAINEE PT Bangkitgiat Usaha Mandiri. Palm Oil Plantation & Mill

KAJIAN KEGIATAN PANEN DAN PRODUKSI DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

PANEN. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

Transkripsi:

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan, dan sistem pengangkutan ke tempat pengumpulan hasil. Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan kriteria tertentu untuk memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang tinggi. Indrianirta, A. Nabila (2007) B. Kriteria Matang Panen dan cara panen Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau ALB) minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun. Jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun. Jumlah berondolan sekitar 15-20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum, yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat dua berondolan. Putranto Adi S, S.P.(2015) Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m 4

digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daunyang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan. Adapun cara yang biasa digunakan dalam memanen kelapa sawit adalah : Tandan matang dipanen semuanya dengan kriteria 25-75% buah luar membrondol atau kurang matang dengan 12,5-25% buah luar membrondol Potong pelepah daun yang menyangga Tandan dipotong Beri tanda di bekas potongan dengan nama atau tanggal panen Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan dengan cara ditelungkupkan. Tingkat kematangan tandan atau dikenal sebagai fraksi itu ditentukan berdasarkan kriteria jumlah buah yang terlepas (tabel 1) Table 1. Kriteria Tingkat Kematangan Buah Fraksi Jumlah buah lepas (% dari buatan luar) Derajat kematangan 00 Tidak ada, buah masih hitam Sangat mentah 0 1 buah s/d 12,5 % buah luar membrondol Mentah 1 12,5%-25% buah luar membrondol Kurang matang 2 25%-50% buah luar membrondol Matang 1 3 50%-755 buah luar membrondol Matang 2 4 75%-100% buah luar membrondol Lewat matang 1 5 Buah dalam ikut membrondol, ada buah yang busuk Lewat matang 2 Sumber : Ir. Sunarko M.Si 5

C. Kerapatan Panen Kerapatan panen adalah angka yang menunjukan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal, baik itu pada system blok maupun pada system group. Tujuannya untuk mendapatkan minimal satu tandan yang matang panen. Sebagai contoh : (a) kerapatan panen 1:5, artinya setiap 5 pohon akan ditemukan minimal 1 tandan yang matang panen. Agar lebih akurat di dalam menentukan kerapatan panen, dapat ditentukan selama 1 hari sebelum panen buah. Perhitungan dilakukan khususnya pada arealareal yang keesokan harinya akan dipanen. Rumus yang digunakan untuk menghitung AKP yaitu : AKP = Jumla h Tandan Masak Jumla h Tanaman Conto h x100% Angka kerapatan panen (AKP) ini berguna untuk menentukan jumlah tenaga pemanen dan produksi dari suatu mandoran. Berdasarkan perkiraan produksi tersebut dapat diperkirakan jumlah angkutan yang dibutuhkan, waktu yang diperlukan dan pengorganisaiannya. D. Rotasi Panen Rotasi panen adalah waktu yang di butuhkan antar panen yang terakhir dan panen berikutnya di tempat yang sama. Rotasi panen tergantung pada kecepatan buah matang. Pada panen awal, rotasi panennya 15 hari, kemudian 10 hari, dan akhirnya 7 hari. Rotasi panen umumnya menggunakan simbol 6/7 yang artinya 6 hari kerja dengan interval 7 hari, sehingga dalam satu bulan setiap seksi dipanen sebanyak 4 kali. Atau 5/7, artinya 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari. Umumnya 6

rotasi dengan menggunakan sistem tersebut masih sesuai dan buah tidak lewat matang. Panen yang terlambat, dengan rotasi lebih dari 7 hari mengakibatkan peningkatan persentase buah yang terlalu matang. Andoko Agus & Widodoro (2013) E. Kebutuhan Tenaga Panen Untuk menghitung penggunaan tenaga kerja pemanen buah dapat digunakan rumus sebagai berikut. Kebutuhan tenaga panen = A x B x C x D E Keterangan : A = Luas ancak ( kappel ) yang akan dipanen (ha) B = kerapatan panen C = rata rata berat buah ( camidal ) (kg) D = populasi tanaman/ha E = kapasitas panen/hk Contoh perhitungan : A = Luas areal yang akan dipanen 100 ha B = kerapatan panen 1 : 5 C = rata rata berat buah 10 kg D = populasi tanaman 143 batang/ha 7

