Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan perilaku pro-sosial siswa menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan metode sosiodrama. Metode pengumpulan datanya menggunakan observasi, angket dan dokumentasi. Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua metode penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif secara terpadu. Hasil pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan metode sosiodrama dapat meningkatkan perilaku pro-sosial. 2016 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Kata Kunci: Layanan Bimbingan Kelompok; Metode Sosiodrama; Perilaku Pro-sosial PENDAHULUAN Ditinjau dari perspektif psikologi perkembangan, manusia adalah makhluk yang senantiasa mengalami perubahan. Sejak dari masa konsepsi hingga meninggal dunia, manusia secara bertahap mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu aspek perkembangan psikososial yang dialami manusia adalah perkembangan tingkah laku pro-sosial. Menurut Baron Byrne (dalam M. Ali dan M. Asrori, 2012) tingkah laku pro-sosial adalah tindakan menolong orang lain. Sementara Desmita (2009) mendefinisikan perilaku pro-sosial adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong. Tingkah laku pro-sosial merupakan tingkah laku positif yang menguntungkan atau membuat kondisi fisik atau psikis orang lain lebih baik, yang dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan penghargaan. Setiap perilaku yang muncul pada diri individu selalu ada yang melatarbelakanginya, begitu juga bila seseorang melakukan perilaku prososial. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial yaitu : a). Self-gain: harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan, b). Personal values and norms: adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik, c). Empathy: kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain. Berdasarkan hasil observasi peneliti khususnya Siswa kelas X Multi Media disimpulkan bahwa masalah yang paling banyak dialami oleh siswa adalah pribadi dan sosial. Gejala yang tampak antara lain: (1) siswa bersikap pasif ketika ada kegiatan kelompok, artinya bahwa siswa tidak dapat 12
bekerjasama dengan baik saat melaksanakan tugas kelompok; (2) siswa tampak menyendiri saat jam istirahat (tidak bersosialisasi dengan sebayanya); (3) siswa bersikap acuh terhadap teman yang sedang mengalami masalah. Bahkan beberapa kali siswa terlibat konflik fisik dengan sesamanya. Hal ini diperkuat oleh data dari guru kesiswaan yang menyebutkan bahwa sering terjadi konflik antar siswa yang dipicu oleh hal-hal yang sepele seperti saling mengejek, perkataan kasar, berbeda pendapat, dan lain sebagainya. Kondisi ini menunjukkan bahwa perilaku pro-sosial siswa kelas X Multi Media masih kurang. Padahal sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa perilaku pro-sosial sangat dibutuhkan dalam upaya menjaga keharmonisan dalam kehidupan bersama. Berangkat dari permasalahan tersebut, guru BK perlu melaksanakan layanan bimbingan kelompok untuk membantu siswa meningkatkan perilaku pro-sosialnya. Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004) Bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Keunggulan yang diberikan oleh layanan kelompok ternyata bukan hanya menyangkut aspek ekonomi/efisien saja, dinamika perubahan yang terjadi ketika layanan itu berlangsung juga amat menarik perhatian. Dalam layanan kelompok interaksi antar individu anggota kelompok merupakan suatu yang khas, yang tidak mungkin terjadi pada konseling perorangan. Tujuan layanan bimbingan kelompok secara umum membantu klien yang mengalami masalah dengan prosedur kelompok, serta mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan. Dengan interaksi sosial yang intensif dan dinamis selama berlangsungnya layanan, diharapkan tujuan-tujuan layanan dapat tercapai secara lebih optimal, termasuk di dalamnya peningkatan perilaku pro-sosial. Dengan menggunakan tehnik sosiodrama Winkel (1991) menjelaskan bahwa sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang lain termasuk konflik-konflik yang dialami dalam pergaulan sosial. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa tehnik sosiodrama merupakan salah satu tehnik yang digunakan untuk memberikan layanan bimbingan kelompok di sekolah dengan cara menerapkan perilaku yang berkaitan dengan masalahmasalah sosial. Tujuan sosiodrama bagi siswa adalah : 1) siswa berani mengungkapkan pendapat secara lisan; 2) memupuk kerjasama diantara para siswa; 3) siswa menunjukkan sikap berani dalam memerankan tokoh yang diperankan; 4) siswa menjiwai tokoh yang diperankan; 5) siswa memberikan tanggapan terhadap pelaksanaan jalannya sosiodrama yang telah dilakukan; 6) melatih cara berinteraksi dengan orang lain. Rumusan penelitian ini yaitu apakah perilaku pro-sosial dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode sosiodrama? Sedangkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perilaku pro-sosial dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode sosiodrama. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Pardjono (2007) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan (2) Pelaksanaan (3) Pengamatan dan (4) Refleksi. Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai dengan April 2015 bertempat di SMK Negeri 1 Batang dengan subyek penelitian yaitu 10 siswa kelas X Multi Media. Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi angket perilaku pro-sosial dan pedoman observasi layanan bimbingan kelompok. Tehnik analisis data dalam bimbingan konseling ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif secara terpadu. Data kualitatif digunakan untuk mengetahui proses pelaksanaan tindakan 13
(diungkap melalui pedoman observasi). Data kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat perilaku pro-sosial siswa sebelum dan sesudah mendapat tindakan (diungkap melalui angket perilaku pro-sosial). HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat perilaku pro-sosial siswa sebelum pelaksanaan tindakan secara keseluruhan berada pada kategori kurang. Kategori ini diperoleh dari skor angket perilaku pro-sosial yang telah disusun oleh peneliti. Hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 1. Rata-rata tingkat perilaku pro-sosial siswa sebelum pelaksanaan tindakan Perilaku Skor Kategori Pro-sosial Siswa 51,7 Kurang Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat perilaku pro-sosial siswa masih termasuk kategori kurang sehingga masih dibutuhkan layanan khusus untuk meningkatkan perilaku pro-sosial siswa tersebut. Siklus I 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan penelitian siklus 1 dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu mengatur jadwal pelaksanaan, menyiapkan instrumen pengumpulan data, kelengkapan administrasi, daftar hadir, lembar evaluasi. 2. Tindakan Pada tindakan ini topik yang dibahas mengembangkan kepribadian diri yang positif a. Tahap Pembentukan 1) Penerimaan, Peneliti selaku PK menyampaikan salam dan ucapan terima kasih pada siswa yang telah hadir pada kegiatan bimbingan kelompok, 2) Doa, PK mengajak berdoa sebelum memulai kegiatan, 3) Menjelaskan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok, 4) Menjelaskan norma kegiatan bimbingan kelompok, 5) Menjelaskan azas-azas yang digunakan dalam kegiatan bimbingan kelompok, 6) Menyampaikan kesepakatan waktu pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok, 7) Perkenalan dan dilanjutkan permainan b. Tahap Peralihan 1) Menjelaskan lagi tentang bimbingan kelompok, 2) Menanyakan kesiapan anggota untuk melanjutkan kegiatan, 3) Menjelaskan topic masalah yang akan di diskusikan, 4) Mengenali suatu kelompok c. Tahap Kegiatan 1) Mempersiapkan anggota menyampaikan pendapat tentang topik yang akan dibahas, 2) Masing-masing anggota mengemukakan pendapat secara bergantian, 3) Membahas secara tuntas, 4) Melakukan permainan sosial, 5) Penyimpulan d. Tahap Pengakhiran 1) PK menjelaskan bahwa waktu kegiatan akan segera berakhir, 2) PK melakukan penilaian, 3) Pembahasan kegiatan lanjutan, 4) Ucapan terima kasih, 5) Berdoa, 6) Perpisahan 3. Observasi Dari hasil observasi terhadap perilaku pro-sosial dalam kegiatan bimbingan kelompok dapat disimpulkan yaitu suasana kegiatan bimbingan kelompok hangat dan akrab, secara umum kegiatan berjalan lancar dan dinamis dan sebagian besar siswa berperan aktif dalam setiap tahap kegiatan. 14