E = kapasitas panen 750 kg/hk Kebutuhan tenaga pemanen sebanyak = 100 ha x 1 5 x 10 kg x 143 batang /ha 750 kg/hk = 38 pemanen/hari kerja Catatan : Luas ancak panen diatas adalah luas rata rata dan dapat berubah dengan kerapatan panen dan topografi. F. Peralatan Panen Alat pemotong tandan terdiri dari bermacam jenis sesuai umur tanaman. Untuk kelapa sawit berumur di bawah 5 tahun (pohon masih pendek), bisa menggunakan dodos terbuat dari carbon steel atau kampak yang terbuat dari spring steel berkualitas tinggi yang tidak perlu sering diasah. Sementara itu, pemanenan kelapa sawit berumur diatas 5 tahun (pohon sudah tinggi) dapat menggunakan egrek yang disambung galah. Selain alat panen, alat lain yang harus di persiapkan antaranya gancu untuk menarik tandan yang sudah jatuh ketanah, ember dan karung goni untuk mengumpulkan brondolan dipiringan kelapa sawit, serta kereta sorong, sepeda, atau keranjang pikul untuk mengumpulkan tandan hasil panen. Andoko agus & widodoro (2013) Alat memotong TBS : 1. Dodos kecil berbentuk seperti tembilang dengan lebar mata 8 cm dan panjang mata 8 cm. alat ini di pasang pada sepotong gagang kayu dengan panjang 8

sekitar 1,5 meter. Dodos kecil digunakan saat tanaman selesai ditunas pasir (umur 3 tahun) sempai selesai ditunas selektif. 2. Dodos besar berbentuk seperti tembilang dengan lebar mata 14 cm dan panjang 12 cm. alat ini di pasang pada sepotong gagang kayu dengan panjang sekitar 1,5 m. dodos besar digunakan sejak tanaman selesai ditunas selektif sampai tinggi tanaman. 3. Pisau egrek berbentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, dan sudut lengkung dihitung pada sumbu sebesar 135 4. Bambu egrek merupakan gagang pisau egrek dengan panjang sekitar 10 m, tebal 1 1,5 cm, diameter ujung 4-5 cm, dan diameter pangkal 5 7 cm. Batu asah digunakan untuk mengasah dodos dan pisau egrek supaya tetap terjamin ketajamannya. Alat untuk bongkar muat TBS 1. Gancu dan tojok/tombak, gancu terbuat dari besi beton dengan diameter 3/8 inci dan panjangnya disesuaikan dengan kebiasaan setempat. Sementara, tojok/tombak terbuat dari pipa besi dengan ujung besi beton lancip dan panjangnya sekitar 1 1,5 m. alat ini digunakan khusus untuk pemuatan TBS ke dalam truk/lori angkut buah. Alat untuk membawa/mengangkut TBS ke TPH 9

1. Angkong, goni eks-pupuk, keranjang buah, pikulan, dan tali nilon. Angkong adalah kereta sorong satu roda yang digunakan sebagai tempat atau wadah buah/tbs yang akan dibawa ketempat pengumpulan hasil (TPH) 2. Goni eks-pupuk digunakan sebagai tempat atau wadah buah/tbs yang akan dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH) atau memuat brondolan kea lat transport. 3. Keranjang buah digunakan sebagai tempat wadah buah/tbs (sebagai alternatif) yang akan dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH). 4. Tali nilon digunakan untuk mengikat goni eks-pupuk atau keranjang buah ke pikulan dan mengikat pisau egrek ke bamboo egrek. G. Kegiatan Panen dan Pascapanen Kelapa sawit Kegiatan panen kelapa sawit dimulai dari memotong TBS, mengumpulkanbrondolan. a. Memotong TBS Cara memotong TBS yang baik adalah memotong tandan yang matang dan tidak ada bagian yang tertinggal. Tidak diperkenankan memanen buah mentah dan tidak meninggalkan buah matang dipohon. Jika tanaman setinggi 2-5 meter, memotong TBS dilakukan dengan berjongkok menggunakan dodos. Jika tinggi tanaman 5-10 meter, memotong TBS dilakukan dengan berdiri menggunakan kampak. Sementara itu, jika tanaman dengan tinggi di atas 10 meter, dapat menggunakan egrek. Rontokkan tandan yang terlalu matang dan potong gagang tandan hingga mepet. 10

b. Mengumpulkan brondolan Masalah yang kerap timbul saat mengumpulkan brondolan adalah banyaknya brondolan yang tertinggal atau tidak terkutip. Karena itu, usahakan brondolan di piringan terambil semua, masukkan brondolan ke ember atau karung goni yang telah disiapkan. H. Pengankutan Tandan Buah Segar (TBS) TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah, akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Alat angkut yang dapat digunakan dari kebun ke pabrik, di antaranya lori, tractor gandengan, atau truck. Kelancaran transportasi TBS sangat penting karena : 1) TBS yang sudah di panen harus segera diolah, sehingga diperoleh mutu CPO yang baik. 2) Menghindari kehilangan TBS dan brondolan yang sudah di panen. 3) Ketersediaan TBS untuk kontinitas pengolahan di PKS Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibandingkan dengan alat angkut lain. Goncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi jika menggunakan truk atau traktor gandengan sehingga pelukaan buah lebih banyak. 11

1. Perencanaan Pengangkutan TBS Perencanaan bertujuan untuk mengatur tersedianya TBS yang akan diangkut sehingga jangka waktu antara penen dan pengolahan dapat sesingkat mungkin, dan seluruh TBS yang sudah di panen dapat sampai di PKS yang sama. Dalam merencanakan pengankutan TBS perlu di perhatikan factor penyebab sebagai berikut : 1) Produksi kebun (semua divisi) 2) Hasil TBS tiap Divisi atau Blok 3) Waktu tersedianya TBS di TPH 2. Kecepatan Pengangkutan TBS Pengangkutan TBS merupakan system kerja terpadu dan berkesinambungan mulai dari panen, pengumpulan di TPH, pengankutan dari TPH ke PKS sampai keperebusan. Apabila sala satu mata rantai terganggu, akan menimbulkan hambatan pada proses kerja lainya. Kelancaran pengankutan TBS harus memperhatikan factor penghambat sebagai berikut : a. Pengumpulan TBS di TPH Pengumpulan TBS di TPH dilakukan tepat waktu, serentak dan tersesun dengan rapi. Untuk memudahkan pemuatannya, brondolan dikumpulkan, dimasukkan ke dalam karung dan di tuangkan kedalam kendaraan. b. Ukuran dan Bobot TBS 12

Jumlah dan ukuran TBS yang di panen berpengaruh terhadap waktu dan kecepatan proses panen dan pengangkutannya. TBS dimuat atas ke atas truk menggunakan tenaga manusia, sehingga ukurannya berpengaruh terhadap kecepatan pemuatannya ke atas lokomotif (lory). c. Kondisi areal Areal berbukit, rawa membutuh waktu yang lama untuk melaksanakan panen sampai mengumpulkan TBS di TPH. Namun, untuk areal yang berbukit, lori tidak digunakan. Karena di kondisikan rel yang tidak memungkinkan mencapai ke areal bukit. d. Iklim/Cuaca Pengangkutan TBS sangat penting dipengaruhi oleh kondisi iklim/cuaca, karena pada musim hujan sering terjadi hujan di pagi hari sehingga pemanen tidak dapat bekerja tepat pada waktunya. Selain itu hujan juga berkepanjangan sebagai penyebab kerusakan jalan. Namun jika memakai alat angkut transportasi lory, hujan tidak bermasalah bagi pengangkutan, hanya saja susah bagi pemanen untuk memanen. 3. Perencanaa Kendaraan Menghitung kebutuhan kendaraan angkut TBS sebagai berikut : a. Jumlah trip lory = waktu kerja lori waktu angkut /lori b. Jumlah TBS yang dapat diangkut/lori = jumlah trip x kapasitas (ton TBS/trip) c. Kebutuhan lori = jumla h produksi jumla h TBS yang dapat diangkut /lori 13