Peran aktif siswa pada siklus 1 memperoleh skor 69,17% dan kinerja peneliti memperoleh skor 66,17%. 4. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan perilaku pro-sosial maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a. Kinerja peneliti pada siklus 1 belum optimal, karena hanya masuk pada kategori kurang. Sehingga masih diperlukan adanya perbaikan dengan mengadakan pertemuan kembali pada siklus 2. b. Peran aktif siswa pada siklus 1 belum optimal, karena baru masuk pada kategori kurang. Siklus II 1. Perencanaan Pada dasarnya pada siklus 2 untuk perencanaan sama dengan perencanaan pada siklus 1, yaitu menentukan jadwal pelaksanaan, menyiapkan instrumen pengumpulan data dan kelengkapan administrasi. 2. Tindakan Pada siklus 2 topik yang dibahas adalah Mampu menerima kehadiran orang lain secara positif. a. Tahap pembukaan 1) Penerimaan, peneliti selaku PK (pemimpin kelompok) menyampaikan salam dan ucapan terima kasih atas kehadiran siswa pada kegitan bimbingan kelompok, 2) Doa, PK mengajak berdoa sebelum memulai kegiatan, 3) Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok, 4) Menjelaskan norma kegiatan bimbingan kelompok, 5) Menjelaskan azas-azas yang digunakan dalam kegiatan bimbingan kelompok, 6) Menyampaikan kesepakatan waktu pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok, 7) Perkenalan dan dilanjutkan permainan. b. Tahap Peralihan 1). Menjelaskan kembali tentang bimbingan kelompok, 2) Menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk melanjutkan kegiatan, 3) Menjelaskan topik masalah yang akan dibahas, 4) Mengenali suasana kelompok c. Tahap Kegiatan 1). Mempersiapkan anggota menyampaikan pendapat tentang topik yang dibahas, 2) Membahas topik secara bergantian, 3) Melakukan permainan sosial, 4) Penyimpulan. d. Tahap Pengakhiran 1) PK menjelaskan bahwa waktu kegiatan akan segera berakhir, 2) PK melakukan penilaian, 3) Pembahasan kegiatan lanjutan, 4) Ucapan terima kasih, 5) Berdoa, 6) Perpisahan. 3. Observasi Dari hasil observasi terhadap perilaku pro-sosial siswa dalam kegiatan bimbingan kelompok dapat disimpulkan bahwa tingkat perilaku pro-sosial antara siswa pada siklus ke 2 meningkat dari kategori kurang menjadi kategori tinggi. Peran aktif siswa pada siklus 2 memperoleh skor 91,25% dan kinerja peneliti memperoleh skor 91,55%. 4. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan layanan bimbingan dalam meningkatkan perilaku pro-sosial siswa pada siklus 2 maka peneliti menyimpulkan : a. Kinerja peneliti pada siklus 2 sudah optimal karena hasilnya sudah termasuk kategori tinggi. Artinya bahwa peneliti sudah bisa menjalankan peran dan fungsinya dengan baik sebagai pemimpin kelompok. b. Peran aktif siswa pada siklus 2 sudah optimal karena sudah masuk kategori tinggi. Peran aktif siswa di dalam kelompok sangat dipengaruhi oleh peran dan fungsi peneliti saat memberikan pelayanan. 15
Tingkat perilaku pro-sosial siswa setelah pelaksanaan tindakan secara keseluruhan pada kategori tinggi. Adapun perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan rata-rata tingkat perilaku pro-sosial siswa sebelum dan setelah pelaksanaan tindakan Perilaku Sebelum tindakan Siklus 1 Siklus 2 Pro sosial 51,7 71,3 82,1 Dapat lebih dijelaskan pada Gambar 1 berikut : 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pro-Sosial; Sebelum; 51,7 Rata-rata Perilaku Pro-Sosial Pro-Sosial; Siklus 2; 82,1 Pro-Sosial; Siklus 1; 71,3 Sebelum Siklus 1 Siklus 2 Gambar 1. Perbandingan rata-rata perilaku pro-sosial siswa (prasiklus, siklus 1 dan siklus 2) SIMPULAN Pelaksanan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku pro-sosial siswa dapat disimpulkan bahwa : 1) Skor rata-rata perilaku pro-sosial siswa sebelum diberi bimbingan kelompok dengan metode sosiodrama adalah 51,7 (masuk kategori kurang), dengan jumlah siswa yang masuk dalam karegori sedang ada 3, kategori kurang ada 3, dan kategori rendah ada 4 siswa, 2) Skor rata-rata perilaku pro-sosial siswa setelah diberi layanan bimbingan kelompok dengan metode sosiodrama adalah pada siklus 1 memperoleh skor rata-rata 73,1 dan pada siklus 2 memperoleh skor rata-rata 82,1 (masuk kategori tinggi), dengan jumlah 7 siswa masuk dalam kategori tinggi, dan hanya ada 3 siswa yang masuk dalam kategori sedang. UCAPAN TERIMA KASIH Disampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu, khususnya Kepala Sekolah, Guru BK dan Siswa kelas X MM SMK Negeri 1 Batang Jawa Tengah. 16
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 1, Januari 2016 Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja Rosdakarya. Muhammad Ali dan Muhammad Asrori. 2012. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara. Pardjono, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Lembaga Penelitian UTY Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta. Winkel W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo. 17