Penyusunan kebutuhan kendaraan angkutan TBS harus berdasarkan produksi bulan paling rendah. Alat transportasi yang paling umum digunakan dalam perkebunan kelapa sawit ada tiga tipe yaitu transport darat, transport railban dan transport air. 4. Komunikasi Pengangkutan Salah satu factor penting untuk menunjang kelancaran pengangkutan TBS adalah komunikasi antara petugas di lapangan, divisi dengan petugas di PKS dan kontarktor pengangkutan. Pemanfaatan sarana komunikasi (missal Radio HT) atau mengadakan system komunikasi yang efektif sangat membantu kelancara pengangkutan TBS. I. Factor yang Mempengaruhi Kelancaran Transportasi Buah 1. Organisasi potong buah a. Realisasi tonase buah yang dipotong setiap hari tidak jauh berbeda dengan tonase taksasi buah pada hari sebelumnya. b. Pusingan potong buah dijaga antara 6-8 hari sehingga persentase brondolan terhadap jangjang maksimum 7-9%. c. Buah harus diletakkan di TPH yang telah ditentukan dengan diberi nomor. d. Potong buah diusahakan terkonsentrasi, jangan terpencar-pencar dari satu mandoran ke mandoran lain. e. Usahakan satu seksi selesai dipotong dalam satu hari f. Transportasi paling lambat pada pukul 08.30 2. Bentuk dan pola jalan disuatu kebun, Divisi, Blok 14

a. Pola rel sebaiknya lurus. b. Rel yang sudah rusak diminimalkan atau bahkan tidak perlu ada yang rusak. c. Untuk areal berbukit, lori tidak digunakan. 3. Kondisi dan Perawatan Rel a. Beberapa staf di lapangan masih beranggapan bahwa solusi ketidaklancaran tarnsportasi adalah penambahan alat transport, padahal kapasitas per unit transportasinya masih di bawah kapasitas sebenarnya, ketidaklancaran lori biasa disibabkan oleh kondisi lori dan rel yang kurang baik. b. Penggunaan lori yang disediakan perusahaan justru banyak mengangkut TBS yang sudah dipanen. Kegunaan utama lori adalah jarak angkut panjang, pengangkutan dapat dilakukan bersama-sama, mempunyai kecepatan yang maksimum. c. Pemilihan penggunaan lori didasarkan pada pertimbanga. Jalan harus relative rendah, kemiringan maksimum 5%. Yang harus di perhatikan adalah kemiringan. Jika kemiringan lebih dari 5%, maka jangan menggunakan alat transport lori. Akan memakan waktu pengangkutan yang lama. 4. Kondisi dan Perawatan Alat Transport Perawatan alat transport pada berbagai perusahaan perkebunan masih memiliki kelemahan. Penyebab utamanya, kurangnya pengetahuan teknik dari staff perkebunan, khususnya di lapangan. Factor yang sering diabaikan oleh staf perawatan alat transportasi dan pekerja perkebunan di antaranya : a. Kurang pengetahuan teknisi karyawan di bengkel b. Kurangnya disiplin jadwal 15

c. Kurang pengetahuan teknisi dari para supir d. Muatan kendaraan (tonase) yang berlebihan e. Kondisi rel yang tidak memadai f. Transport TBS yang larut malam g. System premi transportasi yang kurang menarik h. 5. Pengorganisasian Alat Trasnport Perlu dihayati penyediaan kendaraan (lori) oleh perusahaan kelapa sawit sebenarnya di utamakan untuk transportasi TBS, bukan untuk keperluan lainnya. Apabila semua pekerjaan dikelola dengan baik dan kebun sudah mapan maka persentase pemakaian Lori adalah sebagai berikut : a. Angkutan buah = 85-95% b. Lori tidak terlalu digunakan untuk pengangkutan pupuk. Karena terlalu susah mengeluarkan pupuk dari gerbong. Jadi persentase angkutan lain untuk lori 5-15% Berikut berbagai factor pendukung untuk mengoptimalkan pengoperasian alat transportasi : 1. Setiap hari, asisten divisi merencanakan dan menginformasikan tonase produksi dan angkutan lain-lain untuk keesokan harinya sesuai dengan taksasi potong buah dan rencana kerja. 2. Kapasitas angkut lori 50-60 ton/hari 3. Tidak boleh ada buah restan 16

4. Setiap hari pengisisan bahan bakar untuk angkutan harus selesai pukul jam 06.00. 5. Perlu adanya pembatasan kapasitas angkut Tentunya disamping hal-hal tersebut diatas, factor agar dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal lagi. 